Вы находитесь на странице: 1из 62

KONSEP DASAR STBM STUNTING

OUTLINE

1. Deskripsi singkat
2. Tujuan Pembelajaran
3. Pokok Bahasan:
•Konsep STBM
•Strategi STBM
•Lima Pilar STBM
•Prinsip-Prinsip STBM
•Stunting
•Pencegahan Stunting
•Tangga Perubahan Perilaku
2
TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum: Peserta mampu memahami konsep dasar STBM dan Stunting.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus, setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan Konsep STBM

2. Menjelaskan Strategi STBM

3. Menjelaskan Lima Pilar STBM

4. Menjelaskan Prinsip-Prinsip STBM

5. Menjelaskan Stunting

6. Menjelaskan Pencegahan Stunting

3 7. Menjelaskan Tangga Perubahan Perilaku.


DESKRIPSI SINGKAT STBM - STUNTING

• Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat ada sekitar 9 juta anak stunting di Indonesia, meningkat dari 36,8%
tahun 2007 ke 37,2% tahun 2013.

• Indonesia merupakan negara terbesar kelima dengan jumlah anak stunting di dunia.

• Di kabupaten Magetan di Indonesia, peningkatan akses sanitasi telah mengurangi prevalensi stunting secara signifikan.
Dalam lima tahun (2010-2014), akses jamban di Magetan meningkat 40 persen dan dalam tiga tahun (2011-2014),
kabupaten ini berhasil mengurangi prevalensi stunting sebesar 7,3% menjadi 27,5%.

• Sebuah studi terkini di Indonesia menemukan bahwa sebuah kombinasi sanitasi yang tidak layak dan kualitas air
minum yang tidak aman merupakan faktor risiko stunting yang bermakna (Torlesse, et.al., 2016).

• Sebuah analisis penilaian risiko komparatif global terbaru dari 137 data negara berkembang mengidentifikasikan faktor-
faktor risiko lingkungan (yaitu, kualitas air yang buruk, kondisi sanitasi yang buruk, dan penggunaan bahan bakar
padat) memiliki dampak terbesar kedua pada kejadian stunting secara global (Andrews, et.al. 2016).

4
HUBUNGAN SANITASI DENGAN KESEHATAN

Sanitasi Tidak
Layak

Insiden 6,7%

Prevalensi 37,2%

 Gizi Buruk
 Stunting
 Diare
 Sistem Pencernaan Rusak

PHBS
 Gizi tidak terserap dengan baik
Indonesia: perspektif
demograf
Jumlah Pemuda

Jumlah Pemuda ±64,559,985


jiwa
24,5% merupakan pemuda

Indonesia saat ini didominasi oleh


kelompok usia produktif (15-55
tahun)

Pemuda hari ini adalah pelaku


utama pembangunan sosial dan
ekonomi menuju tahun 2050
STUNTING
Hygiene dan sanitasi yang buruk
menyebabkan gangguan inflamasi usus kecil
yang mengurangi penyerapan zatgizi dan
meningkatkan permeabilitas usus
yang disebut juga Environmental
Enteropathy (EE) dimana terjadi pengalihan 24% BAB di tempat
energi, yang seharusnya digunakan untuk terbuka (JMP, 2013)
pertumbuhan tetapi akhirnya digunakan untuk
melawan
Anak-anakinfeksi dalam tubuh.
di Bangladesh yang terakses
(EHP vol.122)

air minum bersih, jamban, serta fasilitas 14% tidak memiliki akses ke
CTPS, pertumbuhan tinggi badannya 50% sumber air bersih (JMP,
bertambah lebih tinggi dibanding anak 2013)
yang tidak mendapat akses tersebut
(Lin A, et al. dalam Environmental Health Perspectives ; vol 122)
KONSEP SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT (STBM)

8
REFLEKSI PROGRAM SANITASI
MASA LALU

PROGRAM TERDAHULU KECENDERUNGAN SAAT INI

Utamakan perkembangan Utamakan perubahan


jumlah sarana perilaku dan kesehatan
Pemberian subsidi Solidaritas sosial
Model sarana disarankan Model sarana dirancang dan
Oleh pihak luar masyarakat dikembangkan oleh masyarakat
Sasaran utama program Sasaran utama program
adalah KK terpilih Adalah masyarakat secara total
Pendekatannya bersifat Pendekatannya bersifat
Kaku / “ Blue Print “ Tidak kaku / “Fleksibel “
Top Down Bottom Up
Fokus pada :
Fokus pada : Perubahan Perilaku
Bertambahnya Jumlah Sarana
PELAJARAN DARI SEJARAH PROGRAM SANITASI

Pendekatan tradisional dianggap kurang berhasil

• Tidak menumbuhkan kebutuhan ( demand ) secara luas untuk


cakupan sanitasi dan perubahan perilaku.
• Tidak mendukung ekspansi sektor swasta yang dapat menyediakan
pilihan luas ( supply capacity ) bagi konsumen yang miskin dan kaya.
• Tidak menghasilkan dampak kesehatan dan kesejahteraaan
masyarakat yang diinginkan.
Dibutuhkan strategi kebijakan untuk meningkatkan
perilaku hygiene dan sanitasi penduduk pedesaan
dengan skala luas. 10
STRATEGI NASIONAL
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
(STBM)
ADALAH PENDEKATAN UNTUK MERUBAH PERILAKU HIGIENE DAN
SANITASI MELALUI PEMBERDAYAAN DENGAN METODE PEMICUAN
KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN R.I.
NOMOR: 852/MENKES/SK/IX/2008

Jakarta, 9 September 2008

11
KERANGKA PIKIR STBM
Outcome: Menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan yang
berkaitan dng sanitasi dan perilaku melalui penciptaan kondisi sanitasi total

Output: Meningkatnya pembangunan sanitasi higiene melalui peningkatan demand &


supply

Pilar 3:
Pilar 1: Pilar 4: Pilar 5:
Pilar 2: CTPS PAM-RT
Stop BABS (Buang Pengelolaan Pengelolaan
Air Besar
(Cuci Tangan (Pengelolaan Air
Sampah RT Limbah Cair RT.
Sembarangan) Pakai Sabun) Minum & Makanan
dengan aman. dengan aman.
RT.)
PEMICUAN INGAT SIMULASI ELEMEN

TIDAK TERPICU RASA MALU TERPICU


BERI
APLAUS

BERI
TIDAK TERPICU RASA JIJIK TERPICU
APLAUS

TIDAK TERPICU TAKUT SAKIT TERPICU


BERI
APLAUS

TIDAK TERPICU TAKUT DOSA TERPICU BERI


APLAUS

TIDAK TERPICU HARGA DIRI TERPICU


BERI
APLAUS

PEMICUAN SELESAI /
TRANSECT WALK FASILITASI
PEMICUAN SELESAI
PASCA PEMICUAN
STBM..??
?
Diskusi 15 menit:
•Bagaimana pendekatan STBM dilaksanakan di program sanitasi?

•Bagaimana capaian ODF dibandingkan dengan target?

•Bagaimana kesinambungan program?

Presentasi 5 menit:

15
OPTIMIS VS PESIMIS

16
Diskusi 15 menit:
• Apa yang menjadi faktor pendukung untuk kondisi
optimis?
• Apa yang menjadi faktor penghambat untuk kondisi
pesimis?

17
STRATEGI STBM

Pengembangan
Pemicuan
media KIE STBM

Dukungan Wirausaha
kebijakan Pemda sanitasi

Berbagi Pengembanga
pembelajaran n kredit mikro

Pilihan
Pembiayaan :
APBN/D, Donor, Teknologi
CSR, sumber lain yg Tepat Guna
tidak mengikat Sarana
Monev
Sanitasi
DISKUSI KELOMPOK

• Apakah bisakah masing-masing komponen berdiri sendiri?

- pemicuan sudah setengah jalan, tapi


kemudian Bupati justru memberikan
bantuan jamban
• Bagaimana jika kita
menemukan - masyarakat sudah terpicu ingin
kondisi: membuat jamban sendiri, tapi tidak ada
bahan atau mahal
- Pemerintah daerah dan masyarakat
sudah ingin berubah tapi kondisi
wilayah sangat spesifik
19
STBM
TIDAK HANYA SEKEDAR
MEMBANGUN DAN
MENGHITUNG JAMBAN SAJA

20
KERANGKA PIKIR STBM
Outcome: Menurunnya kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang
berkaitan dengan perilaku melalui penciptaan kondisi sanitasi total

Output: Meningkatnya pembangunan sanitasi melalui peningkatan demand &


supply

Pilar 1: Pilar 2: Pilar 4: Pilar 5:


Pilar 3:
Stop Buang Cuci Pengelolaa Pengelolaan
Pengelolaan
Air Besar Tangan n Sampah Limbah Cair
Air Minum &
Sembarang Pakai Rt dengan Rt dengan
Makanan Rt
an Sabun aman. aman.

Komponen STBM:
1. Perubahan Perilaku
2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan
3. Dukungan institusi kepada masyarakat
Stop Buang Air Besar World toilet summit, China 2011
£ 126,000 / unit
Sembarangan

Kriteria Jamban Sehat :


Bangunan Atas

Bangunan Tengah

Bangunan Bawah
PENGELOLAAN AIR MINUM DAN MAKANAN RUMAH TANGGA

26
6 Prinsip Higiene Sanitasi Pangan

1) Pemilihan bahan pangan


2) Penyimpanan bahan pangan
3) Pengolahan pangan
4) Penyimpanan pangan masak
5) Pengangkutan pangan
6) Penyajian pangan
27
PENGELOLAAN SAMPAH DI MASYARAKAT
Sumber: Riskesdas 2013
Sampah organik yang dibiarkan tersimpan di dalam
rumah tanpa diolah akan mendatangkan serangga
dan binatang pengganggu lainnya (vektor)
BIASAKAN MEMILAH SAMPAH SEJAK DINI DI RUMAH
PENGAMANAN LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA

Air yang sudah Air yang sudah


Mata air, air sungai, air digunakan tetapi tidak digunakan tetapi
tanah, air hujan, air mengandung bahan mengandung bahan
olahan kimia berbahaya dan kimia berbahaya dan
tinja tinja
??

PERPIPAAN DAN PENGALIRAN


Mencegah:
pencemaran sungai, tanah, dan munculnya sarang nyamuk
Persentase pengelolaan limbah cair rumah tangga di Indonesia

Langsung ke got

Tanpa penampungan

SPAL

Penampungan di pekarangan

Penampungan di luar pekarangan

Sumber : Riskesdas 2013 35


PRINSIP STBM

SUBSIDI TANPA SUBSIDI


PRINSIP STBM

MASYARAKAT SEBAGAI PEMIMPIN


PRINSIP STBM

TIDAK BOLEH MENGGURUI


MENGGURUIATAU MEMAKSA
PRINSIP STBM

TOTALITAS SELURUH KOMPONEN MASYARAKAT


PRINSIP-PRINSIP STBM

Tanpa Subsidi, khususnya


untuk sarana individual

Masyarakat sebagai pemimpin

Tidak menggurui/memaksa

Totalitas seluruh
komponen
masyarakat

40
PUTAR FILM DEWI DAN PUTRI

• Curah pendapat tentang tanda-tanda stunting, sebab,


penanggulangannya

41
STUNTING

• Anak-anak yang menderita gangguan pertumbuhan sebagai


akibat dari asupan makan yang buruk atau infeksi berulang
cenderung berisiko lebih besar untuk penyakit dan kematian.

• Stunting adalah hasil dari kekurangan gizi jangka panjang


karena kurang asupan dan infeksi penyakit berulang yang
mengakibatkan hambatan perkembangan mental, prestasi
sekolah rendah, dan gangguan kecerdasan (WHO, 2005).

• stunting adalah kondisi panjang/tinggi badan anak di bawah


standar usia anak. Dengan kata lain stunting dapat diketahui
bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya,
lalu dibandingkan dengan standar tinggi badan berdasarkan
umur, dan hasilnya berada di bawah normal. Jadi secara fisik
balita akan lebih pendek dibandingkan balita normal lainnya
yang seumur.

42
AKIBAT STUNTING

• Gangguan pertumbuhan sejak dalam kandungan akan berakibat secara fisik, mental dan intelektual pada bayi yang
dilahirkan.

• Anak perempuan yang stunting kelak berisiko melahirkan bayi berat badanlahir rendah (BBLR) dan juga stunting.

• Stunting menghambat perkembangan kognitif, prestasi di sekolah dan keberhasilan pendidikan anak

• Stunting kelak menurunkan produktivitas anak pada usia dewasa, dengan penghasilan yang lebih rendah

• Stunting pada anak telah terbukti berkorelasi bermakna dengan kejadian penyakit tidak menular (PTM) saat dewasa.

43
An inter-generational vicious cycle of health and wealth
Economic Loss
• Loss GDP (11%)
• Inequality
• Poverty
Child born with low birth-
weight
Adult •Increased risk of death and
• 0.7 grades
schooling
• Unskilled labor Malnourishment in illness (45% of deaths of children <5 ) loss
adulthood • Poor
•Slow growth and development
• 10% loss of performance • 7 month
lifetime • Higher risks as a in school delay in
earnings pregnant mother and learning starting
• Reduces adult • Increased risk of outcomes school
income by 20% overweight and • Drops out of school • Frequently • Leave
NCDs sick school 3
• Higher cost of • Early marriage
health care years
• Teenage pregnancy (4.3 earlier
years earlier)
• Loss of IQ
• More pregnancies (2..4
more) and more children
(1.74 more)
 Lost opportunity for higher
education
4  Unskilled labour
4
STUNTING MENGHAMBAT PERKEMBANGAN OTAK YANG PERMANEN

• Anak Normal •Anak Stunting

Sel-sel otak rusak,


Sel-sel otak normal dan percabangan terbatas. Sel
banyak percabangan tidak normal dan cabang
pendek-pendek
Kecukupan gizi dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan sangat penting
45
FAKTOR RISIKO STUNTING

• Ibu hamil yang KEK dan menderita Anemia

• Bayi tidak mendapat ASI Eksklusif

• Makanan Pendamping ASI yang tidak tepat (Waktu, Jenis, Frekuensi, Jumlah)

• Pertumbuhan tidak dipantau

• Penyedian air bersih dan sanitasi yang tidak layak

46
KERANGKA PIKIR PENYEBAB MASALAH KESEHATAN GIZI

47
ALUR HUBUNGAN HYGIENE SANITASI DAN GIZI

48
ALUR HUBUNGAN HYGIENE SANITASI DAN GIZI

• Alur 1: Pencegahan stunting melalui penurunan kejadian diare dengan mengurangi


kontaminasi kotoran di lingkungan

• Alur 2: Pencegahan stunting melalui penurunan kejadian infeksi usus dengan mengurangi
kontaminasi kotoran di lingkungan

• Alur 3: Pencegahan stunting dengan mengurangi paparan dan infeksi protozoa dan cacing
melalui perbaikan hygiene dan sanitasi

• Alur 4: Pencegahan stunting melalui penurunan kejadian anemia dengan perbaikan hygiene
dan sanitasi

• Alur 5: Pencegahan dengan mengurangi pemborosan waktu untuk mencari air bersih dan
menjaga anak yang sakit serta waktu dan biaya untuk mencari pengobatan.

• Alur 6: Hubungan langsung hygiene dan sanitasi dengan kekurangan gizi (termasuk stunting)
49
KERANGKA KERJA MULTI-SEKTOR
UNTUK PENURUNAN STUNTING

50
PENCEGAHAN STUNTING

51
INTERVENSI MULTI SEKTOR TERINTEGRASI DALAM KONTEKS INDONESIA
Demand Side Supply Side Lingkungan Pendukung

Meingkatkan kemampuan rumah Meningkatkan kualitas dan cakupan 1. Platform koordinasi lintas sektor yang berfungsi
tangga mengakses layanan layanan 2. Proses perencanaan dan pembiayaan yang
1.Program peningkatan akses 1.Layanan kesehatan dan gizi terintegrasi
layanan: Program Keluarga (suplementasi zat gizi, fortifikasi, 3. Regulasi Propinsi, Kabupaten/Kota,
Harapan (PKH), Generasi Sehat kunjungan kehamilan, pemantauan Kecamatan, Peraturan Desa (Perdes) yang
dan Cerdas (GSC) pertumbuhan, konseling, imunisasi, mendukung
2.Program Komunikasi Perubahan MTBS) 4. Komitmen daerah dalam bentuk target
Perilaku: 2.PAUD (stimulasi dini, parenting). penurunan stunting yang dikeluarkan oleh
• PHBS di STBM, 3.Program ketahanan pangan (i.e. Kepala Daerah
• FDS di PKH, Kawasan Rumah Pangan Lestari – 5. Dukungan anggaran (APBD Propinsi,
• Penyuluhan/ konseling gizi KRPL) Kabupaten/Kota, APBDes. Dana Desa)
(PMBA) di Posyandu, 4.PAMSIMAS: 6. Dukungan sumberdaya manusia
• Konseling pola asuh anak di • Kuantitas, kualitas air, 7. Sistem akuntabilitas sosial
PAUD, kontinuitas, keberlanjutan SPAM 8. Sistem informasi data terintegrasi yang
• Penyuluhan gizi di program 5.STBM: digunakan untuk targeting,perencanaan dan
KRPL • Wirausaha sanitasi monev
• Program Kesehatan Keluarga 9. Monev: evaluasi, pemantauan rutin, analisa
(Prokesga 12 indikator) dan pemanfaatan data
3.Pamsimas (Sosialiasi, IMAS, 10. Penyelerasan sistem insentif di setiap tingkat
Pemicuan) (nasional, daerah, fasilitas kesehatan,
52 komunitas, rumah tangga)
TAHAPAN DALAM KERJASAMA LINTAS SEKTOR

• Koordinasi - Bertukar informasi dan mengubah kegiatan untuk saling


menguntungkan dan untuk mencapai tujuan bersama.

• Kolaborasi - Bertukar informasi, mengubah kegiatan, berbagi sumber daya,


dan meningkatkan kapasitas satu sama lain yang saling menguntungkan dan
untuk mencapai tujuan bersama.

• Integrasi - Bekerja secara kolaboratif dan memastikan bahwa intervensi atau


kegiatan sektoral mempunyai indikator dan outcome bersama yang telah
direncanakan dan dilaksanakan bersama-sama dari awal.
Sumber: (Garrett and Natalicchio 2011; the definition for integration comes from the SPRING project)

53
GIZI SPESIFIK

IBU HAMIL BAYI - < 6 BULAN ANAK 6-24 BULAN


• Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil • Persalinan ditolong oleh bidan atau • Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi
dokter terlatih dan begitu bayi lahir diberi Makanan Pendamping ASI (MP-
• Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, melakukan Inisiasi Menyusu Dini ASI). Pemberian ASI terus dilakukan
sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan (IMD).
sangat kurus atau mengalami Kurang Energi sampai bayi berumur 2 tahun atau
Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan lebih.
• Ibu mendapat 2 kapsul vitamin A
tambahan kepada ibu hamil tersebut.
merah dimasa nifas • Bayi dan anak memperoleh kapsul
• Ibu hamil harus memeriksaakan kehamilan ke vitamin A, taburia, imunisasi dasar
tenaga kesehatan minimal 4 kali selama
• *Bayi sampai dengan usia 6 bulan lengkap.
kehamilan. diberi Air Susu Ibu saja (ASI
Eksklusif) • Pemantauan pertumbuhan dan
• Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah perkembangan setiap bulan di
darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. • Pemantauan pertumbuhan dan posyandu.
perkembangan setiap bulan di
posyandu. • Perilaku hidup bersih dan sehat
• Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu
tidak mengalami sakit (PHBS) harus diupayakan oleh setiap
rumah tangga

54
GIZI SPESIFIK - PEDOMAN GIZI SEIMBANG

Pesan gizi seimbang


• Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang, malam)
bersama keluarga
• Biasakan mengkonsumsi ikan dan sumber protein
lainnya
• Perbanyak makan sayuran dan buah buahan
• Biasakan membawa bekal makanan dan air putih
yang cukup dari rumah
• Batasi makan makanan cepat saji, jajanan dan
makanan selingan yang manis, asin dan berlemak
• Biasakan menyikat gigi sekurang-kurangnya dua kali
sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur
55 • Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur
INTERVENSI GIZI SENSITIF YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP
PENURUNAN STUNTING

STBM GENERASI
PAMSIMAS PKH SEHAT DAN PAUD HI
CERDAS

Pertanian, KAWASAN
Perikanan KB
Peternakan RASTRA RUMAH
PANGAN
LESTARI

56
Gizi Sensitif – STBM

57
TANGGA PERUBAHAN PERILAKU STBM - STUNTING

ke posyandu
Perilaku rutin, semua bayi
baru ASI Eksklusif,
menjadi MPASI 4
kebiasaan bintang, K4,
TTD, Gizi
seimbang
Ke posyandu, ASI
Mencoba Eksklusif, MPASI,
ANC,TTD, Gizi
perilaku
seimbang

Pergi ke posyandu, tahu ttg ASI


Tahu/ Eksklusif,MPASI, Pemeriksaan
sadar kehamilan, gizi seimbang

Tidak ke
Tidak Tahu Posyandu/Kurang
58 gizi
PILAR 6- GIZI IBU HAMIL

Pencegahan stunting perlu dilakukan selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Oleh karena
itu, terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan oleh Ibu Hamil untuk menjaga kondisi izinya,
yaitu:

a. Calon pengantin dan ibu pra-hamil harus berada pada status gizi baik dan tidak menderita
kurang darah. Untuk mempersiapkan hal ini, calon pengantin harus mengatur pola konsumsi
makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang.

b. Menunda kehamilan pada remaja sampai mereka berusia 20 tahun, sehingga tubuhnya sudah
siap menghadapi kehamilan.c. Semua ibu hamil harus mengkonsumsi 1 tablet tambah darah
setiap hari selama kehamilannya, minimal 90 tablet berturut-turut.

d. Ibu hamil minum 1 tablet suplemen Multipel Mikronutrien (MMN) setiap hariselama
kehamilannya.

e. Ibu hamil yang menderita KEK harus mendapat makanan tambahan pemulihan.
59
PIALR 7- PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK

Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk diantaranya asupan gizi pada bayidan anak yang tidak baik yang
disebabkan karena pemberian makan bayi dan anak yang tidak baik. Oleh karena itu, langkah-langkah berikut perlu
dilakukan:

a. Pastikan pemberian ASI ekslusif pada bayi stunting

b. Pemberian MP ASI yang tepat dan baik mulai anak berumur 6 bulan, denganpenambahan tabur gizi pada makanan.

c. Pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun

60
PILAR 8- PEMANTAUAN PERTUMBUHAN

Untuk mencegah stunting, perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan bayi dan anak secara rutin, diantaranya dengan cara:

a. Pemberian 1 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) saat pertama kalidideteksi.

b. Selanjutnya mendapat 1 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) 2 kali dalam setahun pada bulan Februari dan
Agustus.

c. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap bulan di posyandu.

d. Cek KMS untuk imunisasi dasar lengkap.

61
PESAN KUNCI

• Stunting bisa dicegah dengan pendekatan multi-sektor

• Stunting dapat dicegah dengan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif

• Integrasi Program kesehatan lingkungan dan gizi sangat diperlukan untuk penurunan stunting

ASI
EKSKLUSIF
ANC/K4
SBS MPASI 4
BINTANG
PEMANTAUAN
PERTUMBUHAN
GIZI
SEIMBANG
CTPS

62

Вам также может понравиться