Вы находитесь на странице: 1из 9

1.

Nor Jazilah 160100807


2.Nuraini Niken Damayanti 160100809
3.Nurhikmah Namotemo 160100810
4.Nurluyatuzakiah 160100811
5.Pratama Dhukha Nuryanto 160100812
6.Prisma Peggy Novianasari 160100813
7.Ratih Leni Puspita 160100815
8.Retno Rahayu 160100816
9.Ria Sahrun 160100817
10.Rian Kurnia 160100818
11.Rina Librianty 160100819
12.Rista Sulistiani 160100821
Latar Belakang
Penyakit kronis menjadi sebuah fenomena yang
banyak terjadi di kalangan masyarakat. Penyakit kronis
merupakan penyakit yang tidak menular dari satu orang
ke orang lainnya, namun memiliki durasi yang lama dan
perjalanan yang lambat, diantaranya adalah penyakit
jantung, stroke, kanker, penyakit pernafasan kronis dan
diabetes merupakan penyebab utama kematian di dunia
mewakili 60% dari semua jumlah kematian (WHO,
2017).
Penyakit kronis diperkirakan telah menyumbang
46% dari beban penyakit global pada tahun 2001, dan
angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 57%
pada tahun 2020 (WHO, 2016). Salah satu penyakit
kronis yang ada di kalangan masyarakat adalah gagal
ginjal kronik.
Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah kegagalan fungsi
ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit (toksit uremik) di dalam darah (Mutaqin,
dkk.2011).
Gagal ginjal tahap akhir adalah stadium gagal ginjal
yang dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan
terapi pengganti yaitu hemodialisa, dialysis pentoneal dan
transplantasi ginjal (Suhardjono, 2003).
Setiap tahunnya prevalensi penyakit gagal ginjal terus
meningkat. Di Indonesia, menurut data dari Persatuan
Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2013 mencapai 30,7
juta penduduk yang mengalami Penyakit Ginjal Kronik dan
menurut data PT ASKES ada sekitar 14,3 juta orang penderita
Penyakit Ginjal Tingkat Akhir yang saat ini menjalani
pengobatan.
Depkes Provinsi DI Yogyakarta menyebut bahwa
sepanjang tahun 2009 terdapat 461 kasus baru penyakit
gagal ginjal kronik yang terbagi atas kota Yogyakarta 175
kasus, Kabupaten Bantul 73 kasus, Kabupaten Kulon
Progo 45 kasus, dan Kabupaten Sleman 168 kasus, serta
pasien yang meninggal di Kota Yogyakarta 19 orang,
Bantul 8 orang, Kulon Progo 45 orang, Sleman 23 orang
(Mayangsari, 2013).
Asuhan Keperawatan

..\MAKALAH PRESUS KELUARGA


1\Askep.docx
Evidence Based Nursing
Judul : Pengalaman Emosi dan Mekanisme
Koping Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis
Penulis : Suyanta, Endang Ekowarni
Tahun : 2012
Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode fenomenologi. Pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara mendalam (in-dept
interview) serta observasi (participant observation) pada
enam orang subjek.
Hasil :
Pengalaman lansia selama menghadapi penyakit kronis sesuai
dengan deskripsi fenomenologis subjek penelitian menunjukkan
adanya tema-tema penting yang disintesis menjadi dua dimensi,
yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. Dimensi internal
meliputi tema-tema yang berhubungan dengan penghayatan
internal, yaitu pandangan subjek mengenai penyakit, adanya
penyangkalan terhadap penyakit, munculnya pikiran-pikiran yang
menyertai sakit, munculnya berbagai pengalaman emosi,
kepasrahan mengha-dapi sakit, dan tindakan-tindakan yang
dilakukan dalam mengatasi penyakit. Dimensi eksternal
merupakan dimensi sosial, yaitu tema-tema yang berpengaruh
terhadap pemikiran, perasaan, dan tindak-an subjek dalam
menghadapi penyakit berupa dukungan atau perhatian keluarga.
Dinamika lansia merupakan serangkaian proses gambaran perilaku
subjek dalam menghadapi sakit. Ketidaktahuan subjek mengenai
penyakitnya merupakan faktor mendasar yang menjadikan subjek
melakukan tindakan inkonsisten serta melatarbelakangi
munculnya pengalaman emosi negatif.
Implikasi Keperawatan :
Berdasarkan jurnal tersebut bahwa peran perawat
sebagai konselor dan edukator, dengan memberikan
wawasan serta pemahaman mengenai berbagai penyakit
dan problem kesehatan kepada lansia, akan sangat
membantu kesiapan lansia dalam menerima keadaan
diri mereka. Selain itu melibatkan keluarga dalam terapi
akan memberikan kontribusi bagi munculnya
pengalaman emosi positif dan koping yang konstruktif.
THANK YOU

Вам также может понравиться