Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2019
PATOFISIOLOGI
a. Normal hemoglobin terdiri dari Hb A dengan dua polipeptida rantai
α dan dua rantai β.
b. Pada β thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai β
dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan
eritrosit membawa oksigen.
c. Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai α, tetapi
rantai β memproduksi secara terus menerus sehingga
menghasilkan hemoglobin defektive. Ketidak seimbangan
polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintregrasi. Hal
ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolysis dan
menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis.
Dalam stimulasi yang konstan pada
bone marrow, produksi RBC diluar
d. Kelebihan pada rantai α
menjadi eritropoitik aktif.
ditemukan pada thalasemia β
Kompensator produksi RBC secara
dan kelebihan rantai β dan
terus menerus pada suatu dasar
gamma ditemukan pada
kronik, dan dengan cepatnya
thalasemia α. Kelebihan rantai
destruksi RBC, menimbulkan tidak
polipeptida ini mengalami
adekuatnya sirkulasi hemoglobin.
presipitasi, dalam sel eritrosit.
Kelebihan produksi dan destruksi
Reduksi dalam hemoglobin
RBC menyebabkan bone marrow
menstimulasi bone marrow
menjadi tipis dan mudah pecah
memproduksi RBC yang lebih.
atau rapuh. (Lindayani, Rohaeti,
Inriyana, & Aisyah, 2005).
PATHWAY
KOMPLIKASI
Akibat anemia yang berat dan lama, sering
terjadi gagal jantung. Tranfusi darah yang
berulang ulang dan proses hemolisis
menyebabkan kadar besi dalam darah
sangat tinggi, sehingga di timbun dalam
berbagai jaringan tubuh seperti hepar,
limpa, kulit, jantung dan lain-lain. Limpa
yang besar mudah ruptur akibat trauma
ringan kadang-kadang thalasemia disertai
tanda hiperspleenisme seperti leukopenia
dan trompositopenia, kematian terutama
disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung
(Hassan dan Alatas, 2002).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah tepi:
1. Hb gambaran morfologi leukosit
2. Retikulosit meningkat
Pemeriksaan khusus:
1. Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
2. Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan
mengukur kadar Hb F.
3. Pemeriksaan pedigree: kedua orang tua
pasien thalasemia mayor merupakan trait
(carrier) dengan Hb A2 meningkat (>3,5% dari
Hb total).
Pemeriksaan lain:
1. Foto Ro tulang kepala.
2. Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang
peluasan sumsum tulang. (Kusuma & Nurarif,
2015).
PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut (Suriadi, Splenectomy
2001) penatalaksanaan Medis
Splenektomi adalah prosedur pengangkatan
Thalasemia antara lain:
limpa yang pecah, biasanya akibat cedera
Pemberian tranfusi hingga Hb perut. Dilakukan untuk mengurangi
mencapai 9-10g/dl. penekanan pada abdomen dan
meningkatkan rentang hidup sel darah
Komplikasi dari pemberian
merah yang berasal dari suplemen
tranfusi darah yang berlebihan
(tranfusi).
akan menyebabkan terjadinya
penumpukan zat besi yang
disebut hemosiderosis.
Hemosiderosis ini dapat
dicegah dengan pemberian
deferoxamine (Desferal), yang
berfungsi untuk mengeluarkan
besi dari dalam tubuh (iron
chelating agent).
Pada thalasemia yang berat diperlukan tranfusi darah rutin dan
pemberian tambahan asam folat.
Penderita yang mengalami tranfusi, harus menghindari tambahan zat
besi dan obat-obat yang bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid). Karena
zat besi yang berlebihan bisa meyebabkan keracunan. Pada bentuk yang
sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum tulang. Terapi
genetik masih di dalam tahap penelitian.
a. Tindakan pencegahan dilakukan sesuai dengan syok
yang dialami
b. Konsumsi makanan yang banyak mengandung
nutrisi
c. Kenali tanda-tanda dan gejala syok
DISCHARGE d. Jika terdapat luka parah dan perdarahan segera
PLANNING bawa kerumah sakit
e. Kontrol stress
f. Kenali diri sendiri jika terdapat alergi
g. Jika terdapat luka rawatlah dengan benar untuk
menghindari infeksi, jika tidak bisa segera bawa ke
tenaga medis. (Kusuma & Nurarif, 2015)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Intervensi (NIC)
1. Manajemen Tanda Vital a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR tiap
6 jam atau sesuai indikasi.
b. Monitor frekuensi dan irama pernafasan.
c. Monitor pola pernafasan abnormal.
d. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit.
e. Monitor sianosis perifer.
Intervensi (NIC)
2. Monitor Status Neurologi a. Monitor ukuran, bentuk, simetris, dan reaktifitas
pupil.
b. Monitor tingkat kesadaran klien.
c. Monitor tingkat orientasi.
d. Monitor GCS.
e. Monitor respon pasien terhadap pengobatan.
f. Informasikan pada dokter tentang perubahan
kondisi pasien.
3. Manajemen Cairan a. Mencatat intake dan output cairan
b. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit
jelek, mata cekung, dll)
c. Monitor status sendiri
d. Persiapkan memberikan transfusi
e. Awasi pemberian komponen darah/ transfusi
f. Awasi respon klien selama pemberian komponen
darah
g. Monitor hasil laboratorium (kadar Hb, besi serum,
angka trombosit).
Intoleransi aktifitas b.d tidak seimbangnya kebutuhan dan
suplai oksigen.
Hasil yang diharapkan:
(NOC) Klien dapat melakukan aktifitas yang dianjurkan
dengan tetap mempertahankan tekanan darah, nadi, dan
frekuensi pernafasan dalam rentang normal.
Intervensi (NIC)
1. Manajemen Energy a. Tentukan keterbatasan aktifitas fisik pasien.
b. Kaji persepsi pasien tentang penyebab kelelahan yang
dialaminya.
c. Dorong pengungkapan perasaan klien tentang adanya
kelemahan fisik.
d. Monitor intake nutrisi untuk meyakinkan sumber energi
yang cukup.
e. Konsultasi dengan ahli gizi tentang cara peningkatan
energy melalui makanan.
f. Monitor respon kardiopulmonari terhadap aktifitas
(seperti takikardi, dyspnea, disritmia, diaphoresis,
frekuensi pernafasan, warna kulit, tekanan darah).
g. Monitor pola dan kuantitas tidur.
h. Bantu pasien menjadwalkan mencegah atau
meminimalkan malnutrisi.
Intervensi (NIC)
a. Monitor adanya penurunan BB.
b. Ciptakan lingkungan nyaman selama klien makan.
c. Jadwalkan pengelolaan dan tindakan, tidak selama jam
makan.
d. Monitor kulit (kering) dan perubahan pigmentasi.
e. Monitor turgor kulit.
f. Monitor mual dan muntah.
g. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, kadar
hematokrit.
h. Monitor kadar limfosit dan elektrolit.
i. Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia.
Hasil yang diharapkan:
(NOC) Klien menunjukkan pencapaian berat badan normal bebas dari tanda malnutrisi.
Intervensi (NIC)
1. Manajemen Nutrisi a. Tanyakan pada pasien tentang alergi terhadap makanan.
b. Tanyakan makanan kesukaan pasien.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan tipe
nutrisi yang dibutuhkan (TKTP).
d. Anjurkan masukan kalori yang tepat sesuai dengan
kebutuhan energy.
e. Sajikan diet dalam keadaan hangat.
2. Monitor Nutrisi a. Monitor adanya penurunan BB.
b. Ciptakan lingkungan nyaman selama klien makan.
c. Jadwalkan pengobatan dan tindakan, tidak selama jam
makan.
d. Monitor kulit (kering) dan perubahan pigmentasi.
e. Monitor turgor kulit.
f. Monitor mual dan muntah.
g. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, kadar
hematocrit.
h. Monitor kadar limfosit dan elektrolit.
i. Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
Kelelahan b.d malnutrisi, kondisi sakit.
Hasil yang diharapkan:
(NOC) Klien menunjukkan Istirahat dan aktivitas seimbang; Mengetahui keterbatasan
energinya; Mengubah gaya hidup sesuai tingkat energy; Memelihara nutrisi yang
adekuat; Energy yang cukup untuk beraktifitas.
Intervensi (NIC)
1. Manajemen Energy a. Tentukan keterbatasan fisik klien.
b. Kaji persepsi pasien tentang penyebab kelelahan.
c. Dorong pengungkapan perasaan tentang kelemahan
fisik.
d. Monitor intake nutrisi untuk meyakinkan sumber
energy yang cukup.
e. Konsultsasi dengan ahli gizi tentang cara
peningkatan energy melalui makanan.
f. Monitor respon kardiopulmonari terhadap aktifitas
(seperti takikardi, dyspnea, disritmia, diaphoresis,
frekuensi pernafasan, warna kulit, tekanan darah.
g. Monitor pola dan kuantitas tidur.
h. Bantu klien menjadwalkan istirahat dan aktifitas.
i. Monitor respon oksigenasi pasien selama aktivitas.
j. Ajari pasien untuk mengenali tanda dan gejala
kelelahan sehingga dapat mengurangi aktivitasnya.
Intervensi (NIC)
2. Terapi Oksigen a. Bersihkan mulut, hidung, trakea bila ada sekret.
b. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
c. Atur alat oksigenasi termasuk humidifier.
d. Monitor aliran oksigen sesuai program.
e. Secara periodik, monitor ketepatan pemasangan alat.
Intervensi
1. Monitor tanda-tanda perdarahan dan perubahan tanda vital.
2. Monitor hasil laboratorium, seperti Hb, angka trombosit, hematocrit, angka
eritrosit, dll.
3. Gunakan alat-alat yang aman untuk mencegah perdarahan (sikat gigi yang
lembut, dll).
Nyeri b.d penyakit kronis.
Hasil yang diharapkan:
(NOC) Klien dapat mengenali factor penyebab; Mengenali lamanya (onset) sakit;
Menggunakan cara non analgetik untuk mengurangi nyeri; Menggunakan analgetik
sesuai kebutuhan.
Intervensi (NIC)
1. Manajemen Nyeri a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
pasien.
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien.
d. Jelaskan pada pasien tentang nyeri yang
dialaminya.
e. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
tentang pengalaman nyeri dan ketidakefektifan
kontrol nyeri pada masa lampau.
f. Atur lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
g. Kurangi factor pencetus nyeri pada pasien.
Intervensi (NIC)
2. Pemberian Analgetik a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat.
b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi.
c. Cek riwayat alergi pada pasien.
d. Kolaborasi pemilihan analgetik tergantung tipe dan
beratnya nyeri, rute pemberian, dan dosis optimal.
e. Monitor tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgetik.
f. Kolaborasi pemberian analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat.
g. Monitor respon klien terhadap penggunaan
analgetik.
Kecemasan (orang tua) b.d kurang pengetahuan.
Hasil yang diharapkan:
(NOC) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas;
Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukan teknik untuk mengontrol cemas;
Vital sign (TD, nadi, respiration) dalam batas normal; Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkah aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan; Menunjukan
peningkatan konsentrasi dan akurasi dalam berfikir.
Intervensi (NIC)
1. Menurunkan a. Gunakan pendekatan dengan konsep atraumatik care.
Cemas b. Jangan memberikan jaminan tentang prognosis penyakit.
c. Jelaskan semua prosedur dan dengarkan kebutuhan klien.
d. Pahami harapan pasien dalam situasi stress.
e. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut.
f. Bersama tim kesehatan berikan informasi mengenai diagnosis, tindakan
prognosis.
g. Anjurkan keluarga untuk menemani anak dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan.
h. Lakukan massage pada leher dan punggung bila perlu.
i. Bantu paien mengenal penyebab kecemasan.
j. Dorong pasien/keluarga untuk mengungkapkan perasaaan, ketakutan,
persepri tentang penyakit.
k. Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi (separt tarik nafas dalam,
distraksi, dll).
l. Kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi kecemasan.
Evaluasi
1. Tidak adanya gangguan
perfusi jaringan.
2. Nutrisi terpenuhi.
3. Tidak adanya gangguan
intoleransi aktivitas.
4. Berkurangnya resiko
tinggi infeksi.
5. Bertambahnya
pengetahuan keluarga
tentang thalassemia.
6. Koping keluarga efektif.
Idiopathic (Autimmune) Trombocytopenia Purpura
(ITP/ATP) merupakan kelainan autoimun dimana
PENGERTIAN autobody igG dibentuk untuk menigikat trombosit.
IDIOPATHIC Tidak jelas apakah antigen pada permukaan
trombosit dibentuk. Meskipun antibody
TROMBOCYTOPEN antitrombosit dapat meningkat komplemen,
IA PURPURA (ITP) insiden tersering pada usia 20-50 tahundan lebih
sering pada wanita dibanding laki laki (Manjoer,
Triyanti, Savitri, Wardani, Dan Setiowulan 1999).
ETIOLOGI
IDIOPATHIC
TROMBOCYTOPENIA
PURPURA (ITP)
Intervensi Rasional
1. Berikan nutrisi yang adekuat secara 1. Mencukupi kebutuhan kalori setiap
kualitas maupun kuantitas. hari.
2. Berikan makanan dalam porsi kecil 2. Porsi lebih kecil dapat meningkatkan
tapi sering. masukan yang sesuai dengan kalori.
Intervensi Rasional
1. Awasi TTV, kaji pengisian kapiler. 1. Memberikan informasi tentang
derajat/ keadekuatan perfusi jaringan
dan membantu menentukan
kebutuhan intervensi.
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai 2. Meningkatkan ekspansi paru dan
toleransi. memkasimalkan oksigenasi.
3. Kaji untuk respon verbal melambat,
mudah terangsang.
4. Awasi upaya pernafasan, auskultasi
bunyi nafas.
Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan
dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
Hasil yang diharapkan:
Pasien dapat mengurangi distress pernafasan dengan kriteria
hasil Mempertahankan pola pernafasan normal efektif.
Intervensi Rasional
1. Kaji/ awasi frekuensi pernafasan, 1. Perubahan (seperti takipnea,
kedalaman dan irama. dyspnea, penggunaan otot aksesoris)
dapat mengindikasikan berlanjutnya
keterlibatan/ pengaruh pernfasan.
2. Tempatkan pasien pada posisi yang 2. Memaksimalkan ekspansi paru,
nyaman. menurunkan kerja pernafasan dan
menurunkan resiko aspirasi.
3. Beri posisi dan bantu ubah posisi 3. Memaksimalkan ekspansi paru,
secara periodik. menurunkan kerja pernafasan dan
menurunkan resiko aspirasi.
4. Bantu dengan teknik nafas dalam. 4. Membantu meningkatkan difusi gas
dan ekspansi jalan nafas kecil.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Hasil yang diharapkan:
Pasien dapat meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dengan
kriteria hasil pasien dapat menunjukkan peningkatan toleransi
aktivitas.
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan pasien untuk 1. Mempengaruhi pilihan intervensi
melakukan aktivitas normal, catat manifestasi kardiopulmonal dari
laporan kelemahan. upaya jantung dan paru untuk
2. Berikan lingkungan tenang. membawa jumlah oksigen ke
3. Ubah posisi pasien dengan perlahan jaringan.
dan pantau terhadap pusing. 2. Meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh.
3. Hipotensi
4. postural/ hipoksin serebral
menyebabkan pusing, berdenyut, dan
peningkatan resiko cedera.
Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah
interpretasi informasi.
Hasil yang diharapkan:
Pasien dapat memahami dan menerima terhadap program
pengobatan yang diresepkan dengan kriteria hasil pasien
Faham akan prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
Intervensi Rasional
1. Berikan informasi tentang ITP. 1. Berikan informasi tentang ITP.
Diskusikan kenyataan bahwa terapi Diskusikan kenyataan bahwa terapi
tergantung pada tipe dan beratnya tergantung pada tipe dan beratnya
ITP. ITP.
2. Tinjau tujuan dan persiapan untuk 2. Ketidaktahuan meningkatkan stress.
pemeriksaan diagnostic.
3. Jelaskan bahwa darah yang diambil 3. Merupakan kekhawatiran yang tidak
untuk pemeriksaan laboratorium diungkapkan yang dapat
tidak akan memperburuk ITP. memperkuat ansietas pasien/
keluarga.
Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit.
Hasil yang diharapkan:
Pasien dapat mengembalikan jumlah trombosit sesuai dengan
kebutuhan.
Intervensi Rasional
1. Pasien diberikan sel darah 1. Meningkatkan jumlah sel
merah, darah lengkap darah pembawa oksigen
perpacked, produk darah dan memperbaiki
sesuai indikasi. defisiensi trombosit untuk
menurunkan resiko
pendarahan.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perdarahan
dibawah kulit.
Hasil yang diharapkan:
Pasien dapat mempertahankan integritas kulit.
Intervensi Rasional
1. Kaji integritas kulit, cacat turgor, 1. Kondisi kulit dipengaruhi oleh
warna, kehangatan kulit, eritema dan sirkulasi nutrisi dan imobilisasi
ekskoriasi. jaringan dapat menjadi rapuh dan
cenderung untuk infeksi atau rusak.
2. Ubah posisi secara perodik. 2. Meningkatkan sirkulasi ke semua
area kulit membatasi iskemia
jaringan atau memperngaruhi
hipoksia seluler.
SEKIAN
DAN
TERIMA
KASIH