Вы находитесь на странице: 1из 35

KEBENARAN ILMU DAN

DIMENSI KAJIAN FILSAFAT ILMU


OLEH :
HIJRIATI (NIM : 8186176007)
ADVENTA SINTA MARITO (NIM : 8186176009)

PENDIDIKAN FISIKA KELAS B 2018


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
Batasan masalah
• Pengertian Kejelasan dan Kebenaran
• Pengertian Kebenaran Ilmu
• Teori-teori kebenaran
Defenisi Kebenaran
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam
kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang
menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat
manusiawi atau martabat kemanusiaan (human
dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu
kebenaran (Syafi’i ; 86).
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran

rasio seperti para pengalaman atau secara


rasionalis empiris

(Wibisono: 90)
BAHAN MATERI

KEJELASAN

KEBENARAN

Teori Kebenaran
KEBENARAN ILMU Korespondensi

Teori Kebenaran
TEORI Koherensi
KEBENARAN
Teori Kebenaran
Pragmatis

Teori Kebenaran
Performatif
Kejelasan
Ilmu pengetahuan merupakan hasil kegiatan
mengetahui dan berpikir yang jelas dan benar.
Dengan kegiatan ilmiah, kita berharap memperoleh
pengetahuan yang jelas.

Kejelasan yang diharapkan adalah kejelasan


hubungan antara satu hal dengan hal lainnya,
hubungan antara hal yang dijelaskan/diterangkan
dengan hal yang menjelaskan /menerangkan.
Kejelasan
Contoh kejelasan :
Kita dapat memperoleh pengetahuan dengan pengamatan
inderawi bahwa:
1. Bunga mawar berbau wangi (penciuman)
2. Burung berkicau dengan merdu (pendengaran)
3. Lampu bersinar terang (penglihatan).

Lewat langkah-langkah penalaran yang logis dan jelas, kita


juga dapat memperoleh penjelasan adanya hubungan antara
satu hal dengan hal lainnya yang sepertinya tidak ada
hubungan
Contoh : Air hujan yang turun dari langit ternyata berasal dari
laut; makanan yang enak ternyata dapat menyebabkan
penyakit
KEBENARAN

Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan


dan objeknya. Artinya pengetahuan itu harus yang
dengan aspek objek yang diketahui . jika pengetahuan
benar adalah pengetahuan objektif. Sedangkan yang
dimaksud kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang
sesuai dengan fakta dan mengandung isi pengetahuan
(Lorens:90)
KEBENARAN ILMU

Kebenaran Ilmu. Yaitu kebenaran yang sifatnya


positif karena mengacu pada fakta-fakta empiris, serta
memungkinkan semua orang untuk mengujinya
dengan metode tertentu dengan hasil yang sama atau
paling tidak relatif sama
Kebenaran Ilmu
Bila dilihat dari gradasi berfikir kebenaran dapat dikelompokan
kedalam empat gradasi berfikir yaitu :
• Kebenaran Biasa. Yaitu kebenaran yang dasarnya adalah
common sense atau akal sehat. Kebenaran ini biasanya
mengacu pada pengalaman individual tidak tertata dan
sporadis sehingga cenderung sangat subjektif sesuai dengan
variasi pengalaman yang dialaminya. Namun demikian
seseorang bisa menganggapnya sebagai kebenaran apabila
telah dirasakan manfaat praktisnya bagi kehidupan
individu/orang tersebut.

• Kebenaran Ilmu. Yaitu kebenaran yang sifatnya positif karena


mengacu pada fakta-fakta empiris, serta memungkinkan
semua orang untuk mengujinya dengan metode tertentu
dengan hasil yang sama atau paling tidak relatif sama.
• Kebenaran Filsafat. Kebenaran model ini sifatnya
spekulatif, mengingat sulit/tidak mungkin dibuktikan
secara empiris, namun bila metode berfikirnya
difahami maka seseorang akan mengakui
kebenarannya. Satu hal yang sulit adalah bagaimana
setiap orang dapat mempercayainya, karena cara
berfikir dilingkungan filsafatpun sangat bervariasi.

• Kebenaran Agama. Yaitu kebenaran yang didasarkan


kepada informasi yang datangnya dari Tuhan melalui
utusannya, kebenaran ini sifatnya dogmatis, artinya
ketika tidak ada kefahaman atas sesuatu hal yang
berkaitan dengan agama, maka orang tersebut tetap
harus mempercayainya sebagai suatu kebenaran.
Macam Teori Kebenaran
1. Teori Korespondensi Tentang Kebenaran (The
Correspondence Theory of Truth)

2. Teori Koherensi Tentang Kebenaran (The


Coherence Theory of Truth)

3. Teori Pragmatis Tentang Kebenaran (The Pragmatic


Theory of Truth)

(Sonny Keraf:73)
Teori Korespondensi Tentang Kebenaran (The
Correspondence Theory of Truth)
Ujian kebenaran yang dinamakan teori
korespondensi adalah paling diterima secara
luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini,
kebenaran adalah kesetiaan kepada realita
obyektif (fidelity to objective reality).
Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan “kota Yogyakarta terletak di pulau
Jawa” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan itu dengan obyek yang
bersifat faktual, yakni kota Yogyakarta memang benar-benar berada di pulau Jawa.
Sekiranya orang lain yang mengatakan bahwa “kota Yogyakarta berada di pulau
Sumatra”
Teori Korespondensi Tentang Kebenaran (The
Correspondence Theory of Truth)
Dengan demikian ada lima unsur yang perlu
yaitu :
• Statemaent (pernyataan)·
• Persesuaian (agreemant)·
• Situasi (situation)·
• Kenyataan (realitas)·
• Putusan (judgements)·
2. Teori Kebenaran Konsistensi /Koherensi (teori
keteguhan)
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap
benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataan-pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar.

Misalnya, bila kita menganggap bahwa “semua


manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan
yang benar, maka pernyataan bahwa “si Hasan
seorang manusia dan si Hasan pasti akan mati” adalah
benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten
dengan pernyataan yang pertama.
3. Teori Pragmatis Tentang Kebenaran (The
Pragmatic Theory of Truth)
Pragmatisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan
perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat
secara praktis. Pegangan pragmatis adalah logika
pengamatan dimana kebenaran itu membawa
manfaat bagi hidup praktis dalam kehidupan
manusia.
3. Teori Pragmatis Tentang Kebenaran (The
Pragmatic Theory of Truth)
Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak
kebenarannya tergantung pada manfaat dan akibatnya. Akibat/ hasil
yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :
1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan
2. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen
3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis
(ada).

Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti


dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau
sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada
berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk
kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional
dalam kehidupan praktis.
ONTOLOGI

DIMENSI KAJIAN
EPISTEMOLOGI
FILSAFAT ILMU

AKSIOLOGI
ONTOLOGI
Ontologi merupakan salah satu kajian
kefilsafatan yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Studi tersebut membahas
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Tokoh Yunani yang memiliki pandangan
yang bersifat ontologis yang terkenal
diantaranya Thales, Plato, dan Aristoteles.
Pada masanya, kebanyakan orang belum
mampu membedakan antara penampakan
dengan kenyataan.
PENGERTIAN ONTOLOGI
Secara Bahasa :
ONTOLOGI

ON / ONTOS LOGOS
Artinya : Artinya :
Being atau Ada Logic atau Ilmu

The theory of being qua being


(teori tentang keberadaan sebagai keberadaan), atau
Ilmu tentang yang ada.

Secara Istilah : Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada,
yang merupakan ultimate reality yang berbentuk jasmani / kongkret maupun
rohani / abstrak (Bakhtiar, 2004).
Term Ontologi
Term Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh
Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M untuk
menamai teori tentang hakikat yang ada yang
bersifat metafisis. Dalam perkembangan
selanjutnya Christian Wolf (1679 – 1754 M)
membagi Metafisika menjadi 2 yaitu :
Metafisika

Metafisika Umum
cabang filsafat yang membicarakan Metafisika Khusus
prinsip yang paling dasar atau paling Kosmologi, Psikologi, Teologi
dalam dari segala sesuatu yang ada

(Bakker, 1992)
Monoisme

Agnotitisme Dualisme
Paham–
paham
dalam
Ontologi

Nihilisme Pluralisme

(Bagus, 1996).
1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh
kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua, baik yang asal
berupa materi ataupun rohani. Paham ini kemudian terbagi kedalam
2 aliran :
1). Materialisme
Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber yang asal
itu adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh
Bapak Filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Dia berpendapat bahwa
sumber asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan.
2). Idealisme
Idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam
jiwa. Idelisme sebagai lawan materialisme, dinamakan juga
spiritualisme. Idealisme berarti serbacita, spiritualisme berarti serba
ruh.
Aliran idealisme beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang
beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis
dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati
ruang.
2. Dualisme
• Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri
dari 2 macam hakikat sebagai asal sumbernya
yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani,
benda dan ruh, jasad dan spirit.
• Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-
1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat
modern. Ia menamakan kedua hakikat itu
dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan
dunia ruang (kebendaan).
3. Pluralisme
• Paham ini berpandangan bahwa segenap
macam bentuk merupakan kenyataan. Lebih
jauh lagi paham ini menyatakan bahwa
kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur.
• Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah
Anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan
bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan
terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan
udara.
4. Nihilisme
• Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti
nothing atau tidak ada. Doktrin tentang nihilisme
sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, tokohnya
yaitu Gorgias (483-360 SM) yang memberikan 3
proposisi tentang realitas yaitu: Pertama, tidak ada
sesuatupun yang eksis, Kedua, bila sesuatu itu ada ia
tidak dapat diketahui, Ketiga, sekalipun realitas itu
dapat kita ketahui ia tidak akan dapat kita
beritahukan kepada orang lain. Tokoh modern aliran
ini diantaranya: Ivan Turgeniev (1862 M) dari Rusia
dan Friedrich Nietzsche (1844-1900 M), ia dilahirkan
di Rocken di Prusia dari keluarga pendeta.
5. Agnotisisme
• Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk
mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi
maupun ruhani. Kata Agnoticisme berasal dari bahasa
Greek yaitu Agnostos yang berarti unknown A artinya
not Gno artinya know. Aliran ini dapat kita temui
dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya
seperti: Soren Kierkegaar (1813-1855 M), yang
terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat
Eksistensialisme dan Martin Heidegger (1889-1976 M)
seorang filosof Jerman, serta Jean Paul Sartre (1905-
1980 M), seorang filosof dan sastrawan Prancis yang
atheis
Epistemologi
Masalah epistemologi bersangkutan
dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
pengetahuan. Dalam pembahasan filsafat,
epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari
filsafat. Epistemologi adalah teori
pengetahuan, yaitu membahas tentang
bagaimana cara mendapatkan pengetahuan
dari objek yang ingin dipikirkan.
PENGERTIAN EPISTEMOLOGI
Secara Bahasa :
EPISTEMOLOGI

EPISTEME LOGOS
Artinya : Artinya :
Pengetahuan Logic atau Ilmu

Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal


mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan
(William S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Jujun
S.Suriasumantri, 2005).
Objek dan Tujuan Epistemologi
Objek epistemologi ini menurut Jujun
S.Suriasumatri berupa “segenap proses yang terlibat
dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.”
Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang
menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus
berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab
sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang
harus dilalui dalam mewujudkan tujuan.
Tujuan epistemologi menurut Jacques Martain
mengatakan: “Tujuan epistemologi bukanlah hal yang
utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat
tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang
memungkinkan saya dapat tahu”.
Hubungan Epistemologi, Metode dan
Metodologi
Urutan-urutan secara struktural-teoritis antara
epistemologi, metodologi dan metode sebagai berikut:
Dari epistemologi, dilanjutkan dengan merinci pada
metodologi, yang biasanya terfokus pada metode atau
tehnik. Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari
filsafat, maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan
dari filsafat. Filsafat mencakup bahasan epistemologi,
epistemologi mencakup bahasan metodologis, dan dari
metodologi itulah akhirnya diperoleh metode. Jadi,
metode merupakan perwujudan dari metodologi,
sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek
yang tercakup dalam epistemologi. Adapun
epistemologi merupakan bagian dari filsafat.
Hakikat dan Pengaruh Epistemologi
Epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan
gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir
secara empiris.
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap
peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu
dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi
mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan
ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari
masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi
pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu—suatu kesatuan yang
merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu—
dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai
mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains
dan teknologi.
PENGERTIAN AKSIOLOGI
Secara Bahasa :
AKSIOLOGI

AXIOS LOGOS
Artinya : Artinya :
Layak, Pantas Logic atau Ilmu

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai.


Jujun S.Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Penilaian Aksiologi

Sosio political life


yaitu kehidupan
Esthetic Expression social politik yang
Bidang ini melahirkan akan melahirkan
Moral Conduct keindahan. Estetika filsafat sosiopolitik.
berkaitan dengan nilai Manfaat dari ilmu
Bidang ini
tentang pengalaman adalah sudah tidak
melahirkan disiplin
keindahan yang dimiliki oleh terhitung
khusus yakni etika.
manusia terhadap banyaknya manfaat
lingkungan dan fenomena dari ilmu bagi
disekelilingnya. manusia dan
makhluk hidup
secara keseluruhan.
(Jalaluddin dan
Abdullah,1997)
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Saefuddin, et.al. 1991. Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi. Bandung: Mizan, hal. 35.
Amin Abdullah. 2006.Pendekatan Integratif- Interkonektif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Amsal, Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Asy’ari, H. M dkk. 1992.Filsafat. Yogyakarta: RSFI.
Azra, Azyumardi. 1993. Tradisionalisme Nasr: Eksposisi dan Refleksi. Ulumul Qur”an, no. 4, vol. IV.
Bagus Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bakhtiar , Amsal. 2006. Filsafat Ilmu. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Bakker, Anton.1992. Ontologi Metafisika Umum. Yogyakarta: Pustaka Kanisius
• D.W. Hamlyn. History of Epistemology. in Pauld Edwards, editor in chief, The Encyclopedia of Philosophy, vol. 3 (New York and
London, Macmillan Publishing Co., 1972) hal. 8-38.

• Gruber, T. 2008.Ontology. Springer-Verlag. ISBN 978-0-387-49616-0.

• Hadi, P. Hardono. 1994. Epistemologi: Filsafat Pengetahuan.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

• Honer, Stanley M. dan Hunt, Thomas C. 1987. Metode dalam Mencari
• Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Gramedia,
Jalaluddin dan Abdullah Idi. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Jujun S. Suriasumantri. 2005 Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Sinar Harapan.
M. Arifin. 1991. Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 6.
Maritain, Jacques. 1959. The Degrees of Knowledge. New York: Scribner Pengetahuan:Rasionalisme, Empirisme, dan Metode
Keilmuan, dalam Jujun S.Suryasumantri [penerjemah].
Peter R. Senn, Struktur Ilmu, dikutip dari buku Social Science and its Methods (Holbrook, 1971), hal, 9-35.

Вам также может понравиться