Вы находитесь на странице: 1из 63

Veve

LI 1 : Patofisiologi Kelemahan Otot Pernapasan


• During resting (automatic)
breathing, the hemidiaphragm on
the paralyzed side of patients with
a dense hemiplegia (compatible
with a capsular infarct) moves
normally (300).
• During voluntary inhalation,
excursion on the paralyzed side
less than normal (300).
• The increased excursion may
result from compensatory
increases in neuronal activity in
the unaffected side of the brain or
from decreased impedance to
diaphragmatic descent on the
unaffected side.
• This respiratory muscle weakness
 responsible for the decreases
in VC and total lung capacity and
the increase in residual volume in
some patients with capsular stroke
GBS and respiratory failure
• The weakness of the • Impaired swallowing
diaphragm  phrenic caused by facial and
nerve demyelination. oropharyngeal
• The decrease in weakness leads to
inspiratory capacity aspiration pneumonia
caused by paralysis of • produce respiratory
the abdominal and failure and alveolar
intercostal muscles  hypoventilation with
impairs the ability to hypercarbia,
clear airway secretions hypoxemia, and
by coughing airway respiratory acidosis.
obstruction occurs
(atelectasis)
LI 2 : Anatomi, Histologi, dan Fisiologi (cornu anterior,
radiks, saraf tepi, neuromuscular junction, & otot)
Anatomy of PNS

Mtui E, Gruener G, Dockery P. Fitzgerald’s clinical neuroanatomy and neuroscience. 7th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2016.
Anatomy of PNS
• Peripheral nerves comrpise the cranial and spinal nerves
linking the brain and spinal cord to the peripheral tissues.
• Spinal nerves
– Formed by ventral and dorsal nerve roots (swelling: dorsal root
ganglion)
– Divides into ventral and dorsal rami
• Dorsal rami  supply erector spinae muscle, overlying skin
of the trunk
• Ventral rami  supply muscles & skin of the side and front
of the trunk, including the muscles and skin of the limbs;
sensory fibers to the parietal pleura and parietal
peritoneum
• The cervical, brachial, and lumbosacral plexus are derived
from ventral rami

Mtui E, Gruener G, Dockery P. Fitzgerald’s clinical neuroanatomy and neuroscience. 7th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2016.
Anatomy of PNS
• Neurons contributing to peripheral nerves  are
partly contained wihtin CNS
– Anterior horn of grey matter: multipolar α & γ neuron
(efferent/motor nerves)
– Dorsal root ganglia: unipolar neurons (cell bodies) 
posterior horn of grey matter (afferent/sensory
process)
• Somatic afferent fibers
• Somatic efferent fibers
• Visceral efferent
Mtui E, Gruener G, Dockery P. Fitzgerald’s clinical neuroanatomy and neuroscience. 7th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2016.
Brachial Plexus
• Formed by the
anterior rami of C5 to
C8, and most of the
anterior ramus of T1
• Origin: neck  passes
laterally and inferiorly
over rib I  enters
the axilla
• Part of brachial
plexus:
– Roots
– Trunks
– Divisions
– Cords
Dermatome
Histologi Sistem Saraf Perifer (Sistem Saraf Tepi/SST)
• SST : kumpulan serat saraf – Epineurium :
(akson) yg terletak diluar SSP & • Lapisan terluar
dikelilingi o/ selubung jaringan
• Dibentuk o/ jar ikat
ikat
kolagen yg padat &
• Kumpulan serat saraf (fasikulus) irregular, mengandung
ini dpt diamati dng mata serat2 elastin tebal yg
telanjang  warna putih karena melingkupi seluruh saraf
dibungkus o/ selubung myelin
• Serat kolagen cegah tjd
• Secara fungsional : kerusakan kumpulan serat
– Serat saraf sensorik saraf akibat peregangan
(aferen) : bawa impuls berlebihan
sensorik dr kulit & organ • Lapisan paling tebal yg
 SSP melanjutkan diri menjadi
duramater
– Serat saraf motorik
• Menjadi tipis ketika serat
(eferen) : SSP  bawa sarafatlas
Gartner LP, Hiatt JL. Color bercabang menjadi
and text histology. >
6th ed
Histologi Sistem Saraf Perifer (Sistem Saraf Tepi/SST)
– Perineurium sel epitleloid
• Lapisan tengah selubung • Ketebalan makin
jar ikat pembungkus berkurang hingga tinggal
berkas serat saraf selapis sel gepeng
(fasikulus) – Endoneurium
• Disusun o/ jar ikat padat • Lapis terdalam selubung
tetapi > tipis dr epi- jar ikat yg bungkus tiap 1
• Permukaan dalam dilapisi serat saraf (aksoon)
o/ berberapa lapis sel • Disusun o/ jar ikat longgar
epiteloid yg disatukan yg mengandung serat
zona okludens & dikelilingi retikulin, fibroblast,
lamina basalis makrofag, kapiler darah, &
• Serat kolagen tipis yg sel mast
berjalan scr longitudinal • Berhub dng lamina basalis
diseling dng serat elastin sel schwann
yg terletak antara lapisan
Gartner LP, Hiatt JL. Color atlas and text histology. 6th ed
Cornu Anterior Potongan lintang
spinal cord :
• White matter :
perifer
• Gray matter :
internal
• Bentuk spt huruf
‘H’
• Di tengah : tmpt
masuk (central
• Gray matter  bentuk anterior cornu : yg canal) : tbntuk dri
lumen embryonal
mengandung motor neuron yg aksonnya tbntuk
neural tube
dri ventral root spinal nerve & posterior cornu :
yg menerima serat sensorik dri neuron di spinal • Canal nyambung
dg ventrikel otak :
(dorsal root) ganglia
t’isi CSF , disusun
• Spinal cord neuron : besar, multipolar, tu motor o/ sel ependymal
neuron di anterior cornu
Junquiera’s Basic Histology – Text and Atlas (13ed)
Fisiologi Sistem Saraf Perifer (Sistem Saraf Tepi/SST)

Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th ed


Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th ed
Reseptor
• Macam2 reseptor berdasarkan jenis energi yg ditanggapi :
– Fotoreseptor  cahaya
– Mekanoreseptor  rangsangan mekanik
– Termoreseptor  suhu
– Osmoreseptor  deteksi perubahan konsentrasi zat
terlarut dlm CES & perubahan aktivitas osmotik
– Kemoreseptor  zat kimia
– Nosiseptor  rangsang nyeri
• Macam2 reseptor berdasarkan kecepatan adaptasinya :
– Reseptor tonik : tidak dapat beradaptasi sama sekali
atau beradaptasi lambat thd stimulus
– Reseptor fasik : dapat beradaptasi dng cepat thd
stimulus
Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th ed
Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th ed
Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th ed
Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th ed
Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th ed
Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th ed
Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th ed
Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th ed
Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th ed
LI 3 : Kelainan LMN
Sindrom Gullain Barre
• Polineuropati akut yang disebabkan oleh
reaksi autoimun terhadap saraf perifer
• Karakteristik : adanya paralysis asendens
dan hilangnya refleks tendon
• CSF terdapat disosiasi sitoalbumin 
Protein >0,55g/l tanpa peningkatan sel <10
limfosit/mm3
• Etiologi :
– Campylobacter jejuni
– Haemophylus influenzae
– Mycoplasma pneumoniae
– CMV
– EBV
– VZV
• Meningkatkan resiko pada : pascavaksinasi
influenza H1N1 , kelainan autoimun,
pengobatan imunosupresi, dan pasca
pembedahan
Diagnosis
• Menurut NINCDS
– Tanda minimum :
• Kelemahan progresif pada kedua lengan dan tungkai (dapat
dimulai dari ekstremitas bawah)
• Hiporefleksia atau arefleksia
• Tanda yang memperkuat dx :
• Perburukan gx  28 hari (4 minggu)
• Distribusi defisit neurologisnya simetris
• Gangguan sensorik minimal
• Gg nervus kranial terutama otot fasialis bilateral
• Disfungsi saraf otonom (aritmia, fluktuasi tekanan darah , respons
hemodinamik yang abnormal terhadap pengobatan , gg miksi , defekasi
dan berkeringat)
• Nyeri
• Peningkatan protein pada LCS
• Gambaran elektrodiagnostig khas sesuai kriteria
Pemeriksaan Penunjang
1. Kecepatan Hantar Saraf (KHS)
- AIDP  Adanya blok konduksi (amplitudo proksimal berbanding amplitudo distal
<0,5 dengan amplitudo CMAP distal > 20%
- Adanya dispersi temporal
- KHS menurun <90% BBN; atay <85% BBN jika amplitudo CMAP dista
<50% BBN
-AMAN  tidak ada tanda demielinisasi , peurunan amplitudo CMAP distal <80%
pada kedua saraf perifer
2. Pungsi lumbal
- Terdapat disosiasi sitoalbumin (ditemukan minggu pertama dan ↑ pada minggu
ketiga )
- Analisa normal dalam onset < 2 minngu  dihentikan
- Ditemukan ↑ jumlah sel pada CSF pada minggu pertama onset gx 
pertimbangkan : infeksi, neuropati akibat HIV limfoma dan keganasan
3. Radiologi
- Jika tanda dan gx klinis meragukan  untuk menyingkirkan lesi
struktural  MRI ; normal pada otak dan medula spinalis , dijumpai
penyangatan pada radiks proksimal
4. Antibodi antigangliosida
Tatalaksana

Kriteria pemasangan alat bantu nafas :


1 Gx mayor :
1. hypercarbia (partial pressure of
arterial carbon dioxide, >6.4 kPa
[48 mm Hg]),
2. hypoxemia (partial pressure of
arterial oxygen while the patient is
breathing ambient air, <56mmHg
pada udara ruangan )
3. Kapasitas vital paru < 15mL/kgBB
Atau 2 gx minor :
1. Refleks batuk tidak efektif
2. Gangguan menelan
3. Anteletaksis paru

Nyeri  gabapentin atau karbamazepin


TERAPI 2018 GBS!!
• Plasma Exchange (plasmapharesis)(cuci darah)
– Ambulatory patients: plasma exchange is recommended within 2 weeks of onset. Two plasma
exchanges are given for mild GBS (disability grade 0-2).
– Nonambulatory patients: plasma exchange is recommended within 4 weeks from onset of
neurologic symptoms.
– The dose for plasma exchange is given through a central venous catheter (Mahurkar), 50
mL/kg bodyweight every other day for 7-14 days. During administration, patients should be
closely monitored for electrolyte abnormalities and coagulopathies.
• IVIG(400 mg/kg/day intravenously for 5 days)
– KI jika ada IgA defisiensi dan Gagal ginjal
• Terapi Suportif
– DVT prophylaxis: subcutaneous heparin or enoxaparin
– Intubation and ventilation: risk factors for respiratory failure include rapid disease progression,
bulbar dysfunction, bilateral facial nerve weakness, and dysautonomia. Early intubation should
be considered for patients with bulbar dysfunction, high risk of aspiration, and new atelectasis
on CXR.
– Pain in the acute phase: gabapentin or carbamazepine are generally recommended in the ICU
– Hypotension: can be managed with fluid boluses
– Hypertension: labetalol, esmolol, or nitroprusside.
– Rehabilitation
Penyakit Neuron Motorik
• Merupakan gangguan degeneratif progresif ada gejala sensorik & tdk ada
dr korteks, batang otak, & neuron motorik keterlibatan sfingter pd konstipasi yg
spinalis disebabkan kelemahan otot pelvis &
• Etiologi & patogenesis : abdomen & penurunan masukan cairan
– Eksitotoksisitas : toksin berinteraksi dng – Berberapa ps dpt alami demensia tipe
reseptor glutamat & menyebabkan frontal
kelebihan kalsium selular – Disartria & disfagia
– Radikal bebas : kerusakan neuron – Atrofi & fasikulasi lidah, tetapi reflex
motorik akibat reaksi berantai yg rahang meningkat
diawali penangkapan elektron o/ radikal • Pemeriksaan :
bebas oksigen mis superoksida & – EMG  denervasi yg menyebar luas
peroksida akibat kerusakan sel2 kornu anterior
– 2 mekanisme tsb dpt tjd bersamaan, – MRI  u/ menyingkirkan kemungkinan
radikal bebas oksigen terbentuk sbg kompresi medulla spinalis atau radiks
respons thd peningkatan kalsium saraf pd kasus atipikal
intrasel yg sebaliknya jg dpt diinduksi o/
ekitotoksin
• Gambaran klinis :
– Atrofi & kelemahan otot ekstremitas
atas > sering drpd ekstremitas bawah
– Tanda motorik biasanya asimetris, tdk Lecture notes neurology. 8th ed.
2007
Penyakit Neuron Motorik
• Tatalaksana : • Gastrotomi endoskopik
– Medikamentosa : perkutan u/ disfagia
• Obat antikolinergik u/ kurangi • Ventilasi buatan u/ gagal
sekresi saliva jika tjd kesulitan napas
menelan • Komplikasi :
• Baklofen, dantrolen, tizanidin, – ps berisiko alami infeksi krn
diazepam u/ spastisitas aspirasi & krn kelemahan otot
• Kuinin u/ kram otot pernapasan
• Antidepresan – Depresi, dng isolasi sosial yg
• Laksatif (disertai peningkatan semakin berat
asupan cairan) u/ konstipasi – Penurunan BB, malnutrisi, &
• opiat, diazepam u/ gejala dehidrasi krn disfagia
simtomatik dispnea – Tromboemboli vena, krn
– Lainnya : imobilisasi
• Fisioterapi – Gagal napas  kematian
• Bantuan komunikasi u/ • Prognosis : angka harapan hidup rata2
disartria 4 th. Hanya 10% ps dpt mencapai 5 th
lebih. Lecture notes neurology. 8th ed. 2007
Myasthenia Gravis
• Definisi : kelainan transmisi neuromuskular edrophonium 1cc
primer. Penyakit autoimun, dengan kelainan – Elektrodiagnostik
imunitas didapat. – Occular cooling/ice pack : meletakkan
• Patfis : ↓ jumlah reseptor asetilkolin (AchR) icepack di mata yg ptosis
yg diduga disebabkan o/ proses autoimun. – Antibodi antiMuSK & antibodi AchR-ab
– ↓ AchR meski dng pelepasan Ach yg N • Tatalaksana :
 ↓ potential endplate
– Lini I : antikolinesterase
– Besar potensial aksi dibawah ambang
batas  transmisi inefektif  ↓ jumlah – Prostigmin 1x60mg
serabut saraf  kelemahan otot – Neostigmin
• Gejala klinis : – Edrofonium
– Ptosis bilateral – Imunomodulator jangka panjang
– Disartria & disfagia (glukokortikoid & obat imunosupresif)
– Wajah tanpa ekspresi / sulit senyum – Prednison, mulai dari 5mg/hari ↑
hingga 50mg/hari
– Dropped head syndrome
– Azatioprin atau siklosporin
– Kelemahan ekstremitaas, terutama
proksimal – Imunomodulasi (plasmapharesos &
intravenous immunoglobin)
– Kelemahan otot pernapasan
– Bedah (thymectomy)
• Diagnosis :
– Edrophonium chloride test : injeksi dng Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-4
Hammer GD, McPhee SJ. Pathophysiology of disease : an introduction to clinical medicine. 7th ed
Terapi MG 2018!!!
• Pyridostigmine (kalo lbh dr 90mg gk berhasil)
Prednisolone (kalo dosis lebih dari 15-
20mg/kgbb/hari gak berhasil dalam stlh 3 bulan
pemberian) Azathioprine(immunosuppresion)
• Thymectomy = jika AchR antibodi + dan umur dibawah
45tahun!!!!!!!!!!!
• Kalo pasien relapse MG langsung mulai dari
prednisolone
• Okular dan generalised sama mulai dari pyridostigmine
• Pasien hamil  pyridostigmine dan prednisolone
kategori C, Azathioprine aman!!!!!!!!!!!
Neuropati
• Gangguan pada sistem saraf perifer
• Pendekatan klinis
– Mengetahui daerah kerusakan
(axon, myelin, badan sel, struktur
vaskuler)
– Etiologi
– Tatalaksana
• Neuropati demielinisasi 
anti-MAG (anti myelin
associated glycoprotein)
• Multifokal motor neuropati
(MMN)  anti-GM1
• SGB  anti GQ1b
• Infeksi sistemik / gg
imunitas  cairan
serebrospinal
• Neuropati sensorik pada
perokok  antibodi antiHu
(neuropati paraneoplastik)
Neuropati
• Pemeriksaan fisik nyeri, suhu, dari kulit dan
– Sensorik : berfungsi regulasi saraf otonom
• Serabut Saraf besar : tes vibrasi, – Pemeriksaan Lab dan Genetik
propioseptif, raba halus, Romberg, • Gula darah puasa
• Serabut saraf kecil : nyeri, dan suhu • Elektrolit
• Motorik : • Pemeriksaan fungsi ginjal dan
– Inspeksi : Atrofi,fasikulasi, hepar
– Palpasi : Tonus dan Rigiditas  • Darah lengkap
menyingkirkan keterlibatan SSP • Hitung jenis
– Kekuatan • Kadar vitamin B12 : defisiensi
– Pemeriksaan Saraf Otonom vit B12 penyebab neuropati
• Pemeriksaan penunjang yang mudah diterapi
– Pemeriksaan Elektrodiagnostik • Laju endap darah
• KHS • Fungsi tiroid
• EMG (Elektromiografi) • Jika memungkinkan IFE
(Immuno fixation
• Biopsi saraf dan biopsi kulit electrophoresis)
– Biopsi kulit  Golden standart
untuk inervasi sarafkecil
intraepidermal tidak bermielin
yang menghantarkan sesnsasi
Neuropathy guidelines 2018!!!
• Offer a choice of amitriptyline, duloxetine, gabapentin or pregabalin as
initial treatment for neuropathic pain (except trigeminal neuralgia = ksh
carbamazepine)
• Consider tramadol only if acute rescue therapy is needed
• Spinal cord stimulation is recommended as a treatment option for adults
with chronic pain of neuropathic origin who:
– continue to experience chronic pain (measuring at least 50 mm on a 0–100
mm visual analogue scale) for at least 6 months despite appropriate
conventional medical management, and
– who have had a successful trial of stimulation as part of the assessment
specified below.
• Spinal cord stimulation is not recommended as a treatment option for
adults with chronic pain of ischaemic origin except in the context of
research as part of a clinical trial. Such research should be designed to
generate robust evidence about the benefits of spinal cord stimulation
(including pain relief, functional outcomes and quality of life) compared
with standard care.
Carpal Tunnel Syndrome
• Kumpulan gejala  penyempitan pd – Jk terus berlanjut  fibrosis epineural
terowongan karpal (Carpal Tunnel)  dpt  merusak serabut saraf 
diakibatkan edema fasia pd terowongan digantikan jaringan ikat  disfungsi
atau akibat kelainan tulang2 kecil tangan N. medianus
penekanan N. medianus dipergelangan – Peningkatan intrafasikuler 
tangan gangguan mikrovaskularisasi 
• Ligamentum carpal transversum / fleksor nutrisi saraf berkurang  iskemik
retinaculum saraf
• Etiopatogenesis • Tanda & gejala
– Hipotesa : faktor mekanik dan – Baal/mati rasa, rasa terbakar,
vascular kesemutan, di jari2 dan telapak
– CTS tjd scra kronis akibat penebalan tangan t.u malam hari
fleksor retinaculum  menyebabkan – Nyeri di telapak tangan, atau lengan
penekanan N. medianus bawah selama dipergunakan
– Tekanan yg berulang2, dan progresif – Penurunan kekuatan cengkraman
lama  peningkatan tekanan – Kelemahan ibu jari
intrafasikuler  aliran darah – Sensasi jari bengkak
(khususnya) vena intrafasikuler
menurun  perfusi nutrisi terganggu – Kesulitan dlm membedakan sensasi
dan anoksia  vasodilatasi  panas dan dingin
merusak endotel  kebocoran
Carpal Tunnel Syndrome
• Pemeriksaan Fisik – De Quervain’s Syndrome
Tes provokasi – Cervical radiculopathy
– Tinel’s Test – Inoracic outlet syndrome
– Phallen’s Test – Pronator teres syndrome
– Flick’s Test • Terapi
– Thenar Wasting Konservatif :
– Pressure Test – Istirahatkan pergelangan tangan
– Luthy’s Test (Bottle Test) – NSAID
– Sensibility Test – Obat neuropatik
• Pemeriksaan Penunjang – Pemasangan bidai pd posisi netral
– Pemeriksaan EMG  g3 konduksi – Injeksi steroid dg triamcinolone /
saraf (kecepatan hantar impuls dexamethasone
menurun dan masa laten distal – Vit B6 (piridoksin) 100-300 mg/hari
memanjang) – Fisioterapi  perbaikan vaskularisasi
– Pemeriksaan Radiologi  pergelangan
menyingkirkan adanya fraktur, Operatif
kelainan sendi, dll)
– Indikasi : terapi konservatif gagal,
• Diagnosis Banding atrofi otot thenar dan/atau
– Tenosinovitis hypothenar, g3 sensorik berat
Carpal Tunnel Syndrome
• Pencegahan baik
– Mengurangi pergerakan reptitif,
gerakan kaku, atau getaran
peralatan tangan pd saat bekerja
– Desain peralatan kerja supaya
tangan dlm posisi natural saat
kerja
– Modifikasi tata ruang kerja utk
memudahkan variasi gerakan
– Mengubah metode kerja utk
sesekali istirahat pendek
• Prognosis
– Umumnya dg terapi konservatif
baik  bila keadaan tidak
membaik  tindakan operasi
harus dilakukan  prognosis
CTS guideline 2018!!!!!
• Grade A = Operasi carpal tunnel release dan
complete division of the flexor retinaculum
• Grade B = local injeksi steroid minggu 2, 4 dan
12, tapi prolonged injeksi tidak diketahui
TTS (Tarsal Tunnel Syndrome)
• Terjepitnya N.tibialis posterior yang • Gejala :
menghasilkan gejala di sepanjang jalur – Nyeri spt tertembak
saraf tersebut dari dalam pergelangan
kaki - kaki – Baal / mati rasa
• Penyebab : – Kesemutan, sensasi terbakar
– Flat foot atau tersengat listrik
– Struktur • Diagnosis :
abnormal/pembesaran – Anamnesa & PF (tinel’s sign)
(varises, kista ganglion) – Riwayat medis lengkap
– Cidera (keseleo) – EMG/NCV
– Penyakit sistemik (DM, – Pencitraan (X-ray, CT scan,
arthritis) MRI)
Tatalaksana
Istirahat Kompres es Obat oral : NSAID Imobilisasi Terapi fisik (terapi
(ibuprofen) ultrasound, latihan)
Terapi injeksi Orthotic device Penggunaan Bracing * Operasi jika
(anastesi lokal, KS) sepatu yg tepat diperlukan
• Non-surgical Treatment
A variety of treatment options, often used in combination, are available to treat tarsal tunnel
syndrome. These include:
• Rest. Staying off the foot prevents further injury and encourages healing.
• Ice. Apply an ice pack to the affected area, placing a thin towel between the ice and the skin. Use
ice for 20 minutes and then wait at least 40 minutes before icing again.
• Oral medications. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), such as ibuprofen, help reduce
the pain and inflammation.
• Immobilization. Restricting movement of the foot by wearing a cast is sometimes necessary to
enable the nerve and surrounding tissue to heal.
• Physical therapy. Ultrasound therapy, exercises, and other physical therapy modalities may be
prescribed to reduce symptoms.
• Injection therapy. Injections of a local anesthetic provide pain relief, and an injected corticosteroid
may be useful in treating the inflammation.
• Orthotic devices. Custom shoe inserts may be prescribed to help maintain the arch and limit
excessive motion that can cause compression of the nerve.
• Shoes. Supportive shoes may be recommended.
• Bracing. Patients with flatfoot or those with severe symptoms and nerve damage may be fitted
with a brace to reduce the amount of pressure on the foot.
• Surgery
Radikulopati Servikal
• Prolaps diskus intervertebralis servikal yg berdegenerasi ke arah
belakang dr posisi normalnya dpt menyebabkan penjepitan saraf
servikal pd foramen tempat keluarnya saraf
• Penyebab lain : spondilosis, tumor
• Gambaran klinis : nyeri leher menjalar ke lengan, sesuai dng distribusi
miotom & bukan dermatom, kelumpuuhan otot segmental, hilangnya
reflex tendon yg relevan, & gangguan sensorik dermatom
• Kebanyakan membaik dng th/ konservatif : OAINS, relaksan otot,
penggunaan collar neck, latihan dr fisioterapi u/ hilangkan nyeri
• MRI dibutuhkan u/ melihat indikasi pembedahan u/ memperlebar
foramen intervertebralis &/atau menghilangkan materi diskus
• Protrusi diskus srvikalis atau akibat dr spondilosis dpt scr simultan
menjepit saraf spinalis & medulla spinalis (mieloradikulopati)

Lecture notes neurology. 8th ed. 2007


Hernia Nukleus Pulposus
• Definisi : herniasi materi inti dr annulus ke kanalis mielopati & defisit radiks
spinalis vertebra – Daerah lumbar :
• Epidemiologi : merupakan penyebab 2% dr total • Nyeri menjalar (nyeri radikuler) dr
nyeri punggung bawah yg baru. > 95% tjd di punggung hingga ke tungkai bawah atau
daerah lumbal, terutama radiks L5 & S1. Di daerah kaki (tgt dr dermatom radiks yg
servikal plg sering mempengaruhi c6-c7 (radiks terkena). Yeri tungkai bawah > sakit
c7) dibanding c5-c6 (radiks c6) drpd nyeri punggung
• Patfis : herniasi materi inti yg berada dlm kanalis • Gerakan punggung terbatas (terutama
menimbulkan respon inflamasi, jejas diskus  ↑ fleksi ke dpn) akibat nyeri
molekul pro-inflamasi (IL 1, IL8, TNF α). Makrofag • Nyeri diperberat dng batuk, bersin, atau
respon & coba bersihkan medulla spinalis  mengejan. Nyeri mereda dng memfleksi
produksi jar parut. Kompresi saraf akut lutut atau paha
menyebabkan disfungsi berupa kelemahan
motorik & rasa baal. Nyeri radikuler disebabkan • Tanda2 tegangan radiks :
o/ inflamasi saraf. – Straight leg raise (SLR = laseque’s
• Manifestasi klinis : test) atau crossed SLR (nyeri harus
tjd pd sudut <60°) menandakan
– Daerah servikal : keterlibatan radiks L5, S1
• Nyeri menjalar di area lengan pd – Femoral stretch test menandakan
distribusi radiks, diperburuk dng keterlibatan L2-L4
ekstensi leher, rotasi ipsilateral, & fleksi
lateral • Kelemahan motorik diikuti dng ↓
refleks fisiologis patella & Achilles
• Tanda & gejala LMN : kelemahan
motorik atau hipestesi sesuai dng • Perubahan sensorik (baal, kesemutan,
dermatom disertai ↓ refleks fisiologis rasa panas, spt ditusuk2), sesuai
biseps & triseps dermatom
Hernia Nukleus Pulposus
• PF : perlu diperiksa status lokalis daerah • Analgesik gol OAINS : ibuprofen,
punggung, ada tidaknya deformitas atau massa asetaminofen
nyeri tekan di daerah vertebra vertebra atau • Tdk perlu imobilisasi kecuali terdapat
paravertebral u/ memastikan lokasi & gejala radikuler berat
penyebab lesi • Modifikasi aktivitas, edukasi ps
• PP : foto polos tulang belakang u/ eksklusi DD. (kurangi duduk lama terus menerus,
Diagnosis ditegakkan dng MRI setinggi lesi yg membungkuk & angkat barang)
dicurigai, disertai pemberian kontras jika • Fisioterapi, program OR
suspek neoplasma atau metastasis. EMG
diperlukan u/ menentukan derajat penjepitan • Colar neck atau korset lumbal
saraf, iritasi, atau sudah tjd kompresi radiks sementara selama 2 minggu
• Diagnosis banding : • Dpt dilakukan injeksi kortikosteroid
epidural pd nyeri radikuler hebat di
– Neoplasma (neurofibroma, schwannoma) lumbal
– Kista synovial – Indikasi bedah :
– Abses • Nyeri tdk tertahankan walau sudah
– Hypertrophic bone menjalani th/ konservatif yg adekuat
– Spondilitis tuberculosis selama > 3 bulan
– Spondilitis servikal/lumbal • Hasil EMG didapatkan kompresi
– Nyeri facet atau sacroiliac joint radiks
– Osteoporosis • Defisit neurologis progresif
– Metastasis tulang • Pembedahan yg biasa dilakukan adl
• Tatalaksana disektomi anterior servikal atau
Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-4
laminektomi
Klaudikasio Intermiten Cauda Equina
• Merupakan sindrom klinis yg disebabkan o/ gangguan peredaran
darah ke kauda equina akibat penyempitan kanalis spinalis lumbal o/
penyakit degeneratif
• Tanda & gejala : Nyeri pd bokong & tungkai disertai gangguan
sensorimotorik pd anggota gerak bawah yg tjd saat OR & membaik
jika istirahat
• Diagnosis banding :
– Klaudikasio otot tungkai akibat insufisiensi vaskular
– dibedakan krn pd insufisiensi vaskular otot tungkai tdk
terdapat gangguan sensorimotorik, & berdasarkan
perbaikan gejala saat istirahat (1-2 menit pd insufisiensi
vaskular, dan 5-15 menit pd klaudikasio kauda equina)
• Operasi laminektomi u/ dekompresi seringkali berguna pd stenosis
kanalis lumbalis yg sudah dikonfirmasi o/ CT scan atau MRI
Lecture notes neurology. 8th ed. 2007
Polimiositis
• An idiopathic inflammatory myopathy • Tanda :
that causes symmetrical, proximal – Kelemahan pd otot
muscle weakness; elevated skeletal (mendadak/bertahap)
muscle enzyme levels; and – Kesulitan menelan (disfagia)
characteristic electromyography (EMG)
and muscle biopsy findings. – Jatuh & kesulitan bangun dr jatuh
• Etiologi : reaksi autoimun thdp jaringan – Kelelahan
otot – Batuk kering kronis
• Faktor pencetus : infeksi virus, • Klasifikasi miositis :
keganasan – Primary idiopathic polymyositis.
• Faktor resiko : HLA (haplotypes A1, B8, – Primary idiopathic dermatomyositis
DR3), penggunaan obat2an similar to primary idiopathic
• Gejala : polymyositis.
– Kelemahan pd otot dekat pusat – Polymyositis or dermatomyositis
tubuh (lengan, paha, pinggul, bahu, associated with cancer.
leher & punggung) – Childhood dermatomyositis
– Kelemahan pd jari tangan dan kaki – Polymyositis or dermatomyositis
(jarang) can occur with an associated
– Penebalan kulit pada tangan disorder (RA, SLE, etc)
Polimiositis
• Diagnosis : – 50% pasien yang diobati 5 tahun
– Pemeriksaan Lab mengalami masa remisi yg panjang
• CBC (leukositosis, trombositosis) (kesembuhan).
• ESR atau CRP ↑ – 5yr survival rate 75%.
• Kadar enzim otot ↑ – Pada anak-anak lebih baik.
• Mioglobinuria – Kematian pada orang dewasa didahului
oleh kelemahan yang parah dan
• Trdpt autoantibodi progresif pada otot.
• Faktor rheumatoid (+) – Kanker ikut menentukan prognosis.
– Biopsi otot
– EMG
– Pencitraan (biasanya u/ lihat keganasan)
• CT-scan Tatalaksana
• MRI Kortikosteroid Prednison 1mg/kg/hr 4-
• DD : ALS, Polymyalgia Rheumatica, Cushing 8minggu
Syndrome, RA, Fibromyalgia, Sarcoidosis, Imunosupresan Methotrexate, azathioprine,
Hyperthyroidism, SLE, Hypothyroidism, mycophenolate mofetil,
Trichinosis rituximab, cyclosporine, IVIG
• Prognosis
Diet High-protein diet. Monitor BB
Aktivitas Exercise, heat therapy
Neurofibromatosis
• Sindrom neurokutan : suatu kelainan – Lebih sering tumbuh di akar saraf
genetika pada sistem saraf yg spinalis
berpengaruh pada pertumbuhan & – Neurofibromatosis yang lebih jarang
perkembangan jaringan saraf ,dimana ada pertumbuhan tumor di
• Gejala : telinga bag dalam dan bisa
– Bintik bintik kulit yg berwarna menyebabkan tuli
coklat di dada, punggung, pinggul, • Tatalaksana :
sikut & lutut – Belum ada pengobatan yang dapat
– Bintik bintik ini bisa ditemukan menghentikan perkembangan
pada saat anak lahir atau baru neurofibromatosis
timbul saat bayi – Biasanya benjolan dapat dihilngkan
– Saat umur 10-15 th mulai muncul dengan cara pembedahan
berbagai ukuran &
neurofibromatosis di kulit
– Disertai kelainan tulang belakang
(kifoskoliosis), kelainan bentuk
tulang iga, pembesaran tulang
panjang, dll
• Tanda :
Peroneal palsy
• Diagnosa – Physical therapy
– Pemeriksaan neurologis • Prognosis
– riwayat medis lengkap – Hasil tergantung pada penyebab
– pengujian listrik masalah. Berhasil mengobati
– pencitraan, seperti sinar-X atau penyebabnya dapat meredakan
resolusi tinggi 3-T MRI (magnetic disfungsi, meskipun mungkin
resonance imaging) diperlukan waktu beberapa bulan
• Differential diagnosis: – Jika kerusakan saraf parah, cacat
mungkin permanen. Nyeri saraf
– Radikulopati L5 mungkin sangat tidak nyaman.
– Post operasi pinggul Gangguan ini TIDAK biasanya
– High aciatic mononeuropathy yang memperpendek umur yang
mengenai serabut peroneus diharapkan seseorang.
kommunis
• Terapi:
– Konservatif,
– menghindari faktor kompresi
– Operasi
Peroneal palsy
• kelainan yang ditandai dengan penurunan neuropathy
fungsi sensorik dan motorik pada tungkai • Etiologi
bawah dan kaki akibat lesi pada nervus – cedera pada saraf tulang belakang atau
peroneal. penyakit lain yang mendasarinya(ALS,
• Jarang terjadi pd anak-anak MS, Parkinson)
• Patogenesis : – Komplikasi dari operasi penggantian
– Tenaga mekanik eksterna atau cedera pinggul
terbatas saraf tubuh mengenai – Cedera lain (lutut atau dislokasi sendi
permukaan tulang  beberapa fesikel atau fraktur, ruptur)
terkena, saraf yg mempersarafi otot > • Tanda dan gejala
rentan thd kompresi drpd saraf kulit
(krn sarabut saraf kulit tdk myelin, – ketidakmampuan untuk menunjuk jari-
serabut saraf otot myelin  rentan thd jari kaki ke arah tubuh (dorsi fleksi)
kompresi)  sekali saraf rusak akan – Rasa sakit
rentan thd tekanan – Kelemahan
– Ps dng malnutrisi, alkoholisme, – Mati rasa (pada atas kaki)
diabetes, gagal ginjal & GBS sering – Hilangnya fungsi kaki
sering terjadi komplikasi pressure – steppage gait atau foot drop gait
neuropathy
– faktor genetik juga berperan sebagai
predisposisi timbulnya pressure
Palsy guidelines 2018!!!!
• Corticosteroid 60-80mg/day selama 7hari +-
antiviral(lbh rekomen yang house-brackmann
4 atau lebih)
Sindrom Horner
• Etiologi : – Topical cocaine test
– Adanya gangguan saraf dari • DD:
hipotamalus ke saraf wajah dan – Adie pupil
mata – Anisocoria
• Tanda & gejala: – Argyll Robertson pupil
– Penurunan produksi keringat – Holmes-Adie pupil
– Ptosis (contralateral)
– Enopthalmus – Iris sphincter muscle damage
– Miosis mata – Senile miosis
• Diagnosis : – Third nerve palsy
– Pemeriksaan mata : Pupil mata, – Unilateral use of miotic drugs
Eyelid drooping, Red eye – Unilateral use of mydriatic drugs
– Tes darah (CBC) • Tatalaksana:
– MRA, CT angiogram, Cerebral – Tidak ada tatalaksana khusus,
angiogram, Foto polos dada, tatalaksana sesuai etiologi
MRI
Kesimpulan & Saran
• Kesimpulan
– Kami telah mempelajari tentang patofisiologi
kelemahan otot pernapasan, anatomi, fisiologi, dan
histologi dari LMN, dan penyakit yang terkait dengan
LMN.
• Saran
– Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan
lebih lanjut seperti MRI untuk mengetahui apakah ada
lesi struktural dan tes Kecepatan Hantar Saraf (KHS)
untuk mengetahui apakah ada gangguan konduksi
saraf atau demielinisasi.
Daftar Pustaka
• Gunning KEJ. Pathophysiology of respiratory failure and indications
for respiratory support. Critical care. 2003;21 (3):72-6.
• Gartner LP, Hiatt JL. Color atlas and text histology. 6th ed. Philadelphia
: Wolters Kluwer (Lippincott Williams and Wilkins), 2014.
• Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 9th ed.
Belmont: Cole Cencage Learning; 2016.
• Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. Kapita selekta
kedokteran. 4th ed. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
• Hammer GD, McPhee SJ. Pathophysiology of disease : an introduction
to clinical medicine. 7th ed. New York: McGraw Hill; 2014.
• Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor’s : principles of
neurology. 10th ed. New York: McGraw Hill; 2014.
• Ginsberg L. Lecture notes neurology. 8th ed. Jakarta: Erlangga, 2007.

Вам также может понравиться