Вы находитесь на странице: 1из 47

CASE BASED DISCUSSION

KEJANG DEMAM
S H E I L A TA M A RA W I S E S A
1315028

Pembimbing :
dr. Franky S, Sp.A

SMF/BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2018
Identitas Penderita
Nama penderita : An.S

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 3 Tahun

Tanggal dirawat : 10 Oktober 2018

Tanggal diperiksa : 10 Oktober 2018 (10.35)


Ibu : Nama : Ny. T
Ayah : Nama : Tn. A
Umur : 28 tahun
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah
Pekerjaan : Wiraswasta
Tangga
Alamat : Pasir Koja
Alamat : Pasir Koja
Anamnesa
Heteroanamnesa : Oleh Ibu Pasien
Keluhan Utama : Kejang
◦ Pasien kejang 2,5 jam SMRS, penderita kejang 1 kali, setiap kejang
lamanya kira-kira 5 menit. Kejang seluruh tubuh, mata mendelik ke atas
disertai kedua lengan dan tangan kaku. Selama kejang penderita tidak
sadar. Sebelum dan sesudah kejang penderita sadar. Keluhan kejang
didahului oleh panas badan sejak 1 hari SMRS, mendadak tinggi, terus
menerus, siang sama dengan malam dan pilek.
◦ Pasien belum BAB sejak kemarin. BAK tidak ada keluhan.
Lanjutan…
Keluhan tidak disertai dengan mual, muntah, batuk, sesak, nyeri menelan, maupun
penurunan kesadaran, bintik-bintik kemerahan, perdarahan gusi, hidung atau tempat
lain. Tidak ada lumpuh badan atau wajah setelah kejang. Riwayat trauma kepala
sebelumnya tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu : pasien belum pernah kejang sebelumnya, tidak ada riwayat
berat badan sulit naik, tidak ada riwayat sering demam dengan sebab yang tidak jelas.
Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu penderita kejang demam waktu kanak-kanak
Riwayat Alergi: Belum pernah mengalami reaksi alergi terhadap obat atau makanan
Usaha Berobat: belum berobat.
Riwayat kehamilan dan persalinan : Tumbuh kembang anak
Anak ke 3 dari 3 bersaudara
Berbalik : 4 bulan
Lahir hidup : 3 Lahir mati : -
Duduk : 8 bulan
Abortus : -
Berdiri : 10 bulan
Lahir per vaginam ditolong oleh bidan.
Berjalan : 16 bulan
Berat badan lahir : 3200 gram
Bicara : 12 bulan
Panjang badan lahir : 48 cm
Membaca : -
Menulis : -
Riwayat Immunisasi
Dasar Ulangan Anjuran
1. BCG √ - - - 6. HIB -
2. DPT √ √ √ - - - 7. MMR -
3. POLIO √ √ √ - - - 8. Hep A -
4. Hep B √ √ √ - - - 9. Cacar air -
5. Campak √ - - - 10. Rotavirus -
Makanan
Susu formula dan makanan keluarga.

Penyakit dahulu
Hepatitis : - Penyakit keluarga
Diare :-
TBC : - Asma : -
Batuk - pilek : √
Cacar Air : - TBC : -
Tifus perut : -
Campak : - Ginjal : -
Pneumonia : -
Ginjal : - Lain - lain : kejang demam (ibu saat kecil)
Batuk rejan : -
Asma / Alergi : - Penyakit darah : -
Difteri : -
Kejang : - Peny. Keganasan : -
Tetanus : -
Lainnya : - Kencing manis : -
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran penderita : compos mentis
Keadaan sakit : sedang, menangis terus
Posisi : berbaring, tidak ada letak paksa
Tanda vital
Nadi: 100x / menit , kualitas : regular, ekual, isi cukup
Respirasi: 22x / menit , tipe : abdominothorakal
Suhu: 37.8 oC
Kulit : turgor kembali cepat, tidak pucat
Kepala :
◦ Ubun-ubun : datar
◦ Mata : air mata +/+, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
◦ Hidung : tidak ada PCH, ada sekret hidung warna putih
◦ Telinga : tidak ada sekret
◦ Mulut : bibir dan mukosa mulut basah

Leher : KGB tidak membesar, retraksi suprasternal (-)


Thorax
Dinding thorax / paru
◦ Inspeksi : simetris kiri = kanan, retraksi intercostal (-)
◦ Palpasi : pergerakan simetris kanan = kiri
◦ Perkusi : sonor
◦ Auskultasi : VBS kiri = kanan, Ronki -/-, Wheezing -/-
Jantung
◦ Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
◦ Palpasi : iktus kordis teraba di ICS IV linea midclavicularis kiri
◦ Auskultasi : bunyi jantung murni, reguler, tidak ada murmur
Abdomen
◦ Inspeksi : cembung
◦ Auskultasi : bising usus (+) normal
◦ Perkusi : timpani
◦ Palpasi : soepel, hepar tidak membesar, lien tidak membesar.

Genital : tidak ada kelainan


Anus dan rectum : tidak ada kelainan
Anggota gerak/ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, akrosianosis (-)
Status Neurologis
Rangsangan meningeal :
◦ kaku kuduk (-)
◦ Brudzinsky I/II/III : -/-/-
◦ Saraf otak : Pupil bulat isokor, D=3mm ODS ; RC +/+

Motorik : kesan parese -/-


Sensorik : rangsang nyeri (+)
Vegetatif : BAB (+), BAK (+)
Refleks Fisiologis : APR +/+, KPR +/+
Refleks Patologis :
◦ Babinsky -/-
◦ Chaddock -/-
◦ Gordon -/-
◦ Oppenhelm -/-
Pemeriksaan Penunjang (10 Oktober
2018)
Hb : 12.5 g/dL Basofil : 0.6

HT : 29% Eosinofil : 0.2


Neutrofil Staf : 0.0
Leukosit : 8,89rb/mm3
Neutrofil Seg : 70.9
Trombosit : 251rb/mm3
Limfosit : 16.8
Eritrosit : 4,8jt
Monosit : 11.5
MCV : 81 fL
MCH : 26 pg/mL GDS: 120
MCHC : 32 g/dL Na : 134
K : 3.9
Resume
Anamnesis
Pasien kejang 2,5 jam SMRS, penderita kejam 1 kali, setiap kejang
lamanya kira-kira 5 menit. Kejang seluruh tubuh, mata mendelik ke
atas disertai kedua lengan dan tangan kaku. Selama kejang penderita
tidak sadar. Sebelum dan sesudah kejang penderita sadar. Keluhan
kejang didahului oleh panas badan sejak 1 hari SMRS, mendadak
tinggi, terus menerus, siang sama dengan malam dan pilek.
Ibu pernah mengalami kejang dengan demam saat kecil
Pasien baru pernah mengalami kejang
Pemeriksaan Fisik Status generalis:
Keadaan umum : tidak kejang ◦ Hidung : sekret +/+, putih kental

Kesan sakit : sakit sedang Status pertumbuhan berdasarkan


Kesadaran : compos mentis WHO Growth Reference: normal
Status Neurologis : dalam batas normal
Tanda vital:
TD : -
N : 100 x/menit, regular, equal, isi cukup
R : 22x/menit, reguler, tipe abdominotorakal
S: 37,8°C (febris)
Diagnosis banding
Diagnosis banding kejang dengan demam
◦ Kejang demam sederhana
◦ Kejang demam kompleks
◦ Kelainan metabolic (hipoglikemi, defisiensi B6, gangguan elektrolit,keracunan)
◦ Meningitis
◦ Enchepalitis
◦ Epilepsi

Diagnosis banding penyebab demam


Rhinitis, Faringitis, inveksi virus/bakteri lain
Diagnosis
Diagnosis Kerja :
Kejang Demam sederhana e.c Rhinitis
Penatalaksanaan
Non Farmakologi
◦ Rawat inap
◦ Observasi kejang dan tanda-tanda vital

Farmakologi
◦ Antipiretik : Paracetamol syr 120 mg/5 ml 4 x cth 1 1/2 p.o prn
◦ Antikonvulsan : Diazepam syr 2 mg/5 ml 3 x cth II p.o bila demam
◦ *Diazepam per rektal 10 mg bila kejang (Dapat diulang 2x dengan interval 5
menit)
◦ Racikan : Pseudoefedrin HCl dan Dekstrometorfan HBr
Racikan
BB : 15 kg
Dosis Dekstrometorfan HBr 0,2-0,4 mg/kgBB ,3 dosis
Dosis Pesudoefedrin HCl 1 mg/kg/kali, 3 dosis

R/ Dekstrometorfan HBr 3 mg
Pseudoefedrin HCl 15 mg
mf pulv dtd No. X
S 3dd pulvI
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Pembahasan Kejang Demam
Definisi
Bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun
yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38℃ dengan metode
pengukuran suhu apapun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial
(AAP 2008)1

Kejang yang terjadi di masa kanak-kanak setelah usia 1


bulan, terkait dengan demam yang tidak disebabkan oleh
infeksi SSP, tanpa kejang neonatal sebelumnya atau kejang
tak beralasan sebelumnya, dan tidak memenuhi kriteria
kejang gejala akut lainnya (ILAE 1993) 2

2. Jones, Tonia and Jacobsen, Steven J.1.2007. Childhood


CHUNG, SAJUN. 2014.Febrile Seizures:KOREAN
FEBRILE SEIZURES. Overview and
JOURNAL OFImplications. International
PEDIATRICS, 57(9), 384–395. Journal of Medical Sciences, 4(2), 110–114.
Lanjutan
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 380 C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium.
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian
kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam.
<6 bulan atau >5 tahun mengalami kejang didahului demam infeksi
SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.

Ismael S. KPPIK-XI, 1983; Soetomenggolo TS. Buku Ajar Neurologi Anak 1999.
Epidemiologi
1,5 juta kejang demam terjadi setiap tahunnya di US
Biasa timbul usia 6 bulan – 36 bulan, paling sering pada usia 18
bulan.
Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang
demam
Lama kejang yang berlangsung > 15 menit hanya ditemukan 9%,
terjadi status epileptikus hanya 5%
Faktor Risiko
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang (<39℃)
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya  80%
Tidak ada faktor tersebut  10-15%
Paling sering berulang pada tahun pertama
Etiologi
Etiologi kejang demam  Idiopatik
Demam 
◦ infeksi saluran pernapasan atas
◦ otitis media
◦ Pneumonia
◦ Gastroenteritis
◦ infeksi saluran kemih.

.
Faktor Genetik
◦ mutasi pompa ion channel natrium alfa−1, alfa−2, dan beta−1 gen subunit dan
GABA reseptor gamma−2 sub unit
Faktor Prenatal
◦ Penyakit pada ibu hamil, merokok dan alkohol saat hamil

Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.Kadang-kadang demam yang
tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang
KLASIFIKASI
Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
Patogenesis
Infeksi Usia  maturitas otak Familial  Genetik : kromosom 19p, 8q13-21
- Pengkode channel Na
- Interleukin
Toksin menyebar - Reseptor GABAA

Sitokin pro inflamasi dan pirogen IL1β


Sitokin pro
Meningkatkan set poin di
inflamasi perifer Mempengaruhi seizure-threshold
hipothalamus
pompa sodium temperature↓
sehingga
demam Peningkatan eksitabilitas neuron meningkatkan
depolarisasi neuron

Hiperventilasi &
Glutamat-NMDA reseptor (eksitasi) > GABA (inhibisi) kejang
alkalosis  ↑pH otak

DUBE, CELINE M., ETC. 2009. FEBRILE SEIZURES: MECHANISMS AND RELATIONSHIP TO EPILEPSY.
DIAGNOSIS BANDING
Karakteristik Kejang Demam Epilepsi Infeksi SSP
Onset > 1 bln infant semua usia
Rekurensi tergantung faktor risiko setiap 1-2 bulan (pada kapan saja
Dravet syndrome)
remisi pada masa mid-
childhood
Post-ictal -/gejala fokal gangguan perkembangan gangguan neurologis
(pada Dravet syndrome) nyata
Rangsang meningeal - - +
Penurunan kesadaran - - +
DASAR DIAGNOSIS
Gejala Klinik
Anamnesis : Kejang yang berhubungan dengan demam (suhu ≥ 38°C
dengan metode pengukuran manapun)
Terjadi pada usia 6 bulan-5 tahun (rata-rata 18-22 bulan)
Tidak ada bukti infeksi SSP, atau penyakit neurologis akut
Dicetuskan oleh penyakit yang menyebabkan demam, paling sering
otitis media dan infeksi saluran pernafasan atas, roseola,
gastroenteritis.
Anamnesis
Kejang demam sederhana : berlangsung <15 menit, kejang umum
tonik-klonik, tidak berulang dalam waktu 24 jam dan tidak ada gejala
pascaiktal.
Kejang demam kompleks : berlangsung ≥15 menit, kejang
fokal/kejang umum didahului fokal, berulang dalam waktu 24 jam
dan ada gejala pascaiktal.

AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRICS


Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk mencari penyebab demam  otitis media,
faringitis, viral exanthema
Pemeriksaan status neurologis
Tanda meningitis, trauma maupun ingesti toksik

HTTPS://EMEDICINE.MEDSCAPE.COM/ARTICLE/1176205-OVERVIEW
Pemeriksaan Penunjang
Pungsi lumbal
◦ Meningitis dipertimbangkan sebagai diagnosis banding dan pungsi lumbal
harus dilakukan pada anak <6 bulan dengan kejang disertai demam atau pada
semua usia dengan gejala dan tanda meningitis (mis. kaku kuduk, Kernig sign,
Burdzinski sign) atau semua anak dengan riwayat atau pemeriksaan fisik yang
menunjukkan adanya infeksi intracranial.
◦ Semua bayi usia 6-12 bulan yang belum diimunisasi Hib atau Streptococcus
pneumonia atau tidak jelas status imunisasinya, pungsi lumbal merupakan
suatu pilihan.

AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRICS


NELSON TEXTBOOK OF PEDIATRICS 20TH EDITION
Pemeriksaan Penunjang
Elektroensefalografi (EEG)
◦ Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang demam
ataupun memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi di kemudia hari pada
penderita kejang demam.
◦ Pemeriksaan EEG tidak dilakukan pada anak yang pertama kali mengalami
kejang demam sederhana dan tidak ada kelainan neurologis.

NELSON TEXTBOOK OF PEDIATRICS 20TH EDITION


Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
◦ Pemeriksaan darah (serum elektrolit, fosfor,magnesium, darah rutin) tidak
rutin direkomendasikan pada anak yg pertama kali mengalami kejang demam
sederhana.
◦ Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan pada anak dengan gangguan
kesadaran pascaiktal yang lama atau oral intake yang buruk.
Neuroimaging
◦ Pemeriksaan neuroimaging seperti CT-scan atau MRI tidak direkomendasikan
pada anak yang pertama kali mengalami kejang demam simpleks.

NELSON TEXTBOOK OF PEDIATRICS 20TH EDITION


Penatalaksanaan
Pencegahan Kejang
Diazepam oral intermiten (0,33 mg / kg setiap 8 jam selama demam) atau
diazepam rektum intermiten (0,5 mg / kg diberikan sebagai supositoria rektal
setiap 8 jam) diberikan selama penyakit demam

Nitrazepam oral, clobazam, dan clonazepam intermiten (0,1 mg / kg / hari)

Terapi berkelanjutan dapat berupa valproat yang kontinyu dosis 20-30 mg / kg /


hari dalam 2 atau 3 dosis terbagi hingga bebas kejang 1 tahun.
Pencegahan Demam
Parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap
4-6 jam
Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari
Antikonvulsan Rumat  selama 1 tahun, tanpa tapering of, diberikan saat anak tidak sedang
demam
◦ Asam valproat 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis
◦ Fenobarbital 3-4mg/kg/hari dalam 1-2 dosis
Indikasi :
1. Kejang fokal
2. Kejang lama > 15 menit
3. Kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya cerebral palsy,
hidrosefalus, hemiparesis

REKOMENDASI PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM UKK IDAI 2016


Edukasi
◦ Kejang selalu  menakutkan
◦ Beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.
◦ Kurangi kecemasan:
◦ Kejang demam  prognosis baik.
◦ Memberitahukan cara penanganan kejang
◦ kemungkinan kejang kembali
◦ Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi
harus diingat adanya efek samping obat
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang

1. Tetap tenang dan tidak panik


2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
Komplikasi
Tidak menghasilkan efek yang panjang  Kejang demam sederhana tidak
menyebabkan kerusakan otak, cacat intelektual atau ketidakmampuan belajar,
dan itu tidak berarti anak memiliki gangguan yang lebih serius.
Kejang demam adalah provokasi kejang dan tidak menunjukkan epilepsi.
Epilepsi adalah suatu kondisi yang dicirikan oleh kejang yang tak terulang yang
disebabkan oleh sinyal listrik yang abnormal di otak.

Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan


Prognosis
sangat baik  kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan
perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal.
Kelainan neurologis  kasus kejang lama atau kejang berulang, baik umum
maupun fokal dapat terjadi gangguan recognition memory pada anak yang
mengalami kejang lama
Kematian langsung karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.

Вам также может понравиться