Вы находитесь на странице: 1из 20

Referat

Penggunaan
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
Pada Gagal Jantung
Oleh :
Chyntia Gayatri
N 111 18 040

Pembimbing :
dr. Hasannudin, SP.JP. FIHA
PENDAHULUAN

 Gagal jantung adalah sindroma klinik yang


ditandai oleh adanya kelainan pada struktur
atau fungsi jantung yang mengakibatkan
jantung tidak dapat memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan

 Penghambat ACE merupakan terapi lini


pertama untuk pasien dengan fungsi sistolik
ventrikel kiri yang menurun,yakni dengan fraksi
ejeksi di bawah normal (<40-45%), dengan atau
tanpa gejala
DEFINISI

 Ace Inhibitor adalah golongan obat dalam


menghambat enzim pengubah angiotensin
(ACE) yang nantinya akan menghambat
pembentukan angiotensin II (vasokonstriktor) dan
menghambat pelepasan aldosteron
 Inhibitor ACE meningkatkan fungsi jantung dan
mengurangi kejadian kardiovaskular setelah
infark miokardial
Golongan Obat

Terdapat 3 kelompok obat penghambat ACE,


yang dibagi berdasarkan struktur molekulnya,
yakni :
Kelompok yang mengandung Sulfidril,
contohnya kaptopril dan zefonopril
Kelompok yang mengandung Dikarboksilat,
contohnya enalapril, ramipril, quinapril,
perindopril, lisinopril dan benazepril
Kelompok yang mengandung Fosfonat,
contohnya adalah fosinopril
Mekanisme Kerja

Penghambat ACE menghambat konversi


angiotensin I menjadi angiotensin II.
Penghambat ACE dengan mengurangi
pembentukan Ang II akan menghambat
aktivitas Ang II di reseptor AT1 maupun AT2.
Mekanisme kerja ACE inhibitors pada gagal
jantung ialah mencegah terjadinya remodeling
dan menghambat perluasan kerusakan miokard
serta dapat menurunkan sekresi aldosteron
(sehingga meningkatkan ekskresi natrium) dan
menurunkan sekresi vasopresin yang semuanya
berguna untuk penderita gagal jantung
kongestif.
Dosis ACE Inhibitor Untuk
Pengobatan Gagal Jantung
Obat Dosis awal Dosis pemeliharaan

Kaptopril 6,25 mg tid 25-50 mg tid


Enalapril 2,5 mg od 10-20 mg bid
Lisinopril 2,5 mg od 5-20 mg od
Ramipril 1,25 mg od/bid 2,5-5 mg bid

Trandolapril 1 mg od 4 mg od
Kuinapril 2,5 mg od 5-10 mg bid
Fosinopril 5-10 mg od 20-40 mg od
Perindopril 2 mg od 4 mg od
Dosis Obat Yang Umumnya
Dipakai Pada Gagal Jantung
Kombinasi Ace Inhibitor
Pada Gagal Jantung
Penghambat ACE digunakan pada semua tingkat
keparahan gagal jantung, biasanya dikombinasikan
dengan diuretika.

Mekanisme kompensasi dari CHF adalah menstimulasi


retensi air dan natrium, sering menyebabkan kongesti
sistemik dan pulmonal. Terapi diuretik
direkomendasikan (sebagai tambahan pembatasan
natrium) pada pasien dengan retensi air atau
diketahui adanya udem
LAPORAN KASUS

Pasien laki-laki usia 71 tahun dirawat diruangan Melati


RSUD Undata Palu dengan keluhan sesak nafas yang
dirasakan hilang timbul sejak kurang lebih 1 minggu
yang lalu, dan memberat sehari sebelum masuk rumah
sakit, sesak disertai dengan nyeri dada sebelah kiri.
Nyeri dirasakan seperti tertekan dengan durasi kurang
lebih 30 menit. Pasien mengeluh mudah lelah setelah
melakukan aktivitas sehari-hari. Sesak dan nyeri dada
dirasakan pasien saat beraktivitas ringan seperti
berjalan sekitar 30 meter. Pasien mengeluh sering
terbangun pada malam hari karena merasa sesak
(paroxymal noctural dyspnea), bahkan pasien juga
mengeluh sesak pada kondisi berbaring (orthopnea).
Lanjutan...

 Selain itu pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati


yang disertai mual dan muntah, pasien juga mengeluh
batuk beberapa hari terakhir, nafsu makan menurun,
BAB lancar, BAK lancar. Pasien memiliki riwayat di
rawat di rumah sakit dua bulan lalu dengan keluhan
stroke lemah badan sebelah kiri. Pasien memiliki
riwayat penyakit jantung sejak setahun terakhir, pasien
terakhir kontrol ke dokter jantung tujuh bulan lalu dan
sempat putus minum obat.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum:
SP:CM/SS/GB BB: 45 Kg TB: 165cm IMT:16,54 Kg/m

Vital Sign
TD: 140/80 mmHg N: 64x/menit R:40x/menit
S:36,5°C
 Kepala : DBN
 Mata : DBN
 Leher : Terdapat peningkatan JVP 5+4

Thorax :
 Perkusi : Hiposonor pada bagian sinistra
 Auskultasi : didapatkan Rhonki basah halus pada
bagian basal paru

Jantung : Kesan Kardiomegali


 Inspeksi: Ictus cordis tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba
 Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni , bunyi jantung
tambahan didapatkan murmur
Abdomen :
 Palpasi : Nyeri tekan pada epigastrium

Anggota Gerak :
 Atas : Akral Hangat, tidak ada edema
 Bawah : Akral Hangat, edema pada kaki
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Rutin
Pada hasil darah rutin didapatkan
Hemoglobin 13,3 g/dL, Leukosit 7,700 mm3,
Trombosit 184,000 mm3
Kimia Darah
Pada hasil kimia darah didapatkan
Natrium 141 nmol/L, Kalium 4,1 nmol/L,
Clorida 108 nmol/L
Pada pemeriksaan Glukosa 114 mg/dl,
creatinin 2,02 mg/dl, urea 79,1 mg/dl
Pemeriksaan EKG
 Pada pemeriksaan EKG didapatkan irama atrial
fibrilasi, Heart Rate 140 kali ireguler, QRS komples
didapatkan Q patologis di VI, V2, dan V6.
Pemeriksaan Radiologi

 Pada pemeriksaan foto polos thorax posisi erect proyeksi AP


tampak kardiomegali, tampak ventrikel sinistra jantung yang
membesar, adanya dilatasi aorta, terangkatnya hilum
pulmonalis sinstra
RESUME
Pasien laki-laki usia 71 tahun dirawat diruangan Melati RSUD
Undata Palu dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan hilang
timbul sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu, dan memberat
sehari sebelum masuk rumah sakit, sesak disertai dengan nyeri
dada sebelah kiri. Nyeri dirasakan seperti tertekan dengan durasi
kurang lebih 30 menit. Pasien mengeluh mudah lelah setelah
melakukan aktivitas sehari-hari. Sesak dan nyeri dada dirasakan
pasien saat beraktivitas ringan seperti berjalan sekitar 30 meter.
Pasien mengeluh sering terbangun pada malam hari karena
merasa sesak (paroxymal noctural dyspnea), bahkan pasien
juga mengeluh sesak pada kondisi berbaring (orthopnea). Selain
itu pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati yang disertai mual
dan muntah, pasien juga mengeluh batuk beberapa hari
terakhir. Pada pemeriksaan didapatkan TD 140/80 mmHG, Nadi
64 kali per menit, Pernapasan 40 kali per menit, didapatkan
peningkatan JVP 5+4, didapatkan rhonki basah halus dikedua
basal paru, pada jantung kesan kardiomegali.
DIAGNOSIS :
ADHF et causa CAD dengan diagnosis etiologi CAD (Aterosklerosis), diagnosis
anatomi left and right heart failure, dan diagnosis fungsional kelas IV,

PENATALAKSANAAN:
Non Medikamentosa :
 Tirah Baring (Bed Rest)
 Diet rendah natrium
Medikamentosa :
 IVFD RL 20 Tpm
 O2 3 Lpm
 Ramipril 5mg per 24 jam
 Furosemid 20mg per 12 jam
 Beta One 2,5mg per 24jam
 Atorvastatin 20mg per 24 jam
 Clopidogrel 75mg per 24 jam
 Spironolactone 25mg per 12 jam
Lanjutan...

PROGNOSIS :
 Ad Vitam: dubia ad bonam
 Ad Fungsionam: dubia ad bonam
 Ad Sanationam: dubia ad bonam
TERIMA KASIH

Вам также может понравиться