Вы находитесь на странице: 1из 78

DIAGNOSA BANDING

MATA MERAH
Agnesya
Awilia Fargi H.
Muhammad Ananta W.

Preceptor :
Dr. Andika Prahasta, dr., SpM(K)., M.Kes
Ine Renata Musa, dr., Sp.M(K)
Pendahuluan
■ Mata merah merupakan keluhan utama yang paling
sering muncul pada penderita penyakit mata.
■ Keluhan mata merah ini bervariasi dari yang ringan
sampai yang disertai penurunan visus.
■ Mata merah disebabkan pelebaran pembuluh darah
konjungtiva yang terjadi pada peradangan akut.
■ Juga dapat terjadi akibat pecahnya salah satu dari
kedua pembuluh darah di konjungtiva,
■ Dalam beberapa kasus mungkin merupakan tanda
serius dari kemungkinan kondisi yang mengancam
penglihatan.
■ Penegakan diagnosis yang tepat dan evaluasi dini
merupakan hal yang sangat penting pada keluhan
mata merah agar pegangan yang diberikan efektif,
tepat dan efisien.
■Pembuluh darah pada konjungtiva
– A. konjungtiva posterior konjungtiva bulbi
– A.siliar anterior atau episklera
■A.sirkular mayor/a.pleksus siliar iris dan
badan siliar
■A. perikornea  kornea
■A. episklera di atas sklera  perdarahan
dalam bola mata

Pelebaran pembuluh
darah atau pecahnya MATA MERAH
pembuluh2 darah tsb
Diagnosa Mata Merah

■ Mata merah dibagi atas dasar proses yang


mendasarinya:
– Fisiologis
■ setelah menangis, bangun tidur
– Patologis
■ Karena pecahnya pembuluh darah, iritasi, proses
inflamasi, infeksi, dan sumbatan pembuluh
darah
Mata Merah Patologis

 Dengan visus normal  Dengan visus


 Merah tidak merata menurun
■ Episkleritis dan skleritis  Keratitis
■ Perdarahan
subkonjungtiva  Ulkus kornea
■ Pterigium  Iritis, iridosiklitis
■ Pseudopterigium  Endoftalmitis
■ Konjungtivitis flikten
 Panoftalmitis
■ Pinguekula iritans
 Merah merata  Uveitis
■ 1. konjungtivitis akut  Panuveitis
■ 2. konjungtivitis kronis
Episkleritis
■ Merupakan reaksi radang jaringan ikat vascular yang
terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera
■ Anamnesis :
mata merah, nyeri, fotofobia, pedih dan
lakrimasi,biasanya pada satu mata
■ Pemeriksaan :
Hiperemia terbatas sehingga mata berwarna merah
muda atau ungu. Infiltrasi, kongesti dan sembab pada
episklera, konjungtiva yang ada diatasnya dan kapsul
tenon yang terletak di bawahnya.
■ Penatalaksanaan:
Biasanya sembuh sendiri dalam waktu 1 sampai 2
minggu. Namun sering kambuh sampai betahun-
tahun,. Keadaannya akan membaik dengan
kortikosteroid topical (deksametasone 0,1%) dalam 3-4
hari.
Episkleritis
Skleritis
■ Merupakan reaksi peradangan dari sclera, biasanya
disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Biasa
mengenai kedua mata. Lebih sering disebabkan
penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis dan gout.
■ Anamnesis : mata merah, nyeri hebat (lebih hebat
daripada episkleritis) yang dapat menyebar ke dahi,
alis dan dagu. Dapat disertai fotofobia, pedih dan
lakrimasi
■ Pemeriksaan :
Hiperemis terbatas
■ Penatalaksanaan:
NSAID: Indomethacin 100mg/hari
Ibuprofen 300mg/hari
■ Setelah 1-2 minggu tidak ada respon, berikan
Prednisolone 80 mg/hari, tapering off.
Skleritis
Perdarahan
Subkonjungtiva
■ Dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah
rapuh (umur, hipertensi, arteriosclerosis,
konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian
antikoagulan, dan batuk rejan).
■ Dapat juga terjadi akibat trauma.
■ Anamnesis :
mata merah spontan, biasanya monokuler. Kadang
didahului serangan batuk berat atau bersin yang
terlalu kuat.
■ Pemeriksaan :
Hiperemis terbatas
■ Penatalaksanaan:
Tidak diperlukan pengobatan, perdarahan akan
hilang terserap dalam waktu 2-3 minggu.
Perdarahan
Subkonjungtiva
Pterigium

■ Merupakan pertumbuhan fibrovaskular


konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif.
■ Anamnesis : terdapat selaput pada mata
berbentuk segitiga, biasanya di sisi nasal
■ Pemeriksaan:
Pada konjungtiva bulbi tampak pterigium yang
tumbuh menyebar dari pinguekula ke kornea.
■ Penatalaksanaan:
Jika mencapai pupil : operatif
■ Pencegahan rekurensi: penderita menggunakan
kacamata untuk mengurangi paparan.
Pterigium
Pseudopterigium
■ Merupakan perlekatan konjungtiva dengan
kornea yang cacat.
■ Anamnesis:
terdapat kelainan kornea sebelumnya, seperti
ulkus kornea.
■ Pemeriksaan :
– Perlekatan konjungtiva dengan kornea yang
cacat, sering terjadi pada proses
penyembuhan ulkus kornea.
– Letak pseudopterigium pada daerah
konjungtiva yang terdekat dengan proses
kornea sebelumnya.
– Pada pseudopterigium dapat diselipkan sonde
dibawahnya.
Konjungtivitis flikten
■ Anamnesis:
Mata merah mengelilingi lesi kecil, keras, merah, menonjol
disertai lakrimasi. Flikten kornea selalu disertai fotofobia.
Terdapat riwayat blefaritis aktif, konjungtivitis bakteri akut
dan defisiensi dietetic (factor pencetus).
Terdapat penyakit yang mendasari: tuberculosis, infeksi
Staphylococcus aureus.
■ Pemeriksaan :
Pada konjungtiva bulbi terdapat fliktenulosis dikelilingi
injeksi konjungtiva.
■ Penatalaksanaan:
 Fliktenulosis e.c tuberkuloprotein : kortikosteroid topical,
hasilnya sangat berkurang dalam 24 jam dan hilang dalam 24
jam berikutnya.
 Fliktenulosis e.c protein stafilokok : ditujukan pada penyakit
yang mendasarinya.
 Pada parut kornea berat: mungkin memerlukan cangkok
mata.
Pinguekula iritans

■ Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi


yang ditemukan pada orang tua terutama yang
matanya sering mendapat rangsang sinar matahari,
debu, dan angin.
■ Anamnesis
Benjolan kecil kuning pada kedua sisi kornea di daerah
fissure palpebra yang ukurannya tetap dan mengalami
iritasi.
■ Pemeriksaan
Konjungtiva bulbi banyak pinguekula disertai injeksi
konjungtiva.
■ Penatalaksanaan
Steroid lemah topikal (Prednisolon 0,12% )
Pinguekula iritans
■ B. Mata merah dengan visus normal dan
merah merata
1. konjungtivitis akut
– konjungtivitis bakterial
– konjungtivitis blenore
– konjungtivitis gonore
– konjungtivitis akut viral
– keratokonjungtivitis epidemic
– demam faringokonjungtiva
– keratokonjungtivitis herpetic
– keratokonjungtivitis New Castle
– konjungtivitis hemoragik akut
– konjungtivitis jamur
– konjungtivitis alergi
– konjungtivitis vernal
– konjungtivitis flikten
2. Konjungtivitis kronis
■ - trachoma
KONJUNGTIVITIS

Anamnesa :
■ Mata merah
■ Perasaan seperti ada benda asing
■ Pedih dan panas
■ Gatal-gatal
■ Banyak keluar air mata dan eksudasi
■ Fotofobia (jika kornea ikut terkena)
■ Pemeriksaan :
■ palpebra superior : pseudoptosis (pada trachoma,
keratokonjungtivitis epidemik)
■ Konjungtiva tarsalis superior/inferior : hiperemis,
hipertrofi papil, folikel
■ Apparatus lakrimalis : lakrimasi (+)
■ Adenopati preaurikuler
Perbedaan jenis-jenis konjungtivitis
Penemuan Virus Bakteri Klamidia Alergi
klinis dan
sitologis

Gatal-gatal minimal minimal minimal berat


Hiperemia menyeluruh menyeluruh menyeluruh menyeluruh
Lakrimasi amat banyak sedang sedang sedang

Eksudasi minimal amat banyak amat banyak minimal

Adenopati biasanya ada langka biasanya tidak ada


aurikuler hanya ada
pada
konjungtivi
tis inklusi
pewarnaan monosit bakteri sel PMN, eosinofil
kerokan PMN plasma,
konjungtiva badan
dan eksudat inklusi

kaitan kadang ada kadang ada tidak tidak


dengan pernah ada pernah ada
sakit
kerongkong
an dan
demam
Konjungtivitis Bakteri
Predisposing Factors
■ Flies
■ Poor hygienic condition
■ Hot dry climates
■ Poor sanitation
■ Dirty habits

Manifestasi Klinis
■ Acute mucopurulent conjunctivitis
■ Acute purulent conjunctivitis
■ Acute membranous conjunctivitis
■ Acute pseudomembranous conjunctivitis
■ Chronic bacterial conjunctivitis
■ Chronic angular conjunctivitis
■ Staphylococcus aureus
■ Staphylococcus epidermidis
■ Streptococcus pneumoniae
■ Streptococcus pyogenes
■ Haemophilus influenza
■ Moraxella Lacunate
Mode of infection

■ Exogenous
■ Local spread
■ Endogenous
Konjungtivitis Bakteri
Acute Purulent
Conjunctivitis
-■ Gonococcus
Stage of Infiltration
■ Stage of Blenorrhea
■ Stage of Slow Healing
Acute Membranous
Conjunctivitis
- C. diphtheriae
■ Stage of Infiltration
■ Stage of Suppuration
■ Stage of cicatrisation
Pseudomembranous
Conjunctivitis
- C. diphtheria of low
virulence
■ Pseudomembrane formation – thin, yellowish-white
membrane seen in the fornices and on the
palpebral conjunctiva
Chronic Catarrhal
Conjunctivitis
- S. aureus
■ Characterized by mild catarrhal inflammation of the
conjunctiva
Angular Conjunctivitis
- Moraxella axenfeld
Pemeriksaan penunjang
■ sediaan langsung pewamaan Gram atau
Giemsa  kuman penyebab dan uji
sensitivitas.
■ D/ pasti konjungtivitis gonore  sekret 
Metilen Biru  Diplokok di dalam selleukosit.
Gram  Diplokok Gram negatif intra dan
ekstraseluler.
Komplikasi
■ Stafilokok dapat menyebabkan
blefarokonjungtivitis, Gonokok menyebabkan
perforasi komea dan endoftalmitis, dan
Meningokok dapat menyebabkan septikemia
atau meningitis.
Konjungtivitis Viral
Etiologi
■ Adenovirus, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Klamidia, New castle, Pikorna, Enterovirus, dan
sebagainya.

Manifestasi Klinis
■ Acute serous conjunctivitis
■ Acute hemorrhagic conjunctivitis
■ Follicular conjunctivitis
Konjungtivitis Viral
Follicular Conjunctivitis

■ Acute follicular
o Adult inclusion conjunctivitis
o Epidemic keratoconjunctivitis
o Pharyngoconjunctival fever
o Newcastle conjunctivitis
o Acute herpetic conjunctivitis
■ Chronic follicular
Pemeriksaan Penunjang
■ Pada pemeriksaan sitologi ditemukan sel
raksasa dengan pewarnaan Giemsa, kultur
virus, dan sel inklusi intranuklear.

Komplikasi
■ Keratitis. Virus herpetik dapat
menyebabkan parut pada kelopak;
neuralgia; katarak; glaukoma;
kelumpuhan sarafIlI, IV, VI; atrofi saraf
optik; dan kebutaan.
Konjungtivitis Alergi

Etiologi
■ hipersensitivitas tipe cepat atau lambat, atau reaksi antibodi
humoral terhadap alergen
■ bagian dari sindrom Steven Johnson

Manifestasi Klinis
■ Simple allergic conjunctivitis
■ Vernal keratoconjunctivitis
■ Atopic keratoconjunctivitis
■ Giant papillary conjunctivitis
■ Phlyctenular conjunctivitis
■ Contact dermatoconjunctivitis
Mild Allergic Reaction

Severe Allergic Reaction

Vernal
Keratoconjunctivitis
Simple Allergic
Conjunctivitis
■ Hay Fever
■ Seasonal Allergic Conjunctivitis
■ Perenneal Allergic Conjunctivitis
Vernal
Keratoconjunctivitis
■ Palpebral form
■ Bulbar form
■ Mixed
Giant Papillary
Conjunctivitis
Phlyctenular
Keratoconjunctivitis
Contact
Dermatoconjunctivitis
Penatalaksanaan
1. konjungtivitis bakterial
■ antibiotik tergantung hasil pemeriksaaan
kuman
■ sambil menunggu hasil laboratorium, bisa
dimulai pengobatan topikal dengan
sulfonamid atau antibiotik berdasar
gambaran klinis
■ pada konjungtivitis kataral akut, kantung
konjungtiva sebaiknya dibilas dengan larutan
garam fisiologis untuk melarutkan sekret
■ untuk mencegah penularan, diberi
penyuluhan higienis perorangan pada
penderita dan keluarga
Penatalaksanaan
■ Untuk konjungtivitis gonore, pasien dirawat
serta diberi penisilin salep dan suntikan. Untuk
bayi dosisnya 50.000 unit/kg BB selama 7 hari.
Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi
air rebus bersih atau garam fisiologis setiap 15
menit dan diberi salep penisilin. Dapat
diberikan penisilin tetes mata dalam bentuk
larutan penisilin G 10.000-20.000 unit/ml setiap
menit selama 30 menit, dilanjutkan setiap 5
menit selama 30 menit berikut, kemudian
diberikan setiap I jam selama 3 hari. Antibiotika
sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan
gonokok.
Penatalaksanaan

2. Konjungtivitis virus
■ demam faringokonjungtiva : sembuh sendiri dalam 10 hari
■ keratokonjungtivitis epidemika : mencegah penularan saat
pemeriksaaan, berlangsung 3-4 minggu
■ konjungtivitsi virus herpes simpleks : sembuh sendiri,
debriment kornea atau diberi salep mata idosuridin 4x/hari
selama 7-10 hari atau salep Acyclovir 3% 5x/hari selama
10 hari
■ konjungtivitsi New Castle : sembuh sendiri kurang dari 7
hari
■ konjungtivitis hemoragik akut : sembuh dalam 5-7 hari
Penatalaksanaan

3. Konjungtivitis jamur
■ Amphotericin B (3-8 mg/mL) dalam air (bukan larutan
garam fisiologis)
■ Krem Nistatin (100000 U/gr) 4-6 x/hari
4. Konjungtivitis alergi
a. Konjungtivitis vernal
Sembuh sendiri. Pengobatan sistemik merugikan
untuk jangka panjang
b. Konjungtivitis flikten
Kortikosteroid topikal  tuberkuloprotein atau protein
infeksi sistemik
Penatalaksanaan Trachoma
■ Tetrasiklin 1-1,5 gr/hari, peroral dalam 4
takaran yang sama selama 3-4 mingu
■ Doksisiklin 100 mg, 2 x/hari p.o selama 3
minggu
■ Eritromisin 1 gr/hari p.o dibagi dalam 4
takaran selama 3-4 minggu
■ Salep mata atau tetes mata termasuk
sulfonamid, tetrasiklin, eritromisin dan
rifampisin 4x/hari selama 6 minggu
■ Tetrasiklin sistemik jangan diberikan pada
anak-anak dibawah 7 tahun atau wanita
hamil
Chlamydial & Gonococcal Conjunctivitis

SIGNS AND SYMPTOMS


MATA MERAH
DENGAN VISUS
MENURUN
KERATITIS

■ Radang kornea
■ Kornea avaskular  pertahanan pada waktu
peradangan tidak dapat segera datang  bdn
kornea pd stroma bfungsi sbg makrofag  dilatasi
pbuluh darah di limbus  sel2 radang  infiltrasi &
kekeruhan kornea
SIGNS AND SYMPTOMS

KERATITIS BAKTERIALIS
Signs and Symptoms

KERATITIS HERPES SIMPLEKS


■ Berdasar lapisan kornea :
1. Keratitis superfisial
2. Keratitis profunda/interstitial
■ Berdasarkan kausanya :
1. Keratitis bakterial
2. Keratitis viral
3. Keratitis jamur
4. Keratitis lagoftalmus  mata tidak dapat
menutup sempurna  kornea menjadi kering
dan mudah terkena trauma. Dapat dikarenakan
parese Nervus VII.
5. Keratitis neuroparalitik  kerusakan Nervus V
■ Anamnesa :
1. Mata merah
2. Sakit
3. Fotofobia
4. Penglihatan menjadi kabur t.u bila
kerusakan pada sentral kornea
5. Lakrimasi (+)/(-)
■ Pemeriksaan :
– Visus menurun
– Konjungtiva bulbi : injeksi siliar
– Kornea : infiltrat, Flouresin Test (+)/(-), descementocel
– COA : sedang, flare (-), sel (-), hipopion
– Pupil, iris dan lensa biasanya dalam batas normal
– Pada etiologi virus : sensibilitas kornea menurun
– Pada etiologi bakteri : sekret (+)

Terapi :
■ Sesuai hasil pemeriksaan laboratorium
■ Siklopegia
■ Analgetik
■ Vitamin A, B complex, C
■ Kompres hangat
■ Kacamata gelap
■ Rest, good diet.
Ulkus kornea

■ Diskontinuitas dari normal epithelial surface of


cornea because necrosis of corneal tissue.
■ Location : central , peripheral
■ Purulence: purulent, non purulent
■ Depth: superficial, deep, impending perforasi,
perforasi.
■ Causatif:
■ Bacterial
Staphylococcus aureus dan streptococcus pneumonia
Pseudomonas
Enterobacteriae
-Fungi
Filamentous(Aspergillus, Fusarium
Yeast (Candida and Cryptococcus)
-Viral
Herpes simplex virus
Herpes zoster opthalmicus
-Acanthamoeba
-Allergic
- Idiopathic : moorens ulcer
■ Visus menurun.
■ Lids swollen
■ Conjunctival hyperemia and injeksi siliar
■ Corneal ulcer (epithelial defect)
■ Stromal edema surround ulcer
■ COA: bisa ada hypopion
■ Iris: muddy in colour, bisa terjadi sinekia
■ Pupil: small due to toxin induced iritis
■ Lensa, retina dalam batas normal
■ IOP bisa meningkat atau normal
Treatments

■ Anti causative agent: sesuai hasil laboratorium


■ Siklopegic
■ Analgesic
■ Vitamin A, B complex, C
■ Kompres hangat
■ Kacamata gelap
■ Rest, good diet.
GLAUKOMA AKUT

■ Trias :
1. Peningkatan tekanan intraokular
2. Gangguan lapang pandang
3. Kerusakan saraf optikus
PRIMARY OPEN ANGLE GLAUCOMA (POAG)

SIGNS AND SYMPTOMS


■ Anamnesa :
1. Penglihatan kabur mendadak
2. Mata merah
3. Nyeri hebat
4. Penampakan lingkaran warna pelangi
disekitar benda bercahaya
5. Mual dan muntah.
■ Pemeriksaan :
1. Visus menurun (kadang sampai 1/~)
2. Konjungtiva : Injeksi siliar
3. Kornea : edema
4. COA : dangkal atau sedang
5. Pupil : middilatasi / iridoplegi
6. Iris : sinekia (-)
7. Lensa : glaukoma flicken
8. Tekanan intraokular sangat tinggi
9. Gangguan lapang pandang
10. Funduskopi : papil hiperemis.
Terapi :
• Glaukoma sudut tertutup merupakan
keadaan darurat bedah mata.
• Pemberian obat-obatan untuk menurunkan
TIO pre-operasi :
1. Gliserin gliserol oral 1 ml/kgBB
2. Pilokarpin 2%, 2 tetes tiap 15 menit selama
beberapa jam
3. Manitol hipertonis 20% I.V 1,5-3 gram/kgBB
bila gliserol tidak berhasil
4. Bila mual diberi asetazolamid 500 mg I.M
5. Untuk nyeri bila perlu meperidin 100 mg I.M
atau analgetik lain.
• Operatif tetap diperlukan baik tekanan
intraokular sudah bisa diturunkan
IRIDOSIKLITIS (Uveitis)
AKUT
■ Uveitis anterior disebut juga sebagai iridosiklitis.
■ Anamnesis :
Mata merah, nyeri, fotofobia, kadang disertai
penglihatan kabur
-
Pemeriksaan :
• visus menurun (tidak hebat)
• konjungtiva : injeksi siliar
• Kornea : keratik presipitat putih halus
• COA : flate (-)
• Pupil : kecil ireguler
• Iris : siknekia +/- kadang ada nodul-nodul
iris.
• Lensa : jernih
ANTERIOR UVEITIS

SIGNS AND SYMPTOMS


Terapi:
Simptomatik :
■ kompres panas 10 menit 3-4x/hari
■ analgetik sistemik bila diperlukan
■ kacamata gelap untuk mengurangi fotofobi
■ atropin untuk mencegah spasme siliar
■ siklopentolat bila keadaan sudah reda
pengganti atropin
■ steroid topikal
ENDOLFTALMITIS

■ Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam


bola mata, biasanya akibat infeksi setelah trauma
atau bedah, atau endogen akibat sepsis.
■ Anamnesis:
Mata merah, nyeri, penglihatan kabur
Pemeriksaan:
• visus sangat menurun (1/300 sampai 1/~)
• sekret (+/-)
• konjungtiva bulbi /; hiperemis, injeksi siliaris,
injeksi konjungtiva, kemosis
• kornea : keruh
• COA : hipopion
• Pupil, iris dan lensa biasanya sulit dinilai
• Funduskopi sulit dinilai
• USG : gambaran endoltalmitis
• TIO meningkat
PANOFTALMITIS

■ Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola


mata termasuk sklera dan kapsul Tenon sehingga
bola mata merupakan rongga abses.
■ Anamnesis :
Mata merah, nyeri, penglihatan kabur, nyeri atau
sukar menggerakkan bola mata.
Pemeriksaan:
•visus sangat menurun (1/300 sampai 1/~)
•sekret (+/-)
•konjungtiva bulbi /; hiperemis, injeksi siliaris,
injeksi konjungtiva, kemosis
•kornea : keruh
•COA : hipopion
•Pupil, iris dan lensa biasanya sulit dinilai
•Funduskopi sulit dinilai
•USG : gambaran endoltalmitis
•TIO meningkat
Tabel. Perbedaan endoftalmitis dengan
panoftalmitis
Endoftalmitis Panoftalmitis
■ Radang Intraokular Intraokular+Intraorbita
■ Demam Tidak nyata Nyata
■ Sakit bola mata Ada Berat
■ Pergerakan Masih dapat Sakit,tidak bisa
bergerak
■ Eksoftalmos Tidak ada Mata menonjol
■ BedahEnukleasi Eviserasi bulbi
Terima Kasih

Вам также может понравиться