Вы находитесь на странице: 1из 19

Congestive Heart

Failure
Disusun Oleh :
1. Evi Riyani
(P17120016014)
2. Fajar Anggraheni
(P17120016015)
3. Istiqomah
(P17120016019)
4. Nadya Putri Harahap
(P17120016025)
Anatomi Jantung
Jantung terletak diatas diafragma,
dipertengahan rongga dada agak kekiri,
dalam suatu ruangan yang disebut
mediastinum. Jantung bagian depan
dibatasi oleh sternum, bagian belakang
oleh susunan tulang belakang, bagian kiri
dan kanan dibatasi oleh paru-paru. Secara
anatomis, jantung merupakan organ yang
memiliki rongga didalamnya. Rongga
didalam jantung terdiri dari 4 ruang yaitu
2 ruang atrium bagian atas dan 2 ruang
ventrikel dibagian bawah. Ukuran jantung
pada orang dewasa adalah panjang kira-
kira 12cm, lebar kira-kira 6cm, dan berat
kira-kira 300gram (Herman, 2010).
Fisiologi Jantung
• Elektrofisiologi
• Hemodinamika
Jantung
• Curah Jantung
Klasifikasi
KELAS DEFINISI ISTILAH
I Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktivitas Disfungsi ventrikel kiri
fisik. Aktivitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan yang asimptomatik
kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
II Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak terdapat Gagal jantung ringan
keluhan saat istirahat, namun aktivitas fisik sehari-hari
menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
III Terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak terdapat Gagal jantung sedang
keluhan saat istirahat, tetapi aktivitas fisik ringan
menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak.
IV Tidak dapat melakukan aktivitas fisik. Terdapat gejala Gagal jantung berat
saat istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan
aktivitas.
Definisi CHF
Menurut Kabo (2014) CHF adalah
ketidakmampuan jantung untuk
mempertahankan curah jantung (Cardiac
Output) dalam memenuhi kebutuhan
metabolism tubuh. Penurunan curah jantung
mengakibatkan volume darah yang efektif
berkurang. Untuk mempertahankan fungsi
sirkulasi yang adekuat, maka didalam tubuh
terjadi suatu refleks homeostasis atau
mekanisme kompensasi melalui perubahan-
perubahan neurohormonal, dilatasi ventrikel
dan mekanisme Frank-Starling.
Faktor Risiko
• Usia
• Riwayat keluarga
• Merokok dan minuman alkohol
• Obesitas
• Kurang aktivitas fisik
Komplikasi

ARITMIA EFUSI PLEURA


Komplikasi

TROMBUS DI
HEPATOMEGALI
VENTRIKEL KIRI
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan untuk klien CHF
ditunjukan untukmengobservasi adanya tanda-tanda
dan gejala kelebihan cairan paru dan tanda serta
gejala sistematis. Semua tanda yang mengarah
kesana harus dicatat dan dilaporkan (Smeltzer,
2013). Hal yang perlu dikaji yaitu identitas klien,
keluhan utama, riwayat penyakit saat ini, riwayat
penyakit dahulu, riwayat keluarga, riwayat
pekerjaan dan pola hidup, pengkajian psikososial,
pemeriksaan fisik (Keadaan umum, B1-B6)
Diagnosa
Berdasarkan pada data pengkajian, maka diagnosis keperawatan
yang terdapat pada pasien CHF adalah:
1. Penurunan Curah Jantung
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas, perubahan preload, perubahan afterload.
2. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi, kelebihan asupan cairan dan keleihan asupan natrium.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membrane
alveolys-kapiler.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan, dan tirah baring
(SDKI, 2017).
Intervensi
Dx 1 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas, perubahan preload, perubahan afterload.
Tujuan: Menunjukkan peningkatan curah jantung.
Kriteria Hasil: klien akan mengalami peningkatan curah jantung yang
dibuktikan dengan tanda-tanda vital dalam batas normal ( TD: 120/80 mmHg,
N: 60-100 X/menit, RR: 16-20 X/menit, S: 36,5-37,5 ℃), irama jantung regular,
keseimbangan balance cairan, capillary refill < 3 detik.
Intervensi:
Mandiri: ukur tanda-tanda vital klien, auskultasi bunyi jantung, auskultasi
suara paru, observasi adanya perubahan warna kulit, hitung haluaran urine
klin per 24 jam, berikan pendidikan kesehatan tentang istirahat cukup untuk
mengehemat energy, anjurkan untuk makan sedikit tapi sering, berikan posisi
semi fowler atau posisi yang nyaman bagi klien, lakukan pemeriksaan hasil
EKG, rontgen thorax dan echocardiografi, lakukan pemeriksaan hasil
laboratorium.
Kolaborasi: pemberian terapi obat seperti diuretik dan digoksin, sesuai
indikasi
Intervensi
Dx 2: Hipervolemi berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,
kelebihan asupan ciaran, dan kelebihan asupan natrium.
Tujuan: menunjukkan keseimbangan tubuh.
Kriteria hasil: klien akan menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat
yang dibuktikan dengan keseimbangan intake dan output cairan, suara
pernapasan yang jernih, dan edema yang berkurang.
Intervensi:
Mandiri: Ukur Tanda-tanda vital, hitung intake dan output cairan klien per 24
jam, auskultasi suara paru, batu posisi semi fowler atau posisi yang nyaman
bagi pasien, ukur pitting edema perifer per hari, ukur adanya distensi vena
jugularis, palpasi hepatomegali, serta ukur lingkar abdomen per hari, berikan
pendidikan kesehatan tentang pembatasan cairan dan diet rendah natrium,
bantu ubah miring kanan dan kiri per 2 jam, tinggikan kaki bila duduk, lihat
permukaan kulit, pertahankan tetap kering dan berikan bantalan sesuai
indikasi.
Kolaborasi: pemberian terapi obat seperti diuretik sesuai indikasi, pemberian
diet rendah garam, lakukan pemeriksaan rontgen thorax.
Intervensi
Dx 3: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-
kapiler.
Tujuan: menunjukkan analisis gas darah dalam rentang normal.
Kriteria Hasil: klien akan mengalami perbaikan gas yang dibuktikan
dengan penurunan dispenia, tidak ada sianosis, analisis gas darah
arteri yang normal dan penurunan suara ronchi pada saat auskultasi
suara napas.
Intervensi:
Mandiri: ukur tanda-tanda vital, auskultasi suara paru, bantu klien
mengubah posisi menjadi setengah duduk, periksa adanya perubahan
warna kulit seperti pucat atau sianosis serta perubahan suhu akral dan
capillary refill setiap hari, lakukan pemeriksaan hasil laboratorium
analisa gas darah.
Kolaborasi: pemberian terapi obat seperti diuretik sesuai indikasi,
berikan oksigen sesuai indikasi.
Intervensi
Dx 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan anata suplai dan kebutuhan oksigen,
kelemahan, dan tirah baring.
Tujuan: menunjukkan peningkatan aktivitas.
Kriteria hasil: klien akan mengalami peningkatan aktivitas
tanpa mengalami keletihan dan dispnea.
Intervensi:
Mandiri: ukur tanda-tanda vital, anjurkan istirahat cukup untuk
mengehemat energi, catat keluhan yang dialami klien selama
dan setelah aktivitas, bantu klien dalam melakukan aktivitas
mandiri sesuai kemampuan, lakukan latihan rentang gerak
sendi pasif atau aktif sesuai kondisi klien.
Kolaborasi: pemberikan oksigen sesuai indikasi (Black, 2014).
Implementasi

Pelaksanaan tindakan
keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan dan
disesuaikan dengan apa yang
dibutuhkan oleh klien.
Evaluasi Keperawatan
– Mengalami penurunan kelelahan dan dispnea.
• Mampu beristirahat secara adekuat baik fisik maupun emosional.
• Berada pada posisi yang tepat yang dapat mengurangi kelelahan dan
dispnea.
• Memenuhi aturan pengobatan.
– Mengalami penurunan kecemasan
• Menghindari situasi yang menimbulkan stress.Tidak nenyak dimalam hari
• Melaporkan penurunan atress dan kecemasaan
• Mencapai perfusi jaringan yang normal
– Mampu beristirahat yang cukup
– Kulit hangat dan kering dengan warna normal
– Tidak memperlihatkan edema perifer ( Smeltzer, 2013).
Consept Map

Вам также может понравиться