Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBIMBING
dr. Ade Sofian, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
Januari 2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Steven Johnson
Sindrom
kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan
pada kulit vesikulobulosa, mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum berat
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama ` : An.I.A.
No. RM : 107175
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2 tahun
Alamat : Langkahan
Suku : Aceh
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Belum sekolah
Tgl MRS : 23-12-2018
Tgl Pemeriksaan : 26-12-2018
Identitas Orang Tua
Riwayat Imunisasi
Pasien mendapat imunisasi tetapi tidak lengkap
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pemeriksaan Fisik
115 kali /
GCS: 25 kali / 38,5° C
E4M6V5 menit
menit Axilla
reguler
Status gizi
BB : 10 kg
TB : 83 cm
Z Score :
BB/TB: -1 SD (gizi normal)
BB/U : (0) - (-2) SD
TB/U : -2 SD
MATA
KEPALA : Normochephali Konjungtiva palp.
Inferior hiperemis (+/+),
edema palpebra (+/+)
LEHER : Pembesaran
KGB (-) THORAX
I : normochest, simetris (+)/(+), retraksi
dinding dada (-)
A : Vh (+/+), Wh (-/-), Ronkhi (-/-)
P: stem fremitus kiri = kanan, nyeri tekan (-).
P: sonor (+/+)
ABDOMEN
Soepel (+), Distensi (-),
nyeri tekan (-) COR
Perkusi timpani (+) I: ictus cordis tidak terlihat
P: ictus cordis tidak teraba
Auskultasi: BJ I > BJ II, bising (-)
EXTREMITAS INFERIOR
Edema (-/-)
Genitourinaria
Mukosa glans penis: erosi
hiperemis membasah di seluruh
permukaan glans
Status lokalis kulit:
Bula (+), vesikel (-)
Mukosa labium oris superior et inferior:
krusta tebal kehitaman, menutupi
beberapa permukaan bibir, darah (-),
sangat nyeri sampai sulit membuka mulut.
Pemeriksaan Penunjang
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, ibu pasien juga
menyangkal adanya riwayat alergi pada anaknya. Riwayat dirawat dengan
penyakit yang sama disangkal. Riwayat penyakit yang sama pada ayah,
ibu dan saudara kandung disangkal. Pasien tidak mendapatkan imunisasi
dasar lengkap.
Resume
Pemeriksaan fisik yang didapat pada pasien keadaan umum tampak
sakit sedang dengan kesadaran composmentis. Tanda vital sign
didapatkan frekuensi HR: 115 x/menit, RR: 25 x/menit dan T: 38,5ºC.
Pada pasien tersebut ditemukanbula pada seluruh tubuh dan pada
mukosa labium oris superior et inferior: krusta tebal kehitaman,
menutupi beberapa permukaan bibir, darah (-), sangat nyeri sampai sulit
membuka mulut.
Dari hasil pemeriksaan darah lengkap ditemukan eritosit dan trombosit
yang normal. Kadar kadar haemoglobin menurun yaitu 7,7gr/dl,
leukosit pasien menurun yaitu sebesar 2,87 ribu/mm. Pemeriksaan tubex
didapatkan negatif. Pemeriksaan dengue ICT didapatkan dengue IgG
dan dengue IgM negatif.
Diagnosis Kerja
Steven-Johnson Syndrome (SJS)
Tatalaksana
• IVFD 2:1 10 gtt/i mikro
• Cefotaxim 300mg/12j IV skin test
• Dexametason 1/ 2 amp/ 8jam
• Paracetamol syr 12 cc/8jam
• Cetirin syr 2 x cth1
• Fucilex zalf 2x1
• Rencana Raber dengan Kulit
Pemeriksaan Penunjang yang direncanakan
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan tubex
Dengue ICT
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanacionam : dubia ad bonam
Follow Follow Follow Follow
Up Up Up Up
Selasa S: kulit melepuh (+) di wajah dan leher, bentol- IVFD 2:1 10 gtt/i
25/12/2018 bentol di kaki (+), demam (+), bibir luka (+), Iv cefotaxime 300mg/12j
mata sulit di buka (+), bengkak (+), makan (-) 3 Iv dexamethason ½ amp/8j
Drip PCT 12cc/8j
hari, minum (+) sedikit.
Po cetirizin 2 x cth 1
Fucilex zalf 2x1
O : HR : 88 x/i Kandistatin drop
RR : 20x/ Advice konsul spDV:
T : 36,4 C Mometason cream 2x1 (pada lesi)
A : SJS Kenalog oral base oint 2x1 (pada mukosa
bibir)
Follow Follow Follow Follow
Up Up Up Up
Lesi kulit tersebar secara simetris pada wajah, badan dan bagian
proksimal ekstremitas, berupa makula eritematosa atau purpurik,
dapat pula dijumpai lesi target.Dengan bertambahnya waktu, lesi
kulit meluas dan berkembang menjadi nekrotik.
• Kortikosteroid
• Jika keadaan umum pasien baik dan lesi tidak menyeluruh cukup
diobati dengan prednison 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan
umumnya buruk dan lesi menyeluruh harus diobati dengan segera.
Dapat diberikan deksametason secara intravena dengan dosis
permulaan 4-6 x 5 mg sehari. Setelah masa kritis telah teratasi,
dosisnya dapat diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg,
setelah dosis mencapai 5 mg sehari lalu diganti dengan tablet
kortikosteroid, yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg
sehari; sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian
obat tersebut dihentikan. Jadi lama pengobatan kira-kira 10 hari.
•
• Imunoglobulin Intravena
• Penggunaan imunoglobulin intravena didasarkan dari adanya kematian
sel yang dimediasi oleh Fas. Agen ini digunakan untuk meningkatkan
kondisi klinis pasien serta memperbaiki aspek imunologis pasien dengan
menurunkan produksi autoantibodi dan menghilangkan kompleks imun
yang terlibat.
•
• Siklosporin A
• Siklosporin merupakan agen imunosupresif yang berhubungan dengen
efek biologik yang berguna untuk terapi SSJ dengan mengaktifkan T
helper 2, menghambat mekanisme CD8+ sitotoksik dan bersifat anti
apoptosis. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat
mengkonfirmasi keuntungan dan adanya efek samping yang dapat
terjadi.
•
PROGNOSIS
• Pada anamnesis juga didapatkan pasien mengalami demam sebelum masuk rumah sakit. Hal
ini sesuai dengan sumber kepustakaan yang menyebutkan bahwa sindroma prodromal non
spesifik ditemukan berupa meningkatnya suhu tubuh, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan,
nyeri dada, mialgia sehingga penderita datang berobat.
• Pada pemeriksaan dijumpai adanya makula hiperpigmentasi pada wajah, lengan, badan dan
tungkai,. Pada beberapa tempat ditemukan kulit yang dijumpai krusta kehitaman pada wajah
dan bibir, mukosa mulut erosi. Pada mata dijumpai konjungtiva hiperemis, edema palpebra.
Hal ini sesuai dengan sumber pustaka yang menunjukkan bahwa pada SSJ terlihat trias
kelainan berupa kelainan kulit, kelainan selaput lendir di orifisium dan kelainan mata yang
sebelumnya didahului oleh sindroma prodromal non spesifik.
• Pilihan terapi untuk sindrom Stevens-Johnson diuraikan sebagai berikut.
Glukokortikoid merupakan obat sistemik yang telah lama dipakai.. Dapat juga
digunakan Deksametason intravena dengan dosis inisial 4-6 x 5 mg sehari atau
jika kondisi pasien baik dan lesi tidak menyeluruh, dapat diberikan prednisone
30-40 mg sehari. Biasanya setelah beberapa hari (sekitar 2-3 hari) masa kritis
telah teratasi, keadaan telah membaik, dan tidak timbul lesi baru, serta lesi lama
telah mengalami involusi, dosis obat setiap hari dapat diturunkan (tapering off).
Immunoglobulin intravena (IVIG) dapat memblok progresi dari SJS. Pada kasus
ini dipilih pengobatan dengan methyl prednisolon.
• Antibiotik/terapi antimikroba perlu dipertimbangkan karena resiko infeksi
sekunder. Kultur bakteri dan jamur harus diambil setiap 2-3 kali seminggu dari
kulit, mukosa yang erosi, darah atau sputum. Pada kasus ini diberikan injeksi
Cefotaxim 300mg/12j intravena, dan fucilex cream 2 dd ue.
• Untuk mengurangi efek samping kortikosteroid diberi diet rendah garam, tinggi
protein tinggi kalori karena kortikosteroid bersifat katabolik. Pasien sindrom
Stevens-Johnson mengalami kesakitan saat makan atau minum karena terdapat
erosi di mulut, maka pemberian nutrisi intravena perlu dipertimbangkan. Pasien
ini telah diberi diet susu 1000 kkal+ susu pediasure.