Вы находитесь на странице: 1из 23

PERAN SEORANG DOKTER PUSKESMAS TERHADAP

KASUS SEKSUAL DAN TINDAKAN YANG DILAKUKAN


BILA SEDANG BERTUGAS DI PUSKESMAS

Nur indah febriana


1310211022
Definisi

Istilah kekerasan secara umum digunakan untuk menggambarkan


perilaku, baik yang terbuka (overt) atau tertutup (covert), dan baik
yang bersifat menyerang (offensive) atau bertahan (defensive), yang
disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain.

kekerasan sebagai istilah yang dipergunakan bagi terjadinya cidera


mental atau fisik. Kekerasan diartikan sebagai sebuah ancaman,


usaha atau penggunaan fisik yang dilakukan oleh seseorang yang
dapat menimbulkan luka baik secara fisik maupun non fisik
terhadap orang lain.
Kekerasan pada anak adalah suatu tindakan penganiayaan atau 7

perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti fisik, emosional,


seksual, melalaikan pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan
komersial yang secara nyata atau pun tidak dapat membahayakan
kesehatan, kelangsungan hidup, martabat atau perkembangannya,
tindakan kekerasan diperoleh dari orang yang bertanggung jawab,
dipercaya atau berkuasa dalam perlindungan anak tersebut. (WHO)

•Sedangkan yang dimaksud anak disini menurut Undang-Undang Nomor


23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menurut Pasal 1 angka 1
menyebutkan bahwa anak adalah “seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.
Dalam hal ini anak juga mempunyai hak asasi yang melekat pada dirinya
yang harus dilindungi dan juga dihormati.
• Faktor intena
a. Faktor Anak
Anak dengan gangguan tumbuh kembang akan rentan terhadap risiko kekerasan,
antara lain bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan gangguan perkembangan,
penyakit kronis, cacat fisik, gangguan perilaku atau gangguan mental emosional
akan lebih rentan mengalami kekerasan.
b. Faktor Orang Tua/ Situasi Keluarga
Dalam hal ini yang sering terjadi akibat kurangnya pemahaman tentang agama,
riwayat orang tua dengan kekerasan fisik atau seksual pada masa kecil adanya
riwayat stress berkepanjangan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya
(ansietas,schizophrenia, dll), penggunaan NAPZA, berperan sebagai orang tua
tunggal, orang tua dengan usia masih remaja, pendidikan orang tua yang rendah,
sosial ekonomi yang rendah, dan juga dapat dikarenakan kehamilan yang tidak
diinginkan.
Faktor eksterna

•Problema yang ada di masyarakat yang sering menjadi faktor


penyebab terhadap tindak kekerasan pada anak antara lain :
lingkungan sosial dengan tingkat kriminalitas yang tinggi,
kemiskinan, kebiasaan atau budaya yang salah di masyarakat
dalam pengasuhan anak salah satunya dengan melakukan
penghukuman fisik pada anak, serta pengaruh negatif media
massa.
Dampak kekerasan anak

Kekerasan terhadap anak dapat menimbulkan berbagai dampak yang dapat digolongkan
menjadi dua yaitu :

1. Dampak jangka pendek

Dampak jangka pendek terutama berhubungan dengan masalah fisik, antara lain : memar,
lecet, luka bakar, patah tulang, kerusakan organ, robekan selaput dara, keracunan,
gangguan susunan syaraf pusat. Di samping itu seringkali terjadi gangguan emosi atau
perubahan perilaku seperti pendiam, menangis, menyendiri.

2. Dampak Jangka Panjang Dampak jangka panjang dapat terjadi pada kekerasan fisik,
seksual, maupun emosional.

a. Dampak Fisik Kecacatan yang dapat mengganggu fungsi tubuh.

b. Dampak Seksual Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Infeksi Menular Seksual


(IMS) termasuk HIV/AIDS, gangguan/ kerusakan organ reproduksi
c. Dampak Emosional

Anak yang mengalami kekerasan dapat mengalami depresi, baik


ringan, sedang maupun berat. Pada depresi ringan anak akan
menjadi resisten terhadap lingkungan misal anak menjadi lebih
pendiam dalam bergaul dengan temannya. Anak yang mengalami
depresi sedang menjadi lebih menutup diri dengan lingkungan,
menghindar dari pergaulan, dan lebih suka menyendiri. Sedangkan
pada tahap depresi berat anak yang mengalami kekerasan akan
merasa putus asa dalam hidupnya atau merasa hidupnya tidak
berguna sehingga mulai muncul keinginan untuk mengakhiri 12
hidupnya, pada tahap depresi berat ini anak dapat melakukan
tindakan bunuh diri.
ALUR PEMERIKSAAN
KORBAN DELIK KESUSILAAN

INDONESIA NATIONAL
POLICE KORBAN

PENYIDIK
DOKTER
(POLISI)

DOKTER

VISUM et REPERTUM
Penyidikan

Serangkaian tindakan penyidik dalam hal


dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti
itu membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya
Kewajiban seorang dokter antara lain :
1.Melakukan pemeriksaan kedokteran forensik
atas korban apabila diminta secara resmi oleh
penyidik.
2.Menolak melakukan pemeriksaan kedokteran
forensik tersebut di atas dapat dikenai pidana
penjara, selama-lamanya 9 bulan.
Kewajiban untuk membantu peradilan sebagai seorang
dokter forensik itu diatur dalam pasal 133 KUHAP dimana
seperti yang disebutkan di atas penyidik berwenang untuk
mengajukan permintaan keterangan ahli pada dokter
forensik atau kedokteran kehakiman.

Terkait dengan peranan dokter dalam membantu penyidik


memberikan keterangan medis mengenai keadaan korban
perkosaan, hal ini merupakan upaya untuk mendapatkan
bukti atau tanda pada diri korban yang apat menunjukkan
bahwa telah benar terjadi suatu tindak pidana persetubuhan
dan tanda kekerasan.
Dokter sebaiknya menjelaskan manfat pemeriksaan, tindakan apa yang akan
dilakukan pada korban
Dokter meminta izin tertulis untuk px kepada orang tua/walinya
Pada saat orang tua korban datang sebaiknya ditanyakan dulu maksud
pemeriksaan atau ada maksud untuk melakukan penuntutan
Bila akan melakukan penuntutan, maka sebaiknya dokter jangan memeriksa
anak tersebut, dand dapat menyarankan pada keluarga pasien untuk melakukan
pengaduan terlebih dahulu kepada polisi yang berwenang untuk mendapat surat
pengajuan visum
Sehingga nanti dapat menjadi bukti yang sah menurut hukum apabila memang
terbukti tekah terjadi pemerkosaan.
Jika terbukti telah terjadi persetubuhan dengan paksaan atau tanpa paksaan
pelaku akan memberikan hukuman podana yang berbeda menurut KUHP sesuai
dengan hasil proses peradilan
Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Pemeriksaan
1.Setiappemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis
dari penyidik yang berwenang.
2.Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda
bukti.
3.SetiapVisum et Retertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang
didapatkan pada tubuh korban pada waktu permintaan Visum et Repertum
diterima oleh dokter.
4.Ijintertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau
jika korban adalah seorang anak, dari orang tua atau walinya.
5.Seorang
perawat atau bidan harus mendampingi dokter pada waktu
memeriksa korban
6.Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin jangan ditunda terlampau lama
7.Visum et Repertum diselesaikan secepat mungkin
Visum et Repertum

Laporan tertulis untuk kepentingan


peradilan atas permintaan yang
berwenang, yang dibuat dokter, terhadap
segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan
pada pemeriksaan barang bukti,
berdasarkan sumpah pada waktu
menerima jabatan, serta berdasarkan
pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Pasal 179 KUHAP: seorang dokter wajib memberikan keterangan yang

sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan di bidang


keahliannya demi keadilan

Pasal 133 dan 179 dan 180 KUHAP: seorang dokter jika dimintakan

kepadanya untuk membuatkan visum et repertum, maka secara hukum


dokter wajib melakukan dan tidak ada alasan untuk menolak
1. Berkomunikasi efektif dengan korban atau dengan keluarga korban
Berkomunikasi dengan korban serta anggota keluarganya (memberi

penjelasan tujuan dilakukan pemeriksaan, cara dan prosedur pemeriksaan)


Bersambung rasa dengan korban dan keluarganya (menunjukan rasa

empati dan dapat dipercaya)


Memberikan situasi yang nyaman bagi korban dengan menjaga privasi

pasien.
Aktif dan mendengarkan dengan penuh perhatian untuk menyampaikan

keluhannya & kronologis kejadian


1. Kendala pembuktian tindakan persetubuhan:

Korban dengan selaput dara yang sebelumnya telah robek lama.


Korban diperiksa sudah lama.


Korban memiliki selaput dara elastis, penetrasi tidak lengkap.



2. Kendala pemeriksaan cairan mani:

Sebelumnya berhubungan seksual dengan orang lain


Terlambat diperiksa

Koitus interuptus

Pelaku memakai kondom



Referensi

Forensik UI
Forensik Sagung Seto

Вам также может понравиться