Вы находитесь на странице: 1из 49

Atrial Fibrilasi

Pembimbing dr. Yudi Fadillah, Sp. PD-KKV.,


FINASIM., MARS

SUCI PURNAMARZA
702017015
Pendahuluan

Pengertian kata AF AF seringkali tanpa


berasal dari fibrillating disertai adanya gejala,
menyumbang 1/3 dari
atau bergetarnya otot- tapi terkadang AF dapat
penerimaan pasien
otot jantung atrium, jadi menyebabkan palpitasi,
rumah sakit untuk
bukan merupakan suatu penurunan kesadaran,
gangguan irama jantung.
kontraksi yang nyeri dada dan gagal
terkoordinasi. jantung kongestif.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

No. RM : 54.74.71
Nama lengkap : Ny. H
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Jalan Sabar Jaya, Banyuasin
Alamat : Karya Jaya Kertapati Kota Palembang
Tanggal Masuk : 24 September 2018
Diagnosis Masuk : atrial fibrilasi
Keluhan Utama:
Sesak napas ± 7 jam SMRS

Riwayat Perjalanan Penyakit:


Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak ± 7 jam
SMRS. Pasien menyangkal sesak karena debu, udara dingin,
asap, bulu binatang dan makanan tertentu. Sesak dirasakan
saat os melakukan aktivitas rumah. Pasien juga merasakan
jantungnya berdebar-debar. Keluhan juga disertai nyeri
dada. Pasien terkadang mengalami batuk tetapi tidak
berdahak. Pasien mengalami mual tanpa disertai muntah.
Keluhan mengi (-), demam (-) pilek (-), trauma dada (-),
penurunan berat badan (-), bengkak kedua tungkai (-).
• Lebih kurang 1 bulan lalu, os juga mengalami sesak napas.
Pasien mengaku sering sesak di rumah bila melakukan
kegiatan-kegiatan sedang, dan durasi sesaknya hanya
setengah jam. Dan hilang bila tubuh diistirahatkan. Keluhan
tidur dengan bantal tinggi disangkal. Keluhan sering
terbangun saat tertidur karena sesak disangkal.
• Pasien juga mengeluhkan sudah tidak dapat melakukan aktivitas
fisik yg berat karena mudah sesak, merasa cepat lelah dan sering
pusing. Beberapa bulan terakhir ini pasien tidak dapat melakukan
aktivitas yang tidak terlalu berat atau sedang seperti berjalan 50
meter saja sudah harus istirahat atau naik tangga 2-3 lantai. Pasien
menyangkal mengalami penurunan nafsu makan.
• ± 1 tahun lalu pasien pernah dirawat di rumah sakit kemudian
didiagnosa mengalami penyempitan pembuluh darah jantung.
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit Riwayat Sosial
Dahulu Keluarga Ekonomi

• Hipertensi (+) • Ibu kandung • Sosial


• Diabetes (-)  hipertensi ekonomi
• Jantung (+) dan diabetes menengah
melitus
• Ginjal (-)
Pemeriksaan Fisik

• KU : sakit sedang
• Kesadaran : kompos mentis
• Nadi : 112 x/mnt
• RR : 24 x/mnt
• Temp : 36.5
• TD : 110/70 mmHg
1. Pemeriksaan Kepala:
- Bentuk kepala : Normocephali
- Rambut : Putih, tidak rontok, tidak mudah dicabut
- Muka : Pucat (-)

2. Pemeriksaan Mata:
- Palpebra : edema (-/-)
- Konjungtiva : anemis (+/+)
- Sklera : ikterik (-/-)
- Pupil : refleks cahaya (+/+), isokor.

3. Pemeriksaan Telinga : Liang telinga normal, serumen (-/-), sekret (-/-), nyeri tekan (-/-),
gangguan pendengaran (-)

4. Pemeriksaan Hidung : Deformitas (-), nafas cuping hidung (-/-), sekret (-), epistaksis (-),
mukosa hiperemis (-)
5. Pemeriksaan Mulut + tengorokan:
Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil T1/T1, faring hiperemis (-),
gusi hiperemis (-), uvula ditengah

6. Pemeriksaan Leher :
Inspeksi : Simetris, tidak terlihat benjolan, lesi pada kulit (-)
Palpasi : Pembesaran Tiroid (-). Pembesaran KGB (-)
JVP : 5-2 cm

7. Kulit : Hipergigmentasi (-), ikterik (-), petikhie (-), sianosis (-),


pucat pada telapak tangan dan kaki (-), turgor normal.
8. Pemeriksaan Thorax:
Paru
Paru depan
Inspeksi : Statis: kanan sama dengan kiri, dinamis: tidak ada yang
teringgal, sela iga melebar (-), retraksi intercostae (-), benjolan (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri, benjolan (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru kanan kiri, batas paru hepar
ICS V linea midclavicula dextra
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronki (+/+), wheezing (-/-)
Paru belakang
Inspeksi : Statis: kanan sama dengan kiri, dinamis: tidak ada yang
teringgal.
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronki kasar (+/+), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
Perkusi :
• Atas : ICS II linea sternalis sinistra
• Kanan bawah : ICS V linea parasternalis dextra
• Kiri bawah : ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : HR: 112x/menit, S1- S2 ireguler, S3 (-)
murmur (-), gallop (-)
9. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar (+), lemas (+), caput medusa (-), spider
naevi (-), benjolan(-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali (-),
pembesaran lien (-), massa (-), ballotement (-)
Perkusi : Tympani (+), undulasi (-), pekak berpindah (-)
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
10. Pemeriksaan Genitalia: dalam batas normal

11. Ekstremitas:
Superior : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 3”
Inferior : Akral hangat (+/+), pitting edema (-/-), CRT < 3”
2. Pemeriksaan EKG
• Asinus ryhthm, laju 105 x/menit, normal axis, ireguller.
Gambaran EKG ini mengambarkan kasus atrial fibrilasi
3. Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap
• Hemoglobin : 14,5 g/dL
• Leukosit : 8.500 /ul
• Trombosit : 116.000/ul
• Hitung jenis
• Eosinofil : 0,9%
• Basofil : 0,1%
• Neutrofil batang : 0,0%
• Neutrofil segmen: 85,6%
• Limfosit : 7,5%
• Monosit : 5,9%
• Hematokrit : 44,7 %
• LED : 6 mm/jam

Kimia Klinik
• Gula darah sewaktu: 172 mg/dL
• Ureum : 52 mg/dL
• Creatinin : 0,6 mg/dL
• Natrium : 145 mmol/L
• Kalium : 5,0 mmol/L
3.8 Diagnosis Banding
• Atrial fibrilasi
• Dekompensasi cordis
• Coronary arterial disease

3.9 Diagnosis kerja


• Atrial fibrilasi
3.9 Penatalaksanaan
Non Farmakologis
1. Edukasi
2. Tirah baring
3. Observasi tanda vital
Farmakologis
• IVFD RL gtt xx/menit
• Aspilet 1x80 mg
• Digoxin 1 x 0,25 mg.
• Furosemide 1 x 20 mg
3.10 Prognosis
• Quo ad vitam : Dubia at bonam
• Quo ad fungtionam : Dubia at bonam
Tanggal Catatan Terapi
24 september S : sesak napas, nyeri dada, berdebar-debar, mual - IVFD RL gtt xx/menit
2018 O : TD: 110/80 mmHg, N : 112x/m, RR : 25x/m, T : 36,5 oC - Aspilet 1x80 mg
Kepala : normocephali, konj. anemis -/-, palpebra pucat -/-, - Digoxin 1 x 0,25 mg.
sklera ikterik -/-, edema palpebra -/- - Furosemide 1 x 20 mg
Leher : pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH20
Thorax :
Paru
I : Simetris, retraksi (-)
P : Stemfremitus kiri = kanan, sela iga melebar (-)
P : Redup pada kedua lapang paru kanan
A : ves (+), wheezing (-)/(-), ronkhi (+)/(+)
Abdomen
I : cembung, tegang, simetris, venektasi tidak ada
P : teraba keras, nyeri tekan (+), lien sulit teraba, hepar sulit diraba,
undulasi (+)
P : timpani, nyeri ketok kostovetebre tidak ada, asites (-), shifting
dullnes (-)
A : bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, edema pretibia (-/-), CRT < 2”
A: atrial fibrilasi
25 september S : sesak napas berkurang, nyeri dada berkurang - IVFD RL gtt xx/menit
2018 O : TD: 110/80 mmHg, N : 95x/m, RR : 22x/m, T : 36,5 oC - Aspilet 1x80 mg
Kepala : normocephali, konj. anemis -/-, palpebra pucat -/-, - Digoxin 1 x 0,25 mg.
sklera ikterik -/-, edema palpebra -/- - Furosemide 1 x 20 mg
Leher : pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH20
Thorax :
Paru
I : Simetris, retraksi (-)
P : Stemfremitus kiri = kanan, sela iga melebar (-)
P : Redup pada kedua lapang paru kanan
A : ves (+), wheezing (-)/(-), ronkhi (+)/(+)
Abdomen
I : cembung, tegang, simetris, venektasi tidak ada
P : teraba keras, nyeri tekan (+), lien sulit teraba, hepar sulit diraba,
undulasi (+)
P : timpani, nyeri ketok kostovetebre tidak ada, asites (-), shifting
dullnes (-)
A : bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, edema pretibia (-/-), CRT < 2”
A: atrial fibrilasi
Jantung..
Jantung..
ATRIAL FIBRILASI..

suatu gangguan pada jantung (aritmia) yang ditandai


dengan ketidakteraturan irama denyut jantung dan
peningkatan frekuensi denyut jantung.

Pada dasarnya atrial fibrilasi merupakan suatu takikardisupraventrikuler


dengan aktivasi atrial yang tidak terkoordinasi dan deteriorisasi fungsi
mekanik atrium.

26
Klasifikasi

Klasifikasi

AF deteksi pertama Paroksismal AF

Persisten AF Kronik/permanen AF

27
Etiologi

Penyebab

Peningkatan tekanan/resistensi atrium Neurogenik Proses infiltratif dan


inflamasi

Obat-obatan
Keturunan/genetik

Kelainan Endokrin Neurogenik

28
Gejala..

pusing kelelahan

kelemahan sesak nafas

nyeri dada
Patofisiologi

1. Ruptur plak
Plak aterosklerotik inti yang mengandung banyak lemak dan pelindung
jaringan fibrotik (fibrotic cap) biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang
berdekatan dengan intima yang normal atau pada timbunan lemak 
oklusi subtotal atau total dari pembuluh koroner
2. Trombosis dan agregasi trombosit5,9,10
Interaksi yang terjadi antara lemak, sel otot polos, makrofag dan kolagen 
faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VIIa  agregasi platelet
platelet melepaskan isi granulasi  memicu agregasi yang lebih luas,
vasokonstriksi dan pembentukkan trombus  pembentukan trombin dan
fibrin.

30
Patofisiologi

• Vasospasme
Disfungsi endotel dan bahan vasoaktif perubahan dalam tonus
pembuluh darah dan menyebabkan spasme

• Erosi pada plak tanpa ruptur


Proliferasi dan migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadap
kerusakan endotel  adanya perubahan bentuk dan lesi
penyempitan pembuluh dengan cepat dan keluhan iskemia.

31
Diagnosis..
• Anamnesis:
» Palpitasi.
» Mudah lelah atau toleransi rendah terhadap aktivitas fisik
» Presinkop atau sinkop
» Kelemahan umum, pusing

• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan laboratorium

32
Pemeriksaan penunjang..
• EKG
Laju ventrikel bersifat ireguler dan tidak terdapat gelombang P yang jelas,
digantikan oleh gelombang F yang ireguler dan acak, diikuti oleh kompleks
QRS yang ireguler pula.
Beberapa gejala lain:
– Laju jantung umumnya berkisar 110-140x/menit
– Dapat ditemukan denyut dengan konduksi aberan (QRS lebar) setelah
siklus interval R-R panjang-pendek (fenomena Ashman)
– Preeksitasi
– Hipertrofi ventrikel kiri
– Blok berkas cabang
– Tanda infark akut/lama

33
Pemeriksaan penunjang..
• Foto toraks
• Uji latih atau uji berjalan enam-menit
• Ekokardiografi
• Computed tomography (CT) scan dan magnetic resonance
imaging (MRI)
• Monitor Holter atau event recording

34
Tatalaksana..
• Mencegah pembekuan darah (tromboembolisme)
 Warfarin
 Aspirin
• Mengurangi denyut jantung
 Digitalis
 β-blocker
 Antagonis Kalsium

35
Tatalaksana..
• Pharmacological Cardioversion (Anti-aritmia)
– Amiodarone
– Dofetilide
– Flecainide
– Ibutilide
– Propafenone
– Quinidine
• Electrical Cardioversion
• Operatif

36
Komplikasi

Komplikasi

Instabilitas hemodinamik Kardiomiopati

Gagal jantung Stroke

37
Pembahasan..
• Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak ± 7 jam
SMRS. Pasien menyangkal sesak karena debu, udara dingin,
asap, bulu binatang dan makanan tertentu. Sesak dirasakan
saat os melakukan aktivitas rumah. Pasien juga merasakan
jantungnya berdebar-debar. Keluhan juga disertai nyeri dada.
Pasien terkadang mengalami batuk tetapi tidak berdahak.
Pasien mengalami mual tanpa disertai muntah. Keluhan
mengi (-), demam (-) pilek (-), trauma dada (-), penurunan
berat badan (-), bengkak kedua tungkai (-).

38
Pembahasan..
• Pasien datang dengan keluhan utama sesak saat aktivitas
"dyspneu on effort”. Dari keluhan utama tersebut kita dapat
berpikir kemungkinan diagnosis mengarah kepada kelainan
pada jantung mulai dari yang paling sering ditemukan yaitu
gagal jantung kongestif (CHF) dan penyakit jantung koroner
(CAD). Sesak pada onset yang lama dan kronis tidak
menggambarkan CAD yang umumnya onset akut dan disertai
nyeri dada khas angina, sedangkan pada pasien ini tidak
demikian.

39
Pembahasan..
• Namun tidak menutup kemungkinan terdapat riwayat dari
CAD sebelum melihat kepada hasil EKG. Pada pasien ini masih
dimungkinkan diagnosa CHF mengingat adanya dyspneu on
effort, namun disangkal adanya gejala pendukung seperti
paroxysmal nocturnal dyspneu (PND), orthostatic dyspneu
(OD). Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan vena jugular dan edema yang mungkin
berasal dari CHF.

40
Pembahasan..
• Keluhan sesak napas juga disertai jantung berdebar-debar,
nyeri dada dan mudah lelah jika melakukan aktivitas. Hal ini
sesuai dengan gejala dari atrial fibrilasi. Beberapa gejala
ringan dari atrial fibrilasi adalah palpitasi (umumnya
diekspresikan sebagai pukulan gendering, gemuruh guntur di
dalam dada), mudah lemah atau toleransi rendah terhadap
aktivitas fisik, presinkop atau sinkop, kelemahan umum dan
pusing.

41
Pembahasan..
• Atrial fibrilasi adalah suatu gangguan pada jantung (aritmia)
yang ditandai dengan ketidakteraturan irama denyut jantung
dan peningkatan frekuensi denyut jantung. Pada dasarnya
atrial fibrilasi merupakan suatu takikardisupraventrikuler
dengan aktivasi atrial yang tidak terkoordinasi dan
deteriorisasi fungsi mekanik atrium.
• Pasien telah mengalami penyakit jantung ± 1 tahun dan
didiagnosa dokter mengalami penyempitan pembuluh darah
jantung. Dimana hal ini merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya atrial fibrilasi.

42
Pembahasan..
• Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan irama nadi yang
irregular yang menandakan kemungkinan adanya aritmia
jantung (dikonfirmasikan melalui EKG). Dari EKG
dikonfirmasikan adanya aritmia dengan hasil EKG meliputi
adanya irama atrial fibrilasi dengan respon ventrikel 100-110
x/m. Pada EKG tidak terlihat gelombang P normal, dan jarak
RR interval yang irregular mengarahkan pada atrial fibrilasi.
Pembahasan..
• Tatalaksana farmakologis yang diberikan yaitu aspilet, digoxin
dan furosemide. Aspilet merupakan antiplatelet dan termasuk
dalam terapi antitrombotik, dimana tujuan pemberiannya
adalah untuk mencegah perkembangan sumbatan
intrakoroner. Aspilet secara ireversibel menghambat enzim
siklooksigenase (COX-2 inhibitor). Enzim ini diperlukan untuk
proses konversi asam arakhidonat dari trombosit menjadi
tromboksan A2. Tromboksan A2 merupakan agen yang
berperan dalam proses agregrasi dan vasokonstriksi.

44
Pembahasan..
• Digoxin obat untuk mengobati penyakit jantung, seperti aritmia dan
gagal jantung. Obat ini bekerja dengan membuat irama jantung
kembali normal, dan memperkuat jantung dalam memompa darah
ke seluruh tubuh. Digoxin dihubungkan dengan saraf parasimpatik,
adanya perubahan pada tekanan darah rata-rata dapat dikenali oleh
baroreseptor yang akan meneruskan informasi itu ke pusat
kardiovaskuler di batang otak yang mengendalikan keluaran sistim
saraf otonom simpatik (SANS) dan parasimpatik (PANS). Suatu
peningkatan pada tekanan darah rata-rata menimbulkan
perangsangan baroreseptor, menghasilkan peningkatan aktifitas
PANS, (menstimulasi vagal central ) memicu bradikardi dan
mengurangi aktifitas SANS, yang pada gilirannya menurunkan heart
rate, daya kontraksi dan vasokontriksi.13,14

45
Pembahasan..
• Furosemide termasuk dalam golongan obat diuretik, obat
golongan diuretik ini berfungsi dalam mengurangi reabsorpsi
natrium sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan juga air.
Melihat bahwa obat ini digunakan dalam meningkatkan
ekskresi cairan, obat ini dapat digunakan untuk mengobati
hipertensi, edema, edema paru, dan gagal jantung yang
bersifat akut.

46
 Atrial fibrilasi adalah suatu gangguan
pada jantung (aritmia) yang ditandai
dengan ketidakteraturan irama denyut
jantung dan peningkatan frekuensi
denyut jantung.
 Mekanisme AF terdiri dari 2 proses, yaitu
*Kesimpulan proses aktivasi lokal dan multiple
wavelet reentry.

47
 Terjadinya AF akan menimbulkan
disfungsi hemodinamik jantung, yaitu
hilangnya koordinasi aktivitas mekanik
jantung, ketidakteraturan respon
ventrikeldan ketidakteraturan denyut
jantung.
*Kesimpulan  Sasaran utama pada penatalaksanaan AF
adalah mengontrol ketidakteraturan
irama jantung, menurunkan peningkatan
denyut jantung dan
menghindari/mencegah adanya
komplikasi tromboembolisme.
48
TERIMA KASIH

Вам также может понравиться