Вы находитесь на странице: 1из 14

BENTUK – BENTUK KONTRAK

KONSTRUKSI
Kelompok 8 :
Rizky Dwi Sofiandri
Sandra Restu Aditya
Wahyu Ruli Rahma Widhi
Kontrak konstruksi di Indonesia dipandang dari
aspek – aspek tertentu, termasuk segala
permasalahan yang timbul akibat salah
pengertian mengenai bentuk – bentuk kontrak
tersebut, penggunaanya dalam industri jasa
konstruksi dari masa ke masa beserta kajian
untung ruginya suatu bentuk kontrak tertentu.
ASPEK PERHITUNGAN BIAYA
Dua macam bentuk kontrak konstruksi yang
sering digunakan :
1. Fixed Lump Sum Price (kontrak harga pasti)
2. Unit Price (kontrak harga satuan)
Fixed Lump Sum Price
• Secara umum kontrak ini adalah suatu kontrak dimana volume
pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur ulang.

• Pada peraturan pemerintah (PP) No. 29/2000 pasal 21


ayat 6 tentang penyelenggaraan jasa konstruksi memberikan
definisi bahwa kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan
dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan
tetap serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses
penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh penyedia
jasa, sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah.
Lanjutan
• Menurut Robert D. Gilbreath dalam buku Managing
Construction Contract
Suatu harga yang pasti dan tertentu telah disetujui banyak pihak
sebelum kontrak ditandatangani. Harga ini tetap tidak berubah
selama berlakunya kontrak dan tidak dapat diubah kecuali karena
perubahan lingkup pekerjaan atau kondisi pelaksaan dan perintah
tambahan dari pengguna jasa.
• Menurut Mc. Neil Stokes dalam buku Construction Law in
Constractor’s
bentuk kontrak yang paling biasa adalah perjanjian lumpsum,
dimana pengguna jasa dan penyedia jasa sepakat pada suatu jumlah
pasti yang harus dibayar oleh pengguna jasa kepada penyedia jasa
untuk pelaksanaan seluruh pekerjaan.
• Dari ke empat batasan atau definisi diatas,
terlihat bahwa tak satupun dari pengertian mengenai
kontrak fixed lump sum price yang menyatakan bahwa
dalam kontrak bentuk ini, volume pekerjaaan asli dalam
kontrak boleh diukur kembali dan nilai kontrak tidak
boleh berubah seperti pengertian sebagaian orang hal ini
mungkin disebabkan ada kata “fixed” sehingga diartikan
nilai kontrak tidak boleh berubah. Ini adalah suatu
kekeliruan besar dimasa mendatang yang harus
diperbaiki.
Lanjutan
• Dari uraian diatas terlihat pula bahwa dalam kontrak bentuk ini
penyedia jasa memikul resiko cukup besar, misalnya volume
pekerjaan yang sesungguhnya (setelah diukur ulang) ternyata lebih
besar daripada yang tercantum dalam kontrak.

• Apabila hal ini terjadi, maka yang dibayarkan kepada penyedia jasa
adalah berdasarkan volume kontrak, apabila terjadi hal sebaliknya,
maka penyedia jasa mendapatkan keuntungan.

• Selanjutnya, dalam menghitung pekerjaan tambah / kurang harus


benar – benar dioahami bahwa penambahan atau pengurangan
dihitung terhadap volume yang tercantum dalam kontrak bukan
volume yang sebenarnya.
Contoh :
• Volume pekerjaan beton yang tercantum dalam
kontrak adalah 1000 m3 setelah diukur ulang
ternyata volumenya 989 m3 dengan demikian,
diperintahkan pengurangan volume sebesar 100
m3, maka yang dibayarkan kepada penyedia jasa
adalah 1000 – 100 = 900 m3 dan bukan 989 –
100 = 889 m3
Unit Price
• Secara umum, kontrak unit price adalah kontrak dimana volume
pekerjaan yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan
perkiraan dan akan diukur ulang untuk menentukan volume
pekerjaan yang benar – benar dilaksanakan.

• Peraturan pemerintah (PP) No. 29/2000 Pasal 21 ayat 2


mengatakan “kontrak kerja kontruksi dengan bentuk imbalan
harga satuan sebagaimana yang dimaksut dalam pasal 20 ayat 3
merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam
jangka waktu tertentu berdasakan harga satuan yang pasti dan tetap
untuk setiap satuan/ unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis
tertentu yang volume pekerjaanya didasarkan pada hasil
pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar – benar
telah dilaksanakan penyedia jasa”.
• Menurut Robert D. Gilbreath dalam bukunya Managing
Construction Contract hal. 44-45, kontrak harga satuan
menggambarkan variasi dari kontrak lump sum. Mengingat lump
sum meliputi satu harga pasti / tetap untuk semua atau beberapa
bagian pekerjaan, harga satuan hanya mengatur harga satuan. Total
nilai kontrak ditetapkan dengan mengendalikan harga satuan
dengan volume pekerjaan yang dilaksanakan.

• Menurut Mc. Neil Stokes dalam bukunya Construction


Law in Contractor’s Language hal 34-35, dalam kontrak
harga satuan, penyedia jasa dibayar seperti jumlah yang pasti untuk
setiap satuan pekerjaan yang dilaksanakan untuk menghindari
sengketa mengenai beberapa pekerjaan yang sesungguhnya
dilaksanakan, setiap satuan pekerjaan harus ditentukan dengan
tepat.
• Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk
kontrak harga satuan tidak mengandung resiko
pengguna jasa membayar lebih karena volume pekerjaan
yang tercantum dalam kontrak lebih besar daripada
kenyataan sesungguhnya sehingga penyedia jasa
mendapat keuntungan tak terduga, sebaliknya penyedia
jasa juga tidak menanggung resiko rugi apabila volume
pekerjaan sesungguhnya lebih besar daripada yang
tercantum salam kontrak karena yang dibayarkan
kepada penyedia jasa adalah pekerjaan yang benar –
benar dilaksanakan.
Lanjutan
• Yang menjadi masalah dalam bentuk kontrak semacam
ini adalah banyaknya pekerjaan pengukuran ulang yang
harus dilakukan bersama antar pengguna jasa dan
penyedia jasa untuk mendapatkan volume pekerjaan
yang benar – benar terlaksana, hal ini akan merepotkan
pengguna jasa karena harus menyediakan tenaga dan
biaya untuk melakukan pengukuran ulang.
TERIMA KASIH
pertaanyaan
1. Bagaimana bila ada penggabungan 2 kontrak
dilakukan, apa kerugian dan keuntunganya?
(Agil)
2. Dari 2 kontrak (lumpsum dan unit price) mana
yang sering digunakan dan berikan alasan?
(Deby)
3. Pertimbangan memilih kontrak yang dipakai
dalam proyek konstruksi? (Dika)

Вам также может понравиться