Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. Naila Rahmatika
(20171660061)
2. Fitri Kumala Dewi
(201716600)
3. Ine Dzulfitriyanti Putri
(20171660073)
Nilai-Nilai Sosial Kemanusiaan
(Teologi Al-ma’un)
Ayat yang menjadi landasan bagi gerakan-gerakan sosial dalam Islam, itulah Al-
Ma'un. Al-Maun dibuka dengan sebuah pertanyaan lebih tepatnya “sindiran”:
Tahukah engkau dengan para pendusta agama? Frase yang digunakan oleh Al-
Qur'an terasa sangat menohok: "pendusta agama". Kita tentu akan penasaran
siapakah mereka yang dihardik oleh Al-Qur'an dengan ungkapan "pendusta agama"
itu?
Ayat kedua dan ketiga memberikan penjelasan.
Pertama, orang yang menghardik anak yatim (ayat 2). Kedua, menolak memberi
makan orang miskin (ayat 3). Buya Hamka memberi tafsir atas ayat ini dengan
kata "menolakkan". Di dalam ayat kedua tertulis yadu'-'u (dengan tasydid),
artinya yang asal ialah menolak. Kata tersebut ditafsirkan orang lain dengan
"menghardik" atau sejenisnya, tetapi kata Hamka yang lebih tepat adalah
"menolakkan". Kata "menolak" itu bermakna membayangkan kebencian yang
sangat. Artinya, jika seseorang merasa benci dengan anak yatim karena
keyatimannya, berarti ia mendustakan agama. Sebabnya ialah rasa sombong dan
rasa bakhil, menurut Hamka. Membenci anak yatim berarti membenci
keberasalan Nabi Muhammad. Sebab, Nabi adalah anak yatim, yang
dipinggirkan oleh keluarganya, hidup dengan menggembala, berkutat dengan
kemiskinan di masa kecilnya
Ayat berikutnya, dengan lebih lantang, mengatakan pada kita: “Maka celakalah orang-
orang yang salat! Bagaimana mungkin, pengabdian transendental seorang muslim,
melalui shalatnya kepada Allah, disebut sebagai perbuatan yang tidak hanya sia-sia, tapi
juga mencelakakan?”
Ada tiga parameter celakanya orang-orang yang shalat (ayat 4-7). Pertama, mereka
yang lalai dalam shalatnya (ayat 5). Kedua, mereka yang berbuat riya' (ayat 6). Ketiga,
mereka yang menolak memberi pertolongan. Buya Hamka menafsirkan bahwa "lalai"
berarti shalat tanpa diikuti oleh kesadaran sebagai hamba Allah. Kata Buya Hamka:
"Saahuun; asal arti katanya ialah lupa. Artinya dilupakannya apa maksud sembahyang
itu, tidak didasarkan atas pengabdian kepada Allah, walau ia mengerjakan ibadah.
Ibadah tanpa kesadaran, adalah sebuah kelalaian, begitu tafsir Buya Hamka. Kesadaran
penting, manakala kita melakukan purifikasi atas niat beribadah itu.
Maksud mengamalkan surat al-Ma’un. Menurut beliau, mengamalkan bukan sekadar
menghafal atau membaca ayat tersebut. Namun, mengamalkan berarti mempraktikkan
al-Ma’un dalam bentuk amalan nyata. “Oleh karena itu", lanjut KH Ahmad Dahlan,
“carilah anak-anak yatim, bawa mereka pulang ke rumah, berikan sabun untuk mandi,
pakaian yang pantas, makan dan minum, serta berikan mereka tempat tinggal yang
layak. Untuk itu pelajaran ini kita tutup, dan laksanakan apa yang telah saya
perintahkan kepada kalian". KH Ahmad Dahlan lantas mengajak murid-muridnya
mencari anak yatim, dan kemudian melaksanakan apa yang sudah difirmankan Allah
tersebut. Dari sana, lahirlah Muhammadiyah dengan amal usahanya. Inilah teologi Al-
Ma'un, landasan bagi gerakan sosial Islam. Dan dimensinya yang universal menembus
batas jama'ah, menembus batas ormas, bahkan menembus batas-batas agama.
Gerakan Peduli Fakir Miskin dan
Yatim Piatu
Gerakan peduli pada fakir miskin dan yatim piatu salah satunya adalah berzakat. Di
jelaskan dalam Surat At-Taubah : 60 tentang kelompok penerimaan zakat, fakir
miskin dan yatim piatu termasuk golongan yang wajib menerima zakat. Karena
anak yatim dan yatim piatu adalah anak yang ditinggal meninggal oleh orang
tuanya baik ayahnya atau ibunya atau keduanya dan belum dewasa serta belum
dapat mencari nafkah sendiri. Sedangkan fakir miskin adalah golongan yang tidak
mendapati sesuatu yang mencukupi kebutuhan mereka. Ada yang mencontohkan
bahwa fakir itu pendapatan sehari-hari kurang dari separuh kebutuhannya,
sedangkan miskin pendapatannya kurang dari kebutuhannya tetapi pendapatannya
diatas 50% kebutuhannya namun masih kurang.
Muhammadiyah adalah institusi dan institusionalisasi teologi Al-Ma’un yang
diharapkan perduli pada kaum tersebut dalam mengikis problematika social.
Muhammadiyah dalam praktisi sosial dengan pemihakan terhadap kaum
mustadl’afin, dhuafa, masakin, dan anak yatim, mengilhami Muhammadiyah untuk
mendirikan banyak lembaga pendidikan, panti asuhan, rumah sakit, dan tempat
layanan sosial lainnya. Pendirian tempat layanan sosial adalah kepedulian
Muhammadiyah kepada kaum miskin dan kepentingan umat.
Bentuk dan Model Gerakan Sosial
Muhammadiyah
Revitalisasi merupakan salah satu jenis atau bentuk perubahan (transformasi) yang
mengandung proses penguatan, meliputi peneguhan terhadap aspek-aspek yang
selama ini dimiliki (proses potensial) maupun dengan melakukan pengembangan
(proses aktual) menuju pada keadaan yang lebih baik dan lebih maju dari kondisi
sebelumnya. Revitaliasi sebagai proses perubahan yang direncanakan meliputi
tahapan-tahapan penataan, pemantapan, peningkatan dan pengembangan yang
dilakukan secara berkesinambungan.
Langkah-langkah revitalisasi gerakan muhammadiyah yaitu melakukan
penguatan seluruh aspek gerakan dan menggerakkan segenap potensi
Muhammadiyah dalam menjalankan amanat Muktamar dengan langkah-
langkah sebagai berikut: