Вы находитесь на странице: 1из 62

HUKUM PERSAINGAN USAHA

dan PROSEDUR BERACARA

oleh:
Anna Maria Tri Anggraini

Diskusi Hukum Persaingan Usaha


dengan JK & Partner Law Firm

Jakarta, 4 Januari 2017


POKOK BAHASAN 2

 Substansi Hukum Persaingan

 Komisi Pengawas Persaingan Usaha


(KPPU)

 Prosedur Beracara
SUBSTANSI UU NOMOR 5 TAHUN 1999 3

 Ketentuan Umum (Pasal 1)


 Asas dan Tujuan (Pasal 2 - Pasal 3)
 Perjanjian yang Dilarang (Pasal 4 - Pasal 16)
 Kegiatan yang Dilarang (Pasal 17 - Pasal 24)
 Posisi Dominan (Pasal 25 – Pasal 29)
 KPPU (Pasal 30 – Pasal 37)
 Tata Cara Penanganan Perkara (Pasal 38–46)
 Sanksi (Pasal 47 – Pasal 49)
 Ketentuan lain (Pasal 50 – Pasal 51)
 Ketentuan Peralihan (Pasal 52)
TUJUAN PENGATURAN 4

 Meningkatkan efisiensi ekonomi nasional, dalam


usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif, melalui


penerapan Undang-undang Anti Monopoli

 Menjamin kesempatan berusaha yang sama


bagi pelaku usaha besar, menengah, dan kecil

 Mencegah praktek monopoli dan atau


persaingan sehat yang ditimbulkan pelaku usaha
PERJANJIAN YANG DILARANG 5
(Pasal 4 sd 16 UU No. 5 Tahun 1999)

 Definisi Perjanjian (Pasal 1 angka 7)


 perbuatan
 satu atau lebih pelaku usaha
 mengikatkan diri terhadap satu atau lebih
pelaku usaha lain
 dengan nama apapun
 tertulis dan tidak tertulis
Perjanjian dalam 6
Hukum Persaingan

 Vertikal
 antara pelaku usaha di level berbeda
 c/o. Produsen  Distributor/Agen  Grosir  Retail
 Pasal-pasal 6, 8, 14, 15, 16 UU 5/1999

 Horisontal
 antara pelaku usaha di level yang sama (pesaing)
 Pasal-pasal 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 16 UU 5/1999
Macam-macam Perjanjian 7
Yang Dilarang
 Oligopoli (Pasal 4)
 Penetapan Harga (Pasal 5 – Pasal 8)
 Pembagian Wilayah (Pasal 9)
 Pemboikotan (Pasal 10)
 Kartel (Pasal 11)
 Trust (Pasal 12)
 Oligopsoni (Pasal 13)
 Integrasi Vertikal (Pasal 14)
 Perjanjian Tertutup (Pasal 15)
 Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri (Pasal 16)
MEKANISME PERJANJIAN 8
YANG DILARANG

 Substansi Perjanjjian:
> Perjanjian HARGA
> Perjanjian NON HARGA

 Dampak Perjanjian:
> konsumen  kerugian
> pesaing (pasar sejenis)
 entry barrier
 merugikan/mematikan
Penetapan Harga…

 Contoh kasus Penetapan Harga adalah kartel


SMS dalam Putusan KPPU No. 26/KPPU-L/2007

 Para operator seluler menetapkan harga per


SMS interval antara Rp. 250 – 350.

 Buktinya Tim Pemeriksa menemukan


beberapa perjanjian tertulis mengenai harga
SMS off-net yang ditetapkan oleh operator
sebagai satu kesatuan PKS Interkoneksi.
Putusan KPPU tentang
Penetapan Harga dan Kartel
 Putusan KPPU No. 10/KPPU-L/2005 – Kartel Garam
 Putusan KPPU No. 11/KPPU-I/2005 – Kartel Semen Gresik
 Putusan KPPU No. 26/KPPU-L/2007 – Kartel SMS
 Putusan KPPU No. 25/KPPU-I/2009 – Kartel Fuel
Surcharge
 Putusan KPPU No. 01/KPPU-I/2010 – Kartel Semen
 Putusan KPPU No. 17/KPPU-I/2010 – Kartel Farmasi
(Obat)
 Perkara Nomor 14/KPPU-I/2014 tentang Pelanggaran
Pasal 5 ayat (1) - Penjualan Liquefied Petroleum Gas
(LPG) di Wilayah Bandung dan Sumedang
Putusan KPPU tentang Penetapan 11
Harga dan Kartel

 Perkara Nomor 08/KPPU-I/2014 -Pelanggaran Pasal 5 ayat


(1) dan Pasal 11 Kartel dalam Industri Otomotif terkait
Kartel Ban Kendaraan Bermotor Roda Empat
 Perkara Nomor 10/KPPU-I/2015 Dugaan Pelanggaran Pasal
11 dan Pasal 19 huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat dalam Perdagangan Sapi Impor di
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi
(JABODETABEK)
 Perkara Nomor 02/KPPU-I/2016 tentang Dugaan
Pelanggaran Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 terkait Pengaturan Produksi Bibit Ayam Pedaging
(Broiler) di Indonesia
Perjanjian Non Harga – Integrasi Vertikal 12

 Putusan KPPU tentang Integrasi Vertikal Sistem


Reservasi Tiket Penerbangan
 Putusan KPPU Vertical Marketing System (VMS)
 Perkara Nomor 05/KPPU-I/2014 tentang Pelanggaran
Pasal 15 ayat (2) dan/atau Pasal 19 huruf a UU No. 5
Tahun 1999 yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk, PT Asuransi Jiwa Bringin
Sejahtera dan PT Heksa Eka Life Insurance
 Perkara Nomor 05/KPPU-I/2013 tentang Pelanggaran
Pasal 11, Pasal 19 huruf c dan pasal 24 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 terkait Importasi Bawang
Putih
Perjanjian Tertutup
(exclusive dealing, tying/bundling) 13
 Putusan KPPU tentang Perjanjian PGK (Program Geser
Kompetitor)
 Perkara Nomor 05/KPPU-I/2014 tentang Pelanggaran Pasal 15
ayat (2) dan/atau Pasal 19 huruf a Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat (“Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999”)
yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT
Asuransi Jiwa Bringin Sejahtera dan PT Heksa Eka Life Insurance
 Putusan KPPU Nomor 02/KPPU-I/2013 : Jasa Bongkar Muat di
Pelabuhan Teluk Bayur
 Perkara Nomor 12/KPPU-I/2014 tentang Dugaan Pelanggaran
Pasal 17 dan Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat dalam Sektor Pelabuhan tentang Kewajiban
Penggunaan Gantry Luffing Crane untuk Kegiatan Bongkar Muat
di Pelabuhan Tanjung Priok
KEGIATAN YANG DILARANG 14
(Pasal 17 – 24 UU 5 Tahun 1999)

 Monopoli (Pasal 17)


 Monopsoni (Pasal 18)
 Penguasaan Pasar (Pasal 19)
 Persekongkolan (Pasal 22- Pasal 24)

Catatan:
 Setiap KEGIATAN mengandung unsur
PERJANJIAN, dmk pula sebaliknya
 c/o Persekongkolan, Kartel, Integrasi Vertikal
Putusan KPPU tentang Monopsoni 15

 Perkara Nomor 21/KPPU-L/2015 telah


mengambil Putusan tentang Dugaan
Pelanggaran Pasal 18 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 terkait Perdagangan
Rumput Laut Produksi Sumba Timur, Nusa
Tenggara Timur
PERSEKONGKOLAN 16

 Tender (Pasal 22 UU 5/1999)


 Membuka rahasia perusahaan (Pasal 23)
 Menghambat pemasaran barang dan
/atau jasa (Pasal 24)
PERSEKONGKOLAN TENDER 17

 PASAL 22 UU NO. 5/1999:


Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain
untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat

Penjelasan Pasal 22 UU No. 5/1999:


Tender adalah tawaran mengajukan harga untuk
memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang
atau untuk menyediakan jasa
PERLUASAN ISTILAH TENDER 18

• Penjualan saham (barang tak berujud) – PT Indomobil


• Penjualan Kapal Tanker VLCC - PT Pertamina
• Lelang barang dalam kasus kepailitan
• Pemilihan partner membangun infrastruktur
• Kontes (beauty contest)
PERSEKONGKOLAN MEMBUKA 19
RAHASIA PERUSAHAAN

 PASAL 23:
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak
lain untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha
pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia
perusahaan, sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
 Kasus Dewa 19
PERSEKONGKOLAN MENGHAMBAT 20
PEMASARAN BARANG/JASA
 PASAL 24:
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain
untuk menghambat produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan
maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau
dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang dari
segi jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang
dipersyaratkan
 Perkara Nomor 05/KPPU-I/2013 tentang Persekongkolan
di Sektor Importasi Bawang Putih

ditimbun
Putusan KPPU tentang Penguasaan 21
Pasar, Penyalahgunaan Posisi
Monopoli/Dominan
 Perkara Nomor 14/KPPU-L/2015 tentang Pelanggaran
Pasal 19 huruf (a) dan (b) dan Pasal 25 ayat 1 huruf (a)
dan (c) UU Nomor 5 Tahun 1999 dalam Produk Minuman
Olahan Serbuk Berperisa Buah yang Mengandung Susu
dalam Kemasan Sachet
 Perkara Nomor 05/KPPU-I/2014 tentang Pelanggaran
Pasal 15 ayat (2) dan/atau Pasal 19 huruf a Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (“Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999”) yang dilakukan oleh PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Asuransi Jiwa
Bringin Sejahtera dan PT Heksa Eka Life Insurance
PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN
(Pasal 25 – 29 UU Nomor 5 Tahun 1999) 22

 Pasal 25
 adanya larangan tertentu (Pasal 25 ayat 1)
 adanya “batasan” pangsa pasar (50% dan 75%)
 merupakan persyaratan kumulatif

 Pasal 26
 adanya persyaratan tertentu: pasar geografik
dan pasar produk sejenis, penguasaan pangsa
pasar (tanpa menyebutkan besaran pangsanya)
 Larangan bersifat “Rule of Reason”
PENYALAHGUNAAN … 23

 Pasal 27: Kepemilikan Saham


 Pemilikan saham silang (cross ownership)
 “batasan” pangsa pasar tertentu
 dilarang secara “per se”

 Pasal 28 dan Pasal 29: P3 (Merger)


 Terdapat “dualisme” sistem pengawasan merger
 Pasal 28: Pre notification (sebelum merger)
 Pasal 29: Post Notification (setelah merger)
 Penetapannya dengan Peraturan Pemerintah (PP)
PENGGABUNGAN, PELEBURAN,
24
PENGAMBILALIHAN SAHAM (Merger)
DASAR PENGATURAN:
 PP NO. 57/2010: Penggabungan, Peleburan,
Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat
Mengakibatkan Praktek Monopoli dan PUTS
 Perkom 10/2010 : Formulir Pemberitahuan
 Perkom 11/2010 : Konsultasi
 Perkom 3/2012 : Pedoman Pelaksanaan
 Perkom 4/2012 : Pengenaan Denda
PASAR DAN PASAR BERSANGKUTAN 25

 PASAR (Pasal 1 angka 9):


lembaga ekonomi dimana para pembeli dan penjual baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan
traksaksi perdagangan barang dan atau jasa

 PASAR BERSANGKUTAN (Pasal 1 angka 10):


pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah
pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan
atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari
barang dan atau jasa tersebut.
PASAR BERSANGKUTAN 26

 PASAR PRODUK:
> mencari substitusi/produk pengganti (dekat)
> indikator: manfaat/kegunaan, harga, karakter atau ciri
produk, komposisi/kandungan, teknologi

 PASAR GEOGRAFIK:
> sejauh mana konsumen dan/atau produsen mampu
menjangkau dan/atau memasarkan produknya dengan
harga yang (relatif) sama/seimbang
> indikator: jarak, waktu tempuh/biaya, regulasi/tarif, dll
Apakah mereka bersaing?
Apakah Anda bersedia untuk
mencari ke lokasi lain?
PER SE ILLEGAL dan 30
RULE OF REASON
 Larangan mutlak  Larangan tidak mutlak
 Kata “dilarang”  Kata “Patut diduga” atau
Dilarang … dengan anak
 Tanpa anak kalimat
kalimat “dapat
“dapat
mengakibatkan”
mengakibatkan”
 Analisis ekonomi (pasar)
 Hanya membuktikan
 pasar produk dan
yang diminta UU, c/o
geografik
adanya perjanjian,
kegiatan, besarnya
pangsa pasar
PERJANJIAN DAN KEGIATAN YANG 31
DILARANG SECARA PER SE

1. Penetapan Harga (Pasal 5)


2. Penetapan Harga Diskriminatif (Pasal 6)
3. Boikot (Pasal 10)
4. Perjanjian Tertutup (Pasal 15)
5. Persekongkolan dalam Menghambat
Produksi
dan/atau Pemasaran Pesaing (Pasal 24)
6. Penyalahgunaan Posisi Dominan (Pasal 25)
7. Pemilikan Saham Mayoritas (Pasal 27)
JENIS PERJANJIAN YANG DILARANG 32
SECARA RULE OF REASON

1. Oligopoli (Pasal 4)
2. Penetapan Harga di bawah Harga Pasar (Pasal 7)
3. Penetapan Harga Vertikal (Pasal 8)
4. Pembagian Wilayah (Pasal 9)
5. Kartel (Pasal 11)
6. Trust (Pasal 12)
7. Oligopsoni (Pasal 13)
8. Integrasi Vertikal (Pasal 14)
9. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri (Pasal 16)
KPPU 33
(Pasal 30 sd 37 UU No. 5 Tahun 1999)

 Status
 Keanggotaan
 Tugas
 Wewenang
 Pembiayaan
TUGAS KPPU (Pasal 35) 34

a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian sebagaimana yang


diatur dalam pasal 4 s.d. 16;
b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau pelaku
usaha sebagaimana yang pasal 17 s.d. 24;
c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya
penyalahgunaan posisi dominan sebagaimana yang diatur
dalam pasal 25 s.d. 28;
d. Mengambil tindakan sesuai wewenang komisi sesuai dengan
pasal 36;
e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat;
f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan
Undang-undang ini;
g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi
kepada Presiden dan DPR.
KEWENANGAN KPPU (Pasal 36) 35

a. Menerima laporan tentang dugaan terjadinya praktek


monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
b. Melakukan penelitian terhadap kegiatan usaha atau
tindakan pelaku usaha;
c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan
terhadap kasus laporan maupun inisiatif;
d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan;
e. Memanggil pelaku usaha;
f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan
setiap orang yg dianggap mengetahui pelanggaran
terhadap Undang-undang ini;
KEWENANGAN… 36

g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan setiap orang


yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi;
h. Meminta keterangan dari instansi pemerintah;
i. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen,
dan atau alat bukti lain;
j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya
kerugian dipihak pelaku usaha lain atau masyarakat;
k. Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang
diduga melakukan praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat;
l. Menjatuhkan sanksi. Berupa tindakan administratif.
PENGECUALIAN – Pasal 50 37
Yang dikecualikan dari ketentuan undang-undang ini adalah:
a) perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; atau
b) perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi,
paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik
terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitan dengan
waralaba; atau
c) perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang tidak
mengekang dan atau menghalangi persaingan; atau
d) perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan untuk
memasok kembali barang dan atau jasa dengan harga yang lebih rendah
daripada harga yang telah diperjanjikan; atau
e) perjanjian kerjasama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan standar
hidup masyarakat luas; atau
f) perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik
Indonesia; atau
g) perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak
mengganggu kebutuhan dan atau pasokan pasar dalam negeri; atau
h) pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil; atau
i) kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani
anggotanya.
Pengecualian – Pasal 51 38

Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan


dengan produksi dan atau pemasaran barang dan atau
jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
diatur dengan undangundang dan diselenggarakan oleh
Badan Usaha Milik Negara dan atau badan atau
lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah.
39

HUKUM ACARA
PERSAINGAN USAHA
POKOK BAHASAN 40

 SUMBER HUKUM ACARA PERSAINGAN


 SUMBER MASUKNYA PERKARA DI KPPU
 PEMERIKSAAN PERKARA
 ALAT BUKTI
 SANKSI
 PUTUSAN
 KEBERATAN
 KASASI
 EKSEKUSI PUTUSAN
SUMBER HUKUM 41

 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek


Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
(Bab VII, Pasal 38 sd. Pasal 46)
 Peraturan Mahkamah Agung No. 3/2005
tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum
Keberatan terhadap Putusan KPPU
 Peraturan Komisi No. 1/2010 tentang Tata
Cara Penanganan Perkara
SUMBER PERKARA DI KPPU 42

 LAPORAN (L)- Pasal 38:


1. Setiap orang yang mengetahui terjadi pelanggaran
2. Pihak yang dirugikan atas adanya pelanggaran
3. Identitas Pelapor dirahasiakan

 INISIATIF (I)- Pasal 40:


- Sumber: Hasil kajian, berita di media, hasilpengawasan,
laporan yang tidak lengkap, hasil dengar
pendapat (hearing) dengan Komisi, temuan
dalam pemeriksaan, sumber lain yang dapat
dipertanggungjawabkan
(Pasal 15 ayat 2 Perkom 1/2010)
GELAR LAPORAN 43

 LENGKAP DAN JELAS:


1. Pelakunya
2. Pelanggarannya (perjanjian/kegiatan)
3. Alat bukti
4. Kerugian yang ditimbulkan (jika ada)
(Pasal 37 Perkom 1/2010)
 Persetujuan Komisi dalam Rapat Komisi
 Masuk tahap Pemeriksaan Pendahuluan
PEMERIKSAAN PERKARA 44

 TERBUKA UNTUK UMUM


 kecuali atas permintaan terlapor atau pelapor
dalam hal akan menyampaikan dokumen
rahasia
 PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
 PEMERIKSAAN LANJUTAN
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN 45

 Dasar hukum: Pasal 39 UU No. 5/1999


 Jangka waktu: 30 hari (kerja)
 Dihadiri (para) Terlapor dan Investigator, Majelis
(Komisi) sebagai hakim
 Pengajuan Laporan Dugaan Pelanggaran
(LDP), dan Tanggapan (Para) Terlapor
 identitas terlapor, saksi/ahli, dugaan pelanggaran, 2 alat bukti,
rekomendasi ke Pemeriksaan Pendahuluan
 Kewajiban menjaga kerahasiaan informasi 
rahasia perusahaan (kriteria?)
PEMERIKSAAN LANJUTAN 46

 Jangka Waktu: 60 hari, bisa diperpanjang 30 hari

 Memeriksa alat bukti

 Kewajiban menyerahkan alat bukti (Ps. 41 ayat 1)

 Larangan menolak diperiksa (Ps. 41 ayat 2)

 Pelanggaran atas penolakan diperiksa, akan


diserahkan kepada penyidik (Ps. 41 ayat 3) 
termasuk Pokok Perkara
ALAT BUKTI 47
(Pasal 42)

 Keterangan saksi
 Keterangan ahli
 Surat dan atau dokumen
 Petunjuk
 Keterangan pelaku usaha
BUKTI TIDAK LANGSUNG 48
(INDIRECT EVIDENCE)
LATAR BELAKANG:

 PERJANJIAN (Ps. 1 angka &): tertulis dan lisan


 Pembuktian perjanjian lisan (kartel dan
persekongkolan)
 Terbatasnya kewenangan KPPU (menyita dan
menggeledah)
 Dampak signifikan kartel terhadap ekonomi
 Ketidak-taatan pelaku usaha terhadap hukum
 Melibatkan penyidik (Polri)
 Best practice
BUKTI TIDAK LANGSUNG 49
(INDIRECT / CIRCUMSTANTIAL EVIDENCE)

 Bukti Ekonomi:

 Bukti Komunikasi
50
TATA CARA PENANGANAN PERKARA
51
TATA CARA PENANGANAN PERKARA

Sumber Perkara Penyelidikan Pemberkasan Pemeriksaan Upaya Hukum


LAPORAN
Buku Daftar
Penghentian Pemeri
Laporan ksaan
Perbaikan Laporan Tamba
han
Berhenti
Lapor Putusan Sela
Penelitian Laporan dengan permintaan ganti rugi
an
dikembalikan
Gelar
INISIATIF Penyeli Pember Putu MA
Lapor PP PL PN Kasasi
dikan kasan san
an
· Industri yang Menerima inkracht
menguasai hajat Berhenti
hidup orang
banyak Monitoring
· Industri strategis, Putusan Monitoring
yang penting bagi Daftar Putusan
Kajian
negera Penghenti
· Industri dengan Komisi
an
tingkat konsentrasi Penyelidik
tinggi
Pemerintah an
· Industri unggulan Saran &
&
nasional ataupun Pertimbangan
daerah Legislatif

· Kajian
· Berita Media
· Hasil
engawasan
· Laporan tidak
lengkap
· Dengar Penelitian
Pendapat
· Temuan
Pemeriksaan Pengawasan
· Sumber lain
yang dapat Buku Dalam
diiipertanggung Daftar Berhenti
jawabkan Pengawasan
TINDAKAN ADMINISTRATIF 52
(PASAL 47)
… dapat berupa:
a. Penetapan pembatalan perjanjian
b. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
integrasi vertikal
c. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat
d. Perintah pada pelaku usaha untuk menghentikan
penyalahgunaan posisi dominan
e. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau
peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham
f. Penetapan pembayaran ganti rugi
g. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1 M dan
setinggi-tingginya Rp 25 M
PIDANA POKOK 53
(Pasal 48)
 Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 4,9 sampai dengan
pasal 14, pasal 16 sampai dengan pasal 19,pasal 25, pasal
27 dan pasal 28 diancam pidana denda serendah-
rendahnya Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh lima milyar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp. 100.000.000.000,- (seratus
milyar rupiah) atau pidana kurungan pengganti denda
selama-lamanya 6 (enam) bulan.
 Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 5 sd pasal 8, pasal
15, pasal 20 s/d pasal 24 dan pasal 26 Undang-undang ini
diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp.
5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp.
25.000.000.000,-(dua puluh lima milyar rupiah) atau pidana
kurungan pengganti denda selama –lamanya 5 bulan
 Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 41 diancam pidana
denda serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar
rupiah) atau pidana kurungan pengganti denda selama-
lamanya 3 (tiga) bulan
PIDANA TAMBAHAN 54
(PASAL 49)
 Pencabutan izin usaha
 Larangan kpd pelaku usaha yg telah terbukti
melakukan pelanggaran untuk menduduki jabatan
direksi atau komisaris sekurang-kurangnya 2 th dan
selama-lamanya 5 th
 Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang
menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak lain.
PUTUSAN KPPU 55

 TERBUKA UNTUK UMUM

 DAPAT DIAJUKAN KEBERATAN

 PILIHAN PENGADILAN NEGERI


SKEMA UPAYA HUKUM KEBERATAN
56

PROSES KEBERATAN

Monitoring
Menerima Pelaksanaan Menerima
Pelaku usaha wajib Putusan Melaksanakan putusan
melaksanakan putusan KPPU secara sukarela atau
dalam waktu 30 hari sejak melalui eksekusi Pengadilan
pelaku uisaha menerima Negeri
pemberitahuan putusan dan
melaporkan pelaksanaannya
kepada Komisi

Pengadilan Mahkamah
Putusan Keberatan Putusan Kasasi Putusan
Negeri Agung
Keberatan dapat diajukan ke Kasasi dapat diajukan ke
Pengadilan Negeri selambat- Pengadilan Negeri harus Mahkamah Agung selambat- Mahkamah Agung harus
lambatnya 14 hari setelah memberikan putusan dalam lambatnya 14 hari memberikan putusan dalam
pemberitahuan putusan waktu 30 hari sejak waktu 30 hari sejak
dimulainya pemeriksaan permohonan kasasi diterima
KEBERATAN PUTUSAN KPPU 57

 Dalam waktu 30 hari sejak pemberitahuan


Putusan, pelaku usaha wajib melaksanakan
Putusan dan menyampaikan laporan kepada
Komisi.

 Pengajuan keberatan ke PN selambat-


lambatnya 14 hari, tidak mengajukan
dianggap menerima Putusan Komisi

 Putusan tidak dijalankan oleh pelaku usaha,


Komisi menyerahkan kepada penyidik.
KEBERATAN… PerMA 3/2005 58

PASAL 1:
 UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN KPPU
 KPPU
 PEMERIKSAAN TAMBAHAN

PASAL 2
 HANYA DIAJUKAN OLEH PELAKU USAHA TERLAPOR
 KEBERATAN ATAS PUTUSAN KPPU HANYA DIPERIKSA DAN DIPUTUS OLEH
MAJELIS HAKIM
 KPPU MERUPAKAN PIHAK

PASAL 3:
 PUTUSAN KPPU BUKAN KEPUTUSAN TUN
PEMERIKSAAN KEBERATAN 59

 PN memeriksa keberatan pelaku usaha


dalam waktu 14 hari sejak diterimanya
keberatan
 PN harus memberi putusan dalam waktu 30
hari sejak dimulainya pemeriksaan keberatan
 Pihak yang keberatan terhadap Putusan PN
dalam waktu 14 hari dapat mengajukan
kasasi ke Mahkamah Agung
 Mahkamah Agung harus memberi Putusan
dalam waktu 30 hari sejak permohonan
kasasi diterima
PEMERIKSAAN TAMBAHAN 60
(PASAL 6 PERMA 3/2005)

 Dalam hal Majelis Hakim berpendapat perlu pemeriksaan


tambahan, maka melalui putusan sela memerintakan
kepada KPPU untuk dilakukan pemeriksaan tambahan.
 Perintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat
hal-hal yang harus diperiksa dengan alasan-alasan yang
jelas dan jangka waktu pemeriksaan tambahan yang
diperlukan;
 Dalam hal perkara dikembalikan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), sisa waktu pemeriksaan keberatan
ditangguhkan;
 Dengan memperhitungkan sisa waktu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3), sidang lanjutan pemeriksaan
keberatan harus sudah dimulai selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari setelah KPPU menyerahkan berkas pemeriksaan
tambahan.
EKSEKUSI PUTUSAN 61
(PASAL 46 UU 5/1999)

 Apabila tidqak terdapat keberatan, putusan


Komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
43 ayat (3) telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap.

 Putusan Komisi sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) dimintakan penetapan
eksekusi kepada Pengadilan Negeri.
62

Вам также может понравиться