Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Mengidentifikasi, melindungi
1. dan meningkatkan hak pasien
Memberitahukan pasien
2. tentang hak mereka
• mengeluhkan pelayanan
Rumah Sakit melalui
media cetak dan
elektronik sesuai dengan
ketentuan pr UUan
peraturan perundang-und
Sutoto KARS 11
Standar HPK.1
RS bertangg-jwb utk memberikan proses yg mendukung HPK selama
dalam yan.
Regulasi RS :
• Pedoman/panduan/Kebijakan tentang HPK yang mendukung dan
melindungi HPK
Dokumen
• Persetujuan pelepasan informasi apa saja yang berhubungan dengan
pelayanan yang boleh diketahui keluarganya/ pihak lain (dapat
menjadi bagian dari persetujuan umum/general consent)
Implementasi
1. Pemahaman pimpinan RS tentang HPK sesuai peraturan perundang-
undangan
2. Pemahaman staf pelayanan atas HPK
Sutoto KARS 12
KARS
RS MENJAMIN KERAHASIAAN DATA DAN
INFORMASI TENTANG PASIEN
Sutoto KARS 15
KARS
Sandar HPK 1.1
Pelayanan dilaksanakan dengan penuh
perhatian dan menghormati nilai-nilai
pribadi dan kepercayaan pasien.
Pelayanan
menghormati
Nilai-nilai & Standar HPK.1.1.1.
kepercayaan Rumah sakit mempunyai proses untuk
berespon terhadap permintaan pasien
dan keluarganya untuk pelayanan
rohaniawan atau sejenisnya berkenaan
Pelayanan dengan agama dan kepercayaan pasien.
Rohani
Standar HPK.1.1.1.
Rumah sakit mempunyai proses untuk berespon terhadap permintaan
pasien dan keluarganya untuk pelayanan rohani atau sejenisnya berkenaan
dengan agama dan kepercayaan pasien.
Regulasi RS :
1. Panduan Pelayanan Kerohanian
2. SPO pelayanan kerohanian
3. Formulir permintaan pelayanan kerohanian
PROSES
1. Proses identifikasi yang menyangkut juga agama dan kepercayaan
pasien
2. Proses staf pelayanan menyediakan pelayanan kerohanian sesuai
permintaan pasien atau keluarga
3. Bukti bahwa RS telah memberikan pelayanan kerohanian
(keagamaan atau spiritual)
Sutoto KARS 19
Contoh : PANDUAN PELAYANAN KEROHANIAN
Standar HPK.1.6
lnformasi tentang pasien
adalah rahasia
Standar HPK.1.2.
Pelayanan menghormati kebutuhan privasi pasien
KARS
CONTOH KALIMAT
IDENTIFIKASI PRIVASI
Dapat menjadi bagian dari persejuan umum (general consent)
KEINGINAN PRIVASI
Sutoto KARS 25
KARS
Standar HPK.1.6
lnformasi tentang pasien adalah rahasia
Sutoto KARS 27
Standar HPK.1.6
lnformasi tentang pasien adalah rahasia
Regulasi RS :
1. Regulasi tentang perlindungan terhadap kerahasian informasi
pasien
Proses
1. Penjelasan ke pasien tentang rahasia kedokteran dan proses
untuk membuka rahasia kedokteran sesuai ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan
2. Permintaan persetujuan pasien untuk membuka informasi yang
bukan merupakan rahasia kedokteran
3. Upaya RS untuk menjaga kerahasiaan informasi kesehatan
pasien
Sutoto KARS 28
Rumah sakit wajib
menghormati kerahasiaan
informasi kesehatan
pasien.
KARS
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2012 Tentang Rahasia
Kedokteran
SUTOTO-KARS
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
(1) Semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kedokteran dan/atau menggunakan
data dan informasi tentang pasien wajib menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
• a. dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lain yang memiliki akses
terhadap data dan informasi kesehatan pasien;
• b. pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan;
• c. tenaga yang berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kesehatan;
• d. tenaga lainnya yang memiliki akses terhadap data dan informasi kesehatan
pasien di fasilitas pelayanan kesehatan;
• e. badan hukum/korporasi dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan;
• f. mahasiswa/siswa yang bertugas dalam pemeriksaan, pengobatan,perawatan,
dan/atau manajemen informasi di fasilitas pelayanan kesehatan.
(3) Kewajiban menyimpan rahasia kedokteran berlaku selamanya, walaupun pasien
telah meninggal dunia.
Sutoto KARS 34
KARS
Standar HPK.1.4
Pasien dilindungi dari kekerasan fisik
Regulasi RS :
1. Kebijakan/Panduan/SPO perlindungan terhadap kekerasan fisik
Dokumen implementasi :
1. Daftar pengunjung RS Diluar jam kunjungan
Proses
• Cara RS untuk melindungi pasien dari kekerasan fisik
• Cara RS untuk melindungi terutama bayi, anak, manula dan pasien yang
tidak mampu melindungi dirinya sendiri
• Penggunaan identitas pengunjung RS dan mekanisme pengawasannya
• Pengawasan terhadap lokasi pelayanan yang terpencil atau terisolasi
Sutoto KARS 37
CONTOH
KARS
Standar HPK.1.5
Anak-anak, individu yang cacat, manula dan lainnya yang berisiko
mendapatkan perlindungan yang layak.
Sutoto KARS 39
Standar HPK.1.5
Anak-anak, individu yang cacat, manula dan lainnya yang berisiko
mendapatkan perlindungan yang layak.
Regulasi RS :
1. Panduan pelindungan terhadap kekerasan fisik unt kelompok berisiko
2. SPO perlindungan terhadap kekerasan fisik
Dokumen implementasi :
1. Daftar kelompok yang berisiko
Proses
• Identifikasi RS terhadap kelompok yang berisiko
• Kelompok yang dilindungi RS meliputi anak-anak, individu yang cacat, lansia dan
kelompok lainnya
Sutoto KARS 40
KARS
Standar HPK.2
Partisipasi Rumah sakit mendukung HPK
berpartisipasi dalam proses pelayanan.
pasien Standar 2.1
RS memberi tahu pasien dan keluarga
tentang proses bagai-mana mereka akan
diberitahu tentang kondisi medis dan
setiap diagnosis pasti, bagaimana mereka
ingin dijelaskan tentang cara pelayanan
dan pengobatan, serta bagaimana mereka
Info dapat berpartisipasi dalam keputusan
diagnosis & pelayanan bila mereka memintanya
tindakan
HPK DALAM PELAYANAN
KARS
Standar HPK.2
Partisipasi Rumah sakit mendukung HPK
berpartisipasi dalam proses pelayanan.
pasien Standar 2.1
RS memberi tahu pasien dan keluarga
tentang proses bagai-mana mereka akan
diberitahu tentang kondisi medis dan
setiap diagnosis pasti, bagaimana mereka
ingin dijelaskan tentang cara pelayanan
dan pengobatan, serta bagaimana mereka
Info dapat berpartisipasi dalam keputusan
diagnosis & pelayanan bila mereka memintanya
tindakan
Standar HPK.2.1.1
Rumah sakit memberitahu pasien dan
Hasil pelayanan keluarganya tentang bagaimana mereka
dan akan dijelaskan tentang hasil pelayanan dan
pengobatan, pengobatan, termasuk hasil yang tidak
diharapkan dan siapa yang akan
memberitahukan
KARS
: Pasien dan
keluarganya
mempunyai hak
untuk
mendapatkan
informasi tentang
rencana
pelayanan
KARS
Dijelaskan tentang
hasil pelayanan
dan pengobatan,
termasuk hasil
yang tidak
diharapkan dan
siapa yang akan
memberitahukan
(HPK 2.1.1)
KARS
HAK PASIEN DALAM PELAYANAN
DAN EDUKASI YANG HARUS DIBERIKAN OLEH DPJP
Sutoto KARS 50
5. Pasien dan keluarga berhak diberi informasi
tentang hasil dari proses asesmen dan setiap
diagnosis yang telah ditetapkan apabila
diperlukan. (HPK 2.1)
6. pasien dan keluarganya diberitahu tentang
bagaimana mereka akan dijelaskan tentang
hasil pelayanan dan pengobatan, termasuk
hasil yang tidak diharapkan dan siapa yang
akan memberitahukan (HPK 2.1.1)
7. penyakit, saran pengobatan, dan para pemberi
pelayanan, shg mereka dapat membuat keputusan
ttg pelayanan
KARS
CONTOH CATATAN EDUKASI TERINTEGRASI
KARS
Pembelajaran
Pembelajaran
Tanda
Hambatan
Penerima
Tanda
Evaluasi
Edukasi
Metoda
Belajar
Tangan / KETERANG
Tgl / Tangan /
TOPIK EDUKASI Nama AN /
Jam Nama
Penerima CATATAN
Edukator
Edukasi
KARS
Standar HPK.2
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga berpartisipasi dalam
proses pelayanan.
54
Sutoto KARS
Standar HPK.2
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga berpartisipasi
dalam proses pelayanan.
55
Sutoto KARS
Standar HPK.2
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga berpartisipasi dalam
proses pelayanan.
Regulasi RS :
• Kebijakan/Panduan/SPOkomunikasi efektif untuk mendorong
keterlibatan pasien dan keluarganya dalam proses pelayanan
• Kebijakan/Panduan/SPO cara memperoleh second opinion di
dalam atau di luar RS
Bukti Pr0ses :
• Bukti pelaksanaan pelatihan
• Sertifikasi pelatihan staf tentang komunikasi pemberian informasi
dan edukasi yang efektif
Sutoto KARS 56
HPK DALAM PELAYANAN
• Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan melalui:
– pembuatan keputusan tentang pelayanan
– bertanya tentang pelayanan
– Menerima/menolak prosedur diagnostik dan pengobatan.
• Rumah sakit mendukung dan meningkatkan keterlibatan pasien dan
keluarganya dalam semua aspek pelayanan dengan:
– mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur
yang terkait.
– Kebijakan dan prosedur mengenai hak pasien untuk mencari second
opinion / pendapat kedua tanpa takut untuk berkompromi dalam hal
pelayanan, baik di dalam maupun dil luar rumah sakit.
– Semua staf dilatih untuk pelaksanaan kebijakan dan prosedur dalam
peran mereka mendukung hak pasien dan keluarganya untuk
berpartisipasi dalam proses pelayanan.
KARS
HAK PASIEN DALAM PELAYANAN
DAN PENJELASAN APA YANG HARUS DIBERIKAN OLEH DPJP
Regulasi RS :
• Kebijakan/Panduan/SPO tentang penjelasan HPK dalam pelayanan
• Kebijakan/Panduan/SPO tentang panduan persetujuan tindakan
kedokteran
Dokumen:
• Formulir pemberian edukasi
• Formulir persetujuan / penolakan tindakan kedokteran
Sutoto KARS 65
KARS
HAK PASIEN DALAM PELAYANAN
DAN EDUKASI APA YANG HARUS DIBERIKAN OLEH DPJP
Sutoto KARS 67
5. Pasien dan keluarga berhak diberi informasi
tentang hasil dari proses asesmen dan setiap
diagnosis yang telah ditetapkan apabila
diperlukan. (HPK 2.1)
6. pasien dan keluarganya diberitahu tentang
bagaimana mereka akan dijelaskan tentang
hasil pelayanan dan pengobatan, termasuk
hasil yang tidak diharapkan dan siapa yang
akan memberitahukan (HPK 6.10)
KARS
CONTOH CATATAN EDUKASI TERINTEGRASI
KARS
Standar HPK.2.1.1
Info hasil Rumah sakit memberitahu pasien dan
keluarganya tentang bagaimana mereka
pelayanan akan dijelaskan tentang hasil pelayanan dan
dan pengobatan, termasuk hasil yang tidak
pengobatan diharapkan dan siapa yang akan
memberitahukan
Sutoto KARS 72
Standar HPK.2.2
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang hak
dan tanggung jawab mereka yang berhubungan dengan penolakan
atau tidak melanjutkan pengobatan
Sutoto KARS 73
CONTOH FORMULIR
PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI
Nama dan Tanda tangan pasien Nama dan tanda tangan Saksi
(.................................) (..............................................)
Sutoto KARS 74
KARS
Hak DNR
Standar HPK.2.3
RS menghormati keinginan
dan pilihan pasien menolak
pelayanan resusitasi atau
menolak atau
memberhentikan
pengobatan bantuan hidup
dasar.
Standar HPK.2.3
Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien menolak pelayanan resusitasi
atau menolak atau memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar
Regulasi RS :
• Panduan penolakan resusitasi
(DNR)
• SPO penolakan resusitasi
• Formulir penolakan resusitasi
Sutoto KARS 77
Dr Lauren Jodi Van Scoy
“DNR does not mean do not treat and it does not mean
do not care. It just means do not resuscitate by giving
CPR, electric shocks or medications to restart the heart. If
things go badly, there is a role in certain situations for
letting the natural breakdown of the body occur,"
Sutoto KARS 79
FORMULIR DO NOT RESUCITATE (JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI)
Formulir ini adalah perintah dokter penanggung jawab pelayanan kepada seluruh staf klinis rumah sakit, agar tidak
dilakukan resusitasi pada pasien ini bila terjadi henti jantung (bila tak ada denyut nadi) dan henti nafas (tak ada
pernafasan spontan).
Formulir ini juga memberikan perintah kepada staf medis untuk tetap melakukan intervensi atau pengobatan, atau tata
laksana lainnya sebelum terjadinya henti jantung atau henti nafas.
– Nama pasien : ………………………………………………..
– Tanggal lahir : ……………………………………………….
Perintah/ Pernyataan dokter penanggung jawab pelayanan
Saya dokter yang bertanda tangan dibawah ini menginstruksikan kepada seluruh staf medis dan staf klinis lainnya untuk
melakukan hal-hal tertulis dibawah ini:
– Usaha komprehensif untuk mencegah henti jantung atau henti nafas tanpa melakukan intubasi. DO NOT RESUCITATE TIDAK
DILAKUKAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
– Usaha suportif sebelum terjadi henti nafas atau henti jantung yang meliputi pembukaan jalan nafas non invasive, mengontrol
perdarahan, memposisikan pasien dengan nyaman, pemberian oat-obatan anati nyeri. TIDAK MELAKUKAN RJP (RESUSITASI
JANTUNG PARU) bila henti nafas atau henti jantung terjadi.
Saya dokter yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa keputusan DNR diatas diambil setelah pasien
diberikan penjelasan dan informed consent diperoleh dari salah satu:
– Pasien
– Tenaga kesehatan yang ditunjuk pasien
– Wali yang sah atas pasien (termasuk yang ditunjuk oleh pengadilan)
– Anggota keluarga pasien
Jika yang diatas tidak dimungkinkan maka dokter yang bertanda tangan dibawah ini memberikan perintah DNR
berdasarkan pada :
– Instruksi pasien sebelumnya atau
– Keputusan dua orang dokter yang menyatakan bahwa Resusitasi jantung paru (RJP) akan mendatangkan hasil yang tidak efektif
Sutoto KARS 80
KARS
Standar HPK.2.4
Rumah sakit mendukung hak
pasien terhadap asesmen yang
sesuai manajemen nyeri yang
Manajemen tepat.
Nyeri
Standar HPK.2.5.
Rumah sakit mendukung hak
Layanan pasien untuk mendapat
pada Tahap pelayanan yang menghargai dan
penuh kasih sayang pada akhir
Terminal
kehidupannya.
Standar HPK.2.4
Rumah sakit mendukung hak pasien terhadap asesmen yang
sesuai manajemen nyeri yang tepat
Sutoto KARS 84
CONTOH FORMULIR ASESMEN/ASESMEN ULANG NYERI
IDENTITAS PASIEN:
TANGGAL/JAM ASESMEN:
• P:……………………………………………………………………………………………………………………………………
• Q:…………………………………………………………………………………………………………………………………..
• R:……………………………………………………………………………………………………………………………………
• S:……………………………………………………………………………………………………………………………………
• T:……………………………………………………………………………………………………………………………………
Scala Nyeri
Keterangan:
• P= Provokatif: yang memprovokasi nyeri apa yang menjadi penyebab nyeri
? Rudapaksa, benturan ? Apa yg membuat lebih baik atau lebih buruk ?
• Q=Quality/Kualitas: seperti apa rasanya ? Seperti tertusuk benda tajam,
tumpul, sakit, berdenyut, ditusuk jarum, dll?
• R=Regio/Radiasi Daerah nyeri dimana rasa sakit itu berada? Menyebar
kemana ?
• S=Severity/Skala : seberapa berat pakai skala 0 sd 10
• T=Tempo/timing: waktu yang berkaitan dengan nyeri Kapan nyeri datang?
Apakah rasa sakit itu datang dan pergi atau itu terus menerus?
Sutoto KARS 87
• Asesmen nyeri
– Asesmen nyeri dapat menggunakan Numeric Rating Scale
• Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun
yang dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri
yang dirasakannya.
• Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan
dan dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
– 0 = tidak nyeri
– 1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
– 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
– 7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)3
Sutoto KARS 88
– Wong Baker FACES Pain Scale
• Indikasi: Pada pasien (dewasa dan anak > 3 tahun) yang tidak
dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka,
gunakan asesmen
• Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana
yang paling sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi
dan durasi nyeri
– 0 - 1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali
– 2–3 = sedikit nyeri
– 4–5 = cukup nyeri
– 6–7 = lumayan nyeri
– 8–9 = sangat nyeri
– 10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)
Sutoto KARS 89
Layanan
pada Tahap
Terminal
Standar HPK.2.5.
Rumah sakit mendukung hak
pasien untuk mendapat
pelayanan yang menghargai dan
penuh kasih sayang pada akhir
kehidupannya.
Standar HPK.2.5. END OF LIFE
Regulasi RS :
1. Panduan pelayanan pasien
tahap terminal
2. SPO pelayanan pasien
tahap terminal
Bukti dokmentasi
1. Dokumentasi pelayanan101
Sutoto KARS
dalam rekam medis
KARS
POKOK –POKOK PANDUAN PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL
KARS
POKOK-POKOK PADA PANDUAN PASIEN TAHAP TERMINAL
• Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek
asuhan selama stadium akhir hidup. Asuhan akhir kehidupan yang diberikan rumah
sakit termasuk :
– pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan keinginan pasien dan
keluarga
– menyampaikan isu yang sensitif seperti autopsi dan donasi organ
– menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya
– mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam semua aspek pelayanan
– memberi respon pada masalah-masalah psikologis, emosional, spiritual dan
budaya dari pasien dan keluarganya ((lihat maksud tujuan : HPK 2.5)
• Rumah sakit memastikan pemberian asuhan yang tepat bagi mereka yang kesakitan
atau dalam proses kematian dengan cara:
– melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri dan gejala primer atau
sekunder
– mencegah gejala-gejala dan komplikasi sejauh yang dapat diupayakan
– melakukan intervensi dalam masalah psikososial, emosional dan spiritual dari
pasien dan keluarga, menghadapi kematian dan kesedihan
– melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan budaya pasien dan keluarga
– mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam keputusan terhadap asuhan
– (lihat maksud tujuan : PPI 7.1)
KARS
• ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TAHAP
TERMINAL
KARS
TANDA-TANDA BAHWA KEMATIAN MUNGKIN DEKAT
• Mengantuk, meningkatkan tidur, dan / atau unresponsiveness
(disebabkan oleh perubahan dalam metabolisme pasien).
• Disorientasi waktu, tempat, dan / atau identitas orang yang
dicintai; kegelisahan; visi orang dan tempat-tempat yang tidak
hadir; menarik-narik seprai atau pakaian (disebabkan sebagian oleh
perubahan dalam metabolisme pasien).
• Penurunan sosialisasi dan penarikan (disebabkan oleh penurunan
oksigen ke otak, penurunan aliran darah, dan persiapan mental untuk
sekarat).
• Penurunan kebutuhan untuk makanan dan cairan, dan kehilangan
nafsu makan (yang disebabkan oleh kebutuhan tubuh untuk
menghemat energi dan kemampuannya menurun untuk
menggunakan makanan dan cairan dengan baik).
• Kehilangan kontrol kandung kemih atau usus (yang disebabkan oleh
kelemahan dari otot-otot di daerah panggul).
Bagian Kedua
Penentuan Kematian Klinis/Konvensional
Pasal 8
• (1) Kriteria diagnosa kematian klinis/konvensional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 didasarkan pada telah berhentinya fungsi sistem jantung
sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti secara permanen.
• (2) Proses penentuan kematian klinis/konvensional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai standar profesi, standar
pelayanan, dan standar operasional prosedur.
Permenkes 37 Tahun 2014 Tentang Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor
SUTOTO-KARS
PENENTUAN MATI BATANG OTAK
(siapa , dimana, bagaimana)
Pasal 9
• (1) Penentuan seseorang mati batang otak hanya dapat dilakukan
oleh tim dokter yang terdiri atas 3 (tiga) orang dokter yang
kompeten.
• (2) Anggota tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
melibatkan dokter spesialis anestesi dan dokter spesialis syaraf.
• (3) Dalam hal penentuan mati batang otak dilakukan pada calon
donor organ, maka tim dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bukan merupakan dokter yang terlibat dalam tindakan
transplantasi.
• (4) Masing-masing anggota tim sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) melakukan pemeriksaan secara mandiri dan terpisah.
• (5) Diagnosis mati batang otak harus dibuat di ruang rawat intensif
(Intensive Care Unit).
Permenkes 37 Tahun 2014 Tentang Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor
SUTOTO-KARS
PEMERIKSAAN SESEORANG MATI BATANG OTAK DILAKUKAN PADA PASIEN
DGN DENGAN KEADAAN SBB:
Permenkes 37 Tahun 2014 Tentang Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor
PASAL 11
PROSEDUR PEMERIKSAAN MATI BATANG OTAK
a. memastikan arefleksia batang otak yang meliputi:
• 1. tidak adanya respons terhadap cahaya;
• 2. tidak adanya refleks kornea;
• 3. tidak adanya refleks vestibulo-okular;
• 4. tidak adanya respons motorik dalam distribusi saraf kranial
• terhadap rangsang adekuat pada area somatik; dan
• 5. tidak ada refleks muntah (gag reflex) atau refleks batuk terhadap rangsang oleh kateter isap yang
dimasukkan ke dalam trakea.
b. memastikan keadaan henti nafas yang menetap dengan cara:
• 1. pre – oksigenisasi dengan O2 100% selama 10 menit;
• 2. memastikan pCO2 awal testing dalam batas 40-60 mmHg dengan memakai kapnograf dan atau analisis gas
darah (AGD);
• 3. melepaskan pasien dari ventilator, insuflasi trakea dengan O2 100%, 6 L/menit melalui kateter intra trakeal
melewati karina;
• 4. observasi selama 10 menit, bila pasien tetap tidak bernapas, tes dinyatakan positif atau berarti henti napas
telah menetap.
c. bila tes arefleksia batang otak dan tes henti napas sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dinyatakan
positif, tes harus diulang sekali lagi dengan interval waktu 25 menit sampai 24 jam.
d. bila tes ulangan sebagaimana dimaksud pada huruf c tetap positif, pasien dinyatakan mati batang otak,
walaupun jantung masih berdenyut.
e. bila pada tes henti napas timbul aritmia jantung yang mengancam nyawa maka ventilator harus dipasang
kembali sehingga tidak dapat dibuat diagnosis mati batang otak.
Permenkes 37 Tahun 2014 Tentang Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor
PENGHENTIAN ATAU PENUNDAAN TERAPI BANTUAN HIDUP
Pasal 14
• (1) Pada pasien yang berada dalam keadaan yang tidak dapat disembuhkan akibat penyakit yang dideritanya
(terminal state) dan tindakan kedokteran sudah sia-sia (futile) dapat dilakukan penghentian atau penundaan
terapi bantuan hidup.
• (2) Kebijakan mengenai kriteria keadaan pasien yang terminal state dan tindakan kedokteran yang sudah sia-
sia (futile) ditetapkan oleh Direktur atau Kepala Rumah Sakit.
• (3) Keputusan untuk menghentikan atau menunda terapi bantuan hidup tindakan kedokteran terhadap
pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim dokter yang menangani pasien setelah
berkonsultasi dengan tim dokter yang ditunjuk oleh Komite Medik atau Komite Etik.
• (4) Rencana tindakan penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup harus diinformasikan dan
memperoleh persetujuan dari keluarga pasien atau yang mewakili pasien.
• (5) Terapi bantuan hidup yang dapat dihentikan atau ditunda hanya tindakan yang bersifat terapeutik dan/atau
perawatan yang bersifat luar biasa (extra-ordinary), meliputi:
– a. Rawat di Intensive Care Unit;
– b. Resusitasi Jantung Paru;
– c. Pengendalian disritmia;
– d. Intubasi trakeal;
– e. Ventilasi mekanis;
– f. Obat vasoaktif;
– g. Nutrisi parenteral;
– h. Organ artifisial;i. Transplantasi;
– j. Transfusi darah;
– k. Monitoring invasif;
– l. Antibiotika; dan
– m. Tindakan lain yang ditetapkan dalam standar pelayanan kedokteran.
• (6) Terapi bantuan hidup yang tidak dapat dihentikan atau ditunda meliputi oksigen, nutrisi enteral dan cairan
kristaloid.
Permenkes 37 Tahun 2014 Tentang Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor
H. Pengelolaan Akhir Kehidupan
4. Pasien dan bila perlu keluarga ikut serta dalam proses penyelesaian
5. Kebijakan dan prosedur mendukung konsistensi pelayanan.
KARS
Identifikasi Standar HPK.4
nilai-nilai Staf rumah sakit dididik tentang
dan peran mereka dalam
kepercayaan mengidentifikasi nilai-nilai dan
pasien kepercayaan pasien dan melindungi
hak pasien.
Standar HPK.4
Staf rumah sakit dididik tentang peran mereka dalam mengidentifikasi
nilai-nilai dan kepercayaan pasien dan melindungi hak pasien
Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO tentang identifikasi nilai-nilai dan
kepercayaan pasien dalam pelayanan
Proses
Pelaksanaan identifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien/keluarga
dan penerapannya dalam pelayanan
Bagaimana peran staf dalam melindungi hak pasien dan keluarga
Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO tentang identifikasi nilai-nilai dan
kepercayaan pasien dalam pelayanan
Proses
Pelaksanaan identifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien/keluarga
dan penerapannya dalam pelayanan
• a. Agama:
• b. Larangan agama: tidak/ya(sebutkan)…………
• c. Permintaan rohaniawan selama masuk RS:
ya/tidak
• d. Nilai nilai dan kepercayaan yang diyakini:
– Terkait dengan kesehatan:…………………
– Tak terkait dengan kesehatan:………
KARS
Standar HPK.5
Setiap pasien dijelaskan
mengenai hak mereka dengan
cara dan bahasa yang dapat
mereka pahami.
Informasi
ttg HPK
Standar HPK.5. PENJELASAN HPK
Regulasi RS:
• Kebijakan/Panduan/SPO tentang
pemberian informasi hak dan tanggung
jawab pasien
• Leaflet hak dan tanggung jawab pasien
Proses
Pelaksanaan pemberian informasi tertulis
tentang hak dan tanggung jawab pasien
sesuai dg bahasa yg dipahami pasien
Sutoto KARS 127
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENJELASAN HPK
Daftar semua
Standar HPK.6.4.1
pengobatan
Rumah sakit membuat daftar semua kategori
dan prosedur
dan jenis pengobatan dan prosedur yang
yg butuh IC
memerlukan informed consent yang khusus.
STANDAR HPK.6 . INFORMED CONSENT
EP
1. RS punya kebijakan dan
prosedur proses permintaan IC
1. Tersedia Staf yang dilatih untuk
membantu melaksanakan
kebijakan dan prosedur IC
1. Pasien memberi IC sesuai
kebijakan dan prosedur.
Sutoto KARS 132
Standar HPK.6
Regulasi RS :
• Kebijakan/Panduan/SPO persetujuan tindakan kedokteran
• Daftar tindakan yang memerlukan persetujuan tertulis
Dokumen
• informed consent
• Formulir persetujuan/ penolakan
Proses
• Proses pasien atau keluarga menyetujui atau menolak tindakan
kedokteran
133
Persetujuan (Consent)
• General consent (persetujuan Umum)
– Persetujuan perawatan dan pegobatan (bagi
semua tindakan, prosedur, pengobatan yg
berisiko rendah)
• Informed consent
Untuk tindakan , prosedur, pengobatan berisiko
tinggi, tranfusi darah dan produk darah dan
anestesi. (Pasal 45 ayat (1) UU Praktik Kedokteran yang berbunyi:
“Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.”)
Pasal 6
• (5) Dalam hal pasien tidak cakap untuk memberikan
persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
persetujuan dapat diberikan oleh keluarga terdekat
atau pengampunya
Pasal 6
• (5) Dalam hal pasien tidak cakap untuk memberikan
persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
persetujuan dapat diberikan oleh keluarga terdekat
atau pengampunya
DOKUMEN
1. Daftar tindakan dan pengobatan
yang perlu informed consent
2. Dokumentasi rapat pembahasan
daftar tersebut
Sutoto KARS 144
DAFTAR TINDAKAN YG MEMERLUKAN INFORMED CONSENT
KARS
CONTOH TINDAKAN ANESTESI DAN SEDASI YG PERLU INFORMED
CONSENT
Tindakan anestesi
• Anestesi Umum Tindakan sedasi
Sedasi sedang
• Anestesi Regional • Mengunakan midazolam 0,1 mg/kbgg
• Anastesi Infiltrasi • Mengunakan ketamin 0,5 mg/kgbb
• Mengunakan propofol 0,5 mg/kgbb
• Anastesi Blok Sedasi dalam
• Anastesi Spinal • Mengunakan ketamin 3-8 mg/kgbb
intramuskuler
• Blok Epidural • Mengunakan ketamin 1 mg/kgbb intravena
• Mengunakan midazolam oral 10 mg/kgbb
• Blok Pleksus Brakialis • Mengunakan flunitrazepam 0,1 mg/kgbb
• Anestesia Paravertebral • Mengunakan fentanil 0,5 – 1 ug/kgbb
• Mengunakan alfentanil 3-5 ug/kgbb
• Blok Transakral (Kaudal) • Mengunakan remifentanil 0,1 mg/kg/min
• Anastesi Regional Intravena
KARS
Penjelasan Standar HPK.6.1
penyakit, Pasien & keluarganya menerima
pengobatan penjelasan yang memadai ttg
nya dan penyakit, saran pengobatan,
siapa dan para pemberi pelayanan,
pemberi shg mereka dapat membuat
asuhannya keputusan ttg pelayanan
Standar HPK.6.1. PENJELASAN PENYAKIT, PENGOBATAN DAN
PEMBERI PELAYANAN
Regulasi RS :
• Kebijakan/Panduan/SPO tentang pemberian
informasi termasuk rencana pengobatan ( a sp
h)
• Kebijakan/Panduan/SPO tentang penetapan
DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan)
Dokumen:
• Catatan pemberian informasi
• Catatan penetapan DPJP dan data diri DPJP dan
Staf (SPK dan RKK)
Regulasi RS:
•Kebijakan/Panduan/SPO tentang persetujuan umum dan
penjelasannya
Dokumen:
•Formulir persetujuan umum