Вы находитесь на странице: 1из 36

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA

DIARE TERHADAP PHBS YANG BERKAITAN DENGAN


AIR BERSIH DIPOSKESDES LUMBAN TOBING TAHUN
2018

dr. Gustiyani T
Definisi

 pengeluaran tinja yang tidak


normal dan cair
Bagian ilmu kesehatan anak FK
UI / RSCM
 buang air besar yang tidak
normal atau bentuk tinja
encer,frekuensi lebih banyak
dari frekuensi biasanya.
Menurut WHO
 Defekasiencer > 3 x sehari
dengan/ tanpa darah dan/ atau
lendir dalam tinja
 Diareakut  diare yang terjadi
secara mendadak dan
berlangsung < 7 hari pada bayi
dan anak yang sebelumnya
sehat.
Etiologi

1.Infeksi
a.Infeksi Enteral
(penyebab utama diare pada anak)
Meliputi :
-infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli,
Salmonella, Shigella, Bacillus
cereus,Clostridium perfringens
--infeksi virus: Enterovirus (virus
Echo,Coxsackie), Adenovirus, Rotavirus
Etiologi
- investasi parasit: cacing
(Ascaris,Trichiuris,Oxyuris),
ProtozoaOxyuris), Protozoa(Entamoeba
histolytica, jamur (candida albicans)
b. Infeksi Parenteral
Infeksi di bagian tubuh lain di luar
alat pencernaan (OMA,
tonsilofaringitis,bronchopneumonia,
enchepalitis)
terutama terdapat pada bayi dan
anak< 2 tahun
Etiologi
2.Malabsorbsi
a.Malabsorbsi karbohidrat
Pada bayi dan anak yang terpenting dan
tersering ialah intoleransi laktosa
b.Malabsorbsi lemak
c.Malabsorbsi Protein
3.Makanan (basi, beracun, alergi terhadap
makanan)
4.Immunodefisiensi
5.Psikologis : Rasa takut dan cemas
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare:
1.Gangguan osmotik
Makanan/zat tidak dapat diserap tekanan
osmotikdalam rongga usus meningkat  pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus
Isi rongga usus yang berlebihan  merangsang usus
untuk mengeluarkannya  diare osmotik
2. Gangguan sekresi
Rangsangan tertentu ( toksin ) pada dinding
usus  peningkatan sekresi air dan elektrolit ke
dalam rongga usus  diare sekretorik timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik  berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan  diare.
Bila peristaltik usus menurun  bakteri tumbuh
berlebihan  diare
Patogenesis Diare
Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung

Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus


halus

Oleh jasad renik dikeluarkan toksin ( toksin diaregenik)


Diare Akut

Bila diare berlanjut sampai 2 minggu/ lebih, kehilangan BB atau tidak


bertambah selama masa tersebut

Diare Kronik

Bila diarenya menetap dalam 2 minggu/ lebih dan disertai gangguan


pertumbuhan

Melanjutnya Kerusakan Perbaikan mukosa


Diare persisten
mukosa yang terlambat
Manifestasi Klinik

 Cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat


 Nafsu makan biasanya tidak ada  timbul
diare
 Tinja cair mungkin disertai lendir dan
atau darah
 Warna tinja  kehijau-hijauan
(tercampur empedu)
 Anus dan daerah sekitarnya lecet ( sering
defekasi)
Manifestasi Klinik

 Muntah (sebelum/ sesudah diare) 


lambung meradang atau
ketidakseimbangan asam basa dan
elektrolit
 Kehilangan banyak cairan dan
elektrolit  dehidrasi ( BB turun,
turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun besar cekung, selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering)
Faktor Resiko Diare
 Kuman penyebab diare
 Keadaan gizi
Malnutrisi  korelasi positif dengan lama dan
beratnya diare, menurunnya aktifitas enzim
usus & hilangnya integrasi usus
 Higiene dan sanitasi
 Sosial budaya
Pemberian makanan tambahan yang terlalu
dini dan tidak tepat ( faktor penting ) .
diare
 Kepadatan penduduk
 Sosial ekonomi
Klasifikasi Dehidrasi
A. Derajat Dehidrasi Menurut Jumlah Cairan
yang Hilang
1. Tanpa dehidrasi
Kehilangan cairan 5 % Berat Badan
2. Dehidrasi ringan sedang
Kehilangan cairan 5- 10 % Berat Badan
3. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan >10 % Berat Badan
Tanda Dehidrasi (WHO 1997)

 Dehidrasi ringan/ sedang


Terdapat 2 / lebih dari tanda – tanda
berikut
 Gelisah,rewel/mudah marah
 Mata cekung
 Haus, minum banyak
 Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
 Dehidrasi berat
terdapat 2 / lebih dari tanda-tanda berikut :
• Letargi atau tidak sadar
• Mata cekung
• Tidak bisa minum/ malas minum
• Cubitan kulit perut kembalinya sangat lembat
Pada dehidrasi berat, pasien dapat mengalami
asidosis metabolik.
Asidosis metabolik terjadi karena :
1. Kehilangan bikarbonat >> melalui tinja
2. Ketosis kelaparan
3. Produk-produk metabolik asam tidak dapat
dikeluarkan  oliguria/ anuria
4. Pindahnya ion natrium cairan ekstrasel ke
cairan intrasel
5. Penimbunan asam laktat
Gambaran Klinik Asidosis Metabolik
 Hiperventilasi ( pernafasan cepat dan
dalam/ Kussmaul
 Terkadang diikuti syok, mual, muntah,
anoreksia
 Bila asidosis hanya sedikit dan cukup
cairan elektrolit ( CO2 combining power
tidak kurang dari 40 vol % atau 18
mEq/liter)  dikoreksi oleh
homeostasis tubuh sendiri
 Bila dibawah nilai diatas  dikoreksi
dengan natrium laktat atau natrium
bikarbonat
Terapi Diare

 Terapi A
 Terapi B
 Terapi C
Terapi A
Terapi B
Terapi C
 Pencegahan diare
1. Memasak air minum sampai mendidih
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
3. Mencuci tangan sesudah BAK dan BAB
Metode penelitian
 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan


pendekatankuantitatif yaitu untuk
mengetahui tingkat pengetahuan ibu
terhadap diare yang berkaitan air bersih di
poskesdes lumban tobing tahun 2018
dengan menggunakan quisioner.
 Populasi
seluruh pasien desa purba manalu yang berkunjung
berobat ke poskesdes desa Lumban Tobing.
 Sampel
Total Sampling yaitu sampel di ambil dari seluruh
pasien yang datang ke Poskesdes desa lumban tobing
Tahun 2018 yang telah didiagnosa diare akut oleh
petugas kesehatan.
Alur penelitian

Pelaporan hasil

Pengelolaan data

Data yang terkena diare


tahun 2018

Semple penelitian

Populasi penelitian
Umur (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

10-29 8 53

30-39 5 34

40-50 3 13

Total 15 100

Pada Tabel 5.1, umur responden dibagi menjadi tiga


kategori, yaitu 10-29 tahun, 30-39 tahun. Mayoritas
responden berada pada kelompok umur 10-29 tahun
sebanyak 8 orang (53%), diikuti oleh kelompok umur30-39
tahun sebanyak 5orang (34%), dan minoritas responden
berada pada kelompok umur 40-50 tahun sebanyak 3 orang
(13%).
Diagram 4.1 menunjukkan distribusi jenis kelamin
responden. Mayoritas responden adalah pria yaitu sebanyak 9
orang (60%) dan diikuti oleh wanita sebanyak 6 orang (40%).
Perbedaan antara jumlah responden pria dan wanita tidak
terlalu jauh.
Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi (n) Persentase (%)

SD 5 30

SMP 3 20
SMA 2 20

Perguruan Tinggi 1 10

Tidak sekolah 3 20

Total 15 100

Dari Tabel diatas diketahui bahwa mayoritas responden


menjalani pendidikan terakhir di SD yaitu sebanyak 5 orang
(34%), dan minoritas di Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang
(10%) dan tidak sekolah sebanyak 3 orang (20%).
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Pelajar 10 66

Pegawai 0 0

Wiraswasta 2 13

Ibu Rumah Tangga 1 8

Tidak Bekerja 2 13

Total 15 100

Pada Tabel diatas mayoritas responden adalah


pelajar sebanyak 10 orang (66%) dan minoritas
sebagai ibu rumah tangga sebanyak 1orang (8%).
Distribusi Jawaban Responden terhadap pertanyaan “apa saja syarat-syarat air
bersih?”

Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak berasa,tidak bewarna 4 26,6

Tidak bersa,tidak bewarna,tidak


9 60
berbau

Tidak tahu 0 0

Total 15 100

Dari tabel diatas terlihat bahwa mayoritas responden


mengetahui syarat-syarat air bersih, yaitu tidak berasa, tidak
bewarna dan tidak berbau sebanyak 9 orang (60%).
 Kesimpulan
 Mayoritas responden berada pada kelompok umur 10-29 tahun sebanyak (53%),
berjenis kelamin pria (56%), dan mayoritas responden menjalani pendidikan
terakhir di SD (30%).
 Mayoritas responden mengetahui syarat-syarat air bersih (60%).
 Saran

 Dilakukan intervensi lebih lanjut untuk menurunkan angka kejadian diare sehingga dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas yang terjadi pada pasien dengan diare.
 Dilakukan penyuluhan yang lebih agresif tentang PHBS dan diare untuk menurunkan angka
kejadian diare di wilayah kerja Poskesdes Lumban Tobing .

Вам также может понравиться