Вы находитесь на странице: 1из 28

Bimbingan Antisipasi Pada Orang Tua

Sesuai Usia Anak (Anticipatory Guidance


Care) dan Toilet Training

Oleh :

Ns. Risna Budiman, S. Kep


1. ANTICIPATORY GUIDANCE
CARE
A. DEFINISI
Anticipatory guidance care merupakan petunjuk-
petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang
tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara
bijaksana, sehingga anak dapat bertumbuh dan
berkembang secara normal. (Nursalam, 2005)
Anticipatory guidance juga merupakan suatu upaya yang
dilakukan oleh perawat dalam membimbing orang tua
tentang tahapan perkembangan anak sehingga orang tua
sadar akan apa yang terjadi dan mengetahui apa yang
harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai
dengan tahapan usia anak.
B. FA K T O R - FA K T O R YA N G
M E M P E N G A RU H I K E C E L A K A A N

1. Jenis kelamin

2. Usia

3. Lingkungan

(Yupi, 2004)
C. PA N D UA N A N T I S I PA S I
1. Bayi (0 – 12 bln)

 6 bulan pertama

 Ajarkan perawatan bayi dan bantu orang tua untuk memahami


kebutuhan dan respons bayi

 Bantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan stimulasi bayi

 Tekankan kebutuhan imunisasi

 Persiapkan untuk pengenalan makanan padat


 6 bulan kedua

 Siapkan orang tua akan respon stranger anxiety (takut pada orang

asing) dari anak.

 Bimbing orang tua mengenai disiplin karena peningkatan mobilitas

bayi.

 Ajarkan pencegahan cedera karena peningkatan keterampilan

motorik anak dan rasa keingintahuannya.


2. Usia toddler (1-3 tahun)

 Usia 12-18 bulan

 Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan

tingkah laku dari toddler khususnya negativisme.

 Mengkaji kebiasaan makan serta meningkatkan pemasukan

makanan padat.

 Adanya jadwal waktu makan yang rutin.


 Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi terutama di

rumah seperti jatuh, keracunan.

 Perlunya peraturan/aturan disiplin dengan lembut dan cara untuk

mengatasi sikap negatif yang sering terjadi pada todler.

 Perlunya mainan baru untuk mengembangkan motorik, bahasa,

pengetahuan dan keterampilan sosial.


Usia 18 bln – 24 bln (1,5 thn – 2 thn)

 Menekankan pentingnya persiapan anak terhadap

kehadiran bayi baru

 Menekankan kebutuhan akan pengawasan terhadap gigi,

serta kebiasaan makan yang menyebabkan gigi berlubang


 Mendiskusikan tanda- tanda kesiapan toilet training

 Mendiskusikan berkembangnya rasa takut, seperti saat

gelap dan saat timbul suara keras

 Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah sesaat dengan

mudah dari orang tuanya di bawah asuhan keluarga


 Usia 2 – 3 tahun

 Mendiskusikan pentingnya kebutuhan anak dalam meniru

dandilibatkan dalam kegiatan.

 Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan dalam toilet training dan

sikap orang tua dalam menghadapi keadaan- keadaan seperti

mengompol atau buang air besar di celana.


 Menekankan keunikan proses berpikir balita, terutama bahasa

yang digunakan, serta pemahaman terhadap waktu.

 Menekankan disiplin dengn tetap terstruktur secara benar dan

nyata. Ajukan alasan yang rasional, serta hindari kebingungan

dan salah pengertian

 Mendiskusikan adanya taman kanak- kanak atau pusat penitipan

anak pada siang hari (play group)


3. Usia Pra Sekolah (3 – 6 Thn)

 Usia 3 tahun

 Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan


yang luas.

 Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.

 Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif (menurunkan ketegangan).

 Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternatif-


alternatif pilihan pada saat anak bimbang.

 Perlunya perhatian ekstra.


 Usia 4 tahun

 Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa.

 Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.

 Menekankan pentingnya batas-batas yang realistik dari tingkah


lakunya.

 Usia 5 tahun

 Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.

 Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang pada


anak.
4. Usia Sekolah (6 – 12 Thn)

 Usia 6 tahun

 Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan sosialisasi dengan cara


mendorong anak berinteraksi dengan temannya.

 Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik


sepeda.

 Siapkan orang tua akan peningkatan ketertarikan anak keluar rumah.

 Dorong orang tua untuk menghargai kebutuhan anak akan privacy


dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda.
Usia 7-10 tahun

 Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan


kemandirian.

 Tertarik untuk beraktivitas di luar rumah.

 Siapkan orang tua untuk menghadapi anak terutama


anak perempuan memasuki prapubertas.
Usia 11-12 tahun

 Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang


perubahan tubuh saat pubertas.

 Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.

 Pendidikan seks (Sex education) yang adekuat dan


informasi yang akurat.
5. Usia Remaja

 Terima remaja sebagai manusia biasa

 Hargai ide-idenya, kesukaan dan ketidaksukaan serta harapannya

 Biarkan remaja mempelajari dan melakukan hal-hal yang disukainya

walaupun metdenya berbeda dengan orang dewasa

 Berikn batasan yang jelas dan masuk akal

 Hargai privacy remaja


 Berikan kasih sayang tanpa menuntut

 Gunakan pertemuan keluarga untuk merundingkan masalah dan

menentukan aturan-aturan

 Orangtua juga harus menyadari bahwa: mereka ingin mandiri, sensitif

terhadap perasaan dan perilaku yang mempengaruhinya, teman-temannya

merupakan hal yang sangat penting dan memandang segala sesuatu

sebagai hitam atau putih, baik atau buruk


2. TOILET TRAINING
A DEFINISI

Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih

anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air

kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) secara benar dan

teratur . (Hidayat, 2008) dan (Zaivera, 2008)


B. TA H A PA N T O I L E T T R A I N I N G
 Pastikan Kesiapan Anak

 Sudah bisa mengenali rasa ingin BAK dan BAB

 Sudah bisa mengungkapkan keinginannya untuk BAK dan BAB.

 Merasa tidak nyaman dengan celana yang kotor atau basah karena urin

atau poop-nya

 Dapat memahami instruksi sederhana yang diberikan


Kenalkan fungsi toilet pada anak

Ajak anak untuk terbiasa menggunakan toilet/ Atur

jadwal dalam menggunakan toilet

Ajari cara BAK dan BAB yang benar

Beri motivasi yang seru

Beri pujian sebagai penghargaan


C. K E U N T U N G A N T O I L E T
TRAINING

 Dapat menimbulkan kemampuan anak dalam mengontrol


miksi dan defekasi.

 Terbentuknya kemandirian anak secara nyata

 Anak dapat mengetahui bagian-bagian tubuh serta

fungsinya. (Warga, 2007).


D. FA K T O R - FA K T O R T O I L E T
TRAINING

Kesiapan fisik, mental dan psikologi anak

Rutinitas orang tua dalam mengajarkan toileting

Tersedianya sarana dalam keluarga


E . DA M PA K DA N C A R A T O I L E T
TRAINING

Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti

adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orangtua kepada anaknya yang

dapat mengganggu kepribadian anak atau cenderung bersifat relatif dimana

anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir. Hal ini dapat dilakukan

orangtua apabila sering memarahi anak pada saat buang air besar atau kecil,

atau melarang anak saat bepergian.


Bila orangtua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak

akan dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cenderung

ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional dan seenaknya dalam melakukan

kegiatan sehari-hari (Hidayat, 2005)


F. P E N D I D I K A N K E S E H ATA N
U N T U K O R A N G T UA
TERIMA KASIH

Вам также может понравиться