Вы находитесь на странице: 1из 33

Liturgi mengubah kehidupan (?

)
Merayakan 20 tahun Bulan Katekese Liturgi

Renungan Bulan Maria dan


Bulan Katekese Liturgi

Komisi Liturgi
Keuskupan Agung Semarang
2019
Hari ke-1
Merenungkan
Merayakan 20 tahun Bulan Katekese Liturgi

Amanat para Bapa Konsili Vatikan II bahwa para


gembala jiwa mesti dengan tekaun dan sabar
mengusahakan pembinaan liturgi kaum beriman dan
keikutsertaan mereka secara aktif, baik lahir maupun
batin, sesuai dengan umur, situasi, corak hidup dan
taraf perkembangan religius mereka (SC 19).
bagaimana umat dapat berjumpa, berinteraksi dan
terutama berdoa bersama dalam persekutuan. Sehingga
satu sifat dasar Gereja sebagai ekklesia (bhs Yunani),
yang berarti rapat, sidang, pertemuan. Sungguh
dirasakan
Hari ke-2
Merenungkan
Perjumpaan dengan Tuhan mengubah hidupku

Liturgi tidaklah otomatis mengubah hidup. Liturgi itu


baik dan kudus, sebab merayakan misteri karya
keselamatan Allah bagi kita. Akan tetapi perayaan
liturgi ini mengubah atau tidak, sangatlah
bergantung pada jenis masing-masing orang:
mendengarkan, merenungkan dan kemudian
melaksanakan, atau tidak? (lih. Mrk 4:1-20), Tuhan
Yesus menyampaikan perumpamaan tentang benih yang
ditabur ke macam-macam jenis tanah
Hari Ke-3
Merenungkan
Ketidakterpisahan antara Liturgi dan Kehidupan
Sehari-hari
Liturgi merupakan puncak yang dituju oleh kegiatan Gereja dan sumber
kekuatan untuk kehidupan (SC 10).
Artinya semua kegiatan Gereja pada akhirnya mengarah pada perayaan
liturgi, dalam perayaan liturgi kita diutus untuk kembali pada
kehidupan sehari-hari. dan mendapatkan kekuatan untuk menjalani
tugas dan tanggung jawab di tengah keluarga dan masyarakat.
Perayaan liturgi menuntut sikap hidup yang sesuai dan nyata,
perayaan dan perwujudan iman tidak terpisahkan namun saling
menguatkan dan meneguhkan. Maka tidaklah tepat apabila setelah
mengikuti kegiatan liturgi di gereja atau lingkungan kita bertingkah
laku menurut keinginan diri kita saja, yang kita rayakan adalah iman
akan Yesus Kristus .
Hari ke-4
Merenungkan
Simbol-Simbol dalam Perayaan Liturgi

Pentingnya memahami simbol-simbol yang ada dalam perayaan


liturgi. perayaan liturgi kita selalu dipenuhi dengan simbol-simbol
yang begitu kaya. Ini bukan pertama-tama soal aturan mengapa kita
memakai warna yang berbeda beda (putih, ,merah, hijau ungu) selain
warna ada juga benda-benda yang bermakna simbolis. terdiri dari
benda-benda alamiah (air, abu, dupa, api, anggur, roti dan minyak)
dan benda buatan ( piala, sibori, salib, tabernakel, meja altar dan
mimbar), Ada pula Gerakan gerakan dalam perayaan liturgi yang
bermakna simbolik mis : berdiri, menunduk, berlutut, menyembah.
Maka alangkah baiknya kita memahami symbol-simbol yang ada
sehingga kita semakin menghayati perayaan liturgi kita
Hari ke-5
Peran Musik dalam Liturgi

Musik dan nyanyian dalam liturgi membawa perayaan


lebih agung, meriah serta membawa umat beriman
sampai pada suasana liturgi surgawi (MS 5). Gereja
tidak menolak jenis musik ibadat yang beragam.
Namun jenis musik tersebut harus sesuai dengan jiwa
perayaan liturgi, selaras dengan hakekat liturgi dan
tidak menghalangi partisipasi aktif umat beriman (MS
9). Seluruh umat diajak untuk ikut serta menyanyikan
lagu-lagu dalam perayaan. Nyanyian selama perayaan
liturgi bukan hanya milik kelompok koor saja atau
bahkan seorang penyanyi. Seluruh umat yang hadir
adalah yang memuji Allah lewat lagu-lagu tersebut.
Hari ke-6
Perayaan Liturgi menjadi Tanggung Jawab seluruh Umat

Liturgi selalu merupakan perayaan iman seluruh umat dan bukan hanya milik
pribadi maupun kelompok tertentu. Liturgi merupakan perayaan bersama.
“Bunda Gereja sangat menginginkan, supaya semua orang beriman dibimbing ke
arah keikutsertaan yang sepenuhnya, sadar dan aktif dalam perayaan-perayaan
liturgi” (SC 14) Umat juga tahu dan mengerti makna simbol yang digunakan
dalam liturgi. Kalau orang itu tahu akan apa yang dibuat, tentu ia akan lebih bisa
menghayati dan menikmatinya. Sementara kata “aktif’ menunjukkan
keterlibatan yang penuh dari umat beriman dalam perayaan liturgi.
Perlu selalu disadari bahwa
(1) liturgi bukanlah tindakan perseorangan melainkan tindakan bersama,
(2) liturgi menuntut dari hakikatnya partisipasi atau keterlibatan seluruh umat
untuk secara sadar dan aktif dan
(3) liturgi merangkum keterlibatan hati dan pengalaman hidup konkret umat
secara penuh dan bukan sekadar suatu upacara yang menekankan rutinitas
dan kewajiban.
Hari ke-7
Mempersiapkan Perayaan Liturgi dan Buah-Buahnya
(Spiritualitas Liturgi)

Agar perayaan liturgi berdayaguna dan berbuah dalam hidup


sehari-hari. Ada tiga hal yang dapat kita pelajari
1). Kita perlu mempersiapkan hati kita dengan baik misalnya
dengan datang lebih awal. Jika kita memiliki waktu untuk
hening terlebih dahulu dan berdoa pribadi, kita akan dapat
menghayati perayaan.
2). Para pelayan atau petugas liturgi perlu mempersiapkan
diri dan tugas-tugasnya dengan baik.
3). Tata perayaan liturginya sendiri juga harus dipersiapkan.
Jika ketiga hal tersebut dipersiapkan dengan baik, perayaan
liturgi akan bermakna dan hidup sehari-haripun akan
dijiwai olehnya
Hari ke-8
Ekaristi sebagai Puncak dan Pusat seluruh Liturgi

Ekaristi merupakan perayaan syukur atas karunia Allah khususnya


atas karya penyelamatan Allah melalui sengsara, wafat dan
kebangkitan Kristus dalam Roh Kudus. Selain Ekaristi, tentu saja ada
banyak cara untuk bersyukur misalnya berdoa pribadi, menghadiri
ibadat lingkungan, membaca Kitab Suci, merayakan sakramen-
sakramen dan sakramentali. Diantara aneka cara bersyukur tersebut,
Perayaan Ekaristi merupakan puncak dan sumber hidup orang
beriman (bdk. LG 11). Terutama melalui Ekaristi terlaksanalah “karya
penebusan kita” (SC 2). Maka dapat dikatakan bahwa Ekaristi
merupakan perwujudan tertinggi liturgi (bdk. SC 41). Ekaristi
menjadi sumber rahmat menuju pengudusan manusia dan pemuliaan
Allah (SC 10).
Perayaan Ekaristi tidak bisa digantikan dengan cara misalnya doa
Rosaria atau membaca Kitab Suci
Hari ke-9
Kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi

”Datang terlambat, pulang duluan, kehilangan berkat


Tuhan” Mengikuti Perayaan Ekaristi berbeda dengan wisata
kuliner di mana konsumen dapat datang dan pergi seenaknya.
Kita perlu menyadari kehadiran Kristus dalam keseluruhan
Perayaan Ekaristi bahkan mulai dari sebelum Perayaan Ekaristi
sampai dengan berkat dan pengutusan. Itulah sebabnya kita
perlu datang sebelum perayaan dimulai agar dapat
mempersiapkan diri dengan baik. Kita pun perlu menerima
berkat pada akhir Perayaan Ekaristi agar kita mampu
mengemban tugas perutusan dalam tugas sehari-hari
Hari ke-10
Perwujudan Iman dan Perayaan Iman
Keterlibatan aktif di tengah masyarakat merupakan
perwujudan dari kesadaran diri sebagai warga masyarakat
untuk membangun persaudaraan sejati. Apa yang diimani
terwujud secara nyata antara lain dalam keterlibatan aktif di
tengah masyarakat. Iman yang sama tidak hanya kita
wujudkan dalam hidup sehari-hari namun juga kita rayakan
dalam berbagai tindakan liturgi, terlebih dalam perayaan
Ekaristi.
Mana yang lebih penting antara perwujudan iman atau
perayaan iman? Keduanya sama-sama penting dan perlu kita
kembangkan. Perayaan iman ini memerlukan keterlibatan
dari semua umat misalnya sebagai prodiakon, lektor,
petugas koor dan misdinar
Hari ke-11
Struktur Pokok Perayaan Ekaristi dan Keutuhannya
Perayaan Ekaristi kita terdiri dari empat bagian pokok
Ritus Pembuka adalah perarakan masuk para petugas, tanda salib,
salam, pengantar, tobat, kyrie atau Tuhan kasihanilah kami, gloria atau
kemuliaan dan doa pembuka.
Liturgi Sabda adalah bacaan pertama, mazmur tanggapan, bacaan
kedua, bait pengantar Injil atau alleluya, Injil, homili, syahadat dan doa
umat.
Liturgi Ekaristi adalah persiapan serta perarakan persembahan, doa
persiapan persembahan, Doa Syukur Agung (DSA), Bapa Kami,
embolisme, doa damai, pemecahan roti yang diiringi Agnus Dei atau
Anak Domba Allah, undangan untuk menyambut komuni, komuni dan
doa setelah komuni. Prefasi yang dilanjutkan dengan Sanctus atau
Kudus merupakan bagian dari DSA.
Ritus Penutup adalah pengumuman, berkat, pengutusan
Hari ke-12
Doa dan Devosi Pribadi dalam Perayaan Ekaristi
“Upacara-upacara Liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan
perayaan Gereja sebagai sakramen kesatuan, yakni Umat kudus yang
berhimpun dan diatur di bawah para Uskup.” (SC. 26).
 Perayakan Ekaristi merupakan perayaan bersama seluruh Gereja
dengan membawa berbagai ujud kebutuhan pribadi dan syukur atas
berkat Tuhan. Perlu diingat bahwa untuk itu, selayaknya kita ikut
ambil bagian dalam perayaan tersebut dan tidak malah sebaliknya
asyik dengan diri sendiri. Antara lain kita ikut bernyanyi, menjawab
aklamasi-aklamasi, mendengarkan sabda Tuhan, ikut hening dan
menyatukan hati saat imam membacakan Doa Syukur Agund serta
doa-doa lainnya.
 Para imam beranggung jawab mendorong umat untuk terus-menerus
terlibat dan berpartisipasi aktif dalam Ekaristi. Tim Liturgi paroki pun
hendaknya mempersiapkan teks Ekaristi dengan baik. Contohnya
adalah memilih nyanyian dan aklamasi yang dikenal umat atau
melatihnya terlebih dahulu apabila masih baru.
Hari ke-13
Ekaristi: Tinggal dalam Kristus dan Berbuah
 “Ekaristi: Tinggal dalam Kristus dan Berbuah” menjadi tema besar dalam
Kongres Ekaristi Keuskupan II di Keuskupan Agung Semarang. Kita diingatkan
bahwa pada saat perayaan Ekaristi kita tinggal bersama dengan Tuhan. Seluruh
bagian dalam perayaan Ekaristi menjadi saat yang istimewa yaitu saat bersama
dengan Tuhan.
 Perayaan Ekaristi mempertemukan kita dengan Tuhan melalui Kristus. Ia
tampak nyata dan kita sambut komuni. kita bisa merasakan pengalaman yang
mendalam atas kehadiran Tuhan. Namun banyak faktor yang kadang
membuat kita kurang merasakan kehadiran Tuhan. Kita lebih sibuk
memikirkan persoalan di rumah atau kita merasa capek dan mengantuk.
Suasana yang gaduh saat perayaan dan petugas yang kurang siap dapat juga
mengganggu kita dalam merasakan dan menyambut Tuhan yang hadir.
 Kehadiran dan kebersamaan dengan Tuhan selama perayaan Ekaristi kita bawa
dan kita wartakan dalam hidup di keluarga dan masyarakat. Dengan
penghayati dan persiapan yang baik, perayaan Ekaristi dapat membekali kita
untuk tetap bersama dengan Tuhan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab selanjutnya.
Hari ke-14
Makna dan Nilai Perayaan Ekaristi
Ekaristi menampilkan keagungan, belaskasih dan kerahiman Allah. Paus
Benediktus XVI mengajarkan bahwa kasih terhadap Ekaristi mengantar kita ke
penghargaan yang semakin besar terhadap sakramen rekonsiliasi (Sacramentum
Caritatis no. 20).
Bagi penerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit, Ekaristi menjadi bekal
suci karena si sakit boleh ambil bagian dalam karunia hidup abadi. Maka
sangat bagus apabila penerimaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit dapat
dirayakan dalam perayaan Ekaristi. Atau sekurang-kurangnya orang yang
menerima sakramen minyak suci menerima komuniviaticum atau bekal suci.
Terkait dengan Sakramen Imamat, Ekaristi adalah alasan adanya (raison
d’être) dari imamat (Paus Yohanes Paulus II). Tahbisan imam itu ada karena
dan demi Ekaristi! Sakramen Imamat ini ditetapkan Tuhan Yesus bersamaan
dengan Ekaristi pada saat perjamuan malam terakhir. Kristus ingin tinggal dan
menyertai umat-Nya.Untuk mereka Dia menumpahkan darah-Nya.
Bagi pasangan suami-istri dalam Sakaramen Perkawinan, Ekaristi adalah
sakramen Sang Pengantin yaitu Kristus dan Sang Mempelai yaitu Gereja
(Paus Yohanes Paulus II). Paus Benediktus XVI mengajarkan: “Secara tanpa batas
Ekaristi menguatkan kesatuan dan kasih yang tak terpisahkan dalam setiap
perkawinan Kristen” (Sacramentum Caritatis no. 27).
Hari ke-15
Liturgi Sakramen, Liturgi Harian dan Sakramentali
 Pemberkatan sepeda motor, mobil, sawah, ternak, bibit pohon dan
seterusnya termasuk sakramentali. Sakramentali tidak termasuk liturgi.
Maka tidak pas jika menyebut ibadat tersebut dengan liturgi pemberkatan
sepeda motor. Yang termasuk liturgi ialah perayaan sakramen-
sakramen, yang jumlahnya tujuh itu, dan ibadat harian yang dalam
bahasa Latinnya ialah liturgia horarum. Ada sakramentali yang telah
masuk ke bagian liturgi, seperti pengurapan dengan minyak krisma pada
tahbisan imamat (baik tahbisan imam maupun uskup). Tetapi umumnya
sakramentali dapat diadakan di luar liturgi ataupun di luar Misa Kudus.
 Perayaan sakramen, ibadat harian ataupun sakramentali semuanya
berhubungan dengan Misteri Paskah seperti diajarkan pada Konstitusi
Liturgi artikel 61: “berkat liturgi sakramen-sakramen dan sakramentali bagi
kaum beriman yang hatinya sungguh siap, hampir setiap peristiwa hidup
dikuduskan dengan rahmat ilahi yang mengalir dari Misteri Paskah:
sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus”. Misteri Paskah menjadi pusat
seluruh perayaan sakramen-sakramen,
Hari ke-16
Sakramen-Sakramen Inisiasi
Kata inisiasi berasal dari bahasa Latin initiatio(kata benda) dan inire atau initiare
(kakat kerja) yang berarti masuk atau bergabung. Maka inisiasi berarti masuk
atau memasukkan seseorang ke dalam suatu kelompok dan sekaligus ada pihak
atau kelompok yang menerimanya..
 Yang termasuk dalam sakramen-sakramen inisiasi dalam Gereja adalah
Sakramen Baptis, Sakramen Ekaristi dan Sakramen Krisma.
 Sakramen Baptis adalah sakramen inisiasi pertama yang diterimakan.
mempunyai dua makna yakni:
1) diikutsertakan dalam kebangkitan Kristus dan diangkat menjadi putra-putri
Allah;
2) menjadi anggota Gereja yang adalah keluarga Allah yang tampak di dunia.
 Sakramen Ekaristi, seseorang mengambil bagian secara penuh di dalam Tubuh
Kristus. Ia disatukan dengan Kristus dan jemaat yang lain.
 Sakramen Krisma,seorang dianggap dewasa dalam iman dan siap bersaksi.
Dengan menerima sakramen-sakramen inisiasi secara lengkap, seseorang
bergabung secara penuh di dalam Gereja.Iapun siap untuk mewartakan
Injil Tuhan dalam kehidupan di tengah masyarakat.
Hari ke-17
Sakramen Pengurapan Orang Sakit

 Aspek “menguatkan” dalam sakramen Pengurapan Orang


Sakit dapat semakin ditampakkan dengan kehadiran
orang-orang (keluarga atau umat lingkungan) pada saat
penerimaan sakramen tersebut. memberi peneguhan pada
yang sakit dan bukannya menakut-nakuti dengan
penjelasan yang keliru mengenai sakramen ini.
 Sakramen pengurapan orang sakit dipahami sebagai
sakramen yang mempersatukan orang yang sakit itu
dengan seluruh peristiwa hidup Yesus Kristus, terutama
dalam wafat dan kebangkitan-Nya (Lumen Gentium art.
11). Orang yang menderita sakit diajak untuk
menggabungkan diri dengan derita Kristus. Dengan
demikian, ia tidak menjadi putus
Hari ke-18
Sakramen Tobat : Wujud Kemurahan Hati Allah
 Dalam Sakramen Tobat, kita mengalami kemuliaan Tuhan.
Melalui sesal dan tobat, kita menjadi siap untuk menerima
rahmat penebusan Tuhan sendiri.
 Rahmat Sakramen Tobat mendamaikan manusia dengan Allah,
sesama dan alam semesta.
 Seorang imam disumpah untuk menjaga kerahasiaan dosa-dosa
umat dalam Sakramen Tobat. Kitab Hukum Kanonik (KHK) no.
1388 §1 menyatakan dengan tegas: “Bapa pengakuan (imam),
yang secara langsung membocorkan rahasia sakramen, terkena
ekskomunikasi yang bersifat otomatis (latae sententiae) yang
direservasi bagi Tahta Apostolik”. Artinya, imam itu akan
diekskomunikasi (dikeluarkan) secara langsung dari Gereja
Katolik, termasuk dicabut imamatnya.
Hari ke-19
Hidup Sosial Gereja:
Sakramen Imamat dan Sakramen Perkawinan
 Sakramen imamat berkaitan dengan hidup sosial Gereja yaitu fungsi
kepemimpinan dalam Gereja. Dengan menerima tahbisan, seorang imam
mengemban tugas antara lain sebagai pemimpin dalam Gereja. Tugas
kepemimpinan ini tentu saja berkaitan langsung dengan kerjasama dan koordinasi
umat beriman sehingga imam dan seluruh umat bersama-sama dapat
melaksanakan tugas perutusan untuk mewartakan Injil. Sebagai pemimpin, gaya
kepemimpinan imam tentu saja akan diperhatikan oleh umat yang dilayani. Tidak
ada pemimpin yang sempurna. Demikian juga dengan para imam. Maka tidak
tepat sikap umat yang memilih-milih imam dan bahkan sampai meninggalkan
gereja jika bukan imam favoritnya yang memimpin
 Selain sakramen imamat, ada sakramen lain yang juga berkaitan dengan hidup
sosial Gereja yaitu sakramen perkawinan. Dengan menerima sakramen
perkawinan, seorang pria dan seorang wanita hidup sebagai suami dan istri di
tengah masyarakat. Hidup mereka sebagai suami istri diteguhkan oleh Gereja dan
mereka diutus sebagai saksi di tempat kerja maupun di tempat di mana mereka
tinggal. Merekapun menjalankan tugas kepemimpinan yaitu di tengah
masyarakat.
Hari ke-20
Ibadat Harian
 Ibadat Sore adalah salah satu dari Ibadat Harian yang dikenal dengan
sebutan doa brevir. Dalam bahasa latin, Ibadat Harian disebut liturgia
horarum.
 Ibadat harian terdiri dari Ibadat Bacaan, Ibadat Pagi (Laudes),
Ibadat Siang, Ibadat Sore (Vesper) dan Ibadat Penutup
(Completorium).
 Ibadat harian sebenarnya tidak hanya didoakan untuk para imam,
biarawan dan biarawati, melainkan menjadi kekayaan Gereja bagi
seluruh umat beriman. Semua umat beriman juga diajak untuk turut
serta mendoakan Ibadat Harian.
 Ibadat Harian merupakan doa resmi Gereja. Yang mengingatkan kita
akan karya penebusan Tuhan . Waktu yang kita miliki akan disucikan
dengan pujian kepada Allah (Bdk. Konstitusi Liturgi artikel 84).
 Dengan Ibadat Harian, setiap orang diajak untuk menyadari bahwa
hidupnya diserahkan pada bimbingan dan perlindungan Allah
sepanjang hari.
Hari ke-21
Sakramentali

Tindakan memberi berkat berupa tanda salib di dahi anak tidaklah


termasuk dalam liturgi Gereja. Berkat semacam ini termasuk dalam
sakramentali yang tidak semua pelayannya adalah imam. Dalam hal ini,
memberikan berkat berupa tanda salib pada dahi anak juga boleh
diberikan oleh orang tua. Pada saat misa memang imam yang
memberkati anak-anak agar anak-anak terbiasa untuk pergi ke gereja
dan merindukan berkat dari imam tersebut. Namun dalam keluarga,
orang tua juga dapat membuat tanda salib di dahi anak. Kebiasaan yang
dilakukan oleh sebagian orang tua ini perlu dikembangkan di tengah-
tengah keluarga dan masyarakat
Hari ke-22
Devosi: Makna dan Tempatnya di dalam Liturgi
Kata devosi berasal dari kata Latin devotio (kata benda)ataudevovere
(kata kerja) yang berarti mencintai, menyerahkan diri dan menghormati
seseorang atau suatu hal.
Berdevosi berarti memiliki cinta dan menyerahkan diri dengan seluruh
perasaan dan hatinya pada seseorang atau sesuatu itu. Dalam konteks
liturgi dan hidup religius,devosi menunjuk pada olah kesalehan atau
ibadat yang dilaksanakan dengan penuh cinta dan perasaan, secara
teratur dan tetap (ajeg – bhs Jawa). Contoh devosi adalah rosario, doa
Tiga Salam Maria, koronka, Jalan Salib dan doa kepada Hati Kudus
Yesus. Walaupun tidak termasuk dalam liturgi yang resmi, devosi sangat
dianjurkan oleh Gereja. Devosi membantu umat beriman dalam
menghayati iman dan mempersiapkan hati untuk merayakan liturgi.
Orang yang devosinya kuat biasanya memiliki penghayatan liturgi yang
baik dan kuat pula.
Hari ke-23
Buah-Buah Devosi
Devosi dan doa yang tepat menghantar orang pada situasi yang damai, tenang
dan dekat dengan Allah. Namun doa dan devosi menjadi tidak tepat jika justru
membawa rasa takut dan bersalah. Contoh mengenai pesan berantai di atas
menjukkan hal ini. Orang menjadi cemas jika tidak melakukan doa dengan
tuntas. Misalnya pada salah satu hari lupa berdoa rosario. Berdoa dan berdevosi
dengan menaruh benda-benda tertentu di tempat ziarah juga bukan bentuk
devosi yang tepat. Praktek ini dapat dikatakan sebagai „magie“. Orang justru
percaya jika benda-benda itulah yang menjadi jaminan berkat. Padahal Tuhan
sendiri yang menjadi sumber berkat bagi kita. Bukankah berkat dari Tuhan
tidak bisa dibatasi pada jumlah doa dan berapa hari dilakukan? Devosi
merupakan olah kesalehan hidup rohani. Dengan tekun berdoa dan berdevosi,
kita merasakan kedamaian dan kedekatan dengan Tuhan. Buah yang nampak
dari ulah kesalehan hidup rohani atau devosi ini antara lain kasih,
kesabaran, sukacita dan kemurahan hati. Buah-buah rohani dari devosi
ini tentu bukan hanya untuk diri sendiri namun juga dapat dinikmati
oleh banyak orang disekitar kita.
Hari ke-24
Ekaristi dan Devosi

Sebagaimana semua ibadat dan perayaan liturgi berpuncak dalam


Ekaristi, demikian pula devosi-devosi yang ditekuni oleh umat.
Devosi-devosi tersebut dapat dikatakan mengalir dari Ekaristi dan
pada gilirannya juga akan kembali ke Ekaristi. Misteri iman yang
dirayakan dalam Ekaristi tidak berhenti dengan berakhirnya
perayaan Ekaristi namun terus didalami dan dihayati dalam
berbagai bentuk devosi yang kita buat. Contohnya saja dalam doa
rosario. Bukankah peristiwa-peristiwa yang direnungkan dalam
rosario merupakan peristiwa-peristiwa iman yang kita dengar dan
kita rayakan dalam Ekaristi! Dengan demikian devosi-devosi
yang kita tekuni memperdalam dan sekaligus
mempersiapkan diri kita untuk semakin mampu menghayati
perayaan Ekaristi.
Hari ke-25
Devosi kepada Bunda Maria dan Para Kudus
 Bunda Maria bukanlah pengantara doa kepada Allah Bapa. Hanya ada satu
Pengantara antara Allah Bapa dan umat manusia. Dialah Tuhan Yesus
Kristus. Bunda Maria dan semua orang kudus menjadi pengantara doa kita
kepada Tuhan Yesus Kristus. Sama-sama orang kudus, Bunda Maria dan para
kudus lainnya memiliki perbedaan pokok: Bunda Maria adalah Bunda Tuhan Yesus
Kristus, dialah yang melahirkan Yesus Kristus, maka dia juga disebut Bunda Allah
dan sekaligus juga Bunda Gereja, Bunda kita semua. Para Bapa Konsili Vatikan II
mengajarkan bahwa Gereja memang sangat menghormati Santa Perawan Maria
Bunda Allah dengan cintakasih yang istimewa, sebab secara tak terceraikan terlibat
dalam karya penyelamatan Putranya (SC 103).
 Devosi kepada Bunda Maria dan para kudus masuk ke dalam lingkaran tahun
liturgi melalui hari raya, pesta dan peringatan-peringatan mereka menurut
tanggal peringatannya. Penghormatan kepada orang kudus itu sangat baik dan
perlu karena:
 1) mengungkapkan buah penebusan Kristus yang telah dinikmati orang-orang
kudus;
 2) memohon doa mereka dan
 3) menyajikan teladan hidup kesucian mereka.
Hari ke-26
Adorasi Ekaristi dan Kongres Ekaristi
Adorasi Ekaristi atau adorasi di hadapan Sakramen Maha Kudus menjadi
jawaban atas kerinduan kita untuk selalu dapat memandang Tuhan Yesus
Kristus yang tinggal di tengah-tengah kita dalam wujud Hosti Suci.
Kebersamaan yang indah bersama Tuhan Yesus yang hadir tidak hanya
berlangsung dalam perayaan Ekaristi namun terus kita nikmati dalam
Sakramen Maha Kudus. Dalam kapel adorasi abadi, kita bahkan dapat setiap
menjumpai Yesus yang setia menanti kita.
Keuskupan Agung Semarang sudah menyelenggarakan Kongres Ekaristi
Keuskupan (KEK*) *Devosi Akbar dengan pembelajaran
KEK I (2008) dengan tema „Lima Roti dan Dua Ikan”.
KEK II (2012) dengan tema “Tinggal bersama Kristus dan Berbuah”.
KEK III (2016) dengan tema“Kamu Harus Memberi Mereka Makan.
Dengan rangkaian Kongres Ekaristi Keuskupan ini, kecintaan pada Ekaristi
diharapkan menjadi gerak bersama seluruh keuskupan. Tujuan akhirnya
adalah hidup kita sehari-hari dapat dijiwai dan dikuatkan dengan semangat
Ekaristi.
Hari ke-27
Koinonia(Buah Perayaan Liturgi 1)

 Salah satu buah dari perayaan liturgi adalah terbangunnya suasana


persekutuan dan semangat kesatuan. Hal ini sesuai sekali dengan
ajaran para Bapa Konsili yang menyatakan bahwa liturgi mendorong
umat beriman, supaya setelah dipuaskan dengan sakramen-sakramen
Paskah menjadi sehati dan sejiwa dalam kasih (SC 10). Semangat ini
sebenarnya sudah menjadi semangat Gereja sejak awal mula, ketika
dikisahkan bahwa jemaat hidup bersama dalam semangat sehati dan
sejiwa (Kis 4:32).
 Salah satu permohonan Gereja adalah Umat beriman yang dapat
menghidupi suasana kesatuan dan kebersamaan sebagai satu Tubuh
Kristus yakni satu persekutuan Gereja dalam Doa Syukur Agung II
disebutkan: “Kami mohon agar kami yang menerima Tubuh dan Darah
Kristus dihimpun menjadi satu umat oleh Roh Kudus”. Demikianlah
selalu kita pahami bahwa persekutuan kasih yang terbentuk di
antara kita merupakan buah dari perjumpaan dengan Tuhan.
Hari ke-28
Pelayanan atau Diakonia (Buah Perayaan Liturgi2)
Pelayanan atau diakonia adalah salah satu kegiatan utama
Gereja. Artinya pelayanan menjadi semangat umat Katolik
dalam hidup sehari-hari.
Mengapa perayaan liturgi dan terlebih Ekaristi mampu
mengobarkan semangat pelayanan kita pada sesama? Yesus
Kristus memberikan diri-Nya secara total melalui sengsara,
wafat dan kebangkitan. Pemberian diri Yesus ini kini selalu
kita hadirkan dan kita sambut secara khusus di dalam
komuni suci. Kalau kita menyambut komuni, artinya kita
mau memberikan diri kita bagi sesama sebagaimana Yesus
Kristus telah memberikan diri-Nya. Bukankah kita tidak
hanya mau menerima saja namun juga mau berbagi.
Pelayanan ini adalah didasari oleh semangat perayaan liturgi
yang kira rayakan.
Hari ke-29
Pewartaan atau Kerygma
(Buah Perayaan Liturgi 3)
“PERGILAH KAMU DIUTUS“
Dalam perayaan Ekaristi kita sudah disatukan dengan
Tubuh Tuhan saatnya kembali ke hidup sehari-hari
Aspek perutusan yang muncul dari perayaan Ekaristi.
 Akhir perayaan Ekaristi. Kita diutus untuk mewartakan
kabar gembira kepada lingkungan hidup kita
 Dalam Anamnese, kita menyerukan “Marilah mewartakan
misteri Iman Anamnese sebagai bagian dari liturgi Ekaristi
sudah merupakan ajakan kerygmatis yakni ajakan untuk
mewartakan Yesus Kristus.
Hari ke-30
Kesaksian (Buah Perayaan Liturgi 4)
Panggilan dan perutusan para Rasul kita teruskan sampai saat ini.
Bagaimana kita mengemban panggilan dan perutusan tersebut?
Kehidupan sehari-hari merupakan tempat kita bersaksi. Ada
macam-macam cara dan bentuk kesaksian. Keberanian kita
bersikap ditengah kondisi masyarakat yang bertentangan dengan
nilai nilai moral mis : mis korupsi, diskriminatif, maraknya berita
bohong ( Hoax), kerusakan dan pengrusakan lingkungan. Ada
berrbagai macam cara kreatif untuk tetap setia membangun nilai
nilai moral.
Perayaan-perayaan liturgi menjadi daya dan sumber kekuatan bagi
kita di dalam mengemban tugas perutusan kita tersebut.
Perayaan liturgi menjadi kesempatan yang istimewa untuk
mendengarkan dan merenungkan apa yang Tuhan
kehendaki atas diri kita.
Hari ke-31
Perubahan Hidup melalui Liturgi
“Liturgi mengubah kehidupan!“
Di Keuskupan Agung Semarang, BKL sudah
berlangsung selama 20 tahun. Setiap tahun ditawarkan
tema-tema tertentu yang membantu kita untuk
semakin memahami arti dari perayaan liturgi-liturgi
kita. Perubahan ini tidak akan terjadi secara otomatis
begitu kita selesai mengikuti suatu perayaan liturgi.
Untuk mencapai perubahan, dibutuhkan
ketekunan, pemahaman dan penghayatan terus
menerus
TERIMA KASIH
BERKAH DALEM

Вам также может понравиться