Вы находитесь на странице: 1из 51

CAIRAN PLEURA

Bagaimana Anatomi
dan Fisiologi Pleura

Fera Sartika, SKM.,M.Si


PENGERTIAN CAIRAN PLEURA

adalah membrane tipis, transparan yang


menutupi paru dan terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura
viseralis dan pleura parietalis.

• Pleura parietalis melapisi toraks atau rongga


dada sedangkan pleura viseralis melapisi
paru-paru.
• Di antara pleura terdapat ruangan yang
disebut spasium pleura, yang mengandung
sejumlah kecil cairan yang melicinkan
permukaan dan memungkinkan keduanya
bergeser secara bebas pada saat ventilasi.
Cairan tersebut dinamakan cairan pleura. Cairan
ini terletak antara paru dan thoraks
Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan
kedua permukaan pleura parietalis dan pleura
viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk
mencegah pemisahan toraks dan paru yang dapat
dianalogkan seperti dua buah kaca objek yang
akan saling melekat jika ada air Kedua kaca
objek tersebut dapat bergeseran satu, dengan yang
lain tetapi keduanya sulit dipisahkan

• Cairan pleura dalam keadaan normal akan


bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke
ruang pleura kemudian diserap kembali melalui
pleura viseralis. Hal ini disebabkan karena
perbedaan tekanan antara tekanan hidrostatik
darah yang cenderung mendorong cairan keluar
dan tekanan onkotik dari protein plasma yang
cenderung menahan cairan agar tetap di dalam.
Gambaran Anatomi Pleura
PENGERTIAN EFUSI PLEURA
Efusi pleura adalah kondisi yang ditandai oleh
penumpukan cairan di antara dua
lapisan pleura (membran yang memisahkan paru-paru
dengan dinding dada bagian dalam).

Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara


selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada,
diantara permukaan viseral dan parietal .
Dalam keadaan normal, rongga pleura hanya
mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang
membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan
viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin
gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu
pernafasan.
Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga
pleura adalah darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan
yang mengandung kolesterol tinggi.
Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi
merupakan tanda suatu penyakit.

Menurut Hudak dan Gallo penyebab efusi pleura


adalah :

1. Peningkatan tekanan negatif intra pleura


2. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
3. Peningkatan tekanan kapiler subpleural
4. Ada inflamasi atau neoplastik
Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh
terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan
oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri
(eksudat).
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan
keseimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam
kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan
eksudat berkaitan dengan salah satu proses peradangan
 Eksudat ialah cairan dan sel yang keluar dari kapiler dan
masuk ke dalam jaringan pada waktu radang.
Sifat-sifat eksudat ialah mengandung lebih banyak protein
daripada cairan jaringan normal, berat jenisnya lebih tinggi
dan dapat membeku. Misalnya penderita TB

 Transudat ialah Cairan jaringan yang terjadi karena hal lain


atau bukan radang, misalnya karena gangguan sirkulasi,
mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan tidak
membeku,
Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit jantung.
Pada penderita payah jantung , tekanan dalam pembuluh dapat
meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke
dalam jaringan.
Manifestasi kinik yang muncul adalah
1.Sesak nafas
2.Nyeri dada
3.Kesulitan bernafas
4.Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
5.Keletihan
6.Batuk
Penyebab Efusi Pleura Transudat

 Gagal jantung kongestif (CHF)


 Sirosis hati
 Hipoproteinemia
 Sindrom ginjal
 Atelektasis paru-paru
 Miksedema
 Dialisis peritonial
 Embolisme paru-paru
 Sindrom Meig
 Uropati obstruktif
Penyebab Efusi Pleura Eksudatif

 Tumor

 Infeksi

 Trauma

 Infarksi
paru-paru
 Embolisme paru-paru

 Gangguan kekebalan

 Pankreatitis

 Kerongkongan pecah (atau Sindrom


Boerhaave)
Penegakan Diagnosis Cairan Pleura

 Anamnesis

 Pemeriksaan Fisik
 Radiologi

 Lab / Analisa cairan pleura


 Proof punksi ( pembuktian dengan
melakukan injeksi pada lokasi yg di
curigai )
 Sitologi cairan pleura

 Biopsi pleura
Pemeriksaan Laboratorium
Cairan Pleura
 A. Pengambilan Spesimen
Bahan pemeriksaan berupa : cairan
pleura, rongga perut (ascites),
pericardium, sendi, kista, hydrocele, dan
lainnya yang membentuk suatu cairan
dalam rongga. Cairan tersebut didapat
melaui punksi. Spesimen dipisahkan
menjadi 2 bagian tabung pertama steril
(biakan) dan tabung kedua untuk
pemeriksaan rutin dengan antikoagulan
Natrium Sitrat 20% atau heparin.
PERSIAPAN BAHAN DAN ALAT

 Stetoskop  Lidocain 2%
 Sarung tangan steril  Alkohol 70%
 Spuit 5 cc dan 50 cc  Plester

 Kateter vena No. 14  Three way stopcock


 kasa steril
 Blood set
 Betadin
Prosedur pengambilan sampel
 Pasien dipersiapkan dengan posisi duduk atau setengah
duduk, sisi yang sakit menghadap dokter yang akan
melakukan punksi.
 Beri tanda (dengan spidol atau pulpen) daerah yang akan
di punksi Pada linea aksilaris anterior atau linea
midaksilaris.
 Desinfeksi -> pasang duk steril
 Anestesi lidokain 2% dimulai dari subkutis, lalu tegak
lurus ke arah pleura (lakukan tepat di daerah sela iga),
keluarkan lidokain perlahan hingga terasa jarum
menembus pleura.
 Pastikan tidak ada perdarahan.
 Jika jarum telah menembus ke rongga pleura, kemudian
dilakukan aspirasi beberapa cairan pleura.
 Bila jumlah cairan yang dibutuhkan untuk
diagnostik telah cukup, tarik jarum dengan cepat
dengan arah tegak lurus pada saat ekspirasi dan
bekas luka tusukan segera ditutup dengan kasa
betadin, tetapi jika bertujuan terapeutik maka
pada lokasi yang sama dapat segera dilakukan
pengeluaran cairan / udara dengan teknik aspirasi
sebagai berikut:
 Dengan menggunakan katetervena No.14
Tusukkan kateter vena No. 14 pada tempat
yang telah disiapkan dan apabila telah
menembus pleura, piston jarum di tarik lalu
disambung dengan bloodset. Dilakukan sampai
dengan jumlah cairan didapatkan 1000 cc,
indikasi lain untuk penghentian aspirasi
adalah timbul batuk-batuk.
Dengan bantuan tree way stopcock (jarum pipa
dengan stopkran)

 Pasang jarum ukuran 18 pada sisi 1 dari stopkran, selang infus


set pada sisi 2 (untuk pembuangan) dan spuit 50 cc pada sisi 3
(untuk aspirasi). Teknik:
 Tusukkan jarum melalui ruang interkosta dengan posisi kran
menghubungkan rongga pleura dan spuit, sedangkan hubungan
dengan selang pembuangan terputus. Setelah jarum mencapai
rongga pleura dilakukan aspirasi sampai spuit terisi penuh.
 Kemudian posisi kran diubah sehingga arah ke rongga pleura
tertutup dan terjadi hubungan antara spuit dengan selang
pembuangan cairan pleura.
 Kran kembali diputar ke posisi (a), dilakukan aspirasi sampai
spuit terisi penuh, kran diputar ke posisi (b) dan cairan pleura
dibuang. Prosedur ini dilakukan berulang sampai aspirasi selesai
dan selanjutnya jarum dapat dicabut.
LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL
STOPCOCK
TREE WAY STOPCOCK
Cairan yang diperoleh ditampung dalam 3
botol penampung :
 Botol I : Steril untuk pemeriksaan bakteriologi

 Botol II : Di tambah anticoagulant untuk


pemeriksaan rutin
 Botol III : Tanpa anticoagulant untuk
pemeriksaan kimia.
Cairan pleura dibagi beberapa tabung :
 5-7 ml tabung EDTA pemeriksaan makrokopis
hitung jumlah sel, morfologi sel dan hitung
jenis.
 7-10 ml tabung heparin pemeriksaan kimia
protein, glukosa, lactate dehidrogenase (LDH)
 7-10 ml tabung heparin steril untuk kultur,
pengecatan gram, BTA.
 25 ml atau lebih dalam wadah dengan
antikoagulan heparin untuk pemeriksaan
sitologi.
LANJUTAN..
Yang harus diperhatikan pada waktu pungsi
adalah Pengambilan cairan tidak boleh
seluruhnya karena :
 Untuk menghindari terjadinya shock
 Pada cairan ascites banyak mengandung protein

Guna pemeriksaan :
 Untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa
 Mengusahakan mencari penyebabnya

Syarat pemeriksaan :
 Harus dilakukan dengan cepat karena mudah
terjadi desintegrasi, oleh karena itu pemeriksaan
yang pertama kali dilakukan adalah pemeriksaan
cytology.
ANALITIK

MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS KIMIA


 Parameter pemeriksaan yang umum diperiksa pada
transudat eksudat adalah sebagai berikut :
a. Makroskopik
- Warna
- Kejernihan
- Bekuan
- BJ
- pH
b. Mikroskopik
- Hitung Jumlah Sel
- Hitung Jenis Sel (Diff.Count)
c. Kimiawi
- Rivalta
- Protein
- Glukosa
d. Bakteriologi dan Jamur
- Pewarnaan Gram
- Sediaan KOH 10%
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS

Metode : Visual (Manual)


Tujuan : Untuk mengetahui cairan transudat eksudat secara
makroskopik meliputi : warna, kejernihan, bekuan,
pH dan BJ.
Alat dan Bahan :
- Tabung reaksi
- Beaker gelas
- Kertas indikator pH universal
Spesimen : Cairan Transudat Eksudat
Cara Kerja :
- Cairan Transudat Eksudat dimasukkan dalam tabung bersih
dan kering.
- Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya
terang.
- Dicelupkan indikator pH universal pada Transudat Eksudat
dan diukur pH dengan membandingkan deret standar pH.
Hasil dan Interpretasi
No Parameter Penilaian

1. Warna Tidak berwarna, Kuning muda, Kuning, Kuning tua,


Kuning coklat, merah, hitam coklat, serupa susu,
merah jambu, biru kehijauan, kuning campur hijau

2. Kejernihan Jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh, keruh


kemerahan, keruh putih serupa susu.
Istilah eksudat : serofibrineus, seropurulent,
serosanguinis, hemoragik, fibrineus.

3. Bekuan Tidak ada bekuan , ada bekuan

4. pH 7,3 atau setara dengan pH plasma/serum

5. BJ < 1,018 : Transudat


> 1.018 : Eksudat

interpretasi hasil
Transudat : Tidak berwarna, jernih
Eksudat : Kuning dll, agak keruh
 Interpretasi hasil
 Transudat : kuning muda
 Eksudat :bermacam macam
tergantung dari penyebabnya
 Hijau : bilirubin
 Merah : darah
 Putih kekuningan : pus

 Putih susu : chylus


 Biru kehijauan : bakteri pyocyanus
NORMAL ABNORMAL
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

Hitung Jumlah Sel


Metode : Bilik Hitung
Prinsip : Transudat Eksudat diencerkan dengan larutan Turk
akan ada sel leukosit dan dihitung selnya dalam
kamar hitung di bawah mikroskop.
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan
Transudat Eksudat.

Alat dan Reagensia :


- Mikroskop
- Hemaocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup,
pipet thoma leukosit
- Tissue
-Larutan Turk atau NaCl 0,9%

Spesimen : Transudat Eksudat


Cara Kerja :
- Larutan Turk/NaCl 0,9% diisap sampai tanda 0,5
tepat
- Larutan Transudat Eksudat diisap sampai tanda 11
tepat.
- Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes.
- Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam
kamar hitung pada semua kotak leukosit di
mikroskop lensa objektif 10x/40x.

Perhitungan :
Hasil = Jumlah x 50……..sel/mm3 Transudat Eksudat
Nilai rujukan : Jumlah leukosit < 1000 mm3
LANJUTAN..
Hitung Jenis Sel
 Metode : Giemsa Stain
 Tujuan : Untuk menghitung jenis sel mononuklear dan
polinuklear dalam cairan diduga Transudat
atau Eksudat.
 Alat dan Reagensia :
- Objek Gelas
- Kaca Penghapus
- Sentrifuge
- Tabung reaksi
- Metanol absolut
- Giemsa
- Timer
 Spesimen : Transudat Eksudat
Cara Kerja :
 Apabila cairan jernih maka cairan dilakukan
sentrifugasi 5 menit 3000 rpm dibuat hapusan tebal,
namun bila cairan sudah keruh dan berkeping-keping
maka dapat langsung dibuat sediaan hapus
tipis/tebal.
 Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat
hapusan tebal
 Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan
metanol absolut.
 Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.
 Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x
denga imersi.
Pemeriksaan kimia
Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa dan
protein dalam cairan itu. Alasannya ialah cairan rongga dalam
keadaan normal mempunyai susunan yang praktis serupa dengan
susunan plasma darah tanpa albumin dan globulin-globulin.
Transudat mempunyai kadar glukosa sama sperti plasma,
sedangkan eksudat biasanya berisi kurang banyak glukosa
teristimewa jika eksudat itu mengandung banyak leukosit.

Protein dalam transudat dan eksudat praktis hanya fibrinogen saja.


Dalam transudat kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300-400
mg/dl dan dalam eksudat kadar protein 4-6 g/dl.
PEMERIKSAAN KIMIA
Uji Rivalta (Protein Kualitatif)
 Metode : Rivalta
 Prinsip : Seromusin dalam suasana asam akan
mengalami denaturasi hingga terjadi
kekeruhan.
 Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam
cairan untuk membedakan antara transudat
dan eksudat.
 Alat dan Reagensia :
- Beaker gelas
- Pipet tetes
- Asam asetat glasial (100%)
 Spesimen : Transudat Eksudat
Cara Kerja :
- Dimasukkan 100 mL aqudest ke dalam beaker
gelas dan ditambah 1 tetes asam asetat glasial.
Atau dimodifikasi dengan asam asetat 1-2%
dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 3 mL.
- Ditambah 1 tetes cairan transudat eksudat.
- Amati adanya kekeruhan pada larutan tersebut.
 Interpretasi :

- Negatif : tidak terbentuk kekeruhan putih


- Positif : terbentuk kekeruhan putih
 Pasca analitik
Interpretasi
 Transudat : membentuk awan kemudian
menghilang
 Eksudat : presipitasi putih tenggelam
 Catatan :
 Cara ini berdasarkan seromucin yang terdapat dalam
eksudat, tetapi tidak dalam transudat. Percobaan ini
hendaknya dilakukan beberapa kali untuk
mendapatkan hasil yang dapat diandali.
 Hasil positive didapat pada cairan yang bersifat
eksudat. Transudat biasanya menjadikan test ini
positive lemah. Kalau transudat sudah beberapa kalii
dispungsi, maka transudatpun mungkin menghasilkan
kekeruhan serupa yang dari eksudat juga. Cairan
rongga badan normal, yaitu yang bukan transudat atau
eksudat dalam arti klinik, menghasilkan test negative.
2. KADAR PROTEIN
Menentukan kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat
membantu klinik dalam membedakan transudat dari
eksudat. Kadar protein dalam transudat biasanya kurang
dari 2,5 g/dl sedangkan eksudat berisi lebih dari 4 g/dl.
Penetapan ini tidak memerlukan cara yang teliti.
 Pra analitik
 Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus
 Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus
 Analitik
Prosedur kerja
 Tetapkan lebih dahulu berat jenis cairan itu.
 Kalau berat jenis 1010 atau kurang, adakanlah
pengenceran 5-10 kali. Kalau berat jenis lebih dari 1010
buatlah pengenceran 20 kali.
 Lakukanlah penetapan menurut Esbach dengan cairan
yang telah diencerkan itu. Dalam memperhitungkan
hasil terakhir ingatlah pengenceran yang tadi dibuat.
 Catatan :
Cara Esbach telah cukup teliti untuk dipakai dalam
klinik. Pengenceran yang diadakan itu bermaksud
agar kadar protein dalam cairan yang diencerkan
mendekati nilai 4 g/liter, ialah kadar yang memberi
hasil yang sebaik-baiknya pada cara Esbach.
Protein
 Metode : Biuret
 Prinsip : Protein dalam sampel bereaksi dengan ion cupri
(II) dalam medium alkali membentuk komplek
warna yang dapat diukur dengan spektrofotometer
 Tujuan : Untuk menetapkan kadar protein dalam
Transudat Eksudat.
 Alat :
- Tabung reaksi
- Mikropipet 20 μLdan 1000 μL.
- Tip kuning dan biru.
- Fotometer
 Reagensia :
- Reagen Kerja: Cupri (II) asetat 6 mmol/L, Kalium Iodida
12 mmol/L, NaOH 1,15 mol/L, deterjen.
- Reagen standard : 8,0 g/dL
- Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai
kadaluarsa bila disimpan pada suhu ruang.
 Spesimen : Transudat Eksudat
Total Protein = Absorben sampel x konsentrasi standar (8,0 g/dL)
Absorben standard

= ..............g/dL

Interpretasi :
Protein Transudat < 2,5 g/dL

Protein Eksudat > 2,5 g/dL


Glukosa
Metode : GOD-PAP
Prinsip : Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase menghasilkan
hidrogen peroksida yang bereaksi dengn 4-aminoantipirin dan
fenol dengan pengaruh katalis peroksidase menghasilkan
quinoneimine yang berwarna merah.
Tujuan : Untuk menentukan kadar glukosa dalam LCS
Reaksi : Glukosa + ½ O2 + 2 H2O glukosa oxidase Glukonate + H2O2.
2 H2O2 + 4-Aminoantipyrine + Phenol POD Quinoneimine
+ 4 H2O
Alat :
-Tabung reaksi kecil – Timer
-Mikropipet 10 dan 1000 μl - Tissue
- Tip kuning dan biru - Rak Tabung
-Fotometer
Reagensia :
- Reagen kerja Glukosa
- Reagen standar Glukosa 100 mg/dl
-Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila
disimpan pada suhu 2-8oC.

Spesimen : Transudat Eksudat


Cara Kerja
Pemeriksaan bakteriologi

Pewarnaan Gram
 Metode : Gram
 Prinsip : Bakteri akan menerima zat warna ungu kristal violet/gentian
violet, dengan lugol akan terbentuk kompleks kristal violet iodin,
yang akan larut pada bakteri alkohol 95% pada bakteri gram
negatif sehingga akan mengambil zat warna fuchsin dan
berwarna merah, sedangkan bakteri gram positif tetap
berwarna ungu.
 Tujuan : Untuk mengetahui adanya bakteri dalam Transudat Eksudat.
 Alat dan Reagensia :
- Objek Gelas
- Sentrifuge
- Tabung reaksi
- Lampu spritus
- Gentian Violet 1% atau Kristal Violet 1%
- Lugol
- Alkohol 95%
- Fuchsin 1% atau Safranin 1%
- Timer
 Spesimen : Transudat Eksudat
Cara Kerja :
- Apabila cairan jernih maka cairan dilakukan sentrifugasi 5
menit 3000 rpm dibuat hapusan tebal, namun bila cairan
sudah keruh dan berkeping-keping maka dapat langsung
dibuat sediaan hapus tebal.
- Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan
tebal
- Dikeringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan nyala api.
- Diwarnai dengan Gentian violet selama 3 menit, dicuci
dengan air.
- Ditetesi dengan lugol selama 1 menit, ditetesi dengan alkohol
95% sampai warna larut.
- Diwarnai dengan Fuchsin selama 2 menit.
- Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x denga
imersi.
Interpretasi : Warna ungu : Bakteri Gram positif
Warna merah : Bakteri Gram negatif
Sediaan Jamur KOH 10%
 Metode : KOH 10%
 Prinsip : Struktur tampak jelas dengan penambahan KOH 10% sedangkan
sel-sel lain akan lisis.
 Tujuan : Untuk mengetahui adanya jamur dalam Transudat Eksudat.
 Alat dan Reagensia :
- Objek Gelas
- Cover gelas
- Pipet tetes
- Sentrifuge
- Tabung reaksi
 Spesimen : Transudat Eksudat
 Cara Kerja :
- Apabila cairan jernih maka cairan dilakukan sentrifugasi 5 menit 3000 rpm
dibuat hapusan tebal, namun bila cairan sudah keruh dan berkeping-keping
maka dapat langsung dibuat sediaan hapus tebal.
- Diteteskan pada objek gelas dan ditambahkan 1 tetes KOH 10%
- Dicampur dan ditutup dengan cover gelas.
- Diperiksa dimikroskop lensa objektif 10x dan 40x.
Interpretasi : Positif : Ditemukan adanya jamur berupa hifa dan spora

 Negatif : Tidak ditemukan adanya jamur


 Pra analitik
 Metode : Gram

 Prinsip

Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu


dari carbol gentian violet dan akan diperkuat
oleh lugol sehingga pada saat pelunturan
dengan alkohol 96 % warna ungu tidak akan
luntur, sedangkan gram (-) akan Luntur oleh
alkohol dan mengambil warna merah dari
fuksin
 Analitik
Prosedur Kerja
 Setetes sampel yang telah disentrifuge dibuat
hapusan diatas objekglass, dan dikeringkan.
 Diwarnai dengan karbol gentian violet selama 3
menit, dicuci
 Ditambah lugol selama 1 menit, dicuci
 Ditambah alkohol 96 %selama 30 detik, dicuci
 Ditambah air fuchsin selama 2 menit, dicuci dan
dikeringkan
 Diperiksa di bawah mikroskop dengan
pembesaran 1000 x
TERIMA KASIH

TERIMAKASIH

Вам также может понравиться