Вы находитесь на странице: 1из 44

LAPORAN KASUS

ANESTESI UMUM PADA CHOLELITHIASIS

DI SUSUN OLEH :
Fazry Dermawan
Zahrah El Faradisa
Devi Junia
Raudah
Rika Ristanti
Salmira Amalia

P EM BIM BING :
D R . TU M BU R , S PA N
ANESTESI
ANESTESI

Definisi

• Pembiusan berasal dari bahasa • Secara umum adalah suatu


Yunani, an "tidak, tanpa“ aesthētos tindakan menghilangkan rasa sakit
"persepsi, kemampuan untuk ketika melakukan pembedahan dan
merasa berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
TRIAS ANESTESI

Hipnotik
Analgetik

Relaksan
ANESTESI UMUM
• Anestesi umum atau general anesthesia merupakan suatu keadaan dimana hilangnya kesadaran
disertai dengan hilangnya perasaan sakit di seluruh tubuh akibat pemberian obat-obatan anestesi
dan bersifat reversible. Anestesi umum dapat diberikan secara intravena, inhalasi dan
intramuskular.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan : Kekurangan :

- Mengurangi kesadaran dan ingatan -Membutuhkan peningkatan

pasien intraoperatif kompleksitas perawatan dan biaya

- Memungkinkan relaksasi otot yang yang terkait

tepat untuk waktu yang lama -Membutuhkan beberapa tingkat

- Memfasilitasi kontrol lengkap jalan persiapan pasien pra operasi

nafas, pernafasan, dan sirkulasi -Dapat menyebabkan fluktuasi

- Dapat diberikan tanpa memindahkan fisiologis yang memerlukan intervensi

pasien dari posisi terlentang aktif


EFEK SAMPING ANESTESI

1) Tidak berespons terhadap rangsangan yang menyakitkan

2) Tidak dapat mengingat apa yang terjadi (amnesia)

3) Depresi atau tidak mampu mempertahankan produksi jalan napas yang

memadai hingga ketidakmampuan melakukan ventilasi spontan akibat kelumpuhan otot

4) Depresi kardiovaskular sehingga cenderung bradikardi dan hipotensi.


PERSIAPAN PRE ANESTESI

• ANAMNESA
• PEMERIKSAAN FISIK & LABORATORIK.
Masalah anestesi
Masalah pembedahan
Masalah penyakit Utama penyerta
• TINDAKAN DAN PENCEGAHAN PENYULIT.
• TEKHNIK & OBAT ANESTESI.
PENGELOLAAN ANASTESI
1
• PERSIAPAN PRA ANESTESI.

2
• PELAKSANAAN ANESTESI.

3
• PERAWATAN PASCA ANESTESI.
KLASIFIKASI STATUS FISIK UNTUK MENILAI KEBUGARAN
FISIK SESEORANG (ASA)

• Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang akan
ASA 1 dioperasi

• Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain
ASA 2 penyakit yang akan di operasi

• Pasien memiliki kelainan sistemik yang berat selain penyakit yang akan di operasi,
ASA 3 tetapi belum mengancam jiwa

• Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain penyakit
ASA 4 yang akan di operasi

• Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin saja
ASA 5 dapat menyelamatkan tapi resiko kematian tetap jauh lebih besar.

• Pasien yang telah dinyatakan telah mati batang otaknya yang mana organnya akan
ASA 6 diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan
PELAKSANAAN ANASTESI
 PREMEDIKASI
 INDUKSI
 RUMATAN ANESTESI
PREMEDIKASI
Premedikasi adalah tahap pertama anestesi umum.
Pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi. Tujuan
dari premedikasi adalah meredakan kecemasan dan
ketakutan pasien karena Sebagian besar pasien tidak ingin
ada ingatan saat memasuki ruang operasi.
PREMEDIKASI
 SEDASI
 ANALGESIA
 ANTIEMETIK

OBAT-OBAT PREMEDIKASI
• Sedativa
-Benzodiazepines
diazepam , midazolam
• Antiemetika
Dehydrobenzperidol (DHBP).
• Analgetik
Narkotik morphine , pethidine, fentanyl
PERSIAPAN INDUKSI ANASTESI

T
S A I
T Tape
Scope S
Tube Airway Introducer C
(Plaster Suctio
(Stetosko (Sungkup (Stilet atau Connector
(Endotrach muka,Pipa atau forceps n
p,Laringo
eal Tube) orofaring) Hypafix Magill)
skop)
)
MONITORING PERIANESTESIA

A.NADI

B. TEKANAN
1. KARDIOVASKULAR DARAH
C. BANYAKNYA
PERDARAHAN
2.RESPIRASI

3. SUHU TUBUH

4. MONITORING GINJAL
PERAWATAN PASCA ANASTESI
• Pemantauan sistem pernafasan dan kardiovaskular
• Pemantauan suhu tubuh
• Nyeri pasca bedah
• Antisipasi penyulit pasca bedah (edema laring, laringospasme, aspirasi)
• Kebutuhan cairan
CHOLELITHIASIS
Batu empedu atau cholelithiasis
adalah timbunan kristal di dalam
kandung empedu atau di dalam
saluran empedu atau kedua-duanya.
Batu kandung empedu merupakan
gabungan beberapa unsur dari
cairan empedu yang mengendap
dan membentuk suatu material
mirip batu di dalam kandung
empedu atau saluran empedu
ETIOLOGI
Faktor resiko yang berkaitan dengan timbulnya
batu empedu adalah
obesitas,
 multiparitas,
 pertambahan usia, dan
 makanan yang mengandung kalori rendah.
KLASIFIKASI
Klasifikasi batu empedu menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya,
batu empedu digolongkan atas 3 golongan yaitu:
1. Batu kolesterol
2. Batu pigmen empedu
3. Batu campuran
MANIFESTASI KLINIS

Rasa nyeri dan kolik


bilier

Defisiensi
Ikterus
vitamin

Perubahan warna
urine dan feses.
DIAGNOSA
1.Anamnesa
2.Pemeriksaan fisik
3.Pemeriksaan penunjang
Diagnosis secara lebih pasti yaitu dengan
melakukan pemeriksaan USG yang merupakan
pilihan pertama dan sangat sensitif (>95%)
untuk mendiagnosa. Bisa juga dengan rontgen
yang dapat melihat adanya batu.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama Ny.W
Umur 66 tahun
Jenis kelamin Perempuan

Agama Islam
Status Janda
Tinggi / Berat badan 150 cm / 55 kg
No. RM 01.08.44.36
Alamat Jl. Flamboyan No.237
MRS 25 April 2019
Tanggal Operasi 26 April 2019
ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)

Keluhan utama : Nyeri perut kanan atas


Riwayat penyakit sekarang :Sudah dialami os ±2 bulan lalu. Os mengaku ± 4 bulan yang lalu sudah
menjalani endoskopi dan dokter mengatakan iritasi lambung. Kemudian 2 bulan setelahnya os mengeluhkan
nyeri perut kanan atas.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat dirawat : disangkal
Hipertensi : ( + )  Amlodipin 5 mg, valsartan 160 mg
Keadaan Pra Bedah
(Follow Up Anestesi 25 April 2019)

• Airway : Clear

B1
• Frekuensi pernafasan : 17 x/i
• Suara pernafasan :Vesikuler
• Suara tambahan : (-)
• Riwayat asma/sesak/batuk/alergi: -/-/-/-

• Akral : Hangat
• Tekanan darah : 140/70 mmHg

B2 •


Frekuensi nadi
T/V
Temperatur
: 82 x/i
: Cukup
: 36,6oC
• Konj.palp inferior pucat/hiperemis/ikterik :-/-/-
• Sensorium :Compos mentis
• GCS : 15

B3
• RC : +/+
• Pupil : ɵ 3 mm, bentuk bulat, isokor
• Reflek fisiologis : +/+
• Reflek patologis : -/-
• Riwayat kejang/ muntah proyektil/ nyeri kepala/
pandangan kabur : -/ -/ -/ -

B4
• Urine :+
• Volume : Cukup
• Warna : Kuning
• Kateter :-
• Abdomen : Soepel(+), distensi (-), nyeri tekan
Hypocondrium dextra (+),

B5 • Peristaltic
• Mual/Muntah
• BAB/Flatus
: (+) N
: -/-
: +/+
• NGT :-

B6
• Fraktur :-
• Luka bakar :-
• Oedem :-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
13 April 2019

HEMATOLOGI HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

Hemoglobin 12,40 Gr/dl 12-14 gr/dl

Leukosit 4.440 /ul 4.000-10.000

Hematokrit 36,2 % 36-45

Eritrosit 4,32 106/ul 4,5-5,10

Trombosit 282.000 /ul 150.000-450.000

APTT - detik 20,8- 28,2

PT - detik 9,0-12,2

INR - detik 1-1,3


KIMIA DARAH ( 13 April 2019)

SGOT 37.00 U/L 0,00- 40,00

SGPT 30.00 mg/dl 0,00-40,00

Albumin 4,00 mg/dl 3,60-5,00


Total Bilirubin 1,45 mg/dl 0-1,20
Direct Bilirubin 0,37 mg/dl 0,05-0,30

Ureum 11,00 mg/dl 10,00-50,00


Creatinin 0,95 mg/dl 0,60-1,20

ELEKTROLIT

Natrium (Na+) 141,20 Mmol/L 136-155

Kalium(Ka+) 3,33 Mmol/L 3,50-5,50

Klorida (Cl-) 107,60 Mmol/L 95-103


Pemeriksaan Penunjang :

FOTO THORAX : Tidak tampak kelainan radiologis pada cor dan pulmo
(13/04/2019)

EKG : sinus rhytim

USG : Penebalan dinding dan Cholelithiasis multiple kandung empedu dd Cholesistitis (08
April 2019)
DIAGNOSIS KERJA :
Cholelithiasis

PENGGOLONGAN STATUS FISIK PASIEN MENURUT ASA :


ASA II dengan Hipertensi Terkontrol

RENCANA TINDAKAN :
Cholesistectomi

RENCANA ANESTESI :
GA – ETT (General Anestesi Endotraceal Tube)
PERSIAPAN OPERASI
Sebelum Operasi (25 April 2019)
1. Pasien di konsultasikan ke spesialis anestesi dari bagian Bedah Digestif untuk menilai kondisi fisik pasien,
apakah pasien dalam kondisi fisik yang layak untuk dilakukan tindakan operasi.
2. Setelah mendapatkan persetujuan dari spesialis anestesi, pasien di periksa 1 hari sebelum operasi
(kunjungan pre-operatif), hasil dari kunjungan pre-operatif ini telah dijabarkan sebelumnya.

Diruang perawatan ( 25 April 2019)


1. Informed consent
2. Surat persetujuan operasi :
3. Pasien dipuasakan sejak pukul 00.00 WIB tanggal 26 April 2019
4. Pengosongan kandung kemih pada pagi harinya pada pukul 06.00 WIB.
5. Pembersihan wajah dan kuku, gigi palsu dilepaskan
Di Ruang OK (26 April 2019)

1. Identifikasi Pasien
2. Memakai pakaian operasi yang telah disediakan di ruang persiapan.
3. Pemeriksaan fisik pasien di ruang persiapan : TD=150/80 mmHg, nadi 90x/menit,
suhu=36.80C, RR = 18x/menit
4. Pendataan kembali identitas pasien di ruang operasi. Anamnesa singkat kepada
keluarga yang meliputi BB, umur, riwayat penyakit, riwayat alergi, riwayat
kebiasaan, dan lainnya.
5. Pasien masuk kamar operasi dan dibaringkan di meja operasi kemudian
dilakukan pemasangan EKG, manset, infus, dan oksimeter.
6. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
PERSIAPAN ALAT
Face mask adult
Laringoskop
Pack
Stetoskop
Forcep Magill
ETT no. 7,5
Mesin anestesi
Guedel (Oropharyngeal airway)
EKG monitor
Plester/Tape : Hypafix
Sfigmomanometer digital
Mandrin
Oksimeter/saturasi
bougie
Infuse set
Suction
Infuse set dan cairan infus – Ringer Laktat
Ambu bag
Abocath no.18 G
Spuit 3 cc, 5 cc dan 10 cc
Plester
Gel lubricating
Alcohol
Sarung tangan
Tourniquet
Midazolam 5 mg/5cc
Dosis : 0,05-0,1 mg/kgBB 2,75-5,5 mg Anti emetic
-
Pemberian : 5 mg selama op :
Premedikasi
. :
Fentanyl 100 µg/2cc
Dosis : 2-5 µg/kgBB 110 - 275 µg Antifibrinolitik
-
Pemberian : 300 µg :

Propofol 200 mg/20cc


Induksi
Dosis : 1.5-2,5 mg/kgBB 82.5 – 137,5 mg Anti emetic
: Ondansetron 4 mg/12 jam
. Pemberian : 150 mg post op :

Relaksan Roculax 50 mg Analgetik post


Ketorolac 30 mg/8 jam
Dosis : 0,6-1,2 mg/kgBB 33 – 66 mg op :
.
: Pemberian : 50 mg

Maintenance
(rumatan) Isoflurane 1% N2O, O2
.
: Obat * Sulfas Atropin dosis 0,25 mg-5 mg IV
Steroid emergency: * Epinephrine dosis 1 mg atau 0.02 mg/kg
- larutan 1:10.000
:
JAM
(WIB)
09.40 * Pasien dari ruang tunggu masuk ke ruang operasi
* Pindahkan pasien ke meja operasi dengan posisi supinasi
* Memasang monitor EKG dan oksimeter pulse
* Mengukur tekanan darah, nadi, saturasi prainduksi (TD: 150/80 mmHg, Nadi : 90x/m, SPO2 : 99%)
* Pemberian obat analgetik fentanyl 100 mcg iv, midazolam 5 mg iv (premedikasi), dexamethasone 5 mg
TD: 130/80 mmHg, Nadi : 89x/m, SPO2 : 99%.

09.45 * Induksi dengan propofol 150 mg iv.


* Memastikan pasien sudah tidak sadar dengan cara memeriksa refleks bulu mata, kemudian diberikan muscle
relaksan yaitu Roculax 50 mg iv.
* Dilakukan preoksigenasi dengan sungkup muka menggunakan O2 sebanyak 6 liter/menit, kalau perlu nafas
dibantu dengan menekan balon nafas secara periodik ± 3 menit.
* Setelah relaksasi pasien diintubasi dengan ETT no.7,5 cuff (+), pack (+), guedel (-), untuk memastikan ETT
terpasang dengan benar dengarkan suara nafas dengan stetoskop bahwa paru kanan dan kiri sama dan
dinding dada kanan dan kiri bergerak simetris pada setiap inspirasi buatan. Setelah berhasil fiksasi dengan
hipafix.
TD: 130/78 mmHg, Nadi : 70x/m, SPO2 : 99%.
09.50 * Tutup mata kanan dan kiri pasien dengan plester.
* ETT dihubungkan dengan konektor ke sirkuit nafas alat anestesi, kemudian N2O
dibuka 2 liter/menit dan O2 2 liter/menit kemudian isofluran dibuka 1%.
* Nafas pasien dikendalikan dengan respirator. Inspirasi 400 ml dengan frekuensi 14
kali per menit. (Bila menggunakan respirator setiap inspirasi (volume tidal)
diusahakan kurang lebih 6-8 ml/kg BB dengan frekuensi 12-20x/menit).
* Perhatikan apakah gerakan nafas pasien simetris antara yang kanan dan kiri.
TD: 114/72 mmHg, Nadi : 76x/m, SPO2 : 99%

09.55 * Operasi dimulai


TD: 100/70 mmHg, Nadi : 70x/m, SPO2 : 99%.

10.05  Pemberian obat analgetik ketorolac 30 mg iv dan ondansentron 4 mg iv


TD: 110/80 mmHg, Nadi : 80x/m, SPO2 : 99%.
10.20 TD: 120/90 mmHg, Nadi : 90x/m, SPO2 : 99%.
10.35 TD : 150/105 mmHg, nadi : 89 x/menit SPO2 : 98%
10.40 TD : 152/100 mmHg, nadi : 89 x/menit SPO2 : 98%
11.10 TD : 130/92 mmhg, Nadi : 94 x/menit SPO2 : 98%
* Operasi selesai
* Pemberian SA 0,5 mg dan Neostigmin 0,5 mg
* Pemberian obat anastesi dihentikan, pemberian O2 dipertahankan
* TD 130/80 mmHg, Nadi 95x/menit, SPO2 99%, ETT dan guedel dicabut
setelah pasien dapat dibangunkan. Lendir dikeluarkan dengan suction lalu
pasien diberi oksigen murni selama 5 menit.
Setelah semua peralatan dilepaskan (EKG, manset tensimeter, oksimeter)
pasien dibawa ke ruang Recovery Room.
Monitoring perdarahan
Perdarahan
Kassa basah : 10 x 10 cc = 100 cc
Kassa ½ basah : 0 x 5cc = 0 cc
Suction : 100 cc
Total : 200 cc
Infus RL o/t regio dorsum manus sinistra

KETERANGAN TAMBAHAN
EBV : 65 x 55 kg = 3575 cc
EBL : 10% = 357,5 cc
20% = 715 cc
30% = 1072,5 cc
INSTRUKSI PASCA BEDAH :

• Bed rest,
• O2 2 L/i via nasal kanul
• Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam
• Injeksi Ondansentron 4 mg/12 jam
• Antibiotik dan terapi lain sesuai TS Bedah
• Pantau vital sign per 15 menit selama 2 jam.
TEORI KASUS

Pertimbangan anesthesia-analgesia yang akan diberikan kepada pasien yang akan Pasien perempuan 66 tahun dengan diagnosa

menjalani pembedahan, memperhatikan berbagai faktor, yaitu: Chlelithiasis akan dilakukan tindakan Cholesistectomy

1. Umur  pada pasien bayi dan anak adalah anestesi umum karena pasien ini kurang dengan rencana GA-ETT (General Anestesi Endo

kooperatif Tracheal Tube)

2. Jenis kelamin Faktor emosional dan rasa malu yang lebih dominan pada pasien wanita

merupakan faktor pendukung pilihan anesthesia umum.

3. Jenis operasi :

 Lokasi

 Posisi

 Manipulasi: operasi laparatomy dengan manipulasi intraabdominal yang luas dengan

segala resiko, membutuhkan relaksasi lapangan operasi optimal, harus dilakukan dengan

anestesi umum dengan fasilitias intubasi endotrakeal

 Durasi  jika operasi membutuhkan waktu yang sangat lama membutuhkan anesthesia

umum

Kontra indikasi: Berhubungan dengan efek farmakologi obat yang digunakan


Komplikasi Intubasi Pada pasien ini tidak dijumpai komplikasi dari
1. Hipoksia tindakan anestesi umum
2. Trauma
3. Aktivitas Refleks

Komplikasi anestesi
1. Depresi SSP
Depresi pusat nafas.

Klasifikasi yang digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang berasal dari The Pasien ini digolongkan dalam ASA 2 karena
American Society of Anesthesiologists (ASA). Klasifikasi sebagai berikut : terdapat gangguan sistemik ringan berupa hipertensi
ASA 1 : pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia terkontrol
ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik ringan dan sedang
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas
rutin terbatas
ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik berat yang tak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakit merupakan
ancaman kehidupannya setiap saat
ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dangan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam
Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E.
KESIMPULAN
• 1. Pasien Perempuan usia 66 tahun, berat badan 55 kg, status fisik ASA II, diagnosis Cholelithiasis

yang akan dilakukan tindakan Cholesistectomy.

2. Pasien dengan JMH 3 jari, Mallapati I, buka mulut 3 jari serta gerakan leher bebas.

3. Pasien dilakukan tindakan anastesi umum GA-ETT

• 4. Selama operasi keadaan pasien stabil. Observasi dilanjutkan pada pasien post operasi ruang

ICU, dimana dilakukan pemantauan tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, respirasi dan

saturasi oksigen. Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan anastesi berlangsung

dengan baik meskipun ada hal-hal yang perlu diperhatikan.


THANK YOU!!!

Вам также может понравиться