Вы находитесь на странице: 1из 47

Ermi Abriyani, M.

Si
METODE ANALISIS KUANTITATIF

IDENTIFIKASI ESTIMASI

KUALITATIF KUANTITATIF
kuantitatif

Dasar perbedaan metode analisis/


Diklasififkasi dengan dasar skala analisisnya.

Analisis - Gravimetri
klasik - volumetri

Analisis - Instrumentasi
modern canggih
gravimetri

Proses isolasi dan pengukuran berat suatu


unsur atau senyawa tertentu
Analisis gravimetri merupakan salah satu
Analisis gravimetri metode analisis kuantitatif dengan
penimbangan.

pemisahan komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen


lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan
Pengukuran
pada gravimetri

penimbangan, banyaknya komponen


yang dianalisis ditentukan dari
hubungan antara berat sampel yang
hendak dianalisis, massa atom relatif,
massa molekul relatif dan berat
endapan hasil reaksi
Persyaratan pada analisa gravimetri

1. Zat yg ditentukan harus dapat diendapkan secara


terhitung (99%)
2. Endapan yang terbentuk harus cukup murni dan
dapat diperoleh dlm bentuk yg cocok untuk
pengolahan selanjutnya.
Metode Gravimetri

Analisis gravimetri dapat dilakukan


dengan metode :
 Pengendapan
 Penguapan
 Elektrolisis
Pengendapan

Komponen dari suatu zat yang dianalisis


diendapkan dari larutan dengan suatu pereaksi
menjadi suatu endapan.
Contoh ;
HCl encer untuk mengendapkan ion
Ag+, Hg2+, dan ion Pb2+
Buffer ammonia untuk mengendapkan
ion Al3+, Cr3+, dan Fe3+.
Penguapan

Menetapkan komponen suatu senyawa yang


relatif mudah menguap.

Dilakukan dengan :
 Pemanasan dalam udara atau gas tertentu
 Penambahan pereaksi tertentu sehingga
komponennya sangat mudah menguap
Penguapan

 untuk menentukan kadar air(hidrat) dalam suatu


senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah.
 Perhitungan  menimbang berat sampel sebelum
dan sesudah penguapan
Contoh :
penentuan NH3 dalam garam amonium,
penentuan kadar N dalam protein
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN METODA GRAVIMETRI

sederhana
Akurat (accurate) Memakan waktu lama
Kesalahan 0,1 – 0,3% (time consuming),
Analisis makro, sekitar ½ hari
diperlukan endapan 10
mg atau lebih
Hal-hal yang harus diperhatikan

Unsur atau senyawa yang ditentukan harus


terendapkan secara sempurna.
Bentuk endapan yang ditimbang harus
diketahui dengan pasti rumus molekulnya.
Endapan yang diperoleh harus murni dan
mudah ditimbang.
Langkah-langkah metode gravimetri
 Pengeringan dan penimbangan sampel
 Pelarutan sampel
 Pengendapan dg cara penambahan pereaksi
(berlebih) yang sesuai
 Pemisahan/penyaringan endapan
 Pencucian endapan
 Pengeringan atau pemijaran endapan -----> stabil dan
diket komposisinya
 Penimbangan bobot konstan endapan
Penambahan Pereaksi Pengendap

Sebagai pereaksi pengendap dapat digunakan


senyawa anorganik atau senyawa organik tetapi
dipilih yang spesifik dan mudah menguap.
Mengapa harus dipilih yang mudah menguap?
Perhitungan

Dari berat endapan yang ditimbang, maka presentase analit A adalah:

berat A
%A  x100%
berat sampel

Dengan faktor gravimetri ;

Ar atau Mr yang dicari


faktor gravimetri=
Mr endapan yang ditimbang

berat A = berat P x faktor gravimetri

berat P x faktor gravimetri


%A  x100%
berat sampel
P = endapan
Analisa volumetri
(titrimetri)

analisis kuantitatif
 mengukur banyaknya volume
larutan standar yang dapat
bereaksi kualitatif dengan larutan
zat yang dianalisis yang banyaknya
tertentu dan diketahui
Larutan standar
larutan yang konsentrasinya telah diketahui
Konsentrasi dapat dinyatakan dalam molar
(mol/L) atau normal (gram ekuivalen/L)

Larutan standar ada 2 :


 Larutan standar primer
 Larutan standar sekunder
Larutan standar
primer
.
larutan yang telah diketahui
konsentrasinya (molaritas atau
normalitas) secara pasti melalui
pembuatan langsung

untuk menstandarisasi / membakukan atau


untuk memastikan konsentrasi larutan
tertentu, yaitu larutan yang konsentrasinya
belum diketahui secara pasti (larutan standar
sekunder).
Larutan standar sekunder (titran)

ditempatkan pada buret yang


kemudian ditambahkan ke dalam
larutan zat yang telah diketahui
konsentrasinya secara standar
primer).
Syarat-syarat larutan
standar primer

Harus mudah didapat dan dalam keadaan murni


Tidak higroskopis, tidak ter oksidasi, tidak
menyerap udara dan selama penyimpanan tidak
boleh berubah (stabil)
Mengandung kotoran (zat lain) tidak melebihi
0,01%
Harus mempunyai berat ekivalen yang tinggi
Mudah larut dalam pelarut yang sesuai
Reaksinya stoichiometri dan berlangsung terus
menerus
Larutan standar primer

 Untuk asam-basa : Na2CO3 , Na2B4O7 , K biftalat , as


benzoat, KIO3, H2C2O4.2H2O, HCl,
 Reaksi redoks : K2Cr2O7 , KBrO3 , KIO3 , as oksalat,
As2O3, I2, Na2C2O4, KH(IO3)2
 Titrasi pegendapan : NaCl , KCl dan KBr, AgNO3
 Reaksi Pembentukan kompleks : Zn , Mg , Cu ,
Na2EDTA , NaCl, AgNO3, NaCl, KCl
Titrasi

Proses penambahan larutan


standar ke dalam larutan yang
akan ditentukan sampai terjadi
reaksi sempurna

titik ekivalen atau titik akhir titrasi.


Klasifikasi metode volumetri

Titrasi asam-basa Titrasi redoks

Titrasi pengendapan Titrasi


kompleksometri
Persyaratan Titrasi
 Reaksi yang dapat digunakan dalam metode volumetri adalah reaksi-reaksi
kimia yang sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
 Reaksi harus berlangsung cepat
 Tidak terdapat reaksi samping
 Reaksi harus stoikiometri, yaitu diketahui dengan pasti reaktan dan
produk serta perbandingan mol / koefisien reaksinya
 Terdapat zat yang dapat digunakan untuk mengetahui saat titrasi harus
dihentikan (titik akhir titrasi) yang disebut zat indikator
Level volume titran

Klem
aA + tT  produk
sejumlah a molekul analit A bereaksi
dengan t molekul reagensia T (titran).
buret Penambahan titran dilakukan sedikit
demi sedikit melalui buret.

Stopcock
Titik ekuivalen
erlenmeyer Titik dimana jumlah titran yang
ditambahkan ekuivalen dengan
Larutan jumlah analit secara
analit Pengaduk stoikhiometri
Penentuan titik akhir titrasi

Perhatikan
perubahan
warna
Titik Ekivalen dan Titik Akhir Titrasi
 Titik ekuivalen diketahui dari adanya perubahan dalam larutan
yang disebabkan karena penambahan indikator yang dapat
menyebabkan perubahan warna setelah titik ekuivalen tercapai
• Titik ekivalen (ttk akhir teoritis titrasi) adalah titik (saat) dimana
jumlah ekivalen zat penitrasi sama dengan jumlah ekivalen zat
yang dititrasi
• Titik akhir titrasi adalah saat timbul perubahan warna indikator
Titik akhir titrasi
 Perubahan warna indikator
 Terjadinya kekeruhan yang disebabkan oleh terbentuk
atau melarutnya endapan
 Perubahan DHL larutan
 Perubahan arus listrik dalam larutan
Indikator
 Nama Indikator Warna asam Warna basa Trayek pH
 Alizarin kuning - kuning ungu 10,1 - 12,0
 Fenolftalein tak berwarna - merah 8,0 - 9,6
 Timolftalein tak berwarna - biru 9,3 - 10,6
 Fenol merah kuning - merah 6,8 - 8,4
 Bromtimol blue kuning - biru 6,0- 7,6
 Metil merah merah - kuning 4,2 - 6,2
 Metil jingga merah - kuning 3,1 - 4,4
 Para nitrofenol tak berwarna - kuning 5,0 - 7,0
 Timol blue kuning - biru 8,0 - 9,6
 Tropeolin OO merah - kuning 1,3 - 3,0
PERUBAHAN WARNA PADA
FENOLFTALIEN

Perubahan warna terjadi pada pH 8,3 - 10


Perubahan warna pada biru bromtimol

Perubahan warna terjadi pada pH 6 - 7,6


Perubahan warna pada merah metil

Perubahan warna terjadi pada pH 4,2 - 6,3


Satuan Konsentrasi
a. Persen berat (% w/w)
g zat terlar ut
% berat  x 100
g zat terlar ut  g pelarut

b. Persen volume (%v/v)


mL zat terlar ut
% berat  x 100
mL zat terlar ut  mL pelarut

c. Persen berat/volume (%w/v)


g zat terlar ut
% w/v  x 100
mL larutan
d. Parts Per Million dan Parts Per Billion
1 ppm (bag. per sejuta) = 1mg zat/L larutan
1 ppb (bag. per milliard) = 1g/L larutan
a. Kemolaran (M)
Jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
b. Kenormalan (N)
ekivalen zat terlarut dalam liter larutan
Berat satu ekivalen disebut berat ekivalen (BE)
 Reaksi asam-basa
1 ekivalen  1 mol H+ atau 1 mol OH-
 Reaksi pengendapan dan pembentukan
kompleks
BE = BM/ muatan ion
 Reaksi redoks
1 ek  1 mol elektron
JENIS - JENIS TITRASI

 Titrasi netralisasi /asam-basa


 titrasi redoks
 titrasi pengendapan
 titrasi pembentukkan kompleks
 TITRASI ASIDIMETRI
 Titrasi terhadap basa bebas atau lar garam yang
berasal dari asam lemah, dengan lar STANDAR
ASAM.
 Contoh : NaOH dititrasi dengan HCl
 Reaksi : NaOH + HCl  NaCl + H2O
 Reaksi sebenarnya : OH- + H+  H2O
Titrasi netralisasi
 TITRASI ALKALIMETRI
 Titrasi terhadap asam bebas atau garam yang berasal dari basa
lemah, dengan larutan STANDAR BASA.
 Contoh : CH3COOH dititrasi dengan NaOH
 Reaksi :
CH3COOH + NaOH  CH3COONa + H2O
 Reaksi sebenarnya : H+ + OH-  H2O
Kurva Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat

pH 12
11
10
9 Fenolftalein
8
7 Biru bromtimol
6
5 Merah metil
4
3
2
1
10 20 30 40 50 60 70 ml NaOH
Kurva Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat

pH 12
11
10
9
Titik ekuivalen
8
7
6
5
4
3
2
1

10 20 30 40 50 60 70 ml NaOH
Cara menghitung pH titrasi
untuk titrasi asam lemah - basa kuat
Spesi yang
terdapat pada
Persamaan HA + OH - = A- + H2O
larutan

HA HA + H2O = H3 O++ A- [H3O+][A-]


Ka =
T=0 asam [HA]
terionisasi [H3O+] =  Ka.[HA] [H3O+] = [A-]

T<1 HA dan A-
Ka =
[H3O+][A-] [A-]
buffer [HA] pH = pKa + log
[HA]
A- + H2O = HA + OH - [HA][OH -]
T=1 A- Kb =
[A-]
Garam
[OH-] =  Kb.[A-] [HA] = [OH -]
terhidrolisis

T>1 OH- [OH-] = kelebihan titran


Cara menghitung pH titrasi
untuk titrasi basa lemah - asam kuat
Spesi yang
terdapat pada Persamaan B + H3O+ = HB+ + H2O
larutan
[HB+][OH -]
B B + H2O = HB+ + OH - Kb =
T=0 Basa [B]
terionisasi [OH-] = Kb.[A-]
[HB] = [OH -]

T<1 B dan HB+ [HB+][OH -] [HB+]


buffer
Kb = pOH = pKb + log
[B] [B]
T=1 HB+ HB+ + H2O = H3O++ B [H3O+][B]
Ka =
[HB+]
Garam
[H3O+] =  Ka.[HB+] [H3O+] = [B]
terhidrolisis

T>1 H3O+ [H3O+] = kelebihan titran


Titrasi pengendapan
 Titrasi yang mengakibatkan terjadinya endapan
 Contoh : Titrasi Cl- dengan larutan standar AgNO3
 Cl-(aq) + Ag+(aq)  AgCl(s)  (=reaksi kombinasi ion)
Argentometri dengan indikator K2CrO4
 Larutan garam LiCl 0,1 M dititrasi dengan larutan
standar 0,1 N AgNO3 dengan indikator K2Cr2O7.
Apabila banyaknya larutan K2CrO4 5% b/v yang
digunakan sebagai indikator adalah 5 tetes (0,05
ml) setiap 100 ml larutan, hitunglah berapa molar
besarnya konsentrasi ion Cl- dalam larutan pada
saat terjadi endapan merah dari garam Ag2CrO4.
 Ksp AgCl = 1,2 x 10-10
 Ksp Ag2CrO4 = 1,7 x 10-12
 Dalam 100 ml larutan K2CrO4 5% b/v terkandung
5/194 mol zat terlarut
 Konsentrasi K2CrO4 = 10 x (5/194) = 50/194 M
 0,05 ml K2CrO4  1 liter larutan banyaknya K2CrO4 =
0,5 ml, berarti ion CrO42- dalam larutan :

0, 5 50
[CrO42 ]  x  1, 289x104 M
1000 194
12
Ksp 1 , 7 x10
[Ag ]  2
 4
 1, 148 x104
M
[CrO4 ] 1, 289x10
10
1 , 2x10 6
Konsentrasi ion Cl- dalam larutan = 4
 1, 045x 10 M
1, 148x10
Kurva Titrasi Argentometri

 Kurva titrasi argentometri dibuat dengan mengeplotkan antara perubahan konsentrasi


analit pada sumbu ordinat dan volume titran pada sumbu aksis.
 Pada umumnya konsentrasi analit dinyatakan dalam fungsi (p) yaitu pX = -log[X]
 sedangkan volume titran dalam satuan milliliter.
 Kurva titrasi dapat dibagi menjadi 3 bagian wilayah yaitu :
 sebelum titik ekuivalen,
 pada saat titik ekuivalen dan
 setelah titik ekuivalen. Untuk menggambar kurva titrasi argentometri
Ekstraksi pelarut

Вам также может понравиться