Вы находитесь на странице: 1из 144

TAMBANG TERBUKA

TKP-291114 - 2019

BAB II METODE TAMBANG TERBUKA


A. Klasifikasi Umum Tambang Terbuka
B. Klassikasi Howard L Hartman, 1987
KULIAH KE 02
C. Klasifikasi Menurut K A Sweet
D. Macam-macam Tambang Terbuka Batubara
Ahli Pertambangan Berpendapat,

Ahli Pertambangan,
 Peele (1941),
 Young (1946),
 Lewis & Clark (1946),
 Hartman (1987).

Klasifikasi Metode Penambangan,


 Tambang Terbuka,
 Tambang Bawah Tanah,
 Tambang Bawah Air.

Tambang Terbuka,
Adalah, Salah satu metode penambangan, dimana aktivitas penggalian bahan
galiannya, seperti ore (bijih), batuan, batubara dan sebagainya dilakukan di
atas atau relatip dekat dengan permukaan bumi yang para pekerja dan
peralatannya berhubungan langsung dengan udara luar dan iklim.
Klasifikasi Metode-metode Tambang Terbuka,

1. Menurut Hartman (1987),


 Sistem Mekanis,
 Open Pit Mining,
 Quarry,
 Open Cast Mining,
 Auger Mining.
 Sistem Aqueous (Placer dan Solution),
 Hydraolicking,
 Dredging,
 Borehole Mining,
 Leaching.
2. Menurut KA Sweet,
 Placer Mining,
 Panning and Sluicing,
 Hydaulicking,
 Dredging.
 Open Pit,
 Single Bench,
 Multiple Bench,
 Strip Mining,
 Quarry Mining.
 Glory Hole,
 Gophering (coyoting = lubang tikus = lubang marmot),
Yaitu, Suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu
mengadakan persiapan-persiapan penambangan (development
works) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya endapan
bijih.
3. Menurut LJ Thomas,
 Alluvial Mining,
 Mineral Sands Mining,
 General Open Pit Mining,
 Surface Mining Machinary,
 Open Cut Mining of Bedded Deposit,
 Open Pit Mining of Massive Deposit,
 Abondoned Pit,
 Non-entry Mining.
4. Robert S Lewis,
 Placer Mining,
 Open Cut Mining.

5. Klasifikasi Umum,
 Open pit (Open cast - Open cut - Open mine),
 Quarry,
 Strip Mine,
 Alluvial Mine

Catatan,
Saat ini sedang dikembangkan sistim-sistim baru (Novel) dalam metode tambang
terbuka tetapi belum dapat dibuktikan secara keseluruhan agar dapat diterima oleh
beberapa ahli.
A. KLASSIFIKASI UMUM
Klassifikasi tambang terbuka berdasarkan posisi, letak dan jenis endapan
Endapan bahan galian di alam, yaitu,
1. Open pit (Open cast - Open cut - Open mine),
2. Quarry,
3. Strip Mine,
4. Alluvial Mine

Jenis-jenis endapan bahan Galian,


5. Endapan Elluvial (Eluvial Deposits, < 100 meter, endapan sekunder),
6. Endapan Alluvial (alluvial or placer or beach deposits), >100 meter,
7. Urat bijih (Vein), tebal > 5 meter dan telah tersingkap dengan overburden yang
tipis (1-2 meter).
8. Endapan Horisontal yang luas, seperti batuan batubara dengan kemiringan
antara 1-5 %
1. Open Pit - Open Cast - Open Cut - Open Mine

Open Pit - Open Cast - Open Cut - Open Mine


Adalah, sistem atau cara-cara penambangan terbuka yang dilakukan untuk
menggali endapan-endapan bijih (metal).
Sistem open pit dan open cast menggunakan sistem operasi penambangan yang
konvensional, yaitu pemecahan batuan dengan pemboran dan peledakan, lalu diikuti
dengan operasi penanganan material penggalian, pemuatan dan pengangkutan.
Contoh,
 Tambang bijih Nikel di Pomala ( Sulteng), mineralnya Garnierite,
 Tambang bijih Bauksit di Kijang, Pulau Bintan, Kepulauan Riau,
 Tambang bijih timah di Pemali, Pulau Bangka, mineralnya Cassiterite,
 Tambang bijih Tembaga di Tembagapura Irian, mineralnya Calcopyrite dan
Cuprite,
 Tambang bijih Emas di Cilacap,
 Tambang bijih Besi di Cilacap.
 Tambang bijih Alumenium di Pulau Kijang Kepulauan Riau, mineralnya Gibsite,
Boechmite, Diaspore (Bauksit).
Berdasarkan letak endapan bijih dan keadaan topografinya dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) macam, yaitu,

a. Open Pit,
 Merupakan bentuk penambangan untuk endapan bijih yang terletak pada
suatu daerah yang datar atau lembah, dengan demikian medan kerja digali ke
arah bawah sehingga akan membentuk semacam cekungan atau pit,
 Open pit biasanya diterapkan untuk menggali endapan-endapan bijih (logam)
yang jumlah cadangan cukup besar dan tidak terlalu jauh dari permukaan
bumi,
 Penambangan dengan sistem ini dilakukan untuk endapan bijih atau mineral
yang terdapat pada daerah yang memiliki topografi relatif datar dan tanah
penutup (over burden) yang akan digali ke bagian bawah sehingga
membentuk cekungan atau pit (lihat gambar).
 Ciri-ciri Open Pit yaitu,
 Bentuk tambang berupa corong (kerucut terbalik) di permukaan bumi.
 Tanah penutup dikupas, digali dan diangkut ke suatu daerah pembuangan
yang tidak ada endapan ekonomis di bawahnya.
 Aktivitas pengupasan dan penggalian dilakukan pada suatu permukaan
kerja (front) yang berbentuk satu atau beberapa jenjang.
 Pembuatan permukaan kerja lebih dari satu, baik pada elevasi yang sama
maupun beda elevasi, dimaksudkan untuk memastikan terjaminnya
kemenerusan produksi (tidak ada delay kerja).
 Setelah aktivitas pengupasan lapisan penutup, dilanjutkan dengan
penggalian endapan bijih (target) yang dilakukan secara seksama dengan
urut-urutan yang mengikuti kaidah perencanaan tambang,
 Biaya penggalian bijih/endapan target dan lapisan penutup dapat dibayar
dari penjualan bijih yang tergali, sedemikian rupa sehingga operasional
jangka panjang, yaitu pembukaan dan penggalian sampai pit limit dapat
tercapai.
 Jenjang tunggal dirancang sesuai dengan peralatan mekanis yang
digunakan.
 Tinggi jenjang dibatasi oleh jangkauan excavator/shovel,
 Lebar jenjang harus cukup luas bagi peralatan gali-muat dan truk
untuk bermanuver.
 Kemiringan lereng ditentukan berdasarkan perhitungan kemantapan
lereng dengan input berupa data sifat fisik dan data kuat geser
material pembentuk lereng tersebut.
 Gambar berikut menunjukan beberapa variasi dari berbagai open pit
mining yang dapat dilakukan (Hartman, 1987).
b. Open Cut / Open Mine / Open Cast

 Merupakan bentuk penambangan untuk endapan bijiih yang terletak pada


lereng bukit.

 Medan kerja digali dari arah bawah ke atas atau sebaliknya (side hill type).
Bentuk tambang dapat pula melingkari bukit atau undakan, hal tersebut
tergantung dari letak endapan yang akan di tambang.

 Sistem penambangan Open Cut hampir sama dengan sistem penambangan


Open Pit, tetapi sistem penambangan ini dilakukan apabila endapan bijih
yang ditambang memiliki topografi yang berbentuk bukit, dimana disebut,
 Side hill type jika medan kerja yang digali mulai dari arah bawah atau
samping ke atas bukit,
 Top hill type jika medan kerja yang digali mulai dari arah atas ke bawah.
 Tampak atas pada akhir atau saat tambang telah operasi dapat berbentuk
Lingkaran (melingkari bukit) atau dapat berbentuk undakan, keadaan tersebut
sangat tergantung dari letak atau posisi dari endapan bijih atau mineral yang
di tambang.
 Perbedaan antara Open Pit dengan Open Cut/Open Cast/Open Mine
dicirikan oleh arah penggalian atau arah penambangan, dimana,
 Open Pit apabila arah penambangannya dilakukan dari permukaan yang
relatif mendatar menuju kearah bawah dimana endapan bijih tersebut
berada, tanah penutup dikupas dan ditransportasikan ke suatu daerah
pembuangan yang tidak ada endapan ekonomis di bawahnya,
 Open Cut/Open Cast//Open Mine apabila arah penggalian endapan
dilakukan pada suatu lereng bukit.
Metodanya hampir sama dengan open pit mining, tetapi berbeda pada
satu hal yaitu tanah penutup tidak dibuang ke daerah pembuangan di luar
tambang tetapi dibuang langsung ke lokasi bersebelahan yang telah
ditambang.
 Aktivitas penambangan dan pengupasan material waste disini terdiri dari,
 Penggalian, pengangkutan dan sekaligus penimbunan (casting),
 Peralatan yang digunakan pada umumnya dikombinasikan oleh suatu alat
saja (gambar).
 Cara pengangkutan pada sistem open pit dan open cut adalah sama saja,
tergantung dari kondisi letak endapan dan keadaan topografinya. Pada
dasarnya cara pengangkutannya ada 2 (dua) macam, yaitu,
 Cara Konvensional atau cara langsung,
Yaitu, Hasil galian atau peledakan diangkut oleh truck/belt conveyor/mine
car/skip dump type rail cars dan sebagainya, langsung dari tempat
penggalian ke tempat dumping dengan menelusuri tebing-tebing
sepanjang bukit.
 Cara Inkonvensional atau cara tak langsung,
Yaitu, Cara pengangkutan hasil galian/peledakan ke tempat dumping
dengan menggunakan cara kombinasi alat-alat angkut. Misalnya
dari permukaan/medan kerja (front) ke tempat crusher digunakan
truk, dan selanjutnya melalui ore pass ke loading point; dari sini
diangkut ke ore bin dengan memakai belt conveyor dan akhirnya
diangkut ke luar tambang dengan cage.

 Kesimpulan,
Jadi penerapan cara open pit atau open cut sangat tergantung pada
letak atau bentuk endapan bijih yang akan ditambang.
Single Bench & Multi Bench
Open pit, merupakan bentuk penambangan untuk endapan bijih yang terletak pada
suatu daerah yang datar atau lembah, dengan demikian medan kerja digali ke arah
bawah sehingga akan membentuk semacam cekungan atau pit.
 Single Bench,
 Dalam sistem ini, kegiatan operasi penggslisn open pit hanya membentuk
sebuah bench (single level bench), material digali dari permukaan bench.
 Biasanya cara ini untuk menambang bahan galian berbagai jenis batuan yang
relatif dangkal, yang memungkinkan beroperasi dengan single-bench.
 Quarry dan Strip mining bisa menggunakan cara ini, tinggi bench maksimum
yang stabil dan kemiringannya tergantung pada jenis batuan yang ditambang.
Ketinggian bench yang aman ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.
 Untuk tambang pasir (sand pits) ketinggian bench diatur/dibuat sesuai dengan
alat gali pada muka kerja.
 Pada berbagai kenyataan, ketinggian bench lebih 10 m telah digunakan.
Sebenarnya kesetabilan adalah kritis, alat-alat gali dan pekerja dalam kondisi
tidak aman, dimana kemugkinan runtuh dapat terjadi.
 Besarnya produksi dengan penggalian secara single bench adalah terbatas
dan ditentukan oleh kepastian alat yang dioperasikan, selain pula luas
lapangan (front) kerja yang dapat berproduksi secara simultan.
 Multiple Bench,
 Penambangan secara open pit dengan cara multiple bench umumnya
diterapkan pada penambangan bahan galian yang kompak (masive), tebal,
atau urat bijih yang lebar dimana letak endapannya lebih dalam dari pada
keadaan bahan galian yang cocok ditambang secara single single bench.
 Jenis batuan harus cukup kuat, atau mungkin batuan keras, agar bisa
mendukung ketinggian secara ekonomis (gambar 3). Bila kedalaman pit
melebihi 8 – 15 m, maka perlu dibuat lebih dari satu jenjang (bench).
 Lebar bench bervariasi menurut ukuran alat gali dan alat angkut serta
menurut jenis batuannya, yang dapat berkisar antara 6 – 20 m. Lebar bench
(berm) perlu didesain untuk sarana keselamatan bagi para pekerja dan alat-
alat produksi dari longsoran (sliding) (gambar 3) Bench slope dapat dibuat
lebih terjal dari pada pit slope, karena batuan dapat bertahan dengan dinding
yang hampir vertikal untuk jenjang Yang tidak terlalu tinggi.pit slope
bervariasi dari 200 – 700 dari horisontal.
 Akhir dari penambangan sebelum tersisa, pit slope bisa lebih terjal untuk
meningkatkan recovery.
 Bila dihubungkan dengan aspek lingkungan cara penambangan dengan
multiple yaitu karena adanya tanah buangan (waste disposal), debu-debu,
getaran peledakan (blasting vibration) dan land restoration. Kesetabilan
jenjang perlu dijaga untuk mempertinggi faktor-faktor keamanan. Untuk
menghilangkan potensi-potensi timbulnya kecelakaan dapat dilakukan
dengan cara melakukan beberapa tindakan antara lain: membersihkan
potongan-potongan batu, mengetahui zona-zona kritis (critical zone),
pengeringan, pengontrolan peledakan, rtificial stabilization dan memonitor
pergeseran/pergerakan.
 Bahaya-bahaya keselamatan, misalnya batuan yang runtuh dapat dicegah
dengan Membersihkan potongan-potongan batu yang menempel atau
menggantung pada muka bench.
 Dengan adanya kesulitan dalam pengerjaan ini, maka sebagai jalan keluar
dapat pula dibuat alternatif dengan membuat bench yang lebih lebar. Monitor
dan menginvestigasi zona-zona yang berbahaya merupakan kewajiban yang
harus dilakukan secara terus-menerus. Air tanah yang terkandung dalam
jenjang juga merupakan faktor yang membahayakan, maka pengeringan
perlu dilakukan untuk meningkatkan kestabilan lereng. Untuk lebih amannya
sudut kemiringan (slope angle) perlu dikurangi.
 Teknik peledakan yang terkontrol seperti presepliting dan smooth wall blasting
bisa menambah kekuatan secara alami pada permukaan jenjang yang
terdapat discontinnity. Selain hal-hal tersebut, peningkatan kestabilan
jenjang/lereng efektif bisa diterapkan dengan pemakaian “cable anchors”.
Cara ini dilakukan sebelum dimulainya operasi penambangan.
 Monitor pergeseran jenjang (displacement monitoring plan) perlu dilakukan
sebagai usaha pendekatan tercapainya kesetabilan jenjang. Monitor
pergeseran sebagai alat untuk menetapkan tindakan langkah sebelum
bahaya keselamatan kerja timbul.
2. Quarry Mining

Quarry Mining
Adalah, Suatu sistem Tambang terbuka yang diterapkan untuk endapan bahan
galian non logam dan batuan, yang berguna baik sebagai sifat fisiknya
atau kimiawanya.
Bentuk endapan yang cocok di tambang dengan metode ini biasanya
endapan yang masive atau bedded dan di tambang secara berjenjang
(Bench Mining).
Contoh,
 Tambang batu Marmer di Tulung agung,
 Tambang Gamping,
 Tambang Granit di pulau Karimum,
 Tambang Andesit,
 Tambang Shale,
 Tambang Kaolin,
 Tambang aspal di pulau Buton.
Quarry menghasilkan material (hasil tambang) dalam bentuk 2 jenis, yaitu,
 Dimension stone,
 Pada metode penambangan ini memiliki permukaan jenjang (bench face)
adalah hampir vertical dan overall pit slope nya curam,
 Batuannya harus mempunyai relative high cohesive strength dan saling
terikat kuat pada setiap fracture atau joint plane.
 Contoh,
Penambangan batu mamer, dimana dipergunakan gergaji atau dengan
peledakan khusus, sehingga dihasilkan bongkah-bongkah yang baik dan
teratur. Produksinya sangat selektif dengan jumlah yang terbatas.
 Broken stone (chemical stone atau agregat) atau Loose material,
 Broken stone adalah cara penambangan guna menghasilkan batu pecah
(agregat) atau chemical stone dan pada umunya dilakukan dengan cara
peledakan berjenjang dan besar fragmentasinya disesuaikan menurut
kebutuhan pasar.
 Pada metoda penambangan ini, kemiringan jenjang (face bench) tergantung
pada sifat fisik dari material yang di tambang (tidak vertical).
 Quarry tipe dimensional stone biasanya digunakan untuk menambang batu
gamping, batu pasir, granit, marble dan dolomit.
Hasil dari penambangan ini berupa batuan berbongkah besar.
 Teknik yang digunakan pada metode ini antara lain, jet burning, wire saw,
chain saw with tungsteen cutting teeth, dan slot drilling, pada gambar
menunjukan Teknik drilling dan blasting pada kuari tipe dimensional stone.
Bentuk tambangnya berdasarkan letak endapan bahan galian yang akan di
tambang dapat dibagi atas dua tipe, yaitu,
a. Side (Top) Hill Type,
 Penambangan untuk batuan atau bahan galian non-logam yang terletak di
lereng bukit (keadaan topografinya bergelombang) atau endapannya
membentuk bukit.
 Keuntungan,
 Adanya cara penirisan alamiah dengan membuat medan kerja sedikit
miring ke arah luar dan di tepi jalan masuk dibuatkan saluran air.
 Alat-angkut bermuatan bergerak ke arah bawah yang berarti mendapat
bantuan gaya gravitasi. Dengan demikian waktu pengangkutannya (cycle
time) menjadi lebih singkat.
 Kerugian,
 Meterial penutup harus dikupas dan dibuang sekaligus sebelum
penambangan dilakukan, berarti diperlukan modal yang besar untuk
mengongkosi pengupasan material penutup.
 Jalan masuknya miring, kalau pengemudi-pengemudi alat-alat angkut
kurang hati-hati karena ingin dapat premi produksi, maka hal ini akan
dapat menyebabkan kecelakaan, terutama pada jalan masuk yang
berbentuk spiral.
 Medan kerjanya dibuat mengikuti arah lereng-lereng bukit (endapannya
berbentuk bukit-bukit), sehingga jalan masuk ke tambang dapat dibuat
dengan dua kemungkinan, yaitu,
 Jalan masuk berbentuk spiral
Jalan masuk ini dibuat bila seluruh lereng bukit itu akan digali dari atas ke
bawah, maka medan kerja dapat dibuat melingkar bukit dengan jalan
masuk (access road) berbentuk spiral,
Diterapkan pada cadangan endapan bahan galian yang berbentuk bulat
atau lonjong yang membentuk bukit yang penambangannya dilakukan
dengan mengupas bagian atas bukit terlebih dahulu secara melingkar.
 Jalan masuk langsung
Jalan masuk ini dibuat bila hanya sebagian lereng bukit saja yang akan di
tambang atau bentuk bukit itu memanjang, maka medan kerja dibuat
memanjang pula searah dengan jalan masuk dari salah satu sisinya atau
dari depan yang disebut straight ramp.
Diterapkan pada cadangan endapan bahan galian yang berbentuk atau
memanjang atau persegi yang terletak pada daerah berbukit yang
penambangannya dimulai dari salah satu sisi bukit.
b. Pit Type (subsurface type)
 Penambangan untuk batuan atau bahan galian non-logam dan batuan yang
terletak pada suatu daerah yang mendatar (keadaan topografinya relatip
datar).
 Medan kerjanya harus digali ke arah bawah sehingga akan membentuk
cekungan (pit),
 Bentuk medan kerja (pit) tersebut ada dua kemungkinan, yaitu,
 Kalau bentuk medan kerjanya kurang lebih bulat atau lonjong (oval), maka
jalan masuknya dibuat berbentuk spiral.
 Kalau bentuk medan kerjanya kurang lebih empat persegi panjang atau
bujur sangkar, maka jalan masuknya dapat dibuat lurus (langsung atau
disebut straight ramp atau berbentuk switch back).
 Bentuk endapan serta topografi daerahnya menentukan bentuk-bentuk jalan
masuk yang dapat dibuat antara lain,
 Jalan masuk Spiral,
Jalan masuk ini dibuat bila bentuk endapan kurang lebih bulat atau
lonjong (oval), maka medan kerja dan jalan masuk dibuat berbentuk
spiral.
 Jalan masuk Langsung,
Jalan masuk ini dibuat bila bentuk endapan kurang lebih empat persegi
panjang atau bujur sangkar, maka medan kerja pun di buat seperti bentuk-
bentuk tersebut di atas dengan jalan masuk dari sisi yang disebut straight
ramp atau berbentuk switch back.
 Jalan masuk Zig-zag,
Untuk jalan masuk ini dapat di gunakan untuk endapan yang hampir sama
dengan jalan masuk langsung.
Jalan Masuk Zig-ZagSama halnya dengan jalan masuk langsung apabila
bentuk endapan yang akan ditambang kurang lebih memanjang atau
persegi, maka jalan masuk ke front penambangan dibuat berbentuk zig-
zag dari salah satu sisi
Pembuatan jalan zig-zag dapat disebabkan antara lain karena.
 Aktivitas penambangan sudah mencapai level yang cukup dalam
sehingga apabila dibuat jalan langsung maka kemiringan jalan akan
sangat curam yang tidak memungkinkan bagi alat angkut untuk
memulainya,
 Sebagai upaya konservasi cadangan sehingga perolehan
penambangan tinggi.
 Bentuk-bentuk kuari yang diuraikan diatas adalah bentuk-bentuk dasar dari
kuari yang tentunya masih banyak lagi variasinya.
 Pada umumnya bentuk kuari yang akan diterapkan diusahakan agar
menyesuaikan bentuk-bentuk dasar tersebut dengan keadaan dan bentuk
endapan serta topografi daerahnya.
 Jenis Kuari sangat bervariasi, baik dilihat dari jenis bahan galiannya maupun
kapasitas produksinya. Kondisi ini tentu saja akan juga menyebabkan
banyaknya jenis peralatan yang digunakan dalam penambangan metode ini,
mulai dari peralatan yang konvensional sampai dengan peralatan yang
modern.
 Pemilihan peralatan yang akan digunakan tentu saja dipengaruhi oleh
banyak faktor, yang diantaranya adalah,
 Sifat fisik dan mekanik bahan galian,
 Peruntukan/bentuk akhir hasil galian yang diinginkan (dimensional
stone/crushed stone),
 Tingkat produksi yang diinginkan,
 Tingkat penguasaan teknologi,
 Keekonomian, dll.
 Peralatan yang digunakan pada metode penambangan ini dapat
dikelompokkan berdasarkan fungsinya sebagai berikut.
 Pemberaian & pengggalian,
 Hasil akhir crushed stone,
• Material Keras,
Bahan peledak (ANFO dan dinamit), ripper/alat garu.
• Materialnya lunak,
Shovel/backhoe, dozer, sekop, cangkul-belencong.
 Hasil akhir dimensional stone,
Rotary saw, chain saw, atau wire-rope saw, flame-jet channeler, water-
jet channeler, palu-baji, linggis, smoth blasting.
 Pemuatan,
 Hasil akhir crushed stone,
Shovel, wheel loader, sekop, scraper, dragline,
 Hasil akhir dimensional stone,
Crane,
 Pengangkutan,
 Hasil akhir crushed stone,
Scraper, conveyor, truck, train,
 Hasil akhir dimensional stone,
Truck, crane, hoist
 Pada operasinya,
Selain kegiatan-kegiatan diatas tentunya ada kegiatan penunjang yang
memerlukan peralatan yang spesifik, diantaranya adalah, peralatan
penunjang kelistrikan, perawatan peralatan, penirisan (pompa) dan lain
sebagainya.
3. Strip Mine

Strip Mine
Adalah, Sistem pada tambang terbuka yang dilakukan untuk endapan-endapan
yang letaknya mendatar atau endapan batubara yang memiliki kemiringan
lapisan endapan (dip) kecil atau landai, dimana sistem penambangan
yang lain sulit untuk diterapkan karena keterbatasan jangkauan alat.
 Sistem penambangan yang biasa dilakukan untuk menambang lapisan batubara
yang terletak di dekat permukaan bumi (dangkal) dan untuk endapan-endapan
mineral lainnya yang memiliki kekuatan rendah, seperti jenis endapan sedimenter
yang letaknya relatip mendatar (endapan garam-garam).
 Pemboran dan peledakan perlu atau tidaknya tergantung pada jenis batuan
penutupnya.
 Endapan batubaranya harus tebal, terutama bila lapisan tanah penutupnya juga
tebal. hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan perbandingan yang masih
ekonomis anatara jumlah tanah penututp yang harus dikupas dengan jumlah
batubara yang dapat digali (economic stripping ratio).
 Faktor yang harus diperhitungkan dalam penambangan cara ini adalah Nisbah
Penguapan (Stripping Ratio),
yaitu, Perbandingan banyaknya volume tanah penutup (m3 atau BCM) yang
harus dikupas untuk mendapatkan 1 ton endapan.
Contoh,
 Tambang batubara di Tanjung Enim Sumatera Selatan,
 Tambang batubara di Ombilin Sawah Lunto Sumatera Barat.
Kegiatan Penambangan,
 Sistem penambangan yang lain sulit untuk diterapkan karena
keterbatasan jangkauan alat-alat. Selain itu endapan batubaranya
harus tebal terutama bila lapisan tanah penutupnya juga tebal.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan perbandingan yang masih
ekonomis antara jumlah tanah penutup yang harus dikupas dengan
jumlah batubara yang dapat digali (economic stripping ratio).
 Pada sistem ini, baik pada pengupasan tanah penutup maupun
penggalian batubaranya, digunakan sistem jenjang (benching
system).
Kemajuan diikuti oleh kemajuan jenjang pada penggalian
batubaranya. Karena lapisan tanah penutup tebal, maka pada awal
kegiatan penambangan akan timbul masalah tempat pembuangan
tanah penutup sebelum daerah bekas penambangan mampu untuk
menampung tanah buangan tersebut.
 Ketebalan lapisan batubara yang ditambang dengan sistem strip mining
berkisar antara 1 m sampai 10 m. Endapan batu bara yang lebih tebal dan
memiliki berbagai lapisan biasanya ditambang dengan cara berjenjang
(banching).
 Pemindahan tanah penutup dan batubaranya menyusur secara menyilang
(strip across) satu dimension endapan, yang kemudian digali secara paralel
dari arah yang lain (opposit direction). Overburden atau lapisan tanah
penutup dapat diisikan kembali kebekas penggalian sebelumnya (back filling).
Siklus ini kemudian diulangi lagi.
 Dalam strip mining pemeliharaan dinding tebing tidak begitu kritis seperti
pada operasi penambangan multiple bench pit, tetapi tumpukan material
buangan yang tinggi mempunyai permasalahan longsor (slope failure
problem).
 Peralatan seperti dragline atau bucket wheel excavator dapat digunakan
untuk pengupasan tanah penutup. Penambangan batubaranya sendiri yang
bersifat rapuh bisa menggunakan shovel kemudian dimuat ke alat angkut,
seperti misalnya truck atau lori. Sedangkan untuk batu bara jenis keras perlu
menggunakan pemboran dan peledakan.
Beberapa penting,
 Pengupasan tanah penutupnya sangat tergantung pada sifat fisik lapisan tanah
penutup,
Jika lapisan tanah penutupnya keras, maka dapat dilakukan pemboran dan
peledakan, sedangkan jika lunak dapat digunakan alat-alat mekanis.
 Ketebalan lapisan batubara yang akan ditambang dengan sistem strip mining
dapat berkisar antara 1 m sampai 10 m.
 Endapan batubara yang lebih tebal dan memiliki lebih dari satu lapisan biasanya
ditambang dengan cara berjenjang (banching).
 Pemindahan tanah penutup dan batubaranya menyusur secara menyilang (strip
across) satu dimension endapan, yang kemudian digali secara paralel dari arah
yang lain (opposit direction). Lapisan tanah penutup dapat diisikan kembali ke
bekas penggalian sebelumnya (back filling), siklus ini kemudian diulangi lagi.
 Peralatan seperti dragline atau bucket wheel excavator dapat digunakan untuk
pengupasan tanah penutup. Penambangan batubaranya sendiri yang bersifat
rapuh bisa menggunakan shovel kemudian dimuat ke alat angkut, seperti
misalnya truck atau lori.
Sistem Tambang Terbuka untuk Endapan Batubara

1. Contour Mining
Yaitu, Sistem penambangan ini biasanya diterapkan untuk kondisi cadangan
batubara, yaitu,
 Tersingkap di lereng pegunungan atau bukit,
 Endapan batubara yang relatif datar,
 Kegiatan penambangan,
 Diawali dengan pengupasan lapisan overburden di daerah singkapan
endapan (outcrop) di sepamjang lereng mengikuti garis kontur,
 Penggalian dilanjutkan ke arah tebing sampai mencapai batas penggalian
yang masih ekonomis.
 Umumnya lapisan tanah penutupnya cukup tebal untuk mendapatkan
batubaranya,
 Endapan batubata terletak pada daerah perbukitan, maka daerah kerja
menjadi terbatas, sehingga menjadi sempit tetapi panjang dan
memerlukan alat-alat yang mudah berpindah-pindah dan umur tambang
biasanya pendek.
 Kerugian sistem ini adalah,
 Terbatasnya cadangan yang ekonomis untuk ditambang karena tebalnya
tanah penutup yang harus dikupas.
 Tempat kerjanya sempit
 Tebing (highwall) yang terbentuk bila terlalu tinggi akan menyebabkan
kemantapan lerengnya rendah
 Mudah terjadi kelongsoran pada timbunan tanah penutup (timbunan tanah
penutup.
 Umur tambang biasanya pendek.

 Robert Meyers, mengklassifikasikan Contour Mining dibagi menjadi


beberapa metode, yaitu,
a. Conventional Contour Mining,
b. Block-Cut Contour Mining,
c. Haulback Contour Mining,
d. Box-cut Contour Mining.
a. Conventional Contour Mining,
 Pada metode ini, penggalian awal dibuat sepanjang sisi bukit pada
daerah dimana batubara tersingkap.
 Pemberaian lapisan tanah penutup dilakukan dengan peledakan dan
pemboran atau menggunakan dozer dan ripper serta alat muat front
end leader, kemudian langsung didorong dan ditimbun di daerah
lereng yang lebih rendah.
 Pengupasan dengan contour stripping akan menghasilkan jalur
operasi yang bergelombang, memanjang dan menerus mengelilingi
seluruh sisi bukit.
Conventional Contour Mining (Anon, 1979)
b. Block-Cut Contour Mining,
 Pada cara ini daerah penambangan dibagi menjadi Block-block
penambangan yang bertujuan untuk mengurangi timbunan tanah
buangan pada saat pengupasan tanah penutup di sekitar lereng.
 Pada tahap awal Block 1 digali sampai batas tebing (highwall) yang
diijinkan tingginya. Tanah penutup tersebut ditimbun sementara,
batubaranya kemudian diambil.
 Setelah itu lapisan Block 2 digali kira-kira setengahnya dan ditimbun di
Block 1. Sementara batubara Block 2 siap digali, maka lapisan tanah
penutup Block 3 digali dan berlanjut ke siklus penggalian Block 2 dan
menimbun tanah buangan pada blok awal.
 Pada saat Block 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka
lapisan tanah penutup Block 4 dipidahkan ke Block 2 setelah batubara
pada Block 3 tersingkap semua. Lapisan tanah penutup Block 5
dipindahkan ke Block 3, kemudian lapisan tanah penutup Block 6
dipindahkan ke Block 4 dan seterusnya sampai selesai. Penggalian
beruturan ini akan mengurangi jumlah lapisan tanah penutup yang
harus diangkut untuk menutup final pit.
Block-Cut Contour Mining (Anon, 1979).
c. Haulback Contour Mining,
 Metode haulback ini merupakan modifikasi dari konsep block-cut, yang
memerlukan suatu jenis angkutan overburden, bukannya langsung
menimbunnya.
 Pada metode ini membutuhkan perencanaan dan operasi yang teliti
untuk bisa menangani batubara dan overburden secara efektif.
 Ada tiga jenis peralatan yang sering digunakan, yaitu,
 Truk atau front-end loader
 Scrapers
 Kombinasi dari scrapers dan truk
Haulback dengan menggunakan kombinasi scraper dan truk
(Chioronis, 1987).
d. Box-cut Contour Mining,
Pada metode box-cut contour mining ini lapisan tanah penutup yang
sudah digali, ditimbun pada daerah yang sudah rata di sepanjang garis
singkapan hingga membentuk suatu tanggul-tanggul yang rendah yang
akan membantu menyangga porsi terbesar dari tanah timbunan.
2. Area Mining
Yaitu, Sistem ini pada umumnya digunakan untuk batubara yang letaknya
kurang lebih horizontal (relatip mendatar) serta daerahnya relatip berupa
dataran.
 Kegiatan penambangan,
 Kegiatan penambangan dimulai dengan penguapsan tanah penutup
dengan cara membuat paritan besar yang biasanya di disebut “box cut”
dan tanah penutupnya dibuang ke daearh yang tidak akan ditambang.
 Setelah endapan batubara pada galian pertama diambil, kemudian disusul
dengan pengupasan selanjutnya yang sejajar dengan pengupasan
sebelumnya dan tanah penutupnya ditimbun atau dibuang pada tempat
bekas penambangan atau penggalian yang pertama (backfilling digging
method), demikian selanjutnya penggalian demi penggalian delanjutkan
hingga penggalian terkahir.
 Penggalain yang terakhir akan meninggalkan lubang memanjang yang
disatu sisi dibatasi oleh timbunan tanah buangan dan disisi lainya oleh
tanah penutup yang tidak digali. Seiring denagn kemajuan penambangan
secara bertahap timbunan tanah penutup juga diratakan
 Area mining method memiliki beberapa ciri-ciri yang menonjol
dalam penerapannya, yaitu,
 Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang
dekat permukaan pada daerah mendatar sampai agak landai.
 Penambangannya dimulai dari singkapan batubara yang
mempunyai lapisan dan tanah penutup dangkal dilanjutkan ke
yang lebih tebal sampai batas pit.

 Area Mining dibagi menjadi beberapa cara dalam melakukan


penambangannya, antara lain,
a. Conventional area mining method,
b. Area mining with stripping shovel,
c. Block area mining,
a. Conventional area mining method,
 Pada cara ini, penggalian dimulai pada daerah penambangan awal
sehingga penggalian lapisan tanah penutup dan penimbunannya tidak
terlalu mengganggu lingkungan.
 Kemudian lapisan tanah penutup ini ditimbun di belakang daerah yang
sudah ditambang
b. Area mining with stripping shovel,
 Cara ini digunakan untuk batubara yang terletak 10–15 m di bawah
permukaan tanah.
 Penambangan dimulai dengan membuat bukaan berbentuk segi
empat.
 Lapisan tanah penutup ditimbun sejajar dengan arah penggalian, pada
daerah yang sedang ditambang. Penggalian sejajar ini dilakukan
sampai seluruh endapan tergali.
c. Block area mining,
 Cara ini hampir sama dengan conventional area mining method, tetapi
daerah penambangan dibagi menjadi beberapa blok penambangan.
 Cara ini terbatas untuk endapan batubara dengan tebal lapisan tanah
penutup maksimum 12 m.
 Blok penggalian awal dibuat dengan bulldozer. Tanah hasil penggalian
kemudian didorong pada daerah yang berdekatan dengan daerah
penggalian.
3. Alluvial Mine

Alluvial Mine
Adalah, Sistem dalam tambang terbuka yang proses pembongkaran bahan galian
menggunakan air sebagai media penolong.
Penerapannya sistem ini biasanya pada jenis material yang terlapukan
atau tererosi atau jenis endapan alluvial atau elluvial,
Contohnya,
 Tambang bijih timah di Pulau Bangka Belitung (Cassiterite),
 Tambang pasir besi, di Cilacap (Magnetite, Hematite, Ilmenite),
 Tambang emas.
Syarat-syarat endapan alluvial,
 Mineral harus keras (tidak mudah pecah),
 Mineral tidak mudah larut dalam asam/basa,
 Memiliki berat jenis yang tinggi (BJ > 3)
Contoh mineral-mineral yang dapat di tambang sistem Alluvial Mine

NO MINERAL BERAT JENIS


1 Emas 15,5 - 19,3
2 Platina 14,0 - 22,0
3 Cassiterite 6,7 - 7,1
4 Magnetite 5,0 - 5,3
5 Monazite 4,9 - 5,2
6 Ilmenite 4,5 - 5,0
7 Zircon 4,2 - 4,7
8 Intan 3,2 - 3,5
Jenis-jenis Alluvial Mine

1. Tambang Semprot (Hydraulicking),


 Penggalian endapan alluvial dilakukan dengan menggunakan semprotan air
yang bertekanan tinggi yang berasal dari penyemprotan alat yang disebut
monitor atau water jet atau giant.
 Tekanan aliran air yang dihasilkan oleh monitor dapat diatur sesuai dengan
keadaan material yang akan digali atau disemprot yang biasanya bisa
mencapai tekanan sampai 10 atm.
 Produktivitas penambangan dapat ditingkatkan agar tercapainya target
produksi biasanya dilakukan, yaitu,
 Digunakan lebih dari satu monitor baik bekerja sendiri-sendiri atau
bersama-sama di satu permukaan kerja,
 Monitor dibantu dengan alat mekanis seperti Excavator Back hoe atau
Buldoser.
 Untuk mengangkut material hasil galian atau semprotan ke instalasi
pengolahan digunakan air yang digerakkan dengan pompa, cara
penambangan tambang semprot harus tersedia cukup air, baik untuk operasi
penambangan maupun untuk proses pengolahannya (konsentrasi).
 Metode ini cocok diterapkan untuk suatu endapan placer yang merupakan
konsentrasi mekanik dari mineral berat, yang dapat menjadi suatu endapan
bijih jika menguntungkan dari segi nilainya.
Contohnya adalah emas, intan, timah (cassiterite), titanium (rutile), platina,
tungsten (scheelite), kromit, magnetit, phosphat.
 Tinggi jenjang yang disemprot pada umumnya berkisar antara 5 meter
sampai dengan 15 meter, tetapi dapat mencapai 60 meter. (Morrison dan
Russell, 1973).
 Alat yang digunakan adalah Monitor,
Klasifikasi dari monitor pada tambang semprot adalah sebagai berikut.
 Diameter nozzle, 40-150 mm
 Head, 30-140 N/cm2 atau 300-1400 kPa
 Debit, 30-250 liter/detik
 Debit water jet,
 Pasir, 0,15 m/detik,
 Kerikil (gravel), 1,5 m/detik,
 Boulders, 3,0 m/detik
Ekstraksi Aqueous, Daily, 1968
Kualitas endapan bahan galian (endapan placer) yang dapat di tambang dengan
cara Hydaulicking, sebagai berikut,
 Material di tempat memungkinkan terdesintegrasi oleh aksi tekanan air (atau aksi
mekanik ditambah hidrolik),
 Ketersediaan supply air pada head yang diperlukan,
 Ketersediaan ruang untuk penempatan waste,
 Konsentrat berat adalah mineral yang berharga, sehingga memungkinkan
dilakukan pengolahan mineral sederhana.
 Pada umumnya, gradient alamiah dan rendah sudah memungkinkan transportasi
hidrolik dari mineral,
 Dapat mematuhi peraturan-peraturan lingkungan yang berhubungan dengan air
dan pembuangan waste,
 Untuk mengangkut material hasil galian atau semprotan ke instalasi pengolahan
digunakan air yang digerakkan oleh pompa, jadi jika digunakan cara
penambangan tambang semprot harus tersedia cukup air, baik untuk operasi
penambangan maupun untuk proses pengolahannya (konsentrasi).
2. Kapal Keruk (Dredging),
 Penambangan endapan alluvial dengan menggunakan Kapal Keruk (Multi
Bucket Dredge atau MGM = Mesin Gali Mangkok) ini digunakan bila endapan
yang akan digali terletak di bawah permukaan air (penggalian bawah air dari
endapan placer).
Dredging adalah mesin tambang menerus yang ditemukan pertama kali.
Misalnya,
 Lepas pantai,
 Sungai,
 danau
 Darat (suatu lembah yang banyak tersedia banyak air, maka terlebih
dahulu harus disiapkan kolam untuk penempatan pontoon).
 Beberapa hal yang harus benar-benar diperhatikan untuk melakukan
penambangan dengan menggunakan Kapal Keruk adalah,
 Jenis Dredge,
 Pontoon,
 Mekanisme Kerja Kapal Keruk,
 Sistem penggaliannya.
 Dredges dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Turner, 1975 )
 Mekanik
 Bucket line (endless chain of buckets revolving along ladder).
 Bucket – wheel suction (buckets discharge in suction pipeline).
 Dripper (showel, grapple, or dragfine mounted on barge).
 Hidraulik
 Suction (open intake suction line).
 Cutter head (excavation by rotating cutter on suction line).
 Berdasarkan macam alat-galinya, maka kapal keruk yang digunakan untuk
penambangan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu,
 Multi bucket dredge, yaitu kapal keruk yang alat-galinya berupa
rangkaian mangkok (bucket).
 Cutter suction dredge, yaitu kapal keruk dengan alat-gali berupa pisau
pemotong yang menyerupai bentuk mahkota.
 Bucket wheel dredge, yaitu kapal keruk yang dilengkapi dengan timba
yang berputar (bucket wheel) sebagai alat-gali.
Mekanisme Kerja Kapal Keruk,
 Dengan memutar multi bucket dan mengenakan bagian bawah material
(overburden), maka akan terkeruklah secara continiu material-material
tersebut.
 Kemudian dengan upper tumbler yang bersegi enam, putaran rantai multi
bucket dihentakkan hingga muatannya akan tertumpah keluar, lalu melalui
hopper disalurkan ke revolving screen dilengkapi dengan satu pipa
penyemprot air yang gunanya untuk mengdistegrasikan pasir kaksa agar
tidak berbentuk gumpalan.
 Dengan demikian setelah terurai akan dapat lolos kedalam saringan,
sedangkan bouldernya meskipun disemprot dengan air tak akan pecah
merupakan “oversizenya” dan dengan melalui stacker oversizenya dibuang
keluar.
Sistem Penggalian
Sistem penggalian dengan kapal keruk dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam,
yaitu,
a. Sistem tangga (benches),
Yaitu, Cara pengerukan dengan membuat atau membentuk tangga atau
jenjang (benches).
Mekanisme kerjanya,
 Kapal Keruk melakukan penggalian dengan bucket pada tebing
membentuk bench,
 Arah gerakan maju kapal keruk dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
 Kapal keruk dapat dipakai untuk endapan emas alluvial apabila memenuhi
persyaratan-persayaratan antara lain persediaan air yang cukup untuk
pengapungan, tidak terdapat batuan intrusi dan keadaaan cuaca
memungkinkan.
Kerugiannya antara lain,
 Mudah dipengaruhi oleh angin dan gerakan air laut-ombak.
 Pengerukan yang efektif dengan kapal keruk pada kedalaman
yang cukup (± 3 meter) dan baisanya pada tambang Cassiterite
alluvial di Pulau Bangka dan Belitung yaitu pada daerah-daerah
yang cadangan memiliki kadar 1,2-5 kwintal (Sn / 1000 m3).
b. Sistem tekan,
Yaitu, Cara pengerukan dengan menekan tangga (ladder) sampai pada
kedalaman yang dikehendaki, kemudian maju secara bertahap tanpa
membentuk tangga.

Bucket pada ladder kapal keruk terus menggali dari bawah hingga ke atas
tebing ataupun sebaliknya.
c. Sistem Kombinasi,
Yaitu, Merupakan gabungan dari cara atau sistem tangga dengan sistem
tekan.
Biasanya sistem tangga dipakai untuk menggalikan tanah penutup,
sedangkan sistem tekan untuk menggali endapan bijihnya (kaksa).
3. Manual Mining Method,
 Manual method atau penambangan secara sederhana adalah penambangan
yang menggunakan tanaga manusia atau hampir tidak menggunakan tenaga
masin atau alat mekanis, biasanya hanya menggunakan Pahat, palu, linggis,
belincong, cangkul, sekop, bakul dan kerekan, kadang-kadang juga dipakai
crusher sederhada (rod mil).
 Cara ini biasanya dilakukan oleh rakyat setempat atau kontraktor kecil untuk
menambang endapan yang,
 Ukuran atau jumlah cadangannya tidak besar.
 Letaknya tersebar dan terpencil.
 Tetapi endapannya cukup kaya.
 Alat-alat konsetrasi yang biasanya digunakan pada manual method ialah,
 Pan / batea / dulang.
 Rocker (craddle).
 Longton,
 Dry washing,
 Sluice box.
Alat-alat penambangan (alat konsetrasi) yang digunakan pada manual method
adalah,
a. Pan (Batea atau Dulang),
 Cara penggunaan dan ukuran Pan dapat dipelajari saat praktikum
Pengolahan bahan galian,
 Panning dan sluicing method atau penambangan secara sederhana adalah
penambangan yang menggunakan tanaga manusia atau hampir tidak
menggunakan tenaga masin atau alat mekanis.
 Contoh,
 Tambang Timah di Pulau Bangka,
 Intan di Martapura,
 Emas di Lage.
b. Rocker (cradle),
Cara kerja alat Rocker adalah,
 Material yang mengadung mineral berharga yang bercampur dengan gangue
mineral ditumpukan dan dimasukkan melalui saringan atau screen lalu dialiri
air,
 Rocker di goyang-goyangkan dengan tuas yang telah tersedia, karena
adanya kanvas dan aliran air, maka mineral-mineral berharga dapat
tertangkap pada kanvas dan akan tercuci, dengan demikian dapat diperoleh
konsentratnya, tetapi proses ini membutuhkan waktu lama.
c. Longtom,
 Longtom berguna untuk disintegrasi material-material yang masih
menggumpal, jadi berfungsi sebagai disintegrator.
 Cara kerjanya yaitu,
 Material yang mungkin mengandung mineral-mineral berharga yang
masih bercampur dengan gangue mineral dialirkan bersama air lewat
fame, kemudian mengalir masuk ke dalam tom.
 Material-material diberi kesempatan untuk terurai dari gumpalan-
gumpalan hingga bentuk tom harus dibuat melebar.
 Menggunakan saringan atau screen lalu disaring hingga pebblenya tidak
ikut bercampur ke bawah (ke dalam sluice box).
 Di sluice box mineral-mineral yang berharga tertangkap oleh riffle.
 Setelah riffle penuh aliran air, lalu dihentikan untuk mengambil mineral
berharga yang tertangkap pada riffles (biasanya ukuran butirnya kecil-kecil
seperti butiran pasir), karena pengambilan mineral berharga pada riffle
tidak dapat secara terus menerus, maka prosesnya disebut “batch
process”. Yang keluar dari sluice box adalah tailing, jika tailing sudah
penuh maka diarahkan ke tempat lainnya.
d. Dry Washing,
 Alat Dry Washing hampir sama dengan alat Sluice box, dimana kanvasnya
berlubang-lubang dan kasar (kanvas dari metal) dan udara dihembuskan
terputus-putus dari bawah (pulsating air).
 Alat Dry Washing ini dibuat untuk mengrecover mineral-mineral berharga
yang di dapat di daerah gurun (di tempat yang sukar sekali air), jadi disini
mineral mineralnya dalam keadaan kering dan tak ada persediaan air yang
cukup untuk pencucian.
 Prinsip kerja dry washing hampur sama dnegan sluice box, hanya saja dasar
dari dry washing diberi kanvas atau screen.
 Cara kerjanya adalah,
 Material-material yang akan dipisahkan yaitu mineral-mineral berharganya
dari material-material tak berharga ditumpahkan ke dalam dry wahing.
 Bersamaan dengan itu dari pipa penghembus dihembuskan udara secara
‘intermittent’’ (terputus-putus), yang mengakibatkan mineral-mineral yang
berat akan tertampung pada riffles dan ada yang akan bergerak sesuai
kemiringan daripada alat tersebut, dengan demikian terjadilah proses
pemisahan antara mineral-mineral yang berharga dengan gangue mineral.
e. Sluice box,
Cara Kerja Sluice box adalah,
 Pada waktu pulp (material-material yang berupa lumpur atau campuran
antara air dengan material-material solid) melintasi riffles sehingga material-
material yang ringan akan ikut bersama-sama dengan aliran pulp keluar
sluice box sebagai tailing.
 Sluice box masih banyak diperguankan pada tambang-tambang Cassiterite di
Pualng Bangka. Terutama pada tambang-tambang kontrak karya, yang realtid
lebih kecil baik perkiraan cadangannya maupun luas daerah kuasa
pertambangannya dibandingkan dengan tambang-tambang yang diusahakan
oleh PT Timah itu sendiri.
 Kelemahan cara penambangan Manual Method adalah diperlukan banyak
sekali pekerja, karena alat-alatnya yang digunakan sangat sederhana sekali,
sehingga dapat dikategorikan dalam usaha pertambangan padat karya.
B. KLASIFIKASI HOWARD L. HARTMAN, 1987
Hartman mengklassifikasikan tambang terbuka menjadi,
 PenambanganTerbuka Sistem Ekstraksi Mekanis,
 Open Pit, → telah dibahas
 Quarrying, → telah dibahas
 Open Cash, → telah dibahas
 Augering
 Penambangan Terbuka Sistem Aqueos,
 Hydraucking, → telah dibahas
 Dredging, → telah dibahas
 Borehole,
 Leaching.
Pemilihan cara yang akan digunakan tergantung pada sejumlah faktor keadan
endapannya.
Klassifikasi Tambang Terbuka (Hartman, 1987)
Kesimpulan dari Tabel,
 Tambang terbuka umumnya lebih serba guna, terutama berkaitan dengan
kekuatan bijih dan batuan samping, dip endapan, dan kadar bijih, tetapi sangat
bergantung dengan bentuk dan ukuran endapan, keseragaman kadar dan
kedalaman (keduanya mutlak dan bergantung pada nisbah kupas/stripping ratio),
 Penerapan ideal pada endapan yang besar, perlapisan datar (atau massif)
dengan sebaran secara mendatar luas dan tebal dan keterdapatannya dekat
permukaan,
 Kurang cocok untuk endapan yang kecil, tipis, kadar tidak merata, kemiringan
besar dan posisinya dalam,
 Penambangan dengan ekstraksi mekanis lebih konvensional, banyak diterapkan,
mudah dalam pelaksanaannya dan fleksibel dalam perubahan metode
penambangan,
 Penambangan dengan ekstraksi aqueous lebih murah dan cocok untuk
diterapkan pada endapan kecil dengan kadar yang bervariasi, tetapi sangat
terbatas penerapannya pada endapan yang rentan terhadap terhadap air dan jika
pemenuhan kebutuhan air memerlukan biaya yang mahal.
1. Penambangan Terbuka Sistem Ekstraksi Mekanis

 Penambangan endapan bijih, batubara atau batuan yang dilakukan di permukaan


bumi dikenal sebagai tambang terbuka, jadi metoda ini pada prinsipnya
berdasarkan pada kata “permukaan”.
Metoda ekstraksi mekanik yang menggunakan proses mekanik pada lingkungan
yang kering dapat dibedakan atas, yaitu,
 Open pit mining,
 Quarry,
 Open cast mining,
 Auger mining.
 Umumnya, hampir 90% produksi bahan galian di tambang dengan metode
tambang terbuka dengan menerapkan ke empat cara ini.
 Lebih spesifik lagi, jika dilihat dari total produksinya maka tambang open pit dan
open cast (gambar) merupakan metode penambangan yang paling banyak
diterapkan dalam tambang terbuka.
 Auger Mining,
 Auger mining
Adalah, Sebuah metode penambangan yang berhadapan dengan dinding
yang tinggi atau penambangan singkapan (outcrop recovery)
lapisan batubara (endapan target) dengan pemboran ke dalam
lapisan endapan tersebut tanpa melakukan penggalian lapisan
penutup.
 Auger mining lahir sebelum 1940-an untuk mendapatkan batubara pada sisi
dinding tinggi (high wall) dari batas akhir tambang (pit limit) terbuka secara
konvensional.
 Penambangan batubara dengan auger bekerja dengan prinsip drag bit rotary
drill skala besar. Tanpa merusak lapisan batubara dan juga lapisan batuan di
atasnya, auger mengekstraksi dan menaikkan batubara dari lubang dengan
memanfaatkan ulir di stang-bor dan kungkungan dinding lubang bor (gambar).
 Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger mining menjadi relatif
mudah jika dilakukan bersamaan dengan pemakaian metode open cast atau
open pit. Setelah open pit / open cast selesai dan belum dilakukan backfilling,
auger drilling dapat ditempatkan pada lokasi di dekat high wall.
 Untuk menambang endapan batubara yang tipis dan tersingkap di lereng
bukit dapat dipakai auger head miner yang memiliki auger berdiameter 28-36
inchi (71-91cm). Kemudian alat ini diperbaiki menjadi twin auger yang
berdiameter 20-28 inchi (50-71 cm) dengan kedalaman penggalian efektif 5 ft
(1,5 m).
 Pada saat penambangan alat ini ditempatkan dibagian pinggir lombong
(stope). Auger yang satu diletakkan di dasar lombong, sedang auger yang
kedua dinaikkan sehingga alat tersebut digerakkan kesamping ke arah pinggir
lombong diseberangnya dengan ditarik kabel yang diikatkan pada 2 buah
jangkar penopang di kiri-kanan alat. Gerakan ke samping itu dilakukan
berulang-ulang sambil diikuti dengan gerakan maju. Batubara yang tergali
diterima oleh chain conveyor pengumpul untuk diangkat ke luar lombong.
 Keuntungan-keuntungan dengan menggunakan metode Auger Mining ini
adalah,
 Dapat mencapai laju penetrasi yang tinggi,
 Volume perusakan tinggi dalam waktu yang singkat,
 Tingkat polusi suara rendah,
 Tidak memerlukan medium pembilas untuk membersihkan kompresor
ataupun pompa pembilas.

 Kondisi endapan yang dapat menggunakan metode ini berdasarkan Pfleider


(1973) dan Anon (1979) adalah,
 Endapan yang memiliki bentuk tabular dan berlapis,
 Kemiringannya mendekati horisontal,
 Keseragaman bijih/endapan target tinggi,
 Kadar dapat sangat rendah dan kedalamannya dangkal (terbatas sampai
ketinggian dinding dimana auger ditempatkan).
 Semua penambangan dengan menggunakan auger, diterapkan pada high
wall atau singkapan dari batubara di daerah pegunungan dan dikombinasikan
dengan metode penambangan open pit atau open cast (gambar).
 Pada sistem Quarry dan Auger, selalu dilakukan aktivitas peledakan,
sedangkan pada sistem Open pit, tanah penutupnya dikupas dan
ditransportasikan ke suatu daerah pembuangan yang tidak ada endapan
mineral di bawahnya.
 Open cast yang hampir sama dengan sistem Open pit, tetapi berbeda pada
satu hal yaitu tanah penutup tidak dibuang ke daerah pembuangan tetapi
diangkut langsung ke daerah yang berbatasan yang telah ditambang.
 Aktivitas penambangan pada sistem-sistem ini terdiri dari pekerjaan
penggalian dan pengangkutan yang pada umumnya menggunakan kombinasi
peralatan mekanis. Sistem Quarry hampir sama dengan open pit, tetapi tinggi
jenjang disesuaikan dengan alat mekanis yang digunakan sedangkan
kemiringan jenjang dapat dibuat hampir vertikal.
 Sistem Quarry selama ini dapat diterapkan untuk endapan bahan galian
logam, namun lebih disukai bila Quarry diterapkan untuk operasi batu
berdimensi, jadi batu gamping yang di-crusher dihasilkan oleh open pit
sedangkan batu gamping berdimensi dihasilkan oleh Quarry.
 Auger mengekstraksi dan menaikkan batubara dari lubang dengan
memiringkan conveyor atau pemuatan dengan menggunakan loader ke
dalam truk. Penambangan dengan sistem auger merupakan salah satu
metode rotary drilling, dimana tanah dibawa ke permukaan melalui pengaliran
oleh alat auger. Bekas lubang dibersihkan dan selalu stabil dalam formasi
lepas walaupun tanpa pembilasan air atau penggunaan semprotan air.
 Diameter lubang yang besar pada tanah dan batuan yang tidak keras dapat
dibor dengan cepat dan biaya yang murah dengan auger drilling secara
mekanis.
 Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger mining adalah tugas yang
mudah jika dilakukan bersamaan dengan pemakaian metode open cast atau
open pit. Setelah kondisi dinding tinggi, auger drilling dapat ditempatkan pada
lokasi.
 Semua aplikasi penambangan dengan menggunakan auger, diterapkan pada
dinding tinggi atau singkapan dari batubara di daerah pegunungan dan
dirangkaikan dengan metode penambangan open pit atau open cast.
2. Penambangan Terbuka Sistem Aqueous (Ekstraksi dgn Air)

 Metode penambangan Aqueous ini berhubungan dengan air atau cairan untuk
memperoleh mineral dari dalam bumi, baik dengan aksi hidrolik maupun dengan
serangan cairan, masih sangat kurang populer pemakaiannya pada tambang
terbuka.
 Metode Aqueous dapat dibedakan menjadi dua jenis sistem penambangan, yaitu,
 Placer Mining, → telah dibahas
Adalah, Suatu cara penambangan yang menggunakan air untuk menggali,
mentransportasi dan mengkonsentrasikan mineral-mineral berat.
Contoh, Placer mining terdiri dari hydraulicking dan dredging,

 Solution Mining,
Adalah, Metoda yang membuat cair mineral-mineral sehingga dapat
ditransportasikan dengan menggunakan air atau cairan pelarut.
Contoh, Solution mining terdiri dari borehole extraction dan leaching.
Solution Mining
 Borehole Extraction,
 Bila produksi bijih konvensional menjadi lebih sulit dan lebih mahal, maka
daya tarik solution mining sebagai metoda eksploitasi meningkat.
 Solution mining
Adalah, Salah satu metoda ekstraksi aqueous dimana mineral diperoleh
biasanya ditempat dengan dilarutkan, dicairkan, diluluhkan atau
slurrying meskipun beberapa persiapan atau eksploitasi dibawah
tanah, tetapi hampir semua operasi dilakukan dipermukaan.
 Pada borehole mining,
Air diinjeksikan melalui lubang bor kedalam formasi mineral yang kemudian
dilarutkan, dicairkan atau sluffies menjadi mineral berharga dan dipompakan
kepermukaan melalui lubang bor. Kadang–kadang suatu reagen ditambahkan
ke air, yang membentuk leaching kimia.
 Contoh,
Mineral yang dapat dieksploitasi dengan borehole mining adalah,
 Endapan Evaporit seperti endapan garam, potash dan belerang,
 Frasch process (melting), endapan phospat, kaolin, oil sand, batubara,
gilsonite,
 Slurrying (percobaan) seperti uranium,
 leaching kimia seperti liquate
 Leaching,
 Leacing,
Adalah, Ekstraksi kimia dari metal atau mineral dari ikatan suatu cadangan
bijih sebaik dari material yang telah digali dan ditambang (schlitt,
1982).
 Proses pada dasarnya adalah kimiawi tetapi dapat juga proses
bakteri (beberapa bakteri beraksi sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi pada leaching suffida).
 Jika ekstraksi dilakukan ditempat mineral tersebut maka
dinamakan leaching insitu, dan bila dilakukan ditempat
penimbunan disebut leaching timbunan (heap leaching) yang
dan termasuk kategori metoda penambangan sekunder.
 Leaching pada saat ini adalah proses kombinasi, karena ditambahkan pada
ekstraksi, hal itu dilengkapi benefication dalam tahap awal dari pengolahan
mineral (lastra, dan chase, 1984).
 Biaya produksi dengan proses Leaching cenderung relative lebih rendah dari
pada metoda penambangan konvensioanl,
 Sebagai perbandingna (Bhappu, 1982) menunjukkan untuk tambang
tembaga, biaya produksi total yang diperkirakan untuk metoda open pit
sekitar US $ 5,00 – US $ 6,80 / ton
 Leaching insitu sekitar US $ 3,60 – US $ 4,40/ ton.
 Contoh,
 Leaching insitu sejauh ini dibatasi pada tembaga dari uranium,
 Emas dan perak dengan leaching timbunan.
 Studi percobaan mengindikasikan bahwa banyak logam seperti mangan,
emas-perak, alumunium, dan cobalt-nikel, adalah kandidat utama untuk
leaching insitu (Porter et.al, 1982). Leaching insitu dari lignite juga sedang
diteliti (Salderdan Huang, 1981).
C. KLASIFIKASI K A SWEET
KA Sweet mengklasifikasikan tambang terbuka menjadi beberapa kelompok, yaitu,
1. Placer Mining, → telah dibahas
 Panning and Sluicing,
 Hydaulicking,
 Dredging.
2. Open Pit, → telah dibahas
 Single Bench,
 Multiple Bench,
 Strip Mining,
 Quarry Mining.
3. Glory Hole.
Penjelasan berikut menjelaskan pengertian-pengertian masing-masing sistem
yang dimaksudkan oleh KA Sweet.
 Gophering (Coyoting) atau Lubang Tikus
Adalah, Suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu
mengadakan persiapan-persiapan penambangan (development works)
dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya endapan bijih.
Oleh karena itu ukuran stope juga tidak menentu, tergantung dari
ukuran endapan bijih di tempat itu dan tanpa penyanggaan.
 Cara penambangan ini adalah cara penambangan yang paling sederhana,
tanpa penyangga dan penggalian dilakukan tanpa alat-alat mekanis.
Oleh sebab itu, metode ini sangat cocok untuk daerah-daerah yang upah
buruhnya rendah.
 Cara penambangan Gophering hanya mengikuti arah vein.
Kalau cara ini diterapkam pada vein yang sangat kaya, metode ini sering
memberikan keuntungan sementara.
Hal ini karena biaya pembuatan lubang bukaan dengan ukuran yang sangat
bervariasi sangat mahal.
 Endapan bijih yang kecil-kecil, terpisah-pisah, letaknya terpencil dan
bentuknya tidak teratur, tidak mungkin ditambang secara sistematis. Akan
tetapi, cukup menguntungkan untuk ditambang karena memiliki nilai yang
tinggi.
 Cara penambangan yang dapat diterapkan adalah dengan menambang
secara sederhana tanpa development works, yaitu langsung menggali
endapan bijih mengikuti arah dan bentuk alamiahnya. Bila endapan bijih
tersebut tidak homogen, pillar terkadang ditinggalkan dari bagian-bagian yang
kadarnya tidak ekonomis.
 Cara penambangan ini tidak dibenarkan untuk menambang ore shoot atau
chimney, karena akan mengganggu cara penambangan sistematis yang
dipakai untuk menambang endapan bijih secara keseluruhan. Tetapi cara ini
dapat dipakai untuk menambang bagian-bagian endapan bijih yang berkadar
tinggi walaupun letaknya tidak memungkinkan untuk ditambang secara
sistematis.
 Endapan bijih yang biasanya ditambang dengan cara ini adalah endapan bijih
yang memiliki karateristik sebagai berikut:
 Kekuatan bijih : relatif kuat
 Kekuatan batuan : cukup kuat
 Bentuk endapan : tidak teratur
 Kemiringan endapan : tidak teratur (spotty deposits)
 Ukuran endapan : kecil atau lebarnya < 3 m, terpisah-
pisah, terpencil letaknya.
 Kadar bijih : tinggi, bagian-bagian yang miskin
ditinggalkan sebagai pilar.
 Keuntungan Gophering,
 Ongkos penambangan murah.
 Memberi tempat kerja dan memperoleh pendapatan tambahan bagi
penduduk di sekitar endapan.
 Kerugian Gophering,
 Produksinya rendah.
 Mencemari lingkungan hidup di sekitarnya.
 Kurang memperlihatkan keselamatan dan kesehatan kerja para
pekerjanya.
 Glory Hole (Underground Milling)
 Glory hole (underground milling), bentuknya yang menyerupai corongan (mill
hole), corongan tersebut terdiri dari jenjang-jenjang (benches) yang
membentuk lingkaran-lingkaran konsentris (bulat atau ellips) mengelilingi
sebuah raise atau winze.
 Sebelum dimulai penambangan, endapan bijih dibagi dalam blok-blok oleh
beberapa level atau sublevel untuk menghubungkan beberapa raise dengan
jarak tiap level antara 8 - 15 m.
 Cara ini cocok untuk endapan-endapan bijih dengan karateristik sebagai
berikut,
 Kekuatan bijih, : kompak dan kuat
 Kekuatan batuan samping,: kompak dan kuat
 Bentuk endapan, : bulat atau ellips, besar dan
masif
 Kemiringan endapan, : > 80o
 Ukuran endapan, : < 10 m
 Kadar bijih, : sedikit merata, sorting tidak
dapat dilakukan
 Glory hole merupakan suatu operasi penambangan dimana bijih dihancurkan
oleh peledakan kemudian jatuh ke jalan bijih (ore pass) oleh efek gravitasi.
 Metode penambangan underground glory hole dapat diterapkan untuk
berbagai tipe cebakan, walaupun bentuk bahan galian tidak mempunyai
kecenderungan untuk bisa dikumpulkan pada drawpoint.
 Keuntungan Glory Hole
 Ongkos penambangan murah, karena tak perlu modal besar.
 Cara kerjanya relatif mudah dan sederhana, sehingga tak perlu karyawan
terampil (skilled labours).
 Relatif aman.
 Kerugian Glory Hole
 Produksi kecil, yaitu 50-100 ton/hari, karena banyak pekerjaan yang
ditangani secara manual, sehingga pendapatan kecil, berarti keuntungan
juga kecil.
 Sulit mempertahankan jenjang-jenjangnya karena kesulitan dalam
menurunkan batuan hasil peledakan.
D. TAMBANG TERBUKA BATUBARA
 Klassifikasi Tambang terbuka untuk endapan batubara didasarkan pada letak
endapan dan alat-alat mekanis yang dipergunakan.
 Teknik penambangan pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi dan
topografi daerah yang akan ditambang.
 Tambang terbuka untuk endapan batubara dibagi menjadi beberapa metode,
yaitu,
 Contour Mining, → telah dibahas
 Area Mining, → telah dibahas
 Strip Mining, → telah dibahas
 Auger Mining, → telah dibahas
 Open Pit Method,
 Box Cut Mining.
 Mountaintop Removal Method,
 Open Pit Method,
Metode ini digunakan untuk endapan batubara yang memiliki kemiringan (dip)
yang besar dan curam. Endapan batubara harus tebal bila lapisan tanah
penutupnya cukup tebal.
 Lapisan miring,
Cara ini dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri dari satu lapisan
(single seam) atau lebih (multiple seam). Pada cara ini lapisan tanah penutup
yang telah dapat ditimbun di kedua sisi pada masing-masing pengupasan
(Gambar).
 Lapisan tebal,
Pada cara ini penambangan dimulai dengan melakukan pengupasan tanah
penutup dan penimbunan dilakukan pada daerah yang sudah ditambang.
Sebelum dimulai, harus tersedia dahulu daerah singkapan yang cukup untuk
dijadikan daerah penimbunan pada operasi berikutnya (Gambar).
 Pada cara ini, baik pada pengupasan tanah penutup maupun penggalian
batubaranya, digunakan sistem jenjang (benching system).
 Box Cut Mining,
 Sebenarnya yang dimaksud dengan box cut adalah suatu lubang galian awal
pada daerah yang efektif datar yang tak memiliki daerah pembuangan tanah
penutup, sehingga tanah penutup terpaksa dibuang kesamping lubang galian
awal.
 Kemudian lubang galian awal ini dikembangkan menjadi kawasan
penambangan yang lebih baik dengan berbagai cara. Pengembangan box cut
itu adalah yang disebut advance benching system.
 Bila tanah penutupnya lunak, maka dapat dipakai dragline atau back hoe
sebagai alat gali sehingga box cut-nya dapat diperluas menjadi medan kerja
(front) yang memanjang. Batubara yang telah terkupas kemudian ditambang
dengan peralatan khusus, misalnya dengan pemboran dan peledakan atau
penggaruan (ripping), Kemudian dimuatkan ke alat-angkut untuk dibawa
keluar tambang.
 Mountaintop Removal Method,
 Metode mountaintop removal method ini dikenal dan berkembang cepat,
khususnya di kentucky timur (amerika serikat).
 Dengan metode ini lapisan tanah penutup dapat terkupas seluruhnya,
sehingga memungkinkan perolehan batubara 100%.
Contoh Aktivitas Penambangan Emas

 Greenwood dkk (1989) mengatakan bahwa, endapan bijih emas yang layak
untuk dieksploitasi sebagai industri pertambangan emas adalah bila kandungan
emasnya sekitar 25 g/ton (25 ppm).
 Dalam kajian geologi, sebagian besar endapan emas dapat ditemukan berasal
dari, yaitu,
 Emas yang terdapat dari pembekuan langsung secara cepat dari magma
dalam perut bumi,
 Emas terbentuk dari celah epithermal yang kemudian membeku,
 Emas terbentuk akibat pengikisan dari batuan epithermal maupun
hydrothermal yang kemudian terendapkan pada daerah aliran sungai.
 Pemilihan cara penambangannya tergantung pada karakteristik dari endapan
emas itu sendiri, apakah tambang terbuka atau tambang bawah tanah.
 Ganesa endapan emas dapat dikategorikan menjadi dua tipe, yaitu,
1. Endapan primer (Cebakan Primer),
 Merupakan emas yang ditemukan dalam bentuk logam (native) dan
terdapat di dalam retakan-retakan batuan kuarsa dan dalam bentuk
mineral yang terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian
di permukaan.
 Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan
aktifitas hidrotermal, yang membentuk tubuh bijih dengan kandungan
utama silika.
 Cebakan emas primer mempunyai bentuk sebaran berupa urat (vein)
dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa.
 Cebakan emas primer dapat ditambang secara tambang terbuka (surface
mining) maupun tambang bawah tanah (underground minning).
2. Endapan plaser (Cebakan Sekunder),
 Emas dapat juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk
karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung
emas (gold-bearing rocks, Lucas, 1985).
 Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan
emas primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya
penyusun bijih emas primer. Proses tersebut menyebabkan juga terlepas
dan terdispersinya emas. Terlepas dan tersebarnya emas dari ikatan bijih
primer dapat terendapkan kembali pada rongga-rongga atau pori batuan,
rekahan pada tubuh bijih dan sekitarnya, membentuk kumpulan butiran
emas dengan tekstur permukaan kasar. Akibat proses tersebut, butiran-
butiran emas pada cebakan emas sekunder cenderung lebih besar
dibandingkan dengan butiran pada cebakan primernya (Boyle, 1979).
 Proses pengkonsentrasian secara mekanis melalui proses erosi,
transportasi dan sedimentasi (terendapkan karena berat jenis yang tinggi)
yang terjadi terhadap hasil disintegrasi cebakan emas pimer
menghasilkan endapan emas aluvial (placer deposit).
 Cebakan emas sekunder ditambang secara tambang terbuka.
 Karakteristik endapan bijih tipe vein (urat) yang mempengaruhi teknik
penambangan antara lain,
 Komponen mineral logam tidak tersebar merata pada badan urat.
 Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
 Kebanyakan urat mempunyai lebar yang kecil sehingga rentan dengan
pengotoran ( dilution ).
 Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution
pada batuan samping.
 Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan atau kontak dengan batuan samping, impregnasi pada
batuan samping, serta pola urat yang menjari (bercabang).
 Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang
terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic (tidak beraturan) dan
sulit diprediksi.
 Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.
 Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, metode penambangan yang
umum diterapkan adalah tambang bawah tanah (underground) dengan Metode
Gophering,
 Metode Gophering
Yaitu, Suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu mengadakan
persiapan-persiapan penambangan (development works) dan arah
penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih, oleh karena itu
ukuran lubang (stope) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran cebakan
bijih di tempat itu dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik.
 Cara penambangan ini umumnya tanpa penyangga yang memadai dan
penggalian umumnya dilakukan tanpa alat-alat mekanis.
 Penambangan dilakukan secara sederhana, tanpa development works, dan
langsung menggali cebakan bijih menuruti arah dan bentuk alamiahnya. Bila
cebakan bijih tersebut tidak homogen, kadang-kadang terpaksa ditinggalkan
pillar yang tak teratur dari bagian-bagian yang miskin.
 Jalan masuk menuju urat bijih emas harus dibuat lebih dari satu buah dan
dapat dibuat datar atau horizontal (miring atau inclined) maupun tegak lurus
atau vertikal sesuai dengan kebutuhan, yaitu,
 Ukuran jalan masuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau
disarankan diameter > 100 cm,
 Lokasi jalan masuk berada pada daerah yang stabil (kemiringan < 30°)
dan diusahakan tidak membuat jalan masuk pada lereng yang curam,
 Lubang bukaan harus dijaga dalam kondisi stabil (tidak runtuh), bila
diperlukan dapat dipasang suatu sistem penyanggaan yang harus dapat
menjamin kestabilan lubang bukaan (untuk lubang masuk dengan
kemiringan > 60° disarankan untuk selalu memasang penyangga),
 Kayu penyangga yang digunakan disarankan kayu kelas 1 (kayu jati,
kihiang, rasamala), ukuran diameter atau garis tengah kayu penyangga
yang digunakan disarankan tidak kurang dari 7 cm.
 Jarak antar penyangga disarankan tidak lebih dari 0.75 x diameter bukaan
(tergantung kelas kayu penyangga yang digunakan dan kekuatan batuan
yang disangga).
 Sirkulasi udara harus terjamin sehingga dapat menjamin kebutuhan
minimal 2 m3/menit, bila perlu dapat menggunakan blower atau
kompresor untuk men-supply kebutuhan oksigen ke dalam lubang,
 Disekitar lubang masuk dibuat paritan untuk mencegah air masuk, dan
paritan diarahkan menuju ke kolam pengendap dengan pengendapan
dilakukan bertahap, bila perlu dapat menggunakan pompa air submersible
untuk membuang genangan air dari dalam lubang.

 Metode Gophering ini umum diterapkan di berbagai daerah operasi tambang


emas rakyat di Indonesia, seperti di,
 Ciguha,
 Pongkor Bogor,
 Gunung Peti,
 Cisolok Sukabumi,
 Gunung Subang,
 Proses penambangan emas metode gophering dalam skala tambang rakyat
dilakukan dengan tahapan, yaitu,
 Pembuatan lubang masuk ke tambang,
 Pembangunan akses menuju badan bijih merupakan lubang masuk yang
dibuat sangat sederhana dengan diameter umumnya hanya dapat untuk 1
orang saja,
 Akses menuju badan bijih dibuat sesuai lokasi badan bijih yang menjadi
target, terdapat 2 cara untuk menuju badan bijih berdasarkan lokasi dari
cebakan, yaitu,
 Menggunakan drift (lubang masuk horizontal), jika lokasi badan bijih
relatif sejajar dengan jalan masuk utama,
 Menggunakan shaft (lubang masuk vertikal), jika lokasi badan bijih
relatif di bawah jalan masuk utama.
 Lubang masuk ke tambang, akses menuju badan bijih dibuat secara
sederhana, dengan lokasi kerja yang hanya cukup untuk dipakai satu
orang saja dengan diameter sekitar 1 – 1,5 meter.
 Lubang masuk tersebut dibuat tanpa penyangga atau hanya dengan
penyangga sederhana untuk daerah yang diperkirakan rawan runtuh.
 Penggalian bijih emas dilakukan dengan mengikuti arah kemenerusan
bijih.
 Memahat urat emas.
 Alat yang dipakai untuk keperluan pemberaian batuan berupa alat gali
manual, seperti belincong.
 Pengangkutan bijih emas dari dalam tambang menuju ke luar tambang
dilakukan secara manual. Jalur pengangkutan menggunakan jalan masuk
utama.
 Khusus untuk akses menggunakan shaft, pengangkutan dibantu dengan
sistem katrol.

Вам также может понравиться