Вы находитесь на странице: 1из 26

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA WANITA DENGAN


PEB, PER, DAN
EKLAMPSIA

Nama Kelompok:
Emillia Ayu Anggraini (20171660099)
Arsinela Virsa Ramadhanti (20171660101)
DEFINISI PER (PRE
EKLAMPSIA RINGAN)

Menurut Willis dan Blanco, Preeklampsia


merupakan suatu penyakit yang melibatkan
banyak sistem dan ditandai oleh
hemokonsentrasi, hipertensi, dan
proteinuria. Diagnosis preeklampsia
didasarkan pada adanya hipertensi disertai
proteinuria dan/atau edema.
DEFINISI PEB (PRE
EKLAMPSIA BERAT)
Preeklampsia berat adalah jika tekanan darah
sistolik >160 mmHg atau diastolik >110 mmHg
pada dua kali pengukuran rentang waktu minimal
6 jam ketika klien tirah baring. Proteinuria >5 g
per 24 jam atau >3+ pada pemeriksaan dipstik
setidaknya pada dua kali pemeriksaan acak
menggunakan contoh urine yang diperoleh dengan
cara bersih dan berjarak minimal 4 jam. Oliguria <400
ml dalam 24 jam. Gangguan serebral atau penglihatan,
seperti gangguan kesadaran, sakit kepala, skotomata,
atau penglihatan kabur. Edema paru atau sianosis dan
nyeri ulu hati (Bobak, 2012).
DEFINISI EKLAMPSIA

Eklampsia ialah terjadinya konvulsi atau


koma pada pasien disertai tanda dan gejala
Pre eklampsia. Konvulsi atau koma dapat
muncul tanpa didahului gangguan
neurologis.
ETIOLOGI
Menurut Zuspan ada beberapa penyebab,
antara lain:
 Primigravida
 Grand Multigravida
 Janin besar
 Kehamilan dengan janin lebih dari satu
 Obesitas
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi preeklampsia-eklampsia berkaitan
dengan perubahan fisiologis kehamilan yang
meliputi peningkatan volume plasma darah,
vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular
sistemik, peningkatan curah jantung. Pada
preeklampsia, volume plasma yang beredar
menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi
dan peningkatan hematokrit maternal.
Perubahan ini membuat perfusi organ maternal
menurun, termasuk perfusi ke unit janin-
uteroplasenta.
Selain kerusakan endotelial, vasospasme
arterial turut menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Keadaan ini
meningkatkan edema dan lebih lanjut
menurunkan volume intravaskular,
mempredisposisi pasien yang mengalami
preeklampsia mudah menderita edema paru.
Keterlibatan ginjal seiring perubahan
haluaran urine dan kimiawi serum. Aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerulus menurun,
sehingga timbul oliguria, klirens kreatinin urine
menurun, dan nitrogen urea darah, kreatinin
serum, serta asam urat serum meningkat.
Preeklampsia juga mempengaruhi sistem
saraf pusat (SSP) dengan menginduksi edema
otak dan meningkatkan resistensi otak.
Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, dan
gangguan pembuluh darah otak. Dengan
berkelanjutan keterlibatan SSP, ibu akan
mengeluh nyeri kepala dan gangguan
penglihatan (skotoma) dan perubahan
keadaan mental dan tingkat kesadaran.
Komplikasi yang mengancam jiwa ialah
eklampsia atau timbulnya kejang.
KLINIKAL LABORATORIUM
Perawat membantu dalam upaya
memperoleh sejumlah contoh urine dan
darah untuk membantu menegakkan
diagnosis preeklampsia, sindrom HELLP,
atau hipertensi kronis. Contoh darah yang
mula-mula didapat untuk tes-tes berikut
guna menilai proses penyakit dan efeknya
pada fungsi ginjal dan hati:
 Hitung sel darah lengkap (termasuk hitung
trombosis)
 Pemeriksaan pembekuan (termasuk waktu
perdarahan, PT, PTT, dan fibrinogen)
 Enzim hati (laktat dehidrogenase (LDH),
aspartat aminotransferase (AST) (SGOT),
alanin aminotransferase (ALT) (SGPT))
 Kimia darah (BUN, kreatinin, glukosa, asam
urat)
 Pemeriksaan silang darah
 Protein ditetapkan melalui pemeriksaan
memakai kertas strip pada urine yang
diperoleh dengan cara pengambilan bersih
(clean-catch) atau dengan memakai kateter.
MANIFESTASI KLINIS
 Peningkatan tekanan darah
 Peningkatan berat badan
 Terdapat protein dalam urine
Untuk manifestasi klinis dari preeklampsia berat
antara lain:
 Sakit kepala berat dan terus-menerus, biasanya
pada kepala bagian depan atau oksipital
 Penglihatan gelap atau kabur
 Penurunan jumlah ekskresi urine (<400 mL/ 24
jam), peningkatan proteinuria (3+ - 4+)
 Nyeri epigastrik
 Retardasi pertumbuhan janin
 Dekompensasi jantung, edema paru, atau
sianosis
PENATALAKSANAAN MEDIS
 PRE EKLAMPSIA RINGAN
Keterampilan perawat dalam mengkaji ibu
untuk memeriksa adanya faktor dan gejala
preeklampsia tidak bisa disepelekan.
Perawat juga berperan sebagai advokat
yaitu dengan memberi informasi kepada ibu
tentang tanggung jawabnya dalam
menatalaksana preeklampsia baik di rumah
maupun di rumah sakit. Dukungan emosional
dan psikologis juga perlu untuk membantu ibu
dan keluarganya mengatasi keadaan mereka.
 PRE EKLAMPSIA BERAT

Apapun pengobatan yang dibutuhkan, kelahiran


adalah satu-satunya terapi yang definitif untuk
preeklampsia berat. Komponen penting
penatalaksanaan meliputi pemberian magnesium
sulfat (MgSO4) untuk mencegah kejang dan
pemberian obat antihipersensitif jika tekanan
darah diastolik lebih dari 110 mmHg.
 EKLAMPSIA

Perawatan segera selama kejang dilakukan dengan


memastikan bahwa saluran napas tidak tersumbat.
Setelah itu, lakukan oksigenasi yang cukup dengan
memberi oksigen tambahan. Jika timbul kejang,
tubuh ibu dimiringkan untuk mencegah aspirasi
akibat muntahan dan mencegah sindrom hipotensi
akibat berbaring. Setelah kejang berhenti, isap
(suction) makanan dan cairan dari trakea atau
glottis. Magnesium sulfat dan natrium amobarbital
untuk kejang berulang diberikan sesuai perintah
PENGKAJIAN SISTEM
REPRODUKSI
Data Biografi
 Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida, < 20
tahun atau >35 tahun, jenis kelamin.
 Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama: biasanya klien dengan preeklamsia
mengeluh demam, sakit kepala.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
 Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi
sebelum hamil.
 Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklampsia pada
kehamilan terdahulu.
 Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
 Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
 Sakit kepala di daerah frontal.
 Sakit di ulu hati/nyeri epigastrium.
 Gangguan virus: penglihatan kabur, skotoma, dan
diplopia.
 Mual dan muntah, tidak nafsu makan.
 Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung,
refleks tinggi, dan tidak tenang.
 Edema pada ekstremitas.
 Tengkuk terasa berat.
 Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
 Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan
eklampsia dalam keluarga.
e) Riwayat Pernikahan
 Biasanya terjadi pada wanita yang
menikah dibawah usia 20 tahun atau
diatas 35 tahun.
f) Riwayat Kehamilan
 Riwayat kehamilan ganda, mola
hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan pre eklampsia atau
eklampsia sebelumnya.
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : lemah.
 Kepala : sakit kepala, wajah edema.
 Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema
pada retina.
 Pencernaan abdomen: nyeri daerah epigastrium,
anoreksia, mual, dan muntah.
 Ekstremitas : edema pada kaki dan tangan juga
pada jari-jari.
 Sistem persarafan : hiperefleksia, klonus pada kaki.
 Genitourinaria : oliguria, proteinuria.
 Sistem integumen : penurunan tonus otot
 Pemeriksaan janin : bunyi jantung janin tidak teratur,
gerakan janin melemah.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Kelebihan volume cairan interstisial yang
berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik,
perubahan permeabilitas pembuluh darah.
2) Penurunan curah jantung yang berhubungan
dengan hipovolemia/penurunan aliran balik vena.
3) Risiko cedera pada janin yang berhubungan dengan
tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta.
4) Nyeri epigastrik yang berhubungan dengan
peregangan kapsular hepar.
5) Risiko intoleransi aktivitas yang berhubungan
dengan adanya masalah sirkulasi, peningkatan
tekanan darah.
PERENCANAAN
1) Kelebihan volume cairan interstisial yang
berhubungan dengan penurunan tekanan
osmotik, perubahan permeabilitas pembuluh
darah, serta retensi sodium dan air.
 Tujuan: agar curah jantung kembali seimbang.
 Rencana tindakan:
o Pantau dan catat intake dan output setiap hari.
o Pemantauan tanda-tanda vital, catat waktu
pengisian kapiler (capillary refill time—CRT) .
o Memantau atau menimbang berat badan ibu.
o Observasi keadaan edema.
o Berikan diet rendah garam sesuai hasil
kolaborasi dengan ahli gizi
o Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
diuretik
2) Penurunan curah jantung yang
berhubungan dengan hipovolemia/penurunan
aliran balik vena.
 Tujuan: agar curah jantung kembali normal.
 Rencana tindakan:
o Pemantauan nadi dan tekanan darah
o Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi
miring kiri
o Berikan obat antihipertensi sesuai kebutuhan
berdasarkan kolaborasi dengan dokter
o Pemantauan tekanan darah dan obat
hipertensi
3) Risiko cedera pada janin yang berhubungan
dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke
plasenta.
 Tujuan: agar cedera tidak terjadi pada janin
 Rencana tindakan:
o Istirahatkan ibu
o Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri
o Pantau tekanan darah ibu
o Memantau bunyi jantung ibu
o Beri obat hipertensi setelah kolaborasi
dengan dokter
4) Nyeri epigastrium berhubungan dengan
peregangan kapsula hepar
 Tujuan: agar dapat beradaptasi dengan rasa
nyeri dan nyeri berkurang
 Rencana tindakan:
o Kaji tingkat intensitas nyeri (PQRST)
o Kaji pengetahuan dan penanganan nyeri
o Lakukan manajemen nyeri
o Kolaborasi pemberian obat analgetik
o Pantau perkembangan nyeri
TERIMAKASIH

Вам также может понравиться