Nama – Nama Kelompok 2 : Andrawina Vita M - Nur Filzanah Ardianto Saputra - Ritna Asni T Fahni - Muhammad Ali Faqi S Ayu Jaya - Suci Juwita Sari Asha Tantri Nur A - Yustian Okwani Chica Fatahena Misda A - Yuyun Cherry Andini - Elen Aprilia Eva Agustina - Kasmin Ld. Muhammad Nain Y Kromatografi KLT (Kromatografi Lapis Tipis) 1. Pengertian Kromatografi Lapis Tipis Cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang digunakan.
Menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. 2. Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT
merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 μm.
Penjerap yang paling sering digunakan adalah
silica dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi dan partisi 3. Fase Bergerak Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.
4. Aplikasi (Penotolan) Sampel
Untuk memperoleh roprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 μl. 5. Pengembangan Sampel yang telah ditotolkan dikembangkan dalam bejana kromatografi yg sebelumnya telah dijenuhi oleh uap fase gerak Tepi bagian bawah lempeng tipis yang telah ditotoli sampel dicelupkan kedalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm. 6. Deteksi Bercak Deteksi bercak pada KLT dapat dilakukan secara kimia dan fisika. a. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. b. Cara fisika yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan dengan cara pencacahan radioaktif dan fluorosensi sinar ultraviolet 7. Metode Kerja Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu.
Ketika bercak dari campuran itu
mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu di perhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada. Lanjutan Metode Kerja…
Menutup gelas kimia untuk
meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. 8. Perhitungan Nilai Rf
Perhitungan nilai Rf didasarkan atas rumus :
Rf = jarak yang ditempuh oleh komponen
jarak yang ditempuh oleh pelarut
Nilai Rf dinyatakan hingga angka 1,0 beberapa
pustaka menyatakan nilai Rf yang baik yang menunjukkan pemisahan yang cukup baik adalah berkisar antara 0,2-0,8. Contoh :
Sebagai contoh, jika
komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari garis awal, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk komponen berwarna merah menjadi: Jurnal Penelitian Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Rumusan Masalah : Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tanin Pada Daun Belimbing Wuluh
Tujuan : untuk mengetahui eluen terbaik dalam
pemisahan senyawa tanin dari daun belimbing wuluh dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan mengetahui jenis senyawa tanin yang terdapat dalam daun belimbing wuluh. Metode Kerja : 1. Pada pemisahan dengan KLT digunakan plat silika G 60 F 254 yang sudah diaktifkan dengan pemanasan dalam oven pada suhu 100 C selama 10 menit. 2. Masing-masing plat dengan ukuran 1 cm x 10 cm. Ekstrak tanin ditotolkan pada jarak 1 cm dari tepi bawah plat dengan pipa kapiler kemudian dikeringkan 3. dielusi dengan fase gerak : - toluen : etil asetat (3:1) dengan pendeteksi ferri sulfat (Yuliani, 2008), - etil asetat : metanol :asam asetat (6:14:1) dengan pendeteksi aluminium klorida 5% (Olivina, 2005) Lanjutan…
- n-butanol : asam asetat : air (4:1:5),
- forestal (asam asetat glasial : HO : HCl pekat) (30:10:3) (Nuraini, 2002) - metanol : etil asetat (4:1) dengan pendeteksi AlCl3 1% (Lidyawati, 2006), - etil asetat : kloroform : asam asetat 10% (15:5:2). 4. Setelah gerakan larutan pengembang sampai pada garis batas, elusi dihentikan. 5. Noda yang terbentuk masing-masing diukur harga Rnya, 6. Di periksa noda yang terbentuk dengan lampu UV-Vis pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Lanjutan… Lanjutan.. Lanjutan… Hasil Penelitian : Dari ketiga noda yang ada maka noda yang kedua adalah noda yang diduga senyawa tanin, yang memiliki harga R sebesar 0,61 dan warna noda saat disinari dengan lampu UV 366 berwarna lembayung.
Hal ini diperkuat oleh Harborne (1987) bahwa tanin dapat
dideteksi dengan sinar UV pendek berupa noda yang berwarna lembayung, selain itu didukung dengan Rf dari ekstrak tanaman mimosa (memiliki kadar tanin yang tinggi) yang dielusi dengan eluen yang sama dengan harga R sebesar 0,62. TERIMA KASIH