Вы находитесь на странице: 1из 15

OLEH KELOMPOK 4

1. BAYHAKI
2. LESTARI NOVIANTI
3. ERNI FORI
4. MARIA ULFA HANDAYANI
5. ANGGI WIDYA LESTARI
6. DINA ISLAMIATI
7. HAERUNISSA
8. IMELDA SYAHRILIA NINGGSIH
Hemodialisis berasal dari kata hemo yang berarti darah dan dialisa yang artinya
memisahkan. Jadi hemodialisis adalah Suatu proses pemisahan darah dari zat
anorganik/toksik/sisa metabolisme melalui membran semipermiabel dimana darah
disisi ruang lain dan cairan dialisat disisi ruang lainnya.

Hemodialisis merupakan suatu proses untuk yang digunakan untuk mengeluarkan


cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan
fungsi tersebut. (Suharyanto dan Madjid, 2009).

Tujuan hemodialysis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik


dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto dan
Madjid, 2009).
Gambar : skematik sistem hemodialisis

• Proses Hemodialisa
Ada tiga prinsip yang mendasari cara kerja hemodialisis, yaitu:
a. Difusi
b. Osmosis
c. Ultrafiltrasi
Etiologi
Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan
kronik akibat dari : azotemia, simtomatis berupa enselfalopati,
perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak
responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu ginjal,
dan sindrom hepatorenal.

Manifestasi klinis
• Anoreksia, nausea, muntah
• Ensepalopati uremikum
• Edema paru, refraktur dieresis
• Perikarditis uremikum
• Perdarahan uremik
Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi utama untuk menyaring /
membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi karena sebab primer ataupun sebab sekunder dari
penyakit lain. Gangguan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal atau kegagalan fungsi
ginjal dalam menyaring / membersihkan darah. Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan menjadi gagal
ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Dialisis merupakan salah satu modalitas pada penanganan pasien
dengan gagal ginjal, namun tidak semua gagal ginjal memerlukan dialisis. Dialisis sering tidak diperlukan
pada pasien dengan gagal ginjal akut yang tidak terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya untuk
indikasi tunggal seperti hiperkalemia. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melalui
hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan penyakit penyerta dan kebiasaan pasien.
Waktu untuk terapi ditentukan oleh kadar kimia serum dan gejala-gejala.Hemodialisis biasanya dimulai
ketika bersihan kreatin menurun dibawah 10 ml/mnt, yang biasanya sebanding dengan kadar kreatinin
serum 8-10 mge/dL namun demikian yang lebih penting dari nilai laboratorium absolut adalah terdapatnya
gejala-gejala uremia.
adapun idnikasi dan kontraindikasi yaitu :
a. Indikasi antara lain
• Gagal ginjal akut
• Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
• Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
• Ureum lebih dari 200 mg/dl
• pH darah kurang dari 7,1
b. Kontarindikasi
Kontra indikasi hemodialisa adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom
hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut .
Fungsi ginjal memburuk

Tidak mampu di tingkatakan dengan Pengobatan


(obat-obat, diet, pembatasan minum)

Gagal ginjal terminal

Tubulus renalis tidak mampu melakukan


Sekresi dengan selektif

Toksin uremia menumpuk di dalam darah

Diperlukan terapi fungsi ginjal

Terapi pengganti ginjal


Transplantasi ginjal Dialysis

Hemodialisis peritoneal dialysis

Pre-Hemodialisis Intra-Hemodialisis Post-Hemodialisis

Kurang tempat punksi pada terpasang set


pengetahuan akses Vaskuler dialysis
( prosedur pemasangan
Ansietas set dialysis) klien nampak
luka
Ansietas gelisah

Iritasi mukosa kulit Tempat masuknya


Terputusnya jaringan Resiko cedera mikroo rganisme

Rangsangan saraf resiko infeksi


Diameter kecil
intoleransi
Nyeri akut Gate kontrol Terbuka aktifitas Aktifitas fisik
terbatas
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Urine lengkap
b. Darah lengkap
c. Biasanya dapat ditemukan adanya: anemia, hiperkalemia,
hiperfosfatemia, hipokalsemi, ureumikum, kreatinin meningkat, pH darah
rendah, GD klien DM menurun
2. Radiologi
a. Ronsen
b. Sidik nuklir dapat menentukan GFR
3. EKG
Dapat dilihat adanya pembesaran jantung, gangguan irama,
hiperkalemi,hipoksia miokard.
4. Biopsi
Mendeteksi adanya keganasan pada jaringan ginjal

Komplikasi
Komplikasi HD dapat dibedakan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Daurgirdas et al., Bieber dan Himmelfarb, 2013)
a. Komplikasi akut
• Hipertensi
• Reaksi Alergi
• Aritmia
• Kram Otot
• Emboli Udara
• Dialysis disequilibirium
b. Komplikasi kronik
1. Penyakit jangtung
2. Hifertensi
3. Anemia
4. Disfungsi reproduksi
5. Gangguan perdarahan
6. Infeksi

Penatalaksaan
a. Diet dan masalah cairan
Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisis mengingat
adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengeksresikan
produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk
dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksik. Gejala yang terjadi
akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremik
b. Pertimbangan medikasi
Banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang
memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia,
antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini
dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik.
A. Pengkajian
1. Keluhan utama
Klien dengan hemodialisis biasanya mengeluhkan: Lemas, pusing, gatal,bengkak-
bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar, mual, muntah,tidak nafsu makan, Edema,
gagal jantung, edema paru,Hipertensi, Sindrom uremia.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium terminal). Riwayat Pengembangan
Keluhan Utama dengan perangkat PQRST dan pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-
hari.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Menanyakan adanya riwayat infeksi saluran kemih, infeksi organ lain,riwayat kencing
batu/obstruksi, riwayat konsumsi obat-obatan, jamu, riwayat trauma ginjal, riwayat
penyakit endokrin, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat darah tinggi, riwayat
kehamilan, riwayat dehidrasi, riwayat trauma.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menanyakan riwayat polikistik, diabetes,hipertensi, riwayat penyakit ginjal yang lain
5. Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi
dengan cermat.
6. Psikospiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi
penyakitnya yang tidak dapat diramalkan.
B. Diagnosa keperawatan
a. Pre-Hemodialisis
Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang HD
b. Intra-Hemodialisi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik oleh karena punksi
selama HD
2. resiko cidera berhubungan dengan gelisah akibat prosedur HD
c. Post –Hemodialisis
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan pemasangan alat dyalisis
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

C. Intervensi keperawatan
A.Pre –Hemodialisi
N Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
o

Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Evaluasi Respon verbal dan on


berhubung selama 1x24 jam diharapkan kesadaran verbal pasien.
1. an dengan pasien terhadap perasaan dan cara 2. Berikan Penjelasan hubungan
kurangnya yang sehat untuk menghadapi masalah antara proses penyakit
informasi Kriteria hasil : dan gejalanya.
tentang a. a. a. Melaporkan ansietas 3. Berikan kesempatan pasien untuk
HD menurun sampai mengungkapkan isi pikiran dan
tingkat dapat perasaan takutnya.
ditangani. 4. Catat perilaku dari Orang
b. b. Tampak rileks. terdekat/keluarga yang
meningkatkan peran sakit pasien.
5. dentifikasi sumber yang mampu
menolong.
6. bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
7. instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
8. bantu obat untuk mengurangi kecemasan

B. Intra Hemodialisi
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervesi

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1.lakukan pengkajian nyeri, secara komprehensif termasuk
dengan agen cidera fisik selama 1x24 jam nyeri hilang dan terkontrol lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi , kualitas dan faktor
oleh karena punksi dengan presipitasi
selama HD Kriteria hasil: 2.observasi raeksi nonverbal dari ketidak nyamanan
a. Klien melaporkan nyeri hilang/ 3.gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
terkontrol, pengalaman nyeri pasien
b. menunjukkan ketrampilan relaksasi dan 4.kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk 5.ajarkan teknik nonfarmakologi
situasi 6.berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
c. individu. Tampak rileks, tidur / istirahat Evaluasi keefektifan nyeri
dengan tepat. 1. Tingkatkan istrahat
2. Monitor penerimaan pasien terhadap nyeri

Resiko cidera berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1.Observasi kepatenan AV shunt sebelum HD
dengan gelisah akibat prosedur selama 1x24 jam diharapkan pasien tidak 2.Monitor kepatenan kateter sedikitnya setiap 2 jam
HD mengalami cedera dengan Kriteria hasil: 3.Observasi warna kulit, keutuhan kulit, sensasi sekitar shunt
a. Kulit pada sekitar AV shunt utuh/tidak 4.Monitor TD setelah HD
rusak 5.Lakukan heparinisasi pada shunt/kateter pasca HD
b. Pasien tidak mengalami komplikasi HD 6. Cegah terjadinya infeksi pada area shunt/penusukan kateter
7.menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
8.memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
Post Hemodialisis
N Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
o
1.

Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kadar Hb dan Hct sebagai indicator suplai oksige
aktifitas keperawatan & HD, selama 1x24 pada klien
berhubungan jam diharapkan klien mampu 2. Berikan zat besi dan EPO sesuai anjuran
dengan berpartisipasi dalam aktivitas yang 3. Berikan folic acid sesudah dialysis
pemasangan alat dapat ditoleransi, dengan Kriteria 4. Berikan istirahat yang cukup
dyalisis Hasil: 5. Ajarkan klien untuk merencanakan kegiatan dan menghind
a. Berpartisipasi dalam aktivitas kelelahan
perawatan mandiri yang dipilih 6. Usahakan meminimalkan kehilangan darah selama dialysi
b. Berpartisipasi dalam ↑ aktivitas 7. Observasi adanya perdarahan pada daerah penusukan
dan latihan 8. Modifikasi heparin untuk mencegah adeanya resiko
c. Istirahat & aktivitas perdarahan
seimbang/bergantian

2.

Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan 1. Pertahankan area steril selama penusukan kateter
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 2. Pertahankan teknik steril selama kontak dg akses vaskuler
prosedur invasive diharapkan penusukan, pelepasan kateter
Pasien tidak mengalami infeksi 3. Gunakan sabun antimiokrobia untuk cuci tangan
dengan Kriteria Hasil: 4. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

Вам также может понравиться