Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KELOMPOK 1:
Pikri Juliyanda
Yuyun Bella Ria Br B
Srimelda
Lutfiaturrohmah
Nabila Rizky
Lilik Tri Rahayu
Riski Ridho Ramadani
Desi Apriani
Vivi Andriani
Pengertian Hipersensitivitas
Suatu reaksi hipersensitivitas biasanya
tidak akan terjadi sesudah kontak pertama kali
dengan sebuah antigen. Reaksi terjadi pada
kontak ulang sesudah seseorang yang memiliki
predisposisi mengalami sensitisasi. Sensitisasi
memulai respon humoral atau pembentukan
antibodi.
Klasifikasi Hipersensitivitas
1. Hipersensitivitas Anafilaktik (Tipe I)
2. Hipersensitivitas Sitotoksik ( Tipe II)
3. Hipersensitivitas Kompleks Imun (Tipe III)
4. Hipersensitivitas Tipe-Lambat (Tipe IV)
Patofisiologi
1. Hipersensitivitas Tipe I
Antibodi IgE terikat dengan sel-sel tertentu:
pengikatan antigen menyebabkan pelepasan amino
vasoaktif dan mediator lainnya yang mengakibatkan
vasodilatasi, peningkatan parmeabilitas, kontraksi otot
polos serta eosinofil.
2. Hipersensitivitas Tipe II
Antibodi IgG atau IgM terikat dengan antigen
seluluer atau antigen eksogenus, keadaan ini dapat
menyebabkan pengaktifan komponen komplemen lewat
C3dengan fagositosis atau opsonisasi sel atau pengaktifan
sistem komplemen yang penuh dengan sitolisis atau
kerusakan jaringan.
Lanjutan….
3. Hipersensitivitas Tipe III
Kompleks antigen-antibodi IgG atau IgM
bertumpuk dalam jaringan tempat kompleks tersebut
mengaktifkan komplemen. Reaksi ini ditandai oleh
infiltrasi leukosit polimorfonuklear dan pelepasan enzim-
enzim proteolitik lisosom serta faktor permebialitas
dalam jaringan yang menimbulkan reaksi inflamasi yang
akut.
4. Hipersensitivitas tipe IV
Sel penyampai-antigen akan menyampaikan
antigen kepada sel-sel T yang sudah terrsensitisasi
melepaskan limfokin yang menstimulasi makrofag:
lisozim dilepaskan: dan jaringan disekitranya dirusak.
Tanda dan Gejala
1. Hipersensitivitas Tipe I
Tanda dan gejala pada hipersensitivitas pada tipe ini yaitu
Sistemik : angiodema (pembekakan dibawah kulit); Hipotensi; spasme
bronkus (kejang bronkial), GI, atau uterus; Stridor (kondisi abnormal
dimana suara pernapasan bernada tinggi karen ada sumbatan
ditenggorokan).
2. Hipersensitivitas Tipe II
Tanda dan gejala pada hipersensitivitas pada tipe ini bervariasi
menurut jenis penyakitnya dapat mencakup dipsnea, hemoptisis, panas.
3. Hipersensitivitas Tipe III
Tanda dan gejala pada hipersensitivitas pada tipe ini adalah
urtikaria; ruam multiformis, skarlatinifornis atau morbiliformis;
adenopati; nyeri sendi; panas;sindrom yang menyerupai serum
sickness.
4. Hipersensitivitas tipe IV
Tanda dan gejala pada hipersensitivitas pada tipe ini bervariasi
menurut jenis penyakit; dapat mencakup panas, eritema dan gatal-gatal
Tes Diagnostik
1. Hitung Darah Lengkap dengan Hitung Jenis.
2. Kadar Total Serum IgE.
3. Tes Kulit.
4. Tes Provokasi.
5. Tes Radioalergosorben.
Pengkajian dan Diagnosis Gangguan
Alergik
1. Riwayat alergi dan pemeriksaan jasmani
Anamnesis riwayat alergi yang komprehensif dan pemeriksaan
jasmani yang seksama akan menghasilkan data-data yang berguna bagi
penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan penderita gangguan alergik.
Lebar penilaian berguna untuk mendapatkan dan mengelola informasi
ini. Derajat kesulitan serta ketidaknyamanan yang dialami oleh pasien
karena gejala aleergik dan derajat perbaikan gejala dengan atau tanpa
terapi harus dinilai serta dicatat. Hubungan antara gejala dan kontak
allergen yang mungkin menyebabkannya perlu diperhatikan.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi
dermal,intrademal sekunder
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi( allergen).
ANALISIS JURNAL
Judul :
“Peran Hipersensitivitas makanan pada Dermatitis Atopik”
Hasil:
Umur subyek berkisar antara 4 bulan - 12 tahun, terdiri atas 15 anak laki-laki
dan 15 anak perempuan. Riwayat atopi dalam keluarga (rinitis alergika, asma,
dermatitis atopik) ditemukan pada 18 kasus. Riwayat atopi pada salah satu orang tua
ditemukan pada 15 kasus, sedang pada 3 kasus didapatkan riwayat atopi pada kedua
orang tuanya. Pada 14 anak tidak ditemukan adanya riwayat. Dari 19 anak yang
dilakukan uji tusuk kulit, 12 di antaranya memberikan reaksi positif, dan jenis makanan
yang paling sering memberikan reaksi positif adalah telur, diikuti dengan udang dan
ikan. Hasil yang sama antara uji tantangan makanan dan uji tusuk kulit ditemukan pada
5 dari 19 kasus. Reaksi terhadap uji tantangan ini biasanya terjadi 4– 6 jam sesudah
pemaparan alergen makanan, dan tidak ada reaksi lambat yang bermakna. Gejala kulit
yang terlihat paling banyak berupa makula eritematus difus atau rash menyerupai
morbili dan pruritus.
Tanda klinis yang menunjukkan peran hipersensitivitas makanan pada
dermatitis atopik masih dalam perdebatan, tetapi terjadi peningkatan kejadian yang
menunjukkan adanya peran mekanisme hipersensitivitas yang diperantarai oleh Ig E
(IgE mediated hypersensitivity). Sampson dan Mc Caskill6,14 menunjukkan bahwa
makanan mempunyai peran patogenik pada beberapa anak dengan dermatitisatopik.
Kesimpulan
Suatu reaksi hipersensitivitas biasanya
tidak akan terjadi sesudah kontak pertama kali
dengan sebuah antigen. Reaksi terjadi pada
kontak ulang sesudah seseorang yang memiliki
predisposisi mengalami sensitisasi. Klasifikasi
Hipersensitivitas antara lain yaitu
Hipersensitivitas Anafilaktik (Tipe I),
Hipersensitivitas Sitotoksik ( Tipe II),
Hipersensitivitas Kompleks Imun (Tipe III),
Hipersensitivitas Tipe-Lambat (tipe IV).