Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tanda:
- hari demam ke 4-5
- suhu turun
- nadi cepat tanpa demam
- hipotensi
- leucopenia < 5000/mm3
Berdasarkan panduan WHO 2009, pasien
dengan infeksi dengue dikelompokkan ke
dalam 3 kelompok yaitu Grup A, B, dan C.
Pasien yang termasuk Grup A dapat
menjalani rawat jalan.
Sedangkan pasien yang termasuk Grup B
atau C harus menjalani perawatan di
rumah sakit. Sampai saat ini belum tersedia
terapi antiviral untuk infeksi dengue.
Prinsip terapi bersifat simptomatis dan
suportif.
Yang termasuk Grup A adalah pasien yang
tanpa disertai warning signs dan mampu
mempertahankan asupan oral cairan yang
adekuat dan memproduksi urine minimal sekali
dalam 6 jam. Sebelum diputuskan rawat jalan,
pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan.
Pasien dengan hematokrit yang stabil dapat
dipulangkan. Terapi di rumah untuk pasien Grup
A meliputi edukasi mengenai istirahat atau tirah
baring dan asupan cairan oral yang cukup, serta
pemberian parasetamol. Pasien beserta
keluarganya harus diberikan KIE tentang warning
signs secara jelas dan diberikan instruksi agar
secepatnya kembali ke rumah sakit jika timbul
warning signs selama perawatan di rumah.
Yang termasuk Grup B meliputi pasien
dengan warning signs dan pasien dengan
kondisi penyerta khusus (co-existing
conditions). Pasien dengan kondisi
penyerta khusus seperti kehamilan, bayi,
usia tua, diabetes mellitus, gagal ginjal atau
dengan indikasi sosial seperti tempat
tinggal yang jauh dari RS atau tinggal
sendiri harus dirawat di rumah sakit. Jika
pasien tidak mampu mentoleransi asupan
cairan secara oral dalam jumlah yang
cukup, terapi cairan intravena dapat
dimulai dengan memberikan larutan NaCl
0,9% atau Ringer’s Lactate dengan
Tatalaksana pasien infeksi dengue dengan warning signs adalah sebagai
berikut:
pemberian larutan isotonic (NS atau RL) 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam,
kemudian kurangi kecepatan tetes menjadi 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam,
dan kemudian kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kg/jam sesuai respons klinis.
Nilai kembali status klinis dan evaluasi nilai hematokrit. Jika hematokrit stabil
atau hanya meningkat sedikit, lanjutkan terapi cairan dengan kecepatan 2-
3 ml/kg/jam selama 2-4 jam.
Jika terjadi perburukan tanda vital dan peningkatan cepat nilai HCT,
tingkatkan kecepatan tetes menjdai 5-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam
Nilai kembali status klinis, evaluasi nilai hematokrit dan evaluasi kecepatan
tetes infuse. Kurangi kecepatan tetes secara gradual ketika mendekati akhir
fase kritis yang diindikasikan oleh adanya produksi urine dan asupan cairan
yang adekuat dan nilai hematokrit di bawah nilai baseline.
Monitor tanda vital dan perfusi perifer (setiap 1-4 jam sampai pasien
melewati fase kritis), produksi urine, hematokrit (sebelum dan sesudah terapi
pengganti cairan, kemudian setiap 6-12 jam), gula darah, dan fungsi organ
lainnya (profil ginjal, hati, dan fungsi koagulasi sesuai indikasi).
Yang termasuk Grup C adalah pasien
dengan kebocoran plasma (plasma
leakage) berat yang menimbulkan syok
dan/atau akumulasi cairan abnormal
dengan distres nafas, perdarahan berat,
atau gangguan fungsi organ berat.
Terapi terbagi menjadi terapi syok
terkompensasi (compensated shock)
dan terapi syok hipotensif (hypotensive
shock).
Terapi cairan pada pasien dengan syok terkompensasi meliputi:
Jika tidak terdapat perbaikan atau pasien masih tidak stabil, evaluasi nilai
hematokrit sebelum bolus cairan. Jika hematokrit rendah (<40%), hal ini
menandakan adanya perdarahan, siapkan cross-match dan transfusi. Jika
hematokrit tinggi dibandingkan nilai basal, ganti cairan dengan cairan
koloid 10-20 ml/kg/jam sebagai bolus kedua selama 30 menit sampai 1 jam,
nilai ulang setelah bolus kedua.
Jika pasien masih tidak stabil, evaluasi ulang nilai hematokrit setelah bolus
cairan kedua. Jika nilai hematokrit menurun, hal ini menandakan adanya
perdarahan. Jika hematokrit tetap tinggi atau bahkan meningkat (>50%),
lanjutkan infus koloid 10-20 ml/kg/jam sebagai bolus ketiga selama 1 jam,
kemudian kurangi menjadi 7-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian ganti
dengan cairan kristaloid dan kurangi kecepatan tetes.
Jika terdapat perdarahan, berikan 5-10 ml/kg/jam transfusi PRC segar atau
10-20 ml/kg/jam whole blood segar.
Mengingat pada saat awal datang ,
belum selalu dapat ditegakkan diagnosa
DBD dengan tepat. Maka sebagai
pedoman tatalaksana awal dapat dibagi
dalam beberapa bagan, yaitu
Tatalaksana tersangka DBD ( bagan 2
dan 3
Tata laksana penderita DBD derajat I
dan II ( bagan 4) dan
tatalaksan derajat III dan IV ( bagan 5)
Demam berdarah dapat dicegah
dengan memberantas jentik-jentik
nyamuk Demam Berdarah (Aedes
aegypti) dengan cara melakukan PSN
(Pembersihan Sarang Nyamuk) Upaya ini
merupakan cara yang terbaik, ampuh,
murah, mudah dan dapat dilakukan
oleh masyarakat, dengan cara sebagai
berikut:
› Bersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti : bak
mandi / WC, drum, dan lain-lain) sekurang-kurangnya
seminggu sekali. Gantilah air di vas kembang, tempat
minum burung, perangkap semut dan lain-lain sekurang-
kurangnya seminggu sekali