Вы находитесь на странице: 1из 29

By Dwi Octaviani S.

Farm
Ilmu galenika adalah ilmu yang
mempelajari tentang
pembuatan sediaan (preparat)
obat dengan cara sederhana
dan dibuat dari alam (tumbuhan
atau hewan).
Tujuan dibuat sediaan galenika
 Untuk memisahkan obat-obat
yang terkandung dalam
simplisia dari bagian lain yang
di anggap tidak bermanfaat
Yaitu proses melarutkan komponen dalam
simplisia dengan pelarut yang sesuai.
Pelarut yang sesuai :
 Melarutkan solute
 Selektif
Melarutkan solute namun tidak melarutkan zat lain yang
tidak dibutuhkan.
 Volatile
Mudah menguap sehingga mudah saat proses pemekatan.
 Tidak toxic
 Tidak korosif
 Murah
 Ekstraktan : pelarut yang digunakan untuk
mengektraksi.
 Raffinat : meterial atau liquid yang diekstrak.
 Solute : senyawa aktif dalam rafinat.
 Simplisia : bahan alam yang belum
mengalami pengolahan apapun kecuali
dinyatakan lain, yaitu pengeringan.
 Air
Paling banyak melarutkan zat namun merupakan
media yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba.
 Etanol
 Metanol
 N-heksan
Baik untuk melarutkan lemak-lemak dan minyak
atsiri sehingga banyak digunakan untuk memisahkan
lemak-lemak yang tidak diperlukan.
 Aseton
Tidak digunakan untuk sediaan galenik obat-dalam.
Baik untuk melarutkan lemak, minyak atsiri, dan
damar.
 Eter
Kebanyakan zat tidak larut dalam pelarut ini, tapi
beberapa zat memiliki kelarutan yang baik, misal alkaloid
basa, lemak-lemak, damar, dan minyak atsiri.
 Kloroform
Merupakan pelarut yang baik untuk alkaloid basa, damar,
minyak lemak, minyak atsiri.
Tidak digunakan pada sediaan galenik untuk obat-dalam.
 Gliserin
Digunakan sebagai cairan tambahan pada campuran air-
alkohol untuk penarikan simplisia yang mengandung zat
samak, seperti tanin. Tidak mudah menguap sehingga
tidak digunakan dalam pembuatan ekstrak kering.
 Berdasarkan bentuknya :
 Ekstraksi padat-cair
Ekstraksi dimana ruffinat berbentuk
padat, pelarutnya cair.
Contoh : meserasi, perkolasi, refluks,
Soxhlet.
 Ekstraksi cair-cair
Ekstraksi dimana ruffinat dan pelarut
berbentuk cair.
Contoh : ekstraksi dengan corong
pisah, cara Craig.
◦ Berdasarkan energi/suhu
 Ekstraksi dingin
Untuk senyawa yang tidak tahan panas,
senyawa-senyawa dalam simplisia belum
diketahui, atau untuk simplisia dari jaringan
yang lunak.
Contoh : maserasi, percolasi
 Ekstraksi panas
Untuk senyawa yang tahan panas, simplisia
dari jaringan yang keras.
Contoh : digestion, Soxhlet, reflux
 Berdasarkan waktu kontak dengan
simplisia
 Gradually extraction
Simplisia langsung kontak dengan
pelarut selama proses ekstraksi. Terjadi
pergantian pelarut.
Contoh : maserasi, refluks, ekstraksi
dengan corong pisah.
 Continuous extraction
Simplisia tidak kontak langsung dengan
pelarut. Tidak dilakukan pergantian
pelarut.
 Ekstraksi dingin, tanpa pemanasan
(suhu 15-250 C)
 Merupakan pendahuluan untuk
pembutan secara perkolasi.
 Deskripsi :
o Simplisia direndam dalam
pelarut/cairan penyari selama waktu
tertentu tergantung pada ketentuan
pada masing-masing sediaan
galenik, jika tidak dinyatakan,
biasanya selama ½ - 2 jam, menurut
farmakope Belanda selama 5 hari.
o Setelah direndam, cairan penyari
berisi dikeluarkan dari alat
meserasi.
o Ekstrak kemudian dipekatkan
 Ekstraksi dingin, tanpa
pemanasan, suhu 15-250 C.
 Deskripsi :
Simplisia direndam terlebih
dahulu dengan
cairan penyari seperti pada
maserasi, zat-zat akan terlarut
dan larutan tersebut akan
menetes secara beraturan ke
dalam wadah penampung.
Pelarut-baru diteteskan
melalui bagian atas alat
 Ekstraksi panas
 Deskripsi :
Simplisia direndam dengan
cairan penarik, kemudian
dipanaskan. Uap cairan
penyari akan menuju
kondensor dan mencair
kembali.
 Kelemahan : dapat terjadi
penjenuhan pelarut, pelarut
harus diganti, sehingga
pelarut yang dibituhkan
banyak.
 Ekstraksi panas
 Deskripsi :
Simplisia terpisah dari cairan
penyari. Cairan penyari yang
dipanaskan akan menguap
menuju kondensor. Cairan
penyari yang kembali
berwujud cair akan jatuh
menuju ruang simplisia,
membasahi dan menarik zat
yang ada pada simplisia.
Ekstrak akan dialirkan
menuju wadah tempat cairan
• Kelebihan:
- Tidak terjadi penjenuhan
pelarut, pelarut
tidak perlu diganti,
sehingga pelarut yang
dibutuhkan sedikit.
- Proses ekstraksi
maksimal

• Kekurangan : waktu
ekstraksi lama.
• Ekstraksi cair-cair
• Tidak menggunakan pemanasan
• Pemisahan berdasarkan BJ
pelarut yang digunakan,
menggunakan dua pelarut yang
tidak saling bercampur.
- pelarut yang memiliki BJ lebih
besar, akan berada di lapisan
bawah.
- Pelarut yang memiliki BJ lebih
kecil akan berada di lapisan
atas
Lapisan mana yang diambil
tergantung kelarutan zat yang
akan diambil.
Merupakan larutan yang mengandung etanol
atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan
tumbuhan atau senyawa kimia. (FI IV)

Secara tradisional, tingtur dari tumbuhan


berkhasiat obat menunjukkan aktivitas 10
grm dalam tiap 100 mL tingtur.
1. Cara perkolasi
a. Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia
dengan 2,5-5 bagian cairan penyari, masukkan ke dalam
bejana tertutup selama sekurang-kurangnya 3 jam.
Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam
perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangi
dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai
menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis
cairan penyari, tutup, biarkan selama 24 jam.
b.Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 mL/menit,
tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya,
hingga diperoleh 80 bagian perkolat.
c. Peras massa, campurkan cairan perasan ke dalam
perkolat, tambahkan cairan penyari hingga diperoleh 100
bagian. Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan
selama 2 hari di tempat sejuk terlindung dari cahaya.
d.Tuang atau saring.
2. Cara maserasi
a. Masukkan 20 bagian simplisia ke dalam bejana,
tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup,
biarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya
sambil sering diaduk, peras. Cuci ampas dengan
cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100
bagian.
b. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di
tempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari,
enap, tuang atau saring.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
(FI IV)

Macam ekstrak :
- Ekstrak kering (siccum)
- Ekstrak kental (spissum)
- Ekstrak cair (liquidum)
1. Maserasi
Lakukan maserasi seperti pada pembuatan tingtur,
uapkan maserat pada tekanan rendah paada suhu tidak
lebih dari 500 C hingga konsistensi yang diinginkan.
2. Perkolasi
Lakukan perkolasi seperti pada pembuatan tingtur.
Setelah perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam,
biarkan cairan menetes, tuangi massa dengan cairan
penyari hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir
diuapkan tidak akan meninggalkan sisa. Uapkan perkolat
dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 500 C
hingga dicapai konsistensi yang dikehendaki.
Pada pembuatan ekstrak cair, 0,8 bagian perkolat
diuapkan hingga 0,2 bagian, kemudian campur dengan
perkolat pertama.
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan
mengektraksi simplisia nabati dengan air
pada suhu 900 C selama 15 menit (FI IV)
 Campur simplisia dengan air secukupnya,
panaskan di atas tangas air selama 15 menit
terhitung mulai suhu mencapai 900 C sambil
sesekali diaduk.
 Saring selagi panas melalui kain flanel.
 Tambahkan air panas secukupnya melalui
ampas hingga diperoleh volume infus yang
dikehendaki.
Kecuali dinyatakan lain, air aromatik adalah
larutan jernih dan jenuh dalam air dari
minyak atsiri atau senyawa aromatik atau
bahan mudah menguap lain. (FI IV)

Air aromatik harus :


- Mempunyai bau dan rasa yang menyerupai
bahan asal
- Bebas bau empirematik atau bau lain
- Tidak berwarna
- Tidak berlendir
1. Larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera
dalam masing-masing monografi dalam 60 mL
etanol 95%.
2. Tambahkan air sedikit demi sedikit sampai
volume 100 mL sambil dikocok kuat-kuat.
3. Tambahkan 500 mg talk, kocok, diamkan, saring.
4. Encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.

NB : etanol berfungsi untuk menambah kelarutan


minyak atsiri dalam air.
Talk berguna untuk membantu pendistribusia
minyak dalam air dan menyempurnakan
pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik
yang dihasilkan jernih.
Minyak lemak adalah campuran senyawa asam
lemak berbobot molekul tinggi/berantai
carbon panjang (C16-C22) dengan gliserin.

Cara mendapatkan minyak lemak :


- Diperas pada suhu biasa, misal oleum
arachidis, oleum olivale, oleum ricini.
- Diperas pada suhu panas, misal : oleum
cacao, oleum cocos.
Minyak atsiri adalah campuran bahan-bahan
berbau keras yang menguap, yang diperoleh baik
dengan cara penyulingan atau perasan simplisia
segar maupun secara sintetis.

Ciri-ciri minyak atsiri :


 Mudah menguap
 Rasa yang tajam
 Wangi yang khas
 Tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik
 Minyak atsiri segar tidak berwarna, sedikit
kuning muda.
1. Cara pemerasan
2. Cara penyulingan (destilasi)
a. Cara langsung (menggunakan api langsung)
Bahan yang akan diolah dimasukan ke dalam bejana
di atas pelat berlubang dan bejana berisi air. Uap air
naik melalui lubang dan akan melewati pwndingin,
kemudian minyak yang keluar dengan uap air
ditampung.
b. Cara tidak langsung (destilasi uap)
Bahan yang akan diolah dimasukkan ke dalam sebuah
bejana dan ditambah dengan air. Alirkan ke dalamnya
uap air yang berasal dari bejana lain.
Dari cara a dan b di atas, pada bejana penampungan
akan terdapat 2 lapisan, yaitu air dan minyak atsiri.
Letak m inyak atsiri dan air tergantung pada BJ. Jika BJ
minyak atsiri > BJ air, maka minyak atsiri terdapat di
 Oleum foeniculi
 Oleum anisi
 Oleum caryophilli
 Oelum citri
 Oleum aurantii
 Oleum eucalypti
 Oleum mentha piperitae
 Oleum cinnamommi
 Oleum citronella
 Oleum rossae

Вам также может понравиться