Вы находитесь на странице: 1из 12

WAFERING

HIJAUAN PAKAN
KELOMPOK 5C
Frisella Wilda Damayanti (23010116130089)
Fairuz Inas A. R. (23010116130100)
Eka Fahmi Najdah (23010116130162)
Isnaini Nurkhasanah (23010116130211)
WAFER
Menurut Syahri dkk. (2018) wafer merupakan produk
pakan ternak memiliki dimensi panjang, lebar, tinggi yang dibuat
menggunakan teknologi pemanasan dan pengepresan.

Ditambahkan oleh Nuhuyanan (2010) wafer hijauan


merupakan salah satu bentuk pengawetan dengan cara
pengeringan, dimanbuatan a hijauan segar dipotong dengan
ukuran tertentu, dikeringkan dengan panas hingga 400°C sampai
kadar air 15 % selanjutnya dibentuk menjadi blok-blok dan proses
tersebut tidak mempengaruhi kecernaan.
PENGOLAHAN WAFER
TAHAP 1

Hijauan di potong atau di cacah 2 – 3 cm,


kemudian di giling
TAHAP 2

Dilakukan pengeringan selama 2 – 3 hari


dibawah sinar matahari tergantung kondisi wilayah
atau dikeringkan dengan cara di oven, yang
bertujuan untuk mengurangi kadar air pada hijauan
hingga maksimal 12%.
TAHAP 3
Mencampur semua bahan sesuai dengan formulasi. Bahan tambahan terpenting pada
pembuatan wafer adalah bahan perekat atau binder.

Binder terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Binder alami, diantaranya onggok, tepung tapioka, berbagai jenis rumput laut, bungkil
inti sawit, kanji, dan molases.

2. Binder buatan, diantaranya adalah lignosulfonat dan bentonit.

Penggunaan binder yang tepat dapat meningkatkan kualitas wafer yang dihasilkan, lebih
padat, dan tidak mudah hancur akibat adanya proses pengolahan, penyimpanan, dan
pengangkutan serta mampu memenuhi harapan konsumen.
TAHAP 4

Setelah semua bahan di campur dan homogen


kemudian dikukus selama 30 menit yang bertujuan
agar adonan dapat sedikit berair dan mudah untuk
dibentuk menjadi wafer
TAHAP 5
Adonan yang telah dikukus kemudian
dikeluarkan untuk di cetak pada mesin pencetak
wafer / UMB dengan tekanan tekanan 12 kg/cm2 dan
pemanasan 120 ᵒC selama 10 menit. Penambahan
molases dilakukan pada proses pencetakan yang
berfungsi sebagai perekat. Setelah itu wafer di
susun kemudian dikeringkan dengan cara dijemur
dibawah sinar matahari atau di oven dengan suhu
65 ᵒC selama 24 jam.
Kadungan NDF, ADF, lignin, sellulosa dan silica pakan pada
proses wafering mengalami penurunan, sebailknya terjadi kenaikan
pada kandungan hemisellulosa. Hal ini disebabkan karena dalam proses
wafering hijauan, ada tahapan penggilingan dan pemanasan, yang
berakibat rusaknya dinding sel dan hancurnya ikata ligno-sellulosa,
lignin-hemisellulosa dan struktur Kristal sellulosa yang berakibat
meningkatkan reaktifitas zat-zat tersebut (Nuhuyanan, 2010).
KELEBIHAN PAKAN WAFER

1. Kualitas nutrisi lengkap


2. Bahan baku bukan hanya dari hijauan makanan
ternak tetapi dapat juga memanfaatkan limbah
pertanian, limbah sayuran, limbah pabrik
pangan
3. Tidak mudah rusak karena faktor biologis karena
kadar air antara 12 - 14%
4. Bersifat awet dan tahan lama
DAFTAR PUSTAKA
Firansyah, A. A. 2017. Pengaruh Penambahan Daun Trembesi (Samanea saman) dengan Level
Berbeda Pada Wafer Pakan Komplit Terhadap Kandungan Lemak Kasar dan Betn.
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar. (Skripsi).
Nuhuyanan, L. E. 2010. Pengaruh pemberian wafer rumput gajah dengan perekat fermented
moter liquor (fml) dan tetes (molasses) terhadap konsumsi pakan, kecernaan
makanan dan kenaikkan berat badan sapi bali jantan. Jurnal Ilmu Peternakan. 5 (2):
111-117.
Sandi, S., A. I. M. Ali, dan A. A. Akbar. 2015. Uji in-vitro wafer ransum komplit dengan bahan
perekat yang berbeda. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 4 (2) : 7 – 16.
Solihin, Muhtarudin dan R. Sutrisna. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air
kualitas fisik dan sebaran jamur wafer limbah sayuran dan umbi-umbian. Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(2): 48-54.
Syahri, M., Y. Retnani dan L. Khotijah. 2018. Evaluasi penambahan binder berbeda terhadap
kualitas fisik mineral wafer. Buletin Makanan Ternak. 16 (1) : 24 – 36

Вам также может понравиться