Вы находитесь на странице: 1из 25

Fadiah Ulfa Khairina

142011101050

Pembimbing:
dr. Ulfa Elfiah, M. Kes, Sp.BP-RE (K)

KSM ILMU BEDAH RSD dr. SOEBANDI JEMBER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2018

1
PENDAHULUAN
RSD dr. Soebandi Jember
• Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering terjadi pada
kehidupan sehari-hari, baik
9%
karena kelalaian individu maupun
kecelakaan massal.
9% 27%
• RSCM Jakarta (tahun 1998): 107 kasus, angka kematian
Air mendidih
37,38%
Kobaran api
RS dr. Soetomo Surabaya (tahun 2000): 106 kasus, angka
Kimiawi
kematian
Listrik 26,41%
RS dr. Kariadi Semarang (Januari 2006-Oktober 2010): 250
55%
pasien dirawat karena menderita luka bakar.

2
WHO:
180.000 kematian tiap tahun,
2/3 di Afrika dan Asia
Tenggara

Siapa saja yang berisiko tinggi terkena luka bakar?


- wanita - perkampungan padat penduduk
- dewasa dan anak-anak - ekonomi menengah ke bawah
- riwayat gangguan kesehatan, misalnya epilepsi dan gangguan mental

3
DEFINISI dan ETIOLOGI
Kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan oleh kontak dengan sumber panas
seperti:
• Api (bensin, minyak tanah, gas LPG)
• Cairan panas (air, minyak, kuah)
• Zat kimia (asam, basa, kosmetik)
• Listrik, petir
• Radiasi (matahari, radioterapi, bom)

4
Respon
Lokal

• Zona Koagulasi
• Zona Stasis
• Zona Hiperemi

Respon
Sistemik

- Sirkulasi  hipovolemi
- Respirasi  ARDS
- Hipermetabolik
- Gangguan barrier usus
- Sistem imun 
imunosupresi
6
PATOFISIOLOGI
• Perubahan permeabilitas kapiler yang disebabkan
oleh mediator inflamasi lokal maupun sistemik 
cairan intravaskuler bocor ke interstitial  edema
jaringan  perfusi jaringan menurun
• Penurunan volume plasma  cardiac output
menurun  aliran darah ke perifer berkurang 
perfusi jaringan menurun
• Evaporasi cairan yang berlebihan
• Gangguan keseimbangan elektrolit

7
Perubahan pada Mikrosirkulasi
• Awalnya terjadi kehilangan cairan plasma  aliran
darah menurun
• Diikuti vasodilatasi kapiler di perifer
• Peningkatan permeabilitas kapiler akibat mediator
inflamasi endogen (histamin, serotonin)  edema
(puncaknya pada 8-12 jam pertama) dan kebocoran
protein ke rongga interstisial  hipoproteinemia 
menurunkan tekanan onkotik  cairan pindah ke
interstitial
PENILAIAN LUKA BAKAR
Grade I

Grade II-A

Grade II-B

Kedalaman luka bakar bergantung pada:


• Tingginya suhu sumber panas
Grade III
• Penyebab luka bakar
• Lamanya kontak dengan sumber panas
• Ketebalan kulit
• Suplai darah 9
Grade I (Epidermal Burn)
• Eritema
• Nyeri
• jaringan yang terlibat
minimal
• fungsi proteksi kulit masih
baik
• edema di kulit minimal
• Gejala akan membaik
dalam 48-72 jam
• dalam 5-10 hari epidermis
yang rusak akan
mengelupas dan tidak
berbekas
10
Grade II-A
(Superficial Partial Thickness Burn)

• Terbentuk bula
• sangat nyeri
• Dapat sembuh dengan
bekas minimal dalam
10-14 hari

11
Grade II-B
(Deep Partial Thickness Burn)

• Terbentuk bula
• sangat nyeri
• Dapat sembuh dengan
bekas minimal dalam
10-14 hari

12
Grade III
(Full Thickness Burn)
• putih, kering, dapat
pula kecokelatan atau
hitam
• hilangnya sensasi di
kulit
• menurunnya pengisian
kapiler
• Reepitelisasi (-)
• Eskar (+)

13
14
DERAJAT KEPARAHAN LUKA BAKAR
Luka Bakar Ringan Luka Bakar Berat
Luka Bakar Sedang
(Minor Burn Injury) (Major Burn Injury)
• Derajat II, terbakar <15% • Derajat II, terbakar 15- • Derajat II, terbakar >25%
area permukaan tubuh 25% area permukaan area permukaan tubuh
pada dewasa tubuh pada dewasa pada dewasa

• Derajat II, terbakar <10% • Derajat II, terbakar 10- • Derajat III, terbakar >25%
area permukaan tubuh 20% are permukaan area permukaan tubuh
pada anak-anak dan tubuh pada anak-anak pada anak-anak
lanjut usia
• Derajat III, terbakar <10% • Derajat III, terbakar >10%
• Derajat III, terbakar <2% area permukaan tubuh area permukaan
pada anak-anak dan
dewasa tanpa risiko • Kebanyakan meliputi
fungsional atau kosmetik tangan, muka, mata,
terhadap mata, telinga, telinga, kaki atau
wajah, tangan, kaki, dan perineum
perineum
15
FASE LUKA BAKAR

Fase Subakut
• 48-72 jam pascatrauma • 8-12 bulan pascatrauma)
• Permasalahan berkisar • Berlangsung setelah
pada gangguan saluran terjadi penutupan luka
nafas  adanya cedera • 14-21 hari pascatrauma
sampai terjadi maturasi
inhalasi dan gangguan • Luka terbuka akibat
sirkulasi kerusakan jaringan (kulit • Masalah pada fase ini:
• Gangguan keseimbangan dan jaringan di bawahnya) parut hipertrofi,
sirkulasi cairan dan dapat menimbulkan kontraktur, dan
elektrolit masalah: deformitas lain
• Proses inflamasi
• Infeksi  sepsis
Fase Akut • (evaporative heat loss)
Fase Lanjut

16
LUAS LUKA BAKAR

Rule of Nine

Diagram Lund and Browder

Tapak tangan pasien = 1% TBSA

17
Rule of Nine

KEMBALI
18
Diagram Lund and Browder

KEMBALI 19
PENANGANAN LUKA BAKAR FASE AKUT
Prehospital Care

20
Hospital Care

1. Primary Survey
• Kontrol airway
• Memastikan ventilasi adekuat
• Mengontrol sirkukasi dengan resusitasi syok
luka bakar

21
2. Secondary Survey
• Anamnesis
• Dokumentasi
• Pemeriksaan penunjang untuk pasien luka bakar
berat
• Sirkulasi perifer pada luka bakar melingkar di
ekstremitas
• Pemasangan NGT
• Narkotik, analgesik, dan sedatif
• Rawat luka
• Antibiotik
• Tetanus

22
RESUSITASI CAIRAN
Modifikasi Moncrief
2ml x BSA(%) x weight (kg)

Cairan ditambah kebutuhan faali

Pemberian koloid pada jam ke-18


 500 -1000 ml dextran

Cairan RL : Koloid = 17:3


Dewasa diberikan bersama

anak
23
Monitoring resusitasi :

• Produksi urin, evaluasi tiap jam selama 24 jam pertama


Dewasa : 0,3-0,5 cc/kgBB/jam
Anak : 1 cc/kgBB/jam
• Selain jumlah, warna urin juga dapat dijadakan pedoman
evaluasi resusitasi
• Frekuensi pernafasan
• Pulse oxymetri
• DL (Hemodilusi, Hemokonsentrasi), terutama kadar Hb dan
HCT
• Central Venous Pressure, hari I diupayakan 5 cm H2O, hari II
diupayakan maksimal 10 cm H2O

24
TERIMA KASIH

25

Вам также может понравиться