1413010003 DEFINISI Migren adalah nyeri kepala berulang dengan adanya interval bebas gejala dan sedikitnya memiliki 3 dari gejala berikut: nyeri perut, mual atau muntah, nyeri kepala berdenyut, unilateral, adanya aura (visual, sensori, motorik), gejala berkurang dengan tidur, dan adanya riwayat keluarga yang sama. Lama serangan pada anak adalah 2 sampai 4 jam, sedang pada dewasa 4 sampai 72 jam. FAKTOR RESIKO KLASIFIKASI MIGREN
Menurut The International Headache Society, klasifikasi migren adalah
sebagai berikut : 1. Migren tanpa aura 2. Migren dengan aura a. Migren dengan aura yang khas b. Migren dengan aura yang diperpanjang c. Migren dengan lumpuh separuh badan (familial hemiflegic migraine) d. Migren dengan basilaris e. Migren aura tanpa nyeri kepala f. Migren dengan awitan aura akut 3. Migren oftalmoplegik 4. Migren retinal 5. Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial 6. Migren dengan komplikasi a. Status migren (serangan migren dengan sakit kepala lebih dari 72 jam) • Tanpa lebihan penggunaan obat • Kelebihan penggunaaan obat untuk migren b. Infark migren 7. Gangguan seperti migren yang tidak terklasifikasikan MANIFESTASI KLINIS 1. Fase Prodromal. 2. Fase Aura. 3. Fase nyeri kepala. 4. Fase Postdromal. 1. Fase Prodromal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa perubahan mood, irritable, depresi, atau euphoria, perasaan lemah, letih, lesu, tidur berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (seperti cokelat) dan gejala lainnya. Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala. Fase ini memberi petanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi serangan migren. 2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau menyertai serangan migren. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit. Aura ini dapat berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi dari aura-aura tersebut. Aura visual muncul pada 64% pasien dan merupakan gejala neurologis yang paling umum terjadi. Yang khas untuk migren adalah scintillating scotoma (tampak bintik-bintik kecil yang banyak) , gangguan visual homonym, gangguan salah satu sisi lapang pandang, persepsi adanya cahaya berbagai warna yang bergerak pelan (fenomena positif). Kelainan visual lainnya adalah adanya scotoma (fenomena negatif) yang timbul pada salah satu mata atau kedua mata. Kedua fenomena ini dapat muncul bersamaan dan berbentuk zig-zag. 3. Fase nyeri kepala.
Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral, dan awalnya berlangsung
didaerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-2 jam menyebar secara difus kearah posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada orang dewasa, sedangkan pada anakanak berlangsung selama 1-48 jam. Intensitas nyeri bervariasi, dari sedang sampai berat, dan kadang-kadang sangat mengganggu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari 4. Fase Postdromal. Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun, dan terjadi perubahan mood. Akan tetapi beberapa orang merasa “segar” atau euphoria setelah terjadi serangan, sedangkan yang lainnya merasa deperesi dan lemas. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. EEG. 2. MRI (Magnetic Resonance Imaging) 3. PET (Positron Emission Tomography) PENATALAKSANAAN Mencegah atau menghindari faktor pencetus. Pengobatan non-medik. Karena faktor pencetus tidak selalu bisa dihindari, maka dianjurkan pengobatan non- medik, oleh karena hal ini dapat mengurangi banyaknya obat migren sehingga efek samping dari obat-obatan dapat dikurangi.Termasuk dalam pengobatan non-medik adalah latihan relaksasi Otot. Pengobatan simptomatik Willinson (1988), menganjurkan pada waktu serangan migren sebagai berikut (Harsono, 2003) : a. Mencegah pemberian obat-obat yang mengganggu tidur b. Obat-obat anti mual seperti metoklopramid. Obat anti mual dapat memicu aktivitas normal pencernaan (gastrointestinal) yang terganggu saat serangan migren. c. Analgetika sederhana. Misalnya aspirin atau parasetamol dapat menghilangkan nyeri kepala bila sebelumnya diberi yang memicu aktivitas gastrointestinal. d. Ergotamin tartrat. Cara kerja obat ini bifasik, bergantung pada tahanan darah yang telah ada sebelumnya. Pengobatan abortif Harus diberikan sedini mungkin, tetapi sebaiknya saat timbul nyeri kepala. Obat yang dapat digunakan: a. Ergotamin tartrat dapat diberikan tersendiri atau dicampur dengan obat antiemetik, analgesik, atau sedatif. b. Dihidroergotamin (DHE) merupakan agonis reseptor serotonin yang aman dan efektif untuk menghilangkan serangan migren dengan efek samping mual yang kurang dan lebih bersifat vasokonstriktor. c. Sumatriptan suksinat merupakan agonis selektif reseptor 5- Hidroksi triptamin (5-HT1D) yang efektif dan cepat menghilangkan serangan nyeri. Pengobatan pencegahan Pengobatan pencegahan diberikan bila terdapat lebig dari 2 kali serangan dalam sebulan. Obat pencegah migren adalah (Harsono, 2003): a. Beta-blocker b. Antagonis Ca c. Antiserotonin dan antihistamin d. Antidepresan trisiklik e. NSAID KOMPLIKASI MIGREN