Вы находитесь на странице: 1из 59

ILMU

PENYAKIT
MULUT
Kelompok 2
Kelas B
FKG Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama)
ANGGOTA KELOMPOK 2

Maria Natalia Yosephine


Martha Leica Ni Wayan Asti S
Masriadi Nisrina Hanifah
Moudi F Moe Novi Dwimukti
Melati Ayu P Nur Amany B
Meliawati Nur Arsya Mugis
Michael Novendra S Nur Azmina
Michellina Nikita Nur Silmi Istiqomah
Michelle Lusia Nurul Fadhilah
M. Vesa Reza Palda Aptriany
M. Denthafajar Piani Ananda
Mutia Muchlisah Prasita Naraswari
Mutia C Utha R Khairunisa Priskilla
Mutiara Febriyanti Rachmatika Putri S
Mynda Gustiwati
M. Adityo Nugroho
PENYAKIT KARENA
TRAUMA MEKANIK
I. LINEA ALBA

Merupakan garis putih (hyperkeratosis) pada


lateral mukosa bukalsetinggi bidang oklusal,
meluas dari lip commissure sampai gigi
posterior.
Dapat disebut juga cheek biting  pada
individu yang memiliki susunan gigi yang
posisinya tidak normal, patah, berjejal, atau
keluar dari lengkung rahang ke arah pipi
sehingga menyebabkan pipi bagian dalam
sering bergesekan dengan gigi atau tidak
sengaja tergigit.
ETIOLOGI

 Variasi dalam diet (pola makan) dan


kebersihan mulut
 Frekuensi kontak gesekan dengan makanan
dan gigi
 Efek dari merokok, tekstur makanan dan
penyebab iritasi lainnya

Gesekan pada mukosa pipi  iritasi 


penebalan epitel (hiperkeratotik)
GAMBARAN KLINIS

Asimptomatik
Umumnya bilateral
Lebih sering pada
individu dengan
reduced overjet gigi
posterior
Terbatas pada rahang
yang bergigi
Tidak dapat dihapus
PEMERIKSAAN PENUNJANG &
PENATALAKSANAAN

Test diagnostic, berdasarkan gambaran klinis


Biopsi, sangat jarang dilakukan, kecuali
memiliki gambaran aptikal atau diagnosisnya
tidak pasti

Tidak perlu perawatan, penyebabnya saja


dihilangkan
II. MORSICATIO BUCARUM
(CHRONIC CHEEK CHEWING)

 Morsicatio berasal dari bahasa latin


yang artinya adalah gigitan.
 Kebiasaan menggigit-gigit kronis dapat
menimbulkan lesi.
 Lesi sering ditemukan : Mukosa bukal,
Mukosa Labial, dan batas lateral
lidah.
ETIOLOGI

Aktivitas parafungsional kronis


dari sistem pengunyahan yang
menghasilkan gesekan pada
permukaan mukosa.

Kebiasaan pasien yang suka


mengisap-isap atau menggigit-
gigit mukosa pipi.
GAMBARAN KLINIS

 Ditemukan bilateral
pada :
a. Mukosa bukal disertai
lesi pada bibir dan
lidah.
b. Hanya pada bibir atau
lidah.
Lesi yang terbentuk
tebal, seperti area parut
berwarna putih (tidak
rata) yang biasa disertai
dengan eritema, erosi,
atau ulserasi fokal
traumatik.
PATOGENESIS

 Pada awalnya plak-plak dan lipatan-lipatan putih


sedikit menimbul  tampak dalam pola difus
menutupi daerah-daerah trauma  cedera yang
hebat menimbulkan respon hiperplastik yang
menambah besarnya plak  kadang-kadang
terlihat pola garis atau menyebar, dengan daerah
tebal dan tipis tampak berdampingan
 Lesi yang besar bisa terbentuk melebar ke arah
atas atau bawah bidang oklusi pada pasien yang
memiliki kebiasaan menekan pipi ke arah antara
gigi dengan menggunakan jari.
PEMERIKSAAN PENUNJANG &
PENATALAKSANAAN

Tidak dibutuhkan biopsi, karena


secara klinis lesi ini cukup untuk
menegakkan diagnosis.

Hilangkan faktor penyebab.


Tidak ada penatalaksaanan khusus.
III. ULCUS TRAUMATIC

 Ulkus traumatik adalah bentukan lesi


ulseratif yang disebabkan oleh adanya
trauma.
 Dapat terjadi pada semua usia pada kedua
jenis kelamin.
 Lokasi biasanya pada mukosa pipi, mukosa
bibir, palatum, dan tepi perifer lidah.
ETIOLOGI

 Trauma fisik :
 permukaan tajam, seperti cengkeram atau tepi-tepi
protesa
 peralatan ortodonti
 kontak dengan gigi patah atau mukosa tergigit
secara tak sengaja
 Luka bakar dari makanan & minuman yg terlalu
panas umumnya terjadi pd palatum
 cedera akibat kuku jari yang mencukil-cukil mukosa
 Dapat diakibatkan oleh bahan-bahan kimia, panas,
listrik, atau gaya mekanik.
GAMBARAN KLINIS

Punya ciri khas : luka yg timbul pinggirannya


kasar , umumnya disebabkan karena
maloklusi sehingga cusp yang tajam melukai
mukosa
Lesi biasanya tampak sedikit cekung dengan
tepi eritematous
Bagian tengah lesi biasanya kuning kelabu
DIAGNOSIS

Anamnesis
Pemeriksaan klinis
PENATALAKSANAAN

 Terapi kausatif : menghilangkan faktor etiologi atau


penyebab.
 Terapi simptomatik : pemberian obat kumur antiseptik
seperti khlorhexidin dengan analgesik dan bisa dengan
topical anestesi.
 Terapi paliatif : pemberian antibiotik untuk menghindari
infeksi.
 Terapi suporatif :dengan mengkonsumsi makanan lunak.
 Setelah faktor penyebab dihilangkan ulkus akan sembuh
dengan sendirinya pada rentang waktu 7-10 hari. Ulkus
traumatik akibat trauma termal dapat sembuh pada rentang
waktu 10-15 hari.
PENYAKIT KARENA
TRAUMA THERMAL
LUKA BAKAR THERMAL

Luka Bakar Termal: Luka bakar thermal


(panas) disebabkan oleh karena terpapar
atau kontak dengan api, cairan panas
atau objek-objek panas lainnya
GEJALA DAN MANIFESTASI KLINIS

Pada umumnya, jejas yang ditimbulkan akibat


thermal food burns terletak pada palatum maupun
mukosa bukal bagian posterior. Lesinya berwarna
kemerahan (eritema) pada bagian tengah ulkus
dengan epitelium yang nekrosis pada bagian tepinya
(Neville dkk., 2009). Makanan atau minuman panas
juga dapat menyebabkan ulserasi oral.
TAHAP-TAHAP LUKA BAKAR

A .Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok.
Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman
gangguan airway (jalan nafas), bre athing (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi).
B.Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi
adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak
denga sumber panas.
C.Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi
parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ -organ
fungsional.
PENATALAKSANAAN

 Prinsip penatalaksanaan trauma luka pada mukosa


mulut adalah menghilangkan iritan (penyebab
trauma). Cedera kimia dan termal sering lebih
menyakitkan, dan membutuhkan analgesik selama
periode penyembuhan.
 Terapi suportif yang diberikan adalah
memperhatikan kebersihan mulut dan penggunaan
larutan kumur pembersih, anestesi bilasan seperti
lidokain 2%, diphenhydramine, dan Kaopectate
dapat digunakan setelah pertama membilas mulut
dan juga dapat diberikan kortikosteroid topikal.
PENYAKIT KARENA
TRAUMA KIMIAWI
TRAUMA KIMIAWI ?

 Di dalam rongga mulut biasanya akibat bahan-bahan


kedokteran gigi yang digunakan dalam praktek, misalnya
aspirin, hidrogen peroksida, silver nitrat, fenol, larutan
anestesi, dan bahan perawatan saluran akar
 Dapat disebabkan karena pemakaian obat-obatan yang bersifat
kaustik, seperti obat kumur yang tinggi kandungan alcohol,
hydrogen peroksida, atau fenol, dan penggunaan obat aspirin
sebagai obat sakit gigi, pasta gigi dan obat kumur juga dapat
menyebabkan trauma kimiawi pada rongga mulut
 Lesi biasanya terletak pada forniks atau lipatan mukobukal
dan gingiva. Berbentuk ireguler, berwarna putih, dilapisi
pseudomembran, dan sangat sakit. Jika kontak singkat dengan
agen kimia  maka lesi yang terbentuk berupa kerut-kerut
berwarna putih tanpa nekrosis jaringan. Kontak lama  dapat
menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan pengelupasan
jaringan yang nekrosis.
I. LESI PUTIH TRAUMATIK

 keadaan yang abnormal pada mukosa dimana nampak klinis


ber warna lebih putih, lebih tingi, lebih kasar atau mempunyai
tekstur yang berbeda dari jaringan sekitarnya, dimana keadaan
tersebut menggambarkan peningkatan lapisan keratin, koloni
jamur atau lapisan epithelium yang mati.

 Etiologi dari lesi putih pada mukosa mulut, antara lain factor
local, herediter, dari induk kepada turunannya, respon autoimun,
dan adanya infeksi.

 Lesi putih dapat terjadi pada semua usia, baik jenis kelamin pria
ataupun wanita dan semua ras..

 Pathogenesisnya disebabkan karena mukosa oral mempunyai


kemampuan yang terbatas untuk merespon stimuli patologi.
Salah satu respon adaptive adalah menghasilkan keratin sebagai
mekanisme protektif melawan iritasi fisik. Lesi terjadi karena
overproduksi keratin dan kerusakan epitel.
PENEGAKAN DIAGNOSA DAN
PENATALAKSANAAN
Penegakan diagnosa pertimbangkan :
• Adanya riwayat keluarga dari lesi yang sama
• Durasi dari proses penyakit
• Identifkasi oral habit -3 cheek biting, tobacco use ( tipe/frek)
• Kaitan dengan lesi kutan atau mukosal
• Medikasi
• Simtom dan tanda konstitusional
• Data lab dan klinis
• Biopsi

Perawatan :
• Hilangkan iritasi, dan biasanya akan sembuh kurang lebih dalam
14 hari.
• Topical dan analgesik
II. DRUG INDUCED ULCERATION

Efek samping yang umum dari banyak obat


antineoplastik dan dapat hadir sebagai mucositis yang
sangat menyakitkan yang melibatkan membran mukosa
oral baik secara lokal atau umum. Selain itu, supresi
sistem imun tubuh membuat pasien tidak dapat
melawan infeksi oportunistik sekunder yang mungkin
berkembang di daerah-daerah di mana mukosa telah
menjadi ulserasi
ETIOLOGI

Diakibatkan karena pemakakaian obat-obatan.


Obat-obatan yang pada umumnya termasuk
kedalam golongan penyebab penyakit ini
adalah: antibiotik, immunosuppressive, obat-
obatan kemoterapi kanker, NSAIDs, nicorandil,
alendronate, dan lainnya.
GEJALA KLINIS

• Ulser ditutupi dengan pseudomembran berwarna


keputih-putihan dengan tepi yang tidak teratur,
biasanya dikelilingi oleh lesi erythematous
• Eritema dengan sensasi terbakar juga biasanya
terjadi
• Lesi dapat berupa tunggal atau ganda,biasanya lesi
terdapat pada lidah, mukosa bukal, palatum, bibir,
dan gingiva
PENEGAKAN DIAGNOSIS DAN
PENATALAKSANAAN
 Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat medis dan
gejala kllinis. Biopsi dapat membantu untuk memastikan
diagnosis.

 Perawatan : bedah dan pemberian obat-obatan yang tidak


memberikan efek pada drug induced ulceration, kor tikosteroid,
dan Vit B complex. Terapi yang disarankan Topikal 0.1%
triamcinolone acetonide secara orabase, atau 0.05% clobetasol
propionate gel atau 0.1% tacrolimus ointment diaplikasikan
pada ulser 3-4 kali sehari selama satu minggu merupakan cara
yang efektif dalam mengontrol tanda dan gejala dari drug
induced oral ulceration.
III. STOMATITIS VENENATA

Reaksi alergi pada membran mukosa mulut yang terjadi


akibat mukosa berkontak dengan agen penyebab.
Daerah yang terlibat biasanya berwarna merah,
meradang, kadang disertai pembentukan vesikel dan
erosi . Patogenesis respon imun yang predominan pada
reaksi ini adalah mediasi sel T
ETIOLOGI & GEJALA

Etiologi :
 Kontak langsung dengan bahan causative seper ti Lipstik
preparat tabir surya antiseptik preparat eugenol permen karet
tablet isap antibiotik obat kumur dan pasta gigi, kontak
langsung dengan bahan restorasi gigi dan kerangka gigi tiruan.

 Gejala dari stomatitis Venenata


o Bibir tampak merah, pecah-pecah, membengkak, atau kering
dan rasa terbakar.
o Gingiva juga dapat menunjukkan tanda hipersensitivitas
lambat (Gingivitis sel plasma)
GAMBARAN KLINIS &
PENATALAKSANAAN
Gambaran Klinis
• Lesi eritema, vesikel, ulser, rasa terbakar.
• Mukosa kemerahan sampai lesi eritema besar dengan atau
tanpa adanya edema.
• Vesikel jarang terlihat,dan jika ada maka akan cepat pecah
dan membentuk erosi.
• Pasien biasanya juga merasakan sakit, gatal, danedema.

Penatalaksanaannya:
 Pembuangan alergen atau bahan penyebab alergi untuk kasus
yang ringan
 Penggunaan kor tikosteroid topikal untuk kasus yang parah,
misalnya diser tai ulseratif dan eritema.
PENYAKIT KARENA
TRAUMA RADIASI
PENYAKIT KARENA TRAUMA RADIASI

 Penyakit akibat radiasi adalah kerusakan jaringan


akibat radiasi (penyinaran). Cedera jaringan bisa
terjadi akibat pemaparan singkat radiasi tingkat
tinggi atau pemaparan jangka panjang radiasi tingkat
rendah. Efek dini dari radiasi dosis tinggi akan
tampak jelas dalam waktu beberapa menit atau
beberapa hari. Efek lanjut mungkin baru tampak
beberapa minggu, bulan atau bahkan bertahun-tahun
kemudian.
PENYAKIT KARENA TRAUMA RADIASI

Oral Mucositis
Timbul pada minggu kedua setelah terapi
pada area yang terkena sinar X secara
langsung.
GAMBARAN KLINIS

Lesi awal berwarna keputihan dengan deskuamasi pada


keratin, selanjutnya atrofi pada mukosa dengan
gambaran edematous dan eritematous. Selanjutnya
ulkus akan ditutupi oleh membran fibrinopurulen. Ulkus
terasa nyeri dengan sensasi rasa terbakar, serta tidak
nyaman. Oral mucositis akan sembuh 2-3 minggu
setelah terapi dihentikan
GEJALA KLINIS

Nyeri
Kemerahan
Pembengkakan
Ulser ditutupi oleh eksudat fibrinosa kuning-
putih
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dibutuhkan, bila terdapat riwayat trauma


yang jelas pada area ulkus. Biopsi harus
dilakukan bila ulkus tidak sembuh pada waktu
2 minggu. Biopsi tidak diperlukan bila
etiologinya jelas. Namun, bila biopsi dilakukan,
mukosa akan menunjukkan ulserasi dengan
inflamasi akut dan kronis.
PERAWATAN

Menghilangkan penyebab dan menggunakan


obat kumur antiseptik (contohnya klorheksidin
0,2 %) atau covering agent seperti Orabase
selama fase penyembuhan.
PENGOBATAN

Analgesik Topikal
• Chlorhexidine gluconate 0,2 %
Cara penggunaan: kumur selama 1 menit sebanyak 10 ml
Waktu: 2x sehari selama masih terdapat lesi sampai 2 hari setelah
lesi sembuh
• Benzydamine hydrochloride
Cara penggunaan: kumur selama 1 menit sebanyak 15 ml
Waktu: 2-3x sehari, tidak boleh lebih dari 7 hari

Kor tikosteroid Topikal


• Triamcinolone acetonide 0,1%
Cara penggunaan: dioles tipis pada luka
Waktu: setelah makan dan sebelum tidur

Antibiotik Topikal
• Chlor tetracycline
Cara penggunaan: larutkan 1 kapsul dalam 10 ml air, kumur
selama 3-5 menit
Waktu: 4x sehari namun tidak untuk terapi jangka panjang
PENYAKIT KARENA TRAUMA RADIASI

Xerostomia atau mulut kering


adalah salah satu efek yang
paling sering terjadi pada
penderita yang menerima
penyinaran pada daerah
kepala dan leher. Keluhan
mulut kering ini dapat terjadi
permanen atau sementara
tergantung pada banyaknya
kelenjar saliva yang terkena
dalam lapangan radiasi
PERAWATAN

Jika kerusakan sedikit : merangsang produksi


saliva (zat asam, manis, mentol dan
rangsangan mekanis).
Kerusakan besar yang irreversible : pemberian
zat pengganti saliva.
Cairan pengganti ludah.
LESI-LESI PADA
STOMATITIS
APHTOUS
RECURRENT (SAR)
DEFINISI

SAR adalah luka yang terbatas pada jaringan


lunak rongga mulut, istilah recurrent
digunakan karena memang lesi ini biasanya
hilang timbul.
Bukan infeksi, biasanya soliter, atau
dibeberapa bagian di rongga mulut  pipi, di
sekitar bibir, lidah, atau mungkin juga terjadi
di tenggorokan dan langit-langit mulut.
ETIOLOGI

Trauma pada jar. Lunak


Kekurangan nutrisi
Stress
Gangguan hormonal
Gangguan auto imun
GT yang tidak pas
Hipersensitivitas
FAKTOR PREDISPOSISI

 Pasta Gigi dan Obat Kumur SLS


 Trauma
 Merokok
 Gangguan Immunologi
 Defisiensi Nutrisi
 Stress
 Hormonal
 Infeksi Bakteri
 Alergi dan Sensitifitas
 Obat-obatan
 Penyakit Sistemik
GAMBARAN KLINIS

Timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1-


2 hari di daerah yang akan menjadi sariawan  adanya
luka seperti melepuh berbentuk bulat atau oval 
pecah dan menjadi berwarna putih di tengahnya,
dibatasi kemerahan  bila berkontak dengan makanan
dengan rasa tajam (pedas, asam) akan sakit dan perih
dan aliran saliva meningkat.
PEMERIKSAAN

Visual
Labotaris  bagi pasien yang menderita SAR
diatas 25 th dengan tipe mayor yang selalu
hilang timbul, atau bila sariawan tidak kunjung
sembuh, atau bila ada gejala dan keluhan lain
yg berkaitan dgn faktor pemicu
DIAGNOSA BANDING

Biasanya SAR mirip dengan gejala penyakit lain, beberapa hal


yang dapat dibandingkan a/l :
 Jumlah, bentuk, dan ukuran lesi, ser ta seberapa sering lesi
hilang timbul (rekuren)
 Usia
 Perubahan mukosa atau jaringan kutan
 Ada/tidaknya keterlibatan sistem organ atau adanya gejala
lain
 Obat-obatan yang sedang dikonsumsi
 Faktor-faktor pada host/penderita (ms : genetik, nutrisi,
masalah imun, masalah psikologis)
 Adanya penyakit sistemik lain
PATOGENESIS

1. Tahap Premonitori (24 jam pertama)  Pasien


merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat
dimana lesi akan muncul, secara mikroskopis sel-sel
mononuklear akan menginfeksi epitelium, dan edema
akan mulai berkembang
2. Tahap Pre-Ulserasi (18-72 jam)  , makula dan papula
akan berkembang dengan tepi eritematus, intensitas
nyeri meningkat
3. Tahap Ulserasi (beberapa hari-minggu)  papula-
papula akan berulserasi dan ulser akan diselaputi
lapisan fibromembranous , dan intensitas nyeri
berkurang
4. Tahap Penyembuhan (hari ke 4-15)  Ulser ditutupi
oleh epitelium, penyembuhan luka sering tidak
meninggalkan jaringan parut. Semua lesi SAR
menyembuh dan lesi baru berkembang
KLASIFIKASI ULSER

 Tiga bentuk ulser af tosa yang dikenal: minor, mayor, dan


herpetiform. Semua diyakini menjadi bagian spektrum
penyakit yang sama, dan diyakini memiliki etiologi umum.
 Perbedaannya  klinis dan derajat keparahan. Semua
tampak sebagai ulser rekuren yang nyeri.
 Pasien kadang memiliki gejala prodromal kesemutan atau
terbakar sebelum muncul lesi. Ulser tidak didahului oleh
vesikel dan cirinya tampak pada mukosa vestibular dan
bukal, lidah, palatum mole, tenggorokan, dan dasar mulut.
Jarang terjadi pada attached gingiva dan palatum durum,
sehingga membedakannya dari ulser herpetic sekunder.
 Pada pasien dengan AIDS, ulser mirip af tosa dapat terjadi
pada lokasi mukosa
GEJALA KLINIS

 Gambaran klinis SAR penting untuk diketahui karena


tidak ada metode diagnosa laboratorium spesifik
yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa
SAR. Diawali gejala prodormal yang digambarkan
dengan rasa sakit dan terbakar selama 24-48 jam
sebelum terjadi ulser.
 Ulser ini menyakitkan, berbatas jelas, dangkal, bulat
atau oval, tertutup selaput pseudomembran kuning
keabu-abuan, dan dikelilingi pinggiran yang
eritematus dan dapat bertahan untuk beberapa hari
atau bulan.
A. SAR TIPE MINOR

 Mengenai sebagian besar


pasien SAR yaitu 75%
sampai dengan 85% dari
keseluruhan SAR
 Ulser berbentuk bulat dan
oval, dangkal, diameter 1-10
mm, dan pinggiran
eritematous
 Cenderung pd daerahnon-
keratin : mukosa labial,
mukosa bukal dan dasar
mulut
 Tunggal /kelompok terdiri
atas 4-5 ulser dan sembuh
dalam waktu 10-14 hari
tanpa bekas jaringan parut
B. SAR TIPE MAYOR

 Diderita 10%-15% dari penderita


SAR dan lebih parah dari tipe
minor
 Ulser tunggal, berbentuk oval
dan diameter 1-3 cm, selama 2
minggu atau lebih
 Dapat terjadi pada bagian mana
saja dari mukosa mulut,
termasuk daerah-daerah
berkeratin
 Ulser yang besar dan lama 
bagian tepi menonjol ser ta
eritematous dan mengkilat,
menunjukkan bahwa terjadi
edema
 Meninggalkan jaringan parut
(tergantung keparahan dan lama
C. SAR TIPE HERPETIFORMIS

 Herpetiformis  karena
bentuk klinisnya (yang dapat
terdiri dari 100 ulser kecil-
kecil pada satu waktu) mirip
dengan gingivostomatitis
herpetik primer (tidak ada
virus herpes
 Jarang terjadi  sekitar 5%-
10% dari kasus SAR
 Bulat atau oval, diameter
0,5- 3,0 mm, bila ulser
bergabung bentuknya tidak
teratur
 Meninggalkan jaringan parut
PENCEGAHAN

 Hindari stress yang berlebihan, dan tingkatkan


kualitas tidur minimal 8 jam sehari.
 Perbaiki pola makan. Pola makan dan diet yang sehat
tidak hanya akan mencegah sariawan namun juga
meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan
 Jaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut.
PENATALAKSANAAN

Kasus ringan  Salep sebagai topical coating


agar terhindar dari gesekan
Kasus sedang atau berat  Salep yang
mengandung steroid, obat kumur chlorexidin
juga bisa membantu

- Obat obat yang umumnya digunakan :


Glukokortikoid, Thalidomide, Chlorexidin
TERIMA KASIH

Вам также может понравиться