Вы находитесь на странице: 1из 16

KHITAN DALAM ISLAM

Pengertian

 Kata khitan berasal dari kata khatana


- yahtunu - khatnan wa khutuunan -
yang mengandung arti qatha'a
(memotong)
 Dimaksud di sini adalah memotong
kulup (kulit) yang menutup bagian
ujung kemaluan agar bersih dari najis
 Khitan bagi laki-laki disebut i'dzar,
sedang bagi perempuan disebut
khafd
Perintah Khitan

 Para ulama sepakat bahwa khitan disyariatkan.


Hal ini didasarkan pada dalil-dalil yang ada dalam
al-Qur'an dan hadits Nabi saw
 Surat al-Baqarah:124

)124:‫(البقرة‬ ... ‫َو ِإ ِذ ا ْبتَلَى ِإب َْرا ِهي َْم َربُّه ِب ََ ِل ََتٍ َََََ َ هَُ هن‬
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji
Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu beliau
menunaikannya…..(QS al-Baqarah:124)
Perintah Khitan

 Ibnu Abbas yang menjelaskan bahwa yang dimaksud


dengan "beberapa kalimat" dalam ayat tersebut
adalah bagian-bagian kesucian (khishal al-Fithrah)
yang diajarkan oleh para Rasul, dan diantaranya
khitan
 Hadits Rasululullah SAW dari Bau Hurairah r.a:

ْ ‫س ِم ْن ْال ِف‬
‫ط َرةِ ْال ِختَتن َو ِاِل ْستِ ْحدَاد‬ ٌ ََْ ‫س أ َ ْو خ‬ ٌ ََْ ‫ط َرة خ‬ْ ‫ْال ِف‬
ِ ‫تر‬
‫ب‬ ِ ‫ش‬‫ص ال ه‬ ُّ َ‫تر َوق‬ ْ َ ‫َو نَتْف اْ ِإلب ِْط َو َ َ ْق ِليْم اْل‬
ِ َ‫ظف‬
)‫ قص الشترب‬:‫اللبتس‬:‫(مسلم‬
Perintah Khitan

 Artinya: Fithrah (kesucian) itu ada lima atau


lima dari kesucian adalah khitan, mencukur bulu
disekitar kemaluan, memotong (mencukur)
kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak
(HR Muslim, kitab al-Libas, bab Qashshus Syarib)
 Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa khitan
sudah dijumpai di tanah Arab. Kemudian menjadi
bagian syariat Islam yang pada awalnya
dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim as. dan
dilanjutkan oleh Nabi Muhammad saw
Perintah Khitan

 Ada lima hal merupakan fitrah (yang berhubungan


dengan kebersihan badan) yaitu mencukur bulu
kemaluan, khitan, merapikan kumis, mencabut
bulu ketiak, dan memotong kuku (H.R. Bukhari,
Muslim, dan Ahmad)
 Terkait hukum khitan ini, ulama berbeda pendapat,
adanya yang mengatakan sunnah ada yang
mengatakan wajib. Perbedaan hukum ini juga terjadi
pada masalah khitan bagi perempuan (khifad)
Perintah Khitan

‫صلهى ه‬
‫َّللا‬ َ ِ ‫ه‬
‫َّللا‬ ‫ول‬ ‫س‬ ‫ر‬
َ ‫ل‬
َ ‫ت‬َ ‫ق‬ ‫ل‬ َ ‫ت‬َ ‫ق‬ َ ‫ة‬ ‫ْر‬
َ َ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ب‬ َ
ِ ‫ع ْن أ‬ َ
‫علَ ْي ِه ال ه‬
‫س ََلم‬ ‫ي‬
َ ُّ ِ ‫ب‬‫ه‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫يم‬ ‫ه‬
ِ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ب‬
ْ
َ ِ ‫إ‬ ‫ن‬ َ َ ‫ت‬ َ ‫ت‬ ْ
‫اخ‬ ‫م‬ ‫ه‬
َ َ ‫عل‬
‫ل‬ ‫س‬
َ ‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬
ْ َ َ
)‫وم (مسلم‬ ِ ‫سنَةً ِب ْتلقَد‬ َ ‫ين‬ َ ِ‫َوه َو ابْن ث َ ََتن‬
 Artinya: Dari Abu Huraerah ra.ia berkata.
Rasulullah saw bersabda:bahwa Nabi Ibrahim
berkhitan setelah mencapai umur 80 tahun dan
ia dikhitan dengan qadum
Hukum Khitan

 Dikalangan para ulama ada perbedaan pendapat


tentang hukum khitan bagi laki-laki dan
perempuan
 As-Syafi'I dan Hanbali berpendapat bahwa khitan
hukumnya wajib, bahkan Hanbali menyatakan
bahwa orang yang tidak berkhitan tidak boleh
dimakan sembelihannya dan shalatnya tidak sah
 'Atha sependapat dengan imam as-Syafi'i tentang
wajib hukumnya khitan bagi laki-laki, bahkan
beliau menambahkan; Apabila seseorang dalam
usia dewasa masuk Islam, maka keislamannya
belum sempurna sebelum ia melakukan khitan
Hukum Khitan

 Sedang menurut Abu Hanifah dan Hasan al-Bishry


khitan hukumnya sunah
 Ibnu Qudamah berpendapat bahwa khitan bagi laki-
laki hukumnya wajib, sedang bagi perempuan
merupakan suatu kehormatan
 Para ahli kesehatan berpendapat bahwa khitan bagi
laki-laki mendatangkan manfaat atau kemashlahatan,
yaitu dapat menjaga kebersihan alat kelamin dan
dapat menjegah timbulnya penyakit kelamin. Dengan
mempertimbangkan aspek kesehatan tersebut, maka
khitan bagi laki-laki hukumnya wajib, sedang bagi
perempuan tidak diwajibkan khitan karena tidak ada
faktor yang mengharuskan khitan mereka
Hukum Khitan

 Madzhab Maliki dan Hanafi berpendapat bahwa khitan


bagi laki-laki hukumnya sunah dan merupakan suatu
kehormatan bagi perempuan. Pendapat mereka
berdasar pada hadits Ahmad sebagai berikut:

‫ي‬
‫ِ ه‬ ‫ب‬‫ه‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ن‬‫ه‬ َ ‫أ‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬ ‫ب‬
ِ َ ‫أ‬ ‫ن‬ْ ‫ع‬
َ َ ‫ة‬‫م‬َ ‫ت‬ ‫س‬
َ ‫أ‬ ‫ْن‬ ‫ب‬
ِ ِ َ ‫يح‬ ‫ل‬
ِ َ ْ
‫ال‬ ‫ي‬ ‫ب‬ َ
ِ ‫ع ْن أ‬ َ
ٌ‫سله َم قَت َل ْال ِختَتن سنهة‬ ‫و‬
َ َ َ ‫ه‬ِ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ه‬
‫َّللا‬ ‫ى‬ ‫ه‬ ‫صل‬
َ
)‫ت ِ (رواه أحَد‬ِ ‫س‬َ ‫ِل ِلر َجت ِل َم َْر َمةٌ ِل ِلن‬
Artinya: Diriwayatkan dari Abi Malih ibn Usamah
dari ayahnya (dikatakan) bahwa Nabi saw bersabda:
Khitan (hukumnya) sunah bagi laki-laki dan
makrumah (keormatan) bagi perempuan. (HR
Ahmad)
Hukum Khitan

 Terkait khitan bagi perempuan, menurut Madzhab Hanafi


dan Hanbali hukumnya mubah (boleh) dan merupakan
suatu kehormatan bagi mereka
 Madzhab Syafi'i yang mengatakan bahwa khitan bagi
perempuan hukumnya wajib sebagaimana laki-laki. Dasar
yang dipakai oleh Madzhab ini adalah hadits Kulaib sebagai
berikut:

ْ ‫تر اْلَ ْف ِر َو‬


‫اخت َ ِت ْن‬ َ َ ‫ع‬ ‫ش‬
ِ ‫ك‬
َ ْ
‫ن‬ ‫ع‬ ْ
َ ِ ‫أ‬
‫ق‬ ‫ل‬ َ
Artinya: Potonglah rambut kafir (jahiliyah) dan
berkhitanlah".
perintah berkhitan dalam hadits di atas bersifat umum baik
bagi laki-laki maupun perempuan. Artinya khitan bagi laki-
laki dan perempuan hukumnya sama yaitu wajib
Hukum Khitan

 Wahbah az-Zuhayli menyatakan bahwa


”khitan bagi laki-laki, dengan mengikuti
aliran Hanafi dan Maliki, hukumnya sunnah
muakkadah sedangkan bagi perempuan
adalah suatu kemuliaan, disunnahkan tidak
berlebihan sehingga binir vagina tidak
terpotong dengan tujuan perempuan dapat
merasakan kenikmatan hubungan suami
isteri
Hukum Khitan

 Terkait khitan perempuan, Yusuf al-Qardhawy


mengatakan bahwa pelaksanaan khitan di Negara-
negara Islam tidak sama. Ada Negara Islam yang
penduduknya melaksanakan khitan seperti,
Malaysia, Brunei Darussalam dan Indonesia
(mayoritas beragama Islam), dan ada pula yang
tidak melaksanakan khitan bagi perempuan seperti,
Timur Tengah
 Muhammadiyah berpendapat bahwa khitan
hukumnya sunnah muakkadah bagi laki-laki dan
tidak dianjurkan bagi perempuan
Hukum Khitan

 Pendapat Muhammadiyah ini didasarkan pada


pemahaman bahwa hadits yang digunakan terkait
kebolehan khitan bagi perempuan kualitasnya
dhoif/lemah, karena ada salah satu perawi yang tidak
diketahui (majhul). Hal ini sebagaimana dikatakan Abu
Dawud.
Artinya:”Dari Ummu Athiyah radliyallahu anha ia
berkata bahwa ada seorang perempuan juru sunat
para perempuan Madinah. Rasuulullah memberinya
pesan: Jangan berlebihan, karena bagian itu adaah
bagian kenikmatan perempuan dan bagian yang
diinginkan suami”. Dalam satu riwayat lain Nabi
bersabda:”potonglah bagian ujungnya saja dan jangan
berlebihan karena bagian itu membuat wajah berseri
dan bagian (kenikmatan) suami”
Hukum Khitan

 Syeikh Mahmud Syaltut menyatakan bahwa


melakukan khitan baik untuk laki-laki maupun
perempuan tidak terkait langsung dengan nash-
nash agama, karena tidak dijumpai satu hadis pun
yang shahih tentang khitan sedangkan alasan yang
dikemukan para ulama yang menyetujui khitan
juga sangat lemah. Fikih hanya menyantuni
(persoalan ini) dengan kaidah bahwa melukai
anggota tubuh makhluk hidup (seperti khitan)
diperbolehkan sepanjang dengan cara itu diperoleh
kemaslahatan
Hukum Khitan

 Prinsip muasyarah bilma’ruf khususnya yang


terkait pada kesamaan hak perempuan bersama
laki-laki dalam hubungan suami isteri
mengajarkan bahwa sebagaimana halnya laki-laki
berhak untuk mendapatkan kenikmatan saat
melakukan jima’ hal yang sama juga berlaku untuk
perempuan. Mengingat khitan dapat mengurangi
kenikmatan perempuan saat melakukan hubungan
suami isteri maka pelaksanaan khitan perempuan
tidak dianjurkan

Вам также может понравиться