Вы находитесь на странице: 1из 26

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Kelompok 2 : 1. Ahmad Rizal (F201701113)


2. Anita Rohaya (F201701116)
3. Dea Amelia Nur (F201701120)
4. Dian Afriana (F201701121)
5. Firka Jayasa (F201701128)
6. Mariana (F201701133)
7. Muh. Farid (F201701138)
8. Muthiah Damayanti (F201701139)
9. Nova Destika (F201701141)
10. Nuzul Wahyuning T (F201701147)
11. Rina Aldelin (F201701151)
12. Siti Patmawati (F201701157)
13. Suryadi (F201701161)
14. Titin Awaliyah (F201701162)
15. Wa Ode Fitra S (F201701164)
16. Zelti Wardina (F201701167)
17. Ardiansyah (F201701202)
PENGERTIAN KROMATOGRAFI
• Kromatografi merupakan suatu teknik
pemisahan campuran yang didasarkan atas
pembagian beberapa bagian dari senyawa
di suatu fase gerak dan fase diam.
• Kromatografi adalah pemisahan suatu zat
berdasarkan perbedaan kecepatan zat
terlarut yang bergerak bersama-sama
dengan pelarutnya pada permukaan
benda menyerap.
PEMBAGIAN KROMATOGRAFI
Berdasarkan alat yang di gunakan dapat di
bedakan menjadi:
1. Kromatografi kertas
2. Kromatografi lapis tipis √
3. Kromatografi kolom
4. Kromatografi penukarion
5. Kromatografi cair kinerja tinggi
6. Kromatografi gas
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
• Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis
kualitatif dari suatu sampel yang ingin di deteksi dengan
memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran.
• Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisika-
kimia dengan fase gerak (larutan pengembang yang
cocok), dan fase diam (bahan berbutir) yang
diletakkan pada penyangga berupa plat gelas atau lapisan
yang cocok.
Penggunaan KLT
• Untuk menentukan jumlah komponen
dalam campuran
• Untuk penentuan identitas antara 2
campuran
• Untuk memonitor perkembangan reaksi
• Untuk penentuan keefektifan pemurnian
• Untuk penentuan kondisi yang sesuai
untuk pemisahan pada kromatografi
kolom
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS TERDIRI:

PLAT ADSORBAN

Kaca, Aluminium, Plastik Silika, Alumina, Selulosa dll


METODE PENGEMBANGAN KLT
Berdasarkan arah pengembangan:
• Menaik (Ascending)
• Menurun (Discending)
Berdasarkan Dimensi:
• Pengembangan 1 dimensi
• Pengembangan 2 dimensi
Tahapan Metode Analisis KLT
1. Preparasi Sampel
2. Penanganan Lempeng KLT
3. Penanganan Eluen
4. Penanganan Chamber
5. Elusi (Pengembangan KLT)
6. Aplikasi Sampel
7. Evaluasi Noda
Nilai Rf ( Retardation Factor)
Rf merupakan perbandingan jarak antara migrasi
komponen dengan jarak migrasi eluen.

Nilai Rf menunjukkan identitas sesuatu senyawa


karena nilai ini karakteristik untuk suatu
senyawa pada pelarut tertentu.

Rf =
Contoh Kasus Pelaksanaan Metode Kromatografi Lapis Tipis

“Identifikasi Asam Mefenamat dalam jamu rematik yang beredar di


Distrik Heram kota Jayapura, Papua ”
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jamu
rematik yang beredar di toko-toko jamu yang terdapat
di Distrik Heram pada tahun 2014. Sampel dalam
penelitian ini adalah 2 sampel jamu rematik dimana
masing-masing sampel diproduksi oleh pabrik yang
berbeda dan diperoleh dari toko-toko jamu yang
beredar di Distrik Heram pada tahun 2014.
Metode Penelitian

1. Preparasi Sampel
2. Ekstraksi Sampel Jamu
3. Pemisahan Senyawa yang terkandung
dalam Jamu
4. Analisis Data
1. Preparasi Sampel

• Diambil beberapa bungkus jamu


kemudian dicampur dan ditimbang.
• Diambil beberapa bagian jamu yang
telah dicampur kemudian dimasukkan
dalam labu Erlenmeyer dan ditimbang
kembali.
2. Ekstraksi Sampel Jamu
• Serbuk jamu yang telah ditimbang, dilarutkan dalam 50
mL air dan dibasakan dengan NaOH 1 N sampai pH 10-11.
Larutan kemudian dikocok selama 30 menit dan disaring
menggunakan kertas saring. Setelah itu filtrat yang
diperoleh diasamkan dengan HCl 1N sampai pH 2.
• Filtrat yang telah diasamkan kemudian dipekatkan
dengan rotary evaporator vacuum. Ekstrak pekat yang
diperoleh kemudian diekstraksi dengan corong pisah
sehingga terbentuk 2 lapisan. Fasa air dan fasa organik
yang diperoleh masingmasing dipisahkan. Selanjutnya
fasa organik yang diduga sebagai ekstrak jamu diuapkan
pada suhu 60 derajat Celcius.
3. Pemisahan senyawa yang terkandung dalam jamu
• Pemisahan dilakukan dengan menggunakan KLT plat silika gel
60 F254 dengan ukuran 10 x 20 cm.
• Ekstrak pekat jamu rematik dilarutkan dalam 5 mL etanol,
kemudian ditotolkan sepanjang plat pada jarak 3 cm dari
bawah dan 2 cm dari atas.
• Setelah itu dielusi dengan menggunakan pelarut yang telah
dijenuhkan.
• Setelah gerakan larutan pengembangan sampai pada garis
batas, elusi dihentikan.
• Noda yang terbentuk, diukur harga Rf nya. Bercak-bercak
noda diperiksa di bawah sinar UV pada panjang gelombang
254 dan 366 nm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data penimbangan sampel jamu dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil pemisahan sampel pada beberapa komposisi pelarut 1
Hasil pemisahan sampel pada beberapa komposisi pelarut 2
Hasil pemisahan sampel pada beberapa komposisi pelarut 3
Berdasarkan hasil analisis kualitatif yang dilakukan
terhadap 2 sampel jamu rematik yang beredar di toko-
toko jamu di Distrik Heram, didapatkan hasil bahwa
kedua sampel jamu tidak mengandung asam
mefenamat atau asam mefenamat negatif.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian identifikasi asam
mefenamat yang dilakukan pada 2 sampel jamu rematik
yang beredar di toko-toko jamu yang ada di Distrik
Heram, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh jamu
rematik yang dianalisis secara kualitatif, negatif
mengandung asam mefenamat.

Вам также может понравиться