Вы находитесь на странице: 1из 344

KONSEP DASAR KEPERAWATAN/

KESEHATAN JIWA

OLEH

I. Wayan Badra. S.Sos.M.Kes


A. Perkembangan Kep Jiwa di Dunia.
1. Masa Peradaban

Masa ini dimulai antara tahun 1770 - 1880, ditandai dengan


dimulainya pengob pasien gangguan mental. Para masa ini,
suku bangsa Yunani, Romawi maupun Arab percaya bahwa
gangguan mental (emosional) diakibatkan karena tidak
berfungsinya organ pada otak.

Pengobatan yang digunakan ini telah mengabungkan


berbagai pendekatan pengob seperti: memberikan
ketenangan, mencukupi asupan gizi yang baik, melaksanakan
kebersihan badan yang baik, mendengarkan musik dan
melakukan aktivitas rekreasi
Dokter Yunani Galen. Pada masa itu telah
menggunakan sistem per yang modern dimana
telah digunakannya kuil sebagai RS dengan
lingkungan yang bersih, udara yang segar,
sinar matahari dan penggunaan air bersih.

Untuk menyembuhkan pasien dengan


penyakit jiwa/gangguan mental pasien diajak
untuk melakukan berbagai aktifitas seperti
bersepeda, jalan-jalan, dan mendengarkan
suara air terjun, musik yang lembut dll.
2. Masa Pertengahan
Masa ini merupakan periode pengobatan modern
pasien gangguan jiwa.

Bapak Psikiatric Perancis Pinel, menghabiskan sebahagian


hidupnya untuk mendampingi pasien gangguan jiwa.
Pinel menganjarkan pentingnya hubungan pasien-dokter
dalam “pengobatan moral".

Tindakan yang diperkenalkan nya adalah menerapkan


komunikasi dengan pasien, melakukan observasi perilaku
pasien dan melakukan pengkajian riwayat
perkembangan pasien.
3. Abad 18 dan 19
William Ellis seorang praktisi kes
mengusulkan perlunya pendamping yang
terlatih dalam merawat pasien dengan
gangguan jiwa.

karena pendamping terlatih terbukti efektif


didalam memberikan ketenangan dan harapan
yang lebih baik bagi kesembuhan pasien
4. Keperawatan Jiwa di Abad 20
Kep jiwa pada abad ini ditandai dengan
terintegrasinya materi kep psikiatrik dengan
mata kuliah lain.

. Pembelajaran dilaksanakan melalui


pembelajaran teori, praktek dilab, praktek klinik
di RS dan Masy.

Tingkat pendidikan yang ada pada abad ini


adalah D.III, Sarjana, Pasca Sarjana dan
Doktoral.
Fokus pemberian as- kep jiwa adalah
mengembangkan as- kep berbasis komunitas
dengan menekankan upaya preventif melalui
pusat kes mental, praktek mandiri, pelayanan
di RS pelayanan day care (perawatan harian)
yaitu pasien tidak dirawat inap hanya rawat
jalan, kunjungan rumah dan hospice care
(ruang rawat khusus untuk pasien gangguan
jiwa yang memungkinkan pasien berlatih untuk
meningkatkan kemampuan diri sebelum
kembali ke masyarakat).
B. PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA DI
INDONESIA

Sejarah dan perkembangan kep jiwa di


Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor sosial
ekonomi akibat penjajahan yang dilakukan oleh
kolonial Belanda, Inggris dan Jepang.
Perkembangannya dimulai pada masa
penjajahan Belanda sampai pada masa
kemerdekaan
1. Masa Penjajahan Belanda
Pada masa ini , perawat merupakan penduduk
pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken
Oppaser sebagai penjaga orang sakit.

Tahun 1799 pemerintah kolonial Belanda


mendirikan R S Binen Hospital di Jakarta, Din- Kes
Tentara dan Din- Kes Rakyat yang bertujuan untuk
memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda.

Jenderal Daendels juga mendirikan RS di Jakarta,


Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti
perkembangan profesi kep, karena tujuannya hanya
untuk kepentingan tentara Belanda.
2. Masa Penjajahan Inggris (1812 - 1816)
Gubernur Jenderal Inggris ketika itu dijabat oleh
Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat.
Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah
milik setiap manusia, ia melakukan berbagai upaya
untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk
pribumi antara lain melakukan pencacaran umum,
cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan
kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan
Belanda, kesehatan penduduk Indonesia menjadi
lebih baik. Pada tahun 1819 didirikanlah RS.
Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919
dipindahkan ke Salemba yang sekarang bernama RS.
Cipto Mangunkusumo (RSCM). Antara tahun 1816
hingga 1942 pemerintah Hindia Belanda banyak
mendiirikan rumah sakit di Indonesia. Di Jakarta
didirikanlah RS. PGI Cikini dan RS. ST Carollus. Di
Bandung didirikan RS. ST. Boromeus dan RS Elizabeth
di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula
sekolah-sekolah perawat.
3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 - 1945)
Pada masa penjajahan Jepang, perkembangan
keperawatan di Indonesia mengalami
kemunduran dan merupakan zaman kegelapan,Pada
masa itu, tugas keperawatan tidak
dilakukan oleh tenaga terdidik dan pemerintah Jepang
mengambil alih pimpinan rumah
sakit. Hal ini mengakibatkan berjangkitnya wabah
penyakit karena ketiadaan persediaan
obat.
4. Zaman Kemerdekaan
Empat tahun setelah kemerdekaan barulah dimulai
pembangunan bidang kesehatan yaitu pendirian rumah sakit
dan balai pengobatan. Pendirian sekolah keperawatan dimulai
pertama kali tahun 1952 dengan didirikannya Sekolah Guru
Perawat dan sekolah perawat setingkat SMP. Tahun 1962
didirikan Akademi Keperawatan milik Departemen Kesehatan
di Jakarta bertujuan untuk menghasilkan Sarjana Muda
Keperawatan. Tahun 1985 merupakan momentum
kebangkitan keperawatan di Indonesia, karena Universitas
Indonesia mendirikan PSIK (Program Studi Ilmu Keperawatan)
di Fakultas Kedokteran. Sepuluh tahun kemudian PSIK FK UI
berubah menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan.Setelah itu
berdirilah PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.
Topik 2
Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
Untuk menjadi individu yang produktif dan mampu berinteraksi dengan
lingkungan sekitar, kita harus memiliki jiwa yang sehat.

Individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental,
dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit), tidak dalam kondisi
tertekan sehingga dapat mengendalikan stres yang timbul.

Kondisi ini akan memungkinkan individu untuk hidup produktif, dan


mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan.

Dalam melakukan peran dan fungsinya seorang perawat dalam


memberikan asuhan keperawatan harus memandang manusia
sebagai mahluk biopsikososiospiritual sehingga pemilihan model
keperawatan dalam menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan
paradigma keperawatan jiwa
Manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual
mengandung pengertian bahwa manusia
merupakan makhluk yang utuh dimana
didalamnya terdapat unsur biologis,psikologis,
sosial, dan.
Sebagai makhluk psikologi,setiap manusia
memiliki kepribadian yang unik serta memiliki
struktur kepribadianyang terdiri dari id, ego, dan
super ego dilengkapi dengan daya pikir dan
keceredasan, agar menjadi pribadi yang selalu
berkembang.
Setiap manusia juga memiliki kebutuhan
psikologis seperti terhindar dari ketegangan
psikologis, kebutuhan akan kemesraan dan cinta,
kepuasan alturistik (kepuasan untuk menolong
orang lain tanpa mengharapkan imbalan),
kehormatan serta kepuasan ego
.
Sedangkan sebagai mahluk sosial, manusia tidak
dapat hidup sendiri, manusia selalu ingin hidup
dengan orang lain dan membutuhkan orang lain.
Selain itu manusia juga harus menjalin kerja
sama dengan manusia lain untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup. Manusia juga
dituntut untuk mampu bertingkah laku sesuai
dengan harapan dan norma yang berlaku
dilingkungan sosialnya. Sebagai makhluk
spiritual manusia mempunyai keyakinan dan
mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki pandangan hidup, doronngan hidup
yang sejalan, dengan sifat religius yang
dianutnya
A.DEFINISI SEHAT JIWA
1.WHO
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara
fisik, sosial dan mental yang lengkap dan tidak
hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan.
Atau dapat dikatakan bahwa individu dikatakan
sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental
dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit)
atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat
mengendalikan stress yang timbul. Sehingga
memungkinkan individu untuk hidup produktif, dan
mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan
2. UU Kesehatan Jiwa No.03 Tahun 1966
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental
yang sejahtera sehingga memungkinkan
seseorang berkembang secara optimal baik
fisik, intelektual dan emosional dan
perkembangan tersebut berjalan secara selaras
dengan keadaan orang lain sehingga
memungkinkan hidup harmonis dan produktif.
B.CIRI-CIRI SEHAT JIWA (MENTAL)
1. Yahoda
Yahoda mencirikan sehat jiwa sebagai berikut:
a. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh, berkembang dan beraktualisasi
c. Menyadari adanya integrasi dan hubungan
antara : Masa lalu dan sekarang Memiliki
otonomi dalam pengambilan keputusan dan
tidak bergantung pada siapapun
d. Memiliki persepsi sesuai dengan kenyataan
e. Mampu menguasai lingkungan dan
beradaptasi
2. WHO (World Health Organisation)
sehat jiwa, jika memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Individu mampu menyesuaikan diri secara
konstruktif pada kenyataan, meskipun
kenyataan itu buruk baginya.
b. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah
usahanya.
c. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
d. Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas
dan depresi.
e. Mampu berhubungan dengan orang lain secara
tolong menolong dan saling memuaskan.
f. Mampu menerima kekecewaan sebagai pelajaran
yang akan datang
g. Mempunyai rasa kasih sayang.
Pada tahun 1984, WHO menambahkan
dimensi agama sebagai salah satu dari 4 pilar
sehat jiwa yaitu: Kesehatan secara holistik yaitu
sehat secara jasmani/ fisik (biologik); sehat
secara kejiwaan (psikiatrik/ psikologik); sehat
secara sosial; dan sehat secara spiritual
(kerohanian/ agama)

.Berdasarkan keempat dimensi sehat


tersebut,the American Psychiatric
Association mengadopsi menjadi paradigma
pendekatan biopsycho-socio-spiritual.
. 3 MASLOW:
Maslow mengatakan individu yang sehat jiwa
memiliki ciri sebagai berikut:

a. Persepsi Realitas yang akurat.


b. Menerima diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
c. Spontan.
d. Sederhana dan wajar.
Berdasarkan definisi diatas (Maslow), dapat
disimpulkan bahwa sesesorang dikatakan sehat jiwa
jika:

1.Nyaman terhadap diri sendiri


Mampu mengatasi berbagai perasaan : rasa marah,
rasa takut, cemas, iri, rasa bersalah, rasa
senang, cinta mencintai, dll.
Mampu mengatasi kekecewaaan dalam kehidupan.
Mempunyai Harga Diri yang wajar.
Menilai diri secara nyata, tidak merendahkan dan
tidak pula berlebihan.
Merasa puas dengan kehidupan sehari-hari .
2

2. Nyaman berhubungan dengan orang lain


Mampu mencintai dan menerima cinta dari
orang lain. ·
Mempunyai hubungan pribadi yang tetap.
Mampu mempercayai orang lain.
Dapat menghargai pendapat orang yang
berbeda. ·
Merasa menjadi bagian dari kelompok.
Tidak mengakali orang lain, dan tidak
memberikan dirinya diakali orang lain.
3. Mampu memenuhi kebutuhan hidup
Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk
dirinya. ·
Mampu mengambil keputusan.
Menerima tanggung jawab.
Merancang masa depan.
Menerima ide / pengalaman hidup.
Merasa puas dengan pekerjaannya
C. Paradigma Keperawatan Jiwa. (Hal 12).

Dalam melakukan peran dan fungsinya seorang perawat harus


memiliki keyakinan terhadap nilai keperawatan yang menjadi
pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan. yaitu:
1. Bahwa manusia adalah mahluk holistik yang terdiri dari
komponen bio-psiko-sosio dan spiritual.
2. Tujuan pemberian asuhan keperawatan adalah
meningkatkan derajat kesehatan manusia secara optimal
3. Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan
tindakan kolaborasi antara tim kesehatan, klein amuapun
keluraga.
4. Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan suatu
metode pemecahan masalah dengan pendekatan proses
keperawatan
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
6. Pendidikan keperawatan harus dilakukan secara terus-
menerus
1. Manusia/ Klien.
Keperawatan jiwa memandang manusia sebagai
mahluk holisstik yang terdiri dari komponen bio -
psiko - sosial dan spiritual merupakan satu kesatuan
utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena
mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat
perkembangannya

Kozier, (2000) mengatakan manusia adalah


suatu sistem terbuka, yang selalu
berinteraksi dengan lingkungan eksternal dan
internal agar terjadi keseimbangan
(homeoatatis),
Paradigma keperawatan memandang manusia
sebagai mahluk holistik, yang
merupakan sistem terbuka, sistem adaptif,
personal dan interpersonal.

Sebagai sistem terbuka, manusia mampu


mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingk-
nya, baik ling fisik, biologis, psikologis
maupun sosial dan spiritual.
Sebagai sistem adaptif manusia akan
menunjukkan respon adaptif atau maladaptif
terhadap perubahan lingkungan.
Lanjut Manusia.

Respon adaptif terjadi apabila manusia


memiliki mekanisme koping yang baik dalam
menghadapi perubahan lingkungan, tetapi
apabila kemampuan merespon perubahan
lingkungan rendah, maka manusia akan
menunjukan prilaku yang maladaptif
2. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional sebagai bagian integral yan- kes yang
dilakukan secara komprpehensif berbentuk pelayanan
biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural,
ditujukan bagi individu, keluarga dan masy sehat
maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.

Pemberian as- kep dilakukan melalui


pendekatan humanistik yaitu menghargai dan
menghormati martabat manusia dan menjunjung
tinggi keadilan bagi semua manusia
Asuhan kep merupakan metode ilmiah yang
dalam pemberiannya menggunakan proses
terapeutik melibatkan hubungan kerja sama
antara perawat dengan klien, dan masy untuk
mencapai tingkat kes yang optimal

Proses kep membantu perawat melakukan


praktik kep, dalam menyelesaikan masalah kep
klien, atau memenuhi kebutuhan
klien secara ilmiah, logis, sistematis, dan
terorganisasi
Pada dasarnya, proses kep merupakan salah
satu teknik penyelesaian masalah (Problem
solving).

Proses kep merupakan proses yang dinamis,


siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka.

Melalui proses kep, perawat dapat terhindar


dari tindakan kep yang bersifat rutin dan
intuisis.
Melalui proses kep, seorang perawat mampu
memenuhi kebutuhan klien.
3. 3. Kesehatan
Sehat ad/ suatu keadaan dinamis, dimana individu
harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan
yang terjadi, baik perubahan pada lingk internal
maupun eksternal untuk memepertahankan status
kesehatannya.
Faktor lingk internal ad/ faktor yang bersal dari
dalam individu yang mempengaruhi kes individu
seperti varibel psikologis, intelektual dan spiritual
serta proses penyakit.
Sedangkan faktor lingk eksternal adalah faktor -
faktor yang berada diluar individu dapat
mempengaruhi kes antara lain variabel lingk fisik,
hubungan sosial dan ekonomi
4. 4. Lingkungan
Yang dimaksud lingk dalam kep ad/ faktor
eksternal yang mempengaruhi perkembangan
manusia, yaitu lingkungan fisik, psikologis,
sosial. budaya, status ekonomi, dan spiritual.

Untuk mencapai keseimbangan, manusia


harus mampu mengembangkan strategi koping
yang efektif agar dapat beradaptasi, sehingga
hubungan interpersonal yang dikembangkan
dapat menghasilkan perubahan
diri individu
E. Model Konsep Kep. Hal 15.
Tujuan dari model konseptual kep (Ali, 2001)
a. Menjaga konsistensi pemberian as-kep.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih,
dan kekosongan pelak as- kep oleh tim
kep.
c. Menciptakan kemandirian dalam
memberikan as- kep.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan
kebijaksanaan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan
tujuan as- kep bagi setiap anggota tim kep.
2.Model Konseptual dalam Keperawatan Jiwa
Psycoanalytical (Freud, Erickson)

Merupakan model yang dikemukakan oleh


Sigmund Freud. Psikoanalisa meyakini bahwa
penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhub
dengan perkembangan pada masa anak.

Menurut model psycoanalytical, gangguan jiwa


dikarenakan ego tidak berfungsi dalam mengontrol id,
sehingga mendorong terjadinya penyimpangan
perilaku dan konflik intrapsikis terutama pada
masa anak-anak
Proses terapi pada model ini menggunakan metode asosiasi
bebas dan analisa mimpi transferen, bertujuan untuk
memperbaiki traumatic masa lalu.

Contoh proses terapi pada model ini adalah: klien dibuat


dalam keadaan tidur yang sangat dalam.

Dalam keadaan tidak berdaya terapis akan menggali alam


bawah sadar klien dengan berbagai pertanyaanpertanyaan
tentang pengalaman traumatic masa lalu.

Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua


pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk
menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat dalam model psyhcoanalytical
Melakukan pengkajian keadaan traumatic atau
stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu
misalnya (menjadi korban perilaku kekerasan
fisik, sosial, emosional maupun seksual) dengan
menggunakan pendekatan komunikasi
terapeutik.
b. Interpersonal ( Sullivan, Peplau)

Teori Sullivan menekankan besarnya pengaruh


perkembangan masa anak-anak terhadap kes jiwa individu.
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang
disebabkan karena adanya ancaman yang dapat menimbulkan
kecemasan

Ansietas yang dialami Seseorang timbul akibat konflik


saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal),
dikarenakan adanya ketakutan dan penolakan atau tidak
diterima oleh orang sekitar.

Lebih lanjut Sullivan mengatakan individu memandang


orang lain sesuai dengan yang ada pada dirinya
1) Proses terapi
Proses terapi terbagi atas dua komponen yaitu Build Feeling
Security (berupaya membangun rasa aman pada klien) dan
Trusting Relationship and interpersonal
Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya)

Prinsip dari terapi ini adalah.Mengoreksi pengalaman


interpersonal dengan menjalin hubungan yang sehat.
Dengan reedukasi diharapkan, klien belajar membina
hubungan interpersonal yang memuaskan, mengembangkan
hubungan saling percaya.dan membina kepuasan
dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa
berharga dan dihormati
2) Peran perawat dalam terapi adalah

a) Share anxieties (berbagi pengalaman mengenai


apa-apa yang dirasakan klien dan apa yang
menyebabkan kecemasan klien saat
berhubungan dengan orang lain)

b) Therapist use empathy and relationship (Empati


dan turut merasakan apa-apa yang
dirasakan oleh klien). Perawat
memberiakan respon verbal yang
mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain
c. C. Social ( Caplan, Szasz)
Model ini berfokus pada lingk fisik dan situasi sosial yang
dapat menimbulkan stress dan mencetuskan gangguan
.Menurut Szasz, setiap individu bertanggung jawab terhadap
perilakunya, mampu mengontrol dan menyesuaikan
perilaku sesuai dengan nilai atau budaya yang
diharapkan masy.

Kaplan, meyakini bahwa, konsep pencegahan primer,


sekunder dan tertier sangat penting untuk mencegah timbulnya
gangguan jiwa.

Situasi sosial yang dapat menimbulkan gangguan jiwa


adalah kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah,
kurangnya support system dan koping mekanisme yang
mal adaptif.
Proses terapi:

Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam


modifikasi lingk dan adanya support system.

Proses terapi dilakukan dengan menggali


support system yang dimiliki klien seperti:
suami/istri, keluarga atau teman sejawat.

Selain itu therapist berupaya : menggali system


sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor,
di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja
d. Existensial ( Ellis, Rogers)
Model ekistensial menyatakan bahwa gangguan perilaku
atau gangguan jiwa terjadi apabila individu gagal
menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.

Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya.

Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam


Bodi-image-nya
Prinsip terapinya pada model ini adalah
mengupayakan individu agar memiliki pengalaman
berinteraksi dengan orang yang menjadi panutan,
memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi
diri bergaul dengan kelompok sosial dan
kemanusiaan, sesrta mendorong untuk menerima
dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback
tentang perilakunya dari orang lain .

Terapi dilakukan melalui kegiatan Terapi aktivitas


kelompok.
e. E. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Wermon dan Rockland meyakini bahwa penyebab
gangguan jiwa adalah faktor biopsikososial dan
respos maladaptive saat ini.

Contoh aspek biologis yaitu sering sakit maag, migraine,


batuk-batuk.

Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti :


mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan
bersalah, ragu-ragu, pemarah.
Aspek social seperti susah bergaul, menarik diri,
tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu
mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya.
Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab
gangguan jiwa.
Prinsip proses terapi adalah menguatkan respon
coping adaptif.
Terapis membantu klien untuk mengidentifikasi
dan mengenal kekuatan atau kemampuan serta
coping yang dimiliki klien, mengevaluasi
kemampuan mana yang dapat digunakan untuk
alternative pemecahan masalah.

Terapist berupaya menjalin hubungan yang


hangat dan empatik dengan klien untuk
membantu klien menemukan coping klien yang
adaptif
f. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini penyebab gangguan jiwa adalah
multifactor yang kompleks yaitu aspek fisik, genetic,
lingkungan dan factor social. Model medical
meyakini bahwa penyimpangan perilaku merupakan
manifestasi gangguan sistem syaraf pusat (SSP).
Dicurigai bahwa depresi dan schizophrenia
dipengaruhi oleh transmisi impuls neural, serta
gangguan synaptic.
Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap
melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologik dan teknik interpersonal.
Peran perawat dalam model medical ini adalah
melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka
panjang,

Therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan


mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan
menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.

Medical model terus mengeksplorasi penyebab


gangguan jiwa secara ilmiah.
g. Model Komunikasi
Model perilaku mengatakan bahwa, penyimpangan perilaku
terjadi jika pesan yang disampaikan tidak jelas. Penyimpangan
komunikasi menyangkut verbal dan non verbal, posisi tubuh,
kecepatan dan volume suara atau bicara.

Proses terapi dalam model ini meliputi:


1) Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah.
2) Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif.
3) Memberi alternatif koreksi untuk komunikasi yang
tidak efektif.
4) Melakukan analisa proses interaksi.
h. Model Perilaku;
Model ini dikembangkan dari teori belajar. Belajar terjadi
jika ada stimulus dan timbul respon serta dikuatkan/
reinforcement.
Proses terapi:
Terapi pada model perilaku dilakukan dengan cara
1) Desentisasi dan relaksasi, dapat dilakukan
bersamaan.
2) Asertif training adalah belajar mengungkapkan
sesuatu secara jelas dan nyata tanpa menyinggung
perasaan orang lain.
3) Positif training. Mendorong dan menguatkan
perilaku positif yang baru dipelajari
berdasarkan pengalaman yang menyenangkan
untuk digunakan pada perilaku yang akan
datang.
4) Self regulasi. Dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
Pertama melatih serangkaian standart perilaku
yang harus dicapai oleh klien.
Selanjutnya klien diminta untuk
melakukan self observasi dan self evaluasi
terhadap perilaku yang ditampilkan.

Langkah terakhir adalah klien diminta untuk


memberikan reinforcement (penguatan
terhadap diri sendiri) atas perilaku yang
sesuai.
i. Model Stress Adaptasi Roy
Kep ad/ suatu disiplin ilmu dan ilmu tersebut menjadi
landasan dalam
melaksanakan praktik kep berpendapat bahwa kep sebagai
ilmu dan praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi
individu dan kelompok terhadap kes sehingga sikap yang
muncul semakin positif.

Kep memberi perbaikan pada manusia sebagai sutu


kesatuan yang utuh untuk beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi pada lingkungan dan berespons terhadap stimulus
internal yang mempengaruhi adaptasi.
Jika stressor terjadi dan individu tidak dapat menggunakan
“koping” secara efektif maka individu tersebut
memerlukan perawatan.
Tujuan kep ad/ meningkatkan interaksi individu
dengan lingkungan, sehingga adaptasi dalam
setiap aspek semakin meningkat
.Komponen-komponen adaptasi mencakup fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan saling
ketergantungan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalam model
keperawatan.
Didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem
adaptif.
Adaptasi mengambarkan proses koping
terhadap stressor dan produk akhir dari koping
Proses adaptasi termasuk fungsi holistic
bertujuan untuk mempengaruhi
kesehatan secara positif yang pada
akhirnya akan meningkatkan integritas.

Proses adaptasi termasuk didalamnya proses


interaksi manusia dengan lingkungan
yang terdiri dari dua proses.
Bagian pertama dari proses ini dimulai
dengan pperubahan dalam lingkungan
internal dan eksternal yang
membutuhkan sebuah respon.
Bagian kedua adalah mekanisme koping yang
dirangsang untuk menghasilkan respon
adaptif dan inefektif.

Kondisi akhir ini adalah kondisi


keseimbangan dinamik equilibrium yang
meliputi peningkatan dan penurunan
respon-respon
Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh
adaptasi yang lain, sehingga dinamik
equilibrium manusia berada pada tingkat
yang lebih tinggi.

Jarak yang besar dari stimulus dapat disepakati


dengan suksesnya manusia sebagai sistem
adaptif.

Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada


tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada
keadaan sejahtera atau sehat.
.J Model Keperawatan
j

Pendekatan model kep ad/ model konsep yang digunakan


dalam memberikan as- kep dengan menggunakan
pendekatan proses kep, secaara holistik,
bio,psiko,sosial dan spiritual.

Fokus penangganan pada model kep ad/ penyimpangan


perilaku, as- kep berfokus pada respon individu
terhadap masalah kesehatan yang actual dan
potensial, dengan berfokus pada :rentang sehat
sakit berdasarkan teori dasar kep dengan intervensi
tindakan kep spesifik dan melakukan evaluasi hasil
tindakan kep

. Model ini mengadopsi berbagai teori antara lain teori


BAB II
TERAPI DALAM KEPERAWATAN JIWA
Materi pembelajaran ini sangat mendasar dan
memberikan bekal pengetahuan Anda
sebagai perawat untuk memahami
bagaimana seorang perawat memiliki
tanggung jawab yang sangat besar dalam
pelaksanaan terapi modalitas,psikofarmaka,
serta dalam pemberian obat psikofarmaka.
1.Topik 1 akan membahas mengenai terapi modalitas
dalam keperawatan jiwa.
2. Topik 2 membahas mengenai konsep psikofarmaka.
3. Topik 3 membahas mengenai peran perawat dalam
psikofarmaka
A. TERAPI MODALITAS
Ada beberapa jenis terapi modalitas dalam
keperawatan jiwa seperti:
1. Terapi Individu
Adalah suatu hubungan yang terstruktur yang
terjalin antara perawat dan klien untuk
mengubah perilaku klien. Dimana
hubungan yang terjalin merupakan
hubungan yang disengaja dengan tujuan
terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis
(terstruktur) sehingga melalui hubungan ini
diharapkan terjadi perubahan tingkah laku
klien sesuai dengan tujuan .
Tahapan hubungan dalam terapi individual
meliputi:

a. Tahapan Orientasi
Tahap orientasi dilakukan ketika perawat
pertama kali berinteraksi dengan
klien.dilaksanakan pada tahap ini, tindakan yang
dilakukan adalah membina hubungan saling
percaya dengan klien
Tahapan Kerja
Pada tahap ini perawat memiliki peran yang sangat
penting sebagai seorang terapis
dalam memberikan berbagi intervensi
keperawatan.
Keberhasilan pada tahap ini ditandai dengan
kemampuan perawat dalam mengali dan
mengeksplorasi klien untuk
mengungkapkan permasalahan yang
dialami.
Pada tahap ini, klien dibantu untuk dapat
mengembangkan pemahaman tentang
dirinya, dan apa yang terjadi dengan
dirinya
Tahapan Terminasi
Tahap terminasi terjadi bila klen dan perawat
menyepakati bahwa masalah yang
mengawali terjalinnya hubungan
terapeutik telah terselesaikan dan klien
telah mempu mengubah perilaku dari
maladaptif menjadi adaptif.
Pertimbangan lain untuk melakukan terminasi
adalah apabila klien telah merasa lebih
baik, terjadi peningkatan fungsi diri,
social dan pekerjaan, yang terpenting
adalah tujuan terapi telah tercapai
2. Terapi Lingkungan

Terapi lingk ad/ suatu terapi yang dilakukan


dengan cara mengubah atau menata
lingk agar tercipta perubahan perilaku
pada klien dari perilaku maladaptive
menjadi perilaku adaptif.

Proses terapi dilakukan dengan mengubah


seluruh ling menjadi ling yang
terapeutik untuk klien
3. Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan
pada model medical di mana gangguan jiwa dipandang
sebagai penyakit.

Pandangan model ini berbeda dengan model


konsep terapi yang lain yang, Karena model terapi ini
memandang bahwa gangguan jiwa murni disebabkan karena
adanya gangguan pada jiwa semata, tanpa mempertimbangkan
adanya kelainan patofisiologis.

Proses terapi dilakukan dengan melakukan pengkajian


spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma
spesifik. Perilaku abnormal dipercaya akibat adanya
perubahan biokimiawi tertentu
4.Terapi Kognitif

Prinsip terapi ini adalah memodifikasi keyakinan


dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan
perilaku klien.

Proses terapi dilakukan dengan membantu


menemukan stressor yang menjadi penyebab
gangguan jiwa, selanjutnya mengidentifikasi dan
mengubah pola fikir dan keyakinan yang tidak akurat
menjadi akurat.
Pemberian terapi kognitif bertujuan untuk :

a.Mengembangkan pola berfikir yang rasional.

b. Membiasakan diri selalu menggunakan cara


berfikir realita dalam menanggapi setiap
stimulus sehingga terhindar dari distorsi
pikiran.

c.Membentuk perilaku baru dengan pesan internal.


Perilaku dimodifikasi dengan terlebih dahulu
mengubah pola berfikir.
5. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan
kepada seluruh anggota keluarga dimana
setiap anggota keluarga memiliki peran
dan fungsi sebagai terapis.
Terapi ini bertujuan agar keluarga mampu
melaksanakan fungsinya dalam merawat
klien dengan gangguan jiwa.
Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah
keluarga yang mengalami disfungsi;
yaitu keluarga yang tidak mampu
melaksanakan fungsi-fungsi nya
6. Terapi Aktifitas Kelompok

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi


yang diberikan kepada sekelompok pasien
dilakukan dengan cara berdiskusi antar sesama
pasien dan dipimpin atau diarahkan oleh seorang
therapist atau petugas kesehatan jiwa yang
telah terlatih.
a. Manfaat TAK
Secara umum terapi aktivitas kelompok mempunyai
manfaat:
1) Meningkatkan kemampuan menilai dan
menguji kenyataan melalui komunikasi
dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2) Meningkatkan kemampuan sosialisasi klien.
3) Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri
dengan perilaku defensive (bertahan
terhadap stress) dan adaptasi.
4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan
fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif
Secara khusus tujuan terapi aktifitas kelompok
adalah
1) Meningkatkan identitas diri pasien .
2) Menyalurkan emosi pasien secara
konstruktif.
3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial
yang akan membantu pasien didalam
kehidupan sehari-hari.
4) Bersifat rehabilitatif: meningkatkan
kemampuan ekspresi diri, keterampilan
sosial,kepercayaan diri, kemampuan
empati, dan meningkatkan kemampuan
tentang masalah-masalah kehidupan dan
pemecahannya.
7. Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah
bahwa perilaku timbul akibat proses
pembelajaran.

Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini


adalah:
a. Role model
b. Kondisioning operan
c. Desensitisasi sistematis
d. Pengendalian diri
e. Terapi aversi atau releks kondisi
8. Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada
anggapan dasar bahwa anak-anak akan
dapat berkomunikasi dengan baik
melalui permainan dari pada dengan
ekspresi verbal.

Dengan bermain perawat dapat mengkaji


tingkat perkembangan, status emosional
anak, hipotesa diagnostiknya, serta
melakukan intervensi untuk mengatasi
masalah anak.
Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan
yang hangat dengan anak, merefleksikan
perasaan anak yang terpancar melalui permainan,
mempercayai bahwa anak dapat menyelesaikan
masalahnya, dan kemudian
menginterpretasikan perilaku anak tersebut.
Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang
mengalami depresi, ansietas, atau sebagai korban
penganiayaan (abuse).
Terapi bermain juga dianjurkan untuk klien dewasa
yang mengalami stress pasca trauma,
gangguan identitas disosiatif dan klien yang
mengalami penganiayaan
Konsep Psikofarmaka

Tentu Anda bertanya mengapa saya harus


mempelajari psikofarmaka?
Anda harus mempelajari psikofarmaka karena
salah satu peran yang Anda lakukan sehari-hari
adalah pemberian obat.
Untuk mampu menjalankan peran tersebut,
Anda harus mengetahui
penggolongan, efek samping dan gejala putus
zat akibat penggunaan obat psikofarmaka
PENGERTIAN PSIKOFARMAKA

Obat psikofarmaka disebut juga sebagai obat


psikotropika, atau obat psikoaktif atau obat
psikoteraputik.
Penggolongan obat ini didasarkan atas adanya
kesamaan efek obat terhadap penurunan atau
berkurangnya gejala.

Obat psikofarmaka adalah obat yang bekerja pada


susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama
terhadap aktivitas mental dan perilaku,digunakan
untuk terapi gangguan psikiatrik .
Obat psikofarmaka, sebagai salah satu zat
psikoaktif bila digunakan secara salah (misuse) atau
disalahgunakan (abuse) beresiko menyebabkan
gangguan jiwa.

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis


Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) penyalahgunaan obat
psikoaktif digolongkan kedalam gangguan mental
dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.

Gangguan mental dan perilaku tersebut dapat


bermanifestasi dalam bentuk:
1. Intoksikasi akut (tanpa atau dengan komplikasi)
Kondisi ini berkaitan dengan dosis zat yang digunakan (efek
yang berbeda pada dosis yang berbeda).

Gejala intoksikasi tidak selalu mencerminkan aksi primer


dari zat dan dapat terjadi efek paradoksal.

2. Penggunaan yang merugikan (harmful use)


Kondisi ini merupakan pola penggunaan zat psikoaktif yang
merusak kesehatan ( fisik dan atau mental).

Pada kondisi ini belum menunjukkan adanya sindrom


ketergantungan tetapi sudah berdampak timbulnya
kelemahan/hendaya psikososial sebagai dampaknya.
3. Sindrom ketergantungan (dependence syndrome)
Kondisi ini ditandai dengan munculnya keinginan
yang sangat kuat (dorongan kompulsif) untuk
menggunakan zat psikoaktif secara terus menerus
dengan tujuan memperoleh efek psiko aktif dari zat
tersebut.
Pada kondisi ini individu tidak mampu menguasai
keinginan untuk menggunakan zat, baik mengenai
mulainya, menghentikannya, ataupun membatasi
jumlahnya (loss of control).
Pengurangan dan penghentian penggunaan zat ini,
akan menimbulkan keadaan putus zat, yang akan
mengakibatkan perubahan
. 4.
4 Keadaan putus obat (withdrawal state)
Adalah gejala-gejala fisik dan mental yang timbul
pada saat penghentian penggunaan zat yang
terus menerus dalam jangka waktu panjang
atau dosis tinggi.

Gejala putus obat, sangat tergantung pada jenis dan


dosis zat yang digunakan.

Gejala putus zat,akan mereda bila pengguna


meneruskan penggunaan zat.

Ini merupakan salah satu indikator dari sindrom


ketergantungan
5. Gangguan psikotik
Merupakan sekumpulan gejala-gejala psikotik yang
terjadi selama atau segera setelah
penggunaan zat psikoaktif.
Gejala psikotik ditandai dengan adanya halusinasi,
kekeliruan identifikasi, waham dan atau ideas
of reference yang seringkali bersifat
kecurigaan atau kejaran.
Selain itu timbul gangguan psikomotor (excitement
atau stupor) dan afek abnormal yang
terentang antara ketakutan yang mencekam
sampai pada kegembiraan yang berlebihan.
Variasi gejala sangat dipengaruhi oleh jenis zat
yang digunakan dan kepribadian pengguna
6.Sindrom amnestik adalah hendaya/gangguan daya
ingat jangka pendek yang menonjol.

Pada sindrom ini juga kadang-kadang muncul


gangguan daya ingat jangka panjang
sedangkan daya ingat segera masih baik.
Fungsi kognitif lainnya biasanya relative baik.

Pada kondisi ini, kesadaran individu kompos


mentis, namun terjadi perubahan
kepribadian yang sering disertai apatis dan
hilangnya inisiatif, serta kecenderungan
mengabaikan keadaan
. JENIS OBAT PSIKOFARMAKA
B

1. Obat anti-psikosis
Obat anti-psikosis merupakan sinonim dari
neuroleptics, major transqualizer, ataractics,
antipsychotics, antipsychotic drugs,neuroleptics.
Obat-obat anti-psikosis merupakan antagonis
dopamine yang bekerja menghambat reseptor
dopamine dalam berbagai jaras otak.

Sedian obat anti-psikosis yang ada di Indonesia adalah


chlorpromazine, haloperidol, perphenazine,
fluphenazine, fluphenazine decanoate,
levomepromazine, trifluoperazine, thioridazine,
sulpiride, pinozide, risperidone.
Indikasi penggunaan obat ini adalah syndrome
psikosis yang ditandai dengan adanya
hendaya berat dalam kemampuan daya
menilai realitas, fungsi mental, dan fungsi
kehidupan sehari-hari.
a. Sindrom psikosis dapat terjadi pada
sindrom psikosis fungsional seperti
skozofrenia, psikosis paranoid, psikosis
afektif dan psikosis reaktif singkat.
b. Sindrom psikosis organic seperti, sindrom
delirium, dementia, intoksikasi alkohol
dan lain-lain
2. Obat anti-depresi

. Sediaan obat anti-depresi di Indonesia adalah


amitriptyline, amoxapine, amineptine,
clomipramine, imipramine, moclobemide,
maprotiline, mianserin, opipramol,
sertraline, trazodone, paroxetine, fluvoxamine,
fluoxetine.

Jenis obat anti-depresi adalah anti-depresi trisiklik,


anti-depresi tetrasiklik, obat anti-depresi atipikal,
selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), dan
inhibitor monoamine okside (MAOI ).
Indikasi klinik primer
penggunaan obat-obat anti-depresi adalah
sindrom depresi yang dapat terjadi pada ;

a. Sindrom depresi panic, gangguan afektif


bipolar dan unipolar. Gangguan distimik dan
gangguan siklotimik.
b. Sindrom depresi organik seperti
hypothyroid induced depression, brain
injury depression dan reserpine.
c. Sindrom depresi situasional seperti
gangguan penyesuaian dengan depresi,
grief reaction, dll;
3. Obat anti-mania
Obat anti-mania merupakan sinonim dari
mood modulators, mood stabilizers,
antimanics.

Sediaan obat anti-mania di Indonesia adalah


litium carbonate, haloperidol, carbamazepine.

Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom


mania ditandai adanya keadaan afek yang
meningkat hampir setiap hari selama paling
sedikit satu minggu.
4. Obat anti-ansietas
Obat anti-ansietas merupakan sinonim
psycholeptics, minor transqualizers,
anxiolytics, antianxiety drugs, ansiolitika.
Obat anti-ansietas terdiri atas golongan
benzodiazepine dan nonbenzodiazepin.
Sediaan obat anti-ansietas jenis benzodiazepine
adalah diazepam, chlordiazepoxide,
lorazepam, clobazam, bromazepam,
oxasolam, clorazepate, alprazolam,
prazepam.
Sedangkan jenis non benzodiazepine adalah
sulpiride dan buspirone
Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom ansietas
seperti :
a. Sindrom ansietas psikik seperti gangguan ansietas
umum, gangguan panik, gangguan
fobik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress
paska trauma
b. Sindrom ansietas organic seperti hyperthyroid,
pheochromosytosis, dll; sindrom ansietas
situasional seperti gangguan penyesuaian dengan
ansietas dan gangguan cemas perpisahan
c. Sindrom ansietas penyerta seperti gangguan
jiwa dengan ansietas (skizofrenia,
gangguan paranoid, dll),
d. Penyakit fisik dengan ansietas seperti pada klien
stroke, Myocard Cardio Infac (MCI)
dan kanker dll
5. Obat anti-insomnia
Obat anti-insomnia merupakan
sinonim dari hypnotics, somnifacient,
hipnotika.

Sediaan obat anti-insomnia di Indonesia


adalah nitrazepam, triazolam
estazolam, chloral hydrate
. Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom
insomnia yang dapat terjadi pada
a. Sindrom insomnia psikik seperti
gangguan afektif bipolar dan
unipolar (episode mania atau depresi,
gangguan ansietas (panic, fobia);
sindrom insomnia organic seperti
hyperthyroidism, putus obat penekan
SSP (benzodiazepine, phenobarbital,
narkotika), zat perangsang SSP (
caffeine, ephedrine, amphetamine);
b. Sindrom insomnia situasional seperti
gangguan penyesuaian dengan
ansietas/depresi, sleep, wake schedule
(jet lag, workshift), stres psikososial;
c. Sindrom insomnia penyerta seperti
gangguan fisik dengan insomnia (pain
producing illness, paroxysmal
nocturnal dyspnea),
d. Gangguan jiwa dengan insomnia (
skizofrenia, gangguan paranoid
6. Obat anti-obsesif kompulsif
Obat anti-obsesif kompulsif merupakan persamaan
dari drugs used in obsessive-compulsive
disorders.
Sediaan obat anti-obsesif kompulsif di Indonesia
adalah clomipramine, fluvoxamine,sertraline,
fluoxetine, paroxetine.
Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom
obsesif kompulsi.
Diagnostik obsesif kompulsif dapat diketahui bila
individu sedikitnya dua minggu dan hampir
setiap hari mengalami gejala obsesif
kompulsif
7. Obat anti-panik
Obat anti-panik merupakan persamaan dari drugs used in
panic disorders.
Sediaan obat anti-panik di Indonesia adalah imipramine,
clomipramine, alprazolam, moclobemide,
sertraline, fluoxatine, parocetine, fluvoxamine.

Penggolongan obat anti-panik adalah obat anti-panik


trisiklik (impramine, clomipramine), obat anti-panik
benzodiazepine (alprazolam) dan obat anti-panik
RIMA/reversible inhibitors of monoamine oxydase-
A (moclobmide)serta obat anti-panik SSRI
(sertraline, fluoxetine,paroxetine, fluvoxamine).
Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom panik
Psike /Jiwa menduduki 1/3 bagian dari manusia.

Manusia terdiri dari 1/3 bagian psike /jiwa,


1/3 bagian sosial dan 1/3 lainnya adalah
bagian dari badan.

Ketiga aspek ini bereaksi maka


menimbulkan perbuatan-perbuatan.

Jiwa/ mental banyak berhubungan dengan


sikap untuk itu maka muncullah mental
health.
B. Pengertian Kesehatan Jiwa.

1. A mind that grows and adjust is in


control and is free of serious stress .

( Kondisi jiwa seseorang yang terus


tumbuh berkembang dan mempetahankan
keselarasan dalam pengendalian diri serta
terbebas dari stress yang serius)
(Rosdah,Texbook of Basic Nursing,
1999; 58).
2. Refers to an adaptation to distress by
mobilizing internal & eksternal resources
to minimize tension,.
Merujuk pada penyesuaian diri terhadap
distress dengan mengerahkan sumber2 dan
eksternal untuk meminimalkan
ketegangan. (Antai Otong, Psichiatric
Nursing Biological and Behavioral
Concept,1995; 66)
3. Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada
gangguan jiwa, melainkan mengandung
berbagai karakteristik yang positif yang
menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan pribadinya
(WHO).
4. Kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik,intelektual, emosional secara optimal
dari seseorang dan perkembangan ini
berjalan selaras dengan orang lain.
(UU Kes Jiwa No 3 tahun 1996).
C.Kreteria Sehat Jiwa Menurut Yahoda.

 Sikap positif terhadap diri sendiri


 Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
 Integrasi/ keseimbangan/ keutuhan.
 Otonomi
 Persepsi realita
 Environmental mastery (Kecakapan dalam
adaptasi dengan Lingkungan.
D. Rentan Sehat Jiwa.

 Dinamis bukan titik statis


 Rentan dimulai dari sehat optimal - mati
 Ada tahap-tahap
 Adanya variasi tiap individu
 Menggambarkan kemampuan adaptasi
 Berfungsi secara efektif ; sehat.
E. Ciri-ciri mental yang sehat: memiliki :

1. Daya tahan yang kuat, adaptasi baik, dan


percaya diri
2. Mempunyai harga diri dan dapat
menghargai orang lain
3. Mengakui batas kemampuan diri sendiri
dan orang lain
4. Memiliki kehidupan emosi yang stabil
5. Dapat mengadakan hubungan sosial
dengan baik.
F.Kondisi yang mempengaruhi kesehatan
mental.

1.Aspek kepribadian meliputi :

 Self respon / harga diri


 Self consep / konsep diri
 Self realization / realisasi diri.
2). Kondisi Fisik meliputi :

a. Faktor pembawaan
b. Konstitusi fisik
c. Sistem saraf, kelenjar dan kesehatan
3). Kondisi Psikologis meliputi :

 Pengalaman baik di rumah, sekolah dan


masyarakat.
Hasil belajar, kebiasaan, frustasi, konplik dll

4). Kindisi Lingkungan meliputi :


 Keluarga, masyarakat dan keagamaan
1.Per Psikiatrik / Kep kes jiwa ;
Proses dimana perawat membantu indi /
kelompok dalam mengembangkan konsep diri
yang positif, meningkatkan pola bubungan antar
pribadi yang lebih harmonis serta agar berperan
lebih produktif di masyarakat
.( Dorothy, Cecelia).
Konsep diri yang terganggu seperti :
gay, banci, waria merupakan gangguan pada
self identity, yag lain bisa berupa; Body Image/
gambaran diri, self ideal/ ideal diri, role/ peran
dan self esteem/ harga diri.

Klien gangguan jiwa memiliki hubungan yang


tidak harmonis misalnya bermusuhan dengan
orang lain dan mengancam / agression, atau
curiga yang berlebihan/ paranoid .
Klien gangguan jiwa juga sering
tidak produktif di masy, bahkan sering
cendrung merugikan masy misalnya
mencuri/ cleptomany, malas/ abulia
atau perilaku deviasi sosial lain
seperti pemakaian zat adiktif.
2. Kep jiwa ad/ area khusus dalam praktek kep
yang menggunakan ilmu tingkah laku
manusia sebagai dasar dan menggunakan
diri sendiri secara therapiutik dalam
meningkatkan, mempertahankan,
memulihkan kes mental klien
dan kes mental masy
dimana klien berada.
(ANA).
Alat yang digunakan selain ketrampilan tehnik
dan alat2 klinik yang terpenting ad/
menggunakan dirinya sendiri ( Use Self
Therapeutic ) misalnya ;
gerak tubuh (posture)
mimik wajah ( face expression)
bahasa (language) ,
tatapan mata (eye),
pendengaran (listening),
sentuhan (touching),
nada suara (vocalization) dsb.
3. Kep jiwa merupakan proses interpesonal
yang berupaya untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku yang akan
mendukung integrasi.(Kaplan Sadock).

Integrasi/ kesatuan yang utuh antara berbagai


aspek dalam diri sendiri, misalnya ;
hubungan persepsi dengan emosi,
integrasi antara dirinya dengan aturan/
norma /budayanya.
Seperti; integrasi antara verbal dengan
ekspresi wajah;
Innaprophiate affect = suster saya sedih sekali
anak saya meninggal ,padahal ia tertawa
terbahak-bahak.

Pada klien Exibisionism/ memperlihatkan


alat kelamin sendiri, ini menandakan tidak
adanya integrasi antara perilaku dengan norma
budaya.yang berlaku di masy.
4. Menurut Clinton & Nelson,
Peran utama perawat kes mental ad/ untuk
menemukan kebut klien dan hal tersebut
dilakukan secara efektif melalui sikap empati,
kritis dalam menelaah kebijakan kes
dan per kes mental.

Keb dasar klien ; kebutuhan fisik (fisiologi


need), Rasa aman (safety need), mencintai dan
disayangi (belonging loving need), harga diri
( self esteem )dan aktualisasi diri
(actualizations need)
5. Mental Health / Kesehatan Jiwa : adalah suatu
kondisi/ keadaan mental yang sehat.

6. Mental Hygiene/ Ilmu Kesehatan Mental


adalah suatu upaya/ usaha yang dilakukan
untuk mencapai kesehatan jiwa/mental.

7. Psikiatri adalah salah satu cabang ilmu


kedokteran yang mempelajari tentang
kesehatan jiwa /mental seseorang baik
dalam keadaan sehat/sakit..
8. Perawatan Psikiatri / perawatan jiwa adalah; suatu
ilmu dan seni (kiat) yang mempelajari tentang
bagaimana caranya melakukan asuhan
keperawatan terhadap klien dengan
kelainan/gangguan/penyakit jiwa.
9. Psikisomatik /psikofisik /psikofisiologi adalah;
seseorang yang mangalami ketegangan batin/
gangguan emosional tapi menunjukkan
kelaianan pada fisik
10. Psikodinamika adalah ; pengetahuan sistimatis
yang mempelajari motivasi/ dorongan jiwa
seseorang yang menjelma menjadi tingkah laku
Beberapa Prinsip2 kep kes jiwa.
1.Roles and functional of psychitric nurse; competent care (
Peran dan Fungsi Kep Jiwa; perawatan yang kompeten).
*. Kep Jiwa sebagai profesi awal abad ke 19 dan berkembang
menjadi spesialis dg peran dan fungsi yang unik.
*. Kep Jiwa ; proses interpersonal dg tujuan utk meningkatkan
dan memelihara perilaku2 yang mendukung
terwujudnya satu kesatuan yang harmonis.

*. Ada 4 faktor yg dpt menentukan tingkat penampilan


perawat jiwa ; yaitu;
aspek hukum, kualifikasi perawat, lahan praktek dan
inisiatif dari perawat sendiri ( Stuart & Laraia,
1998;13).
2. Therapeutic Nurse patient relationship ( hubungan
yang therapiutik antara perawat dengan klien).

Hub- per- klien yang therapiutik ; pengalamam


belajar yang bermakna dan pengalaman
memperbaiki emosional klien.
Kualitas pelayanan dibutuhkan oleh per- agar
dpt menjadi penolong yg efektif meliputi;
penget- ttg diri sendiri, klarifikasi nilai-nilai yg
dianut, menggali perasaan yang muncul ,
kemampuan utk memberikan contoh, memiliki
jiwa kemanusiaan dan sikap etis dan
bertanggung jawab
•3. Conseptual models of psychiatric nursing
• ( konsep model kep-jiwa)

*. Konsep model Kep-Jiwa terdiri dari 6 macam;


yaitu; Psychoanalytical ( Freud, Erickson),
Interpersonal ( Sullivan, Peplau), Social (
Caplan, Szasz), Existential ( Ellis, Rogers),
Supportive therapy ( Wermon, Rockland)
dan Medical ( Meyer, Kraeplin).
. 4. Stress adaptation model of psychiatric nursing ( model stress dan
adaptasi dlm kep jiwa)..
5. Biological context of psychiatric nursing care ( keadaan2 biologis dlm
kep jiwa/ struktur, fungsi otak ).
6. Psychological context of psychiatric nursing care,( keadaan psikologi
dlm kep jiwa; uji status mental, test psikologis).
7. Socioculturral contexs of psychiatri nursing care ( keadaan2 sos-bud
dlm kep jiwa).
8. Enviromental contexs of psychiatric nursing care (Keadaan2
lingkungan dlm kep-jiwa).
9. Legal ethical context of psychitric nursing care ( keadaan legal etik
dlm kep-jiwa.
10.Implementing the nursing process; standards of care (
penatalaksanaan proses kep- dg standar perawatan).
11. Actualizing the Psychiatric Nursing Role; Profesional Performance
Standards (aktualisasi peran kep jiwa; melalui penampilan
standar profesional).
Perkembangan Kep- Kes-Jiwa .

Tahun 1958, Perkembangan kep-kes-jiwa


dimulai dari cara menangani klien yang
memiliki masalah sikap,
perasaan dan konflik.

Tahun 1960, berkembang ke arah pencegahan


primer dan penanganan
secara multidisiplin.
Tahun 1970, perkembangan selanjutnya
mengarah pada bidang spesialisasi kep-jiwa
yang membutuhkan pendidikan
ketrampilan khusus.

Bidang spesialisasi praktik kep yang


menerapkan teori perilaku manusia sebagai
ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara
therapiutik sebagai kiatnya
(ANA).
Konseptual Model Kep Kes Jiwa (KKJ). Ada 6 Model sbk.
Tabel 1.

Model View of Therapeutik Role of Patien &


Behavior Proses. Therapist
Deviation
Psichoanaly Ego tdk mampu *. Asosiasi *. Klien ;
tikal mengontrol bebas& analisa mengungkapkan
( Freud, anseitas, konplik mimpi. semua pikiran &
Ericson). tdk selesai. *. Transfer untuk mimpi.
memperbaiki *.Therapi;
trauma masa lalu. Mengiterprestasi
pikiran & mimpinya.
Interper- Anseitas *. Build feeling *. Klien;
sonal timbul & security / Share Anxietas
(Sullivan, dialami secara usaha Melakukan
Peplau) interpersonal. membangun sharing yg
rasa aman dirasakan klien..
*. Trusting *. Therapis; Use
Relationship & Empathy &
Interpersonal Relationship./
Satisfaction. hubungan yang
Saling percaya bersifat empatik.
Sosial, Social & *. Environment *. Klien;
Lingkungan. Enviromental Manipulation & menyampaikan
(Caplan, Factors, Create Social Support.( masalah
Szasz). Stress, Which modifikasi Ling- menggunakan
Cause Anxiety & dan Dukungan sumber yang ada di
Synptom. ( Sosial. masyarakat.
bising, Perbaiki *. Therapis;
kemahalan, hubungan kerja & menggali sistem
cuaca polusi, lingkungan. sosial klien di
begal dll). rumah, kantor,
sekolah.
Existensial/ Individu gagal *. Experience in *. Klien;
gagal menemukan & relationship, berperan serta dlm
menemukan menerima diri Conducted in Group pengalaman yg
jati diri.( sendiri. bergaul dan belajar dg berarti utk
Ellis, orang lain. mempelajari diri.
Rogers). *. Encouraged to *.Therapis;
accep self & control Memperluas
behavior./ menerima kesadaran diri
jatidiri, kritik ttg klien.
perilakunya dr orla.
Supportive Faktor *. Menguatkan *. Klien;
Therapi Biopsiko- Respon Coping Terlibat dlm
(Wermon, sosial & Adaptif. Identifikasi
Rokland) Respon Coping.
Maladaptif *. Therapist;
saat ini. Hubungan yg
hangat &
Empatik
Medical. Combination Pemeriksaan, *. Klien;
(Meyer, From Diagnostic, Menjalani Prosedur
Kraeplin). Physiological, Therapi,Somatik, Diagnostik & Terapi
Genetic, Farmakologik & jangka panjang.
Environmental Tehnik Terapist;
& Sosial. Interpersonal. Therapi, Repport
Effects, Diagnose
Illness,Therapeutik
Approach.
D. Upaya Kes- Jiwa di Indonesia.
Bagaimana para penderita gangguan jiwa (ggj)
diperlakukan pada jaman dahulu di Indonesia,
tdk diketahui secara pasti. Namum pada jaman
kolonial Belanda para penderita ggj ditampung
di RS-RS sipil/ militer. Semakin banyaknya
jumlah penderita ggj, mendorong pemerintah
pada saat itu untuk mendirikan RSJ I di
Bogor,tgl 1- Juli 1882, selanjutnya di Lawang
tgl 23 Juni 1902, kemudian RSJ Magelang 1923
dan RSJ Sabang 1927.
Pada waktu itu dikenal 4 macam tempat per- penderita GGJ ;
1.RS Jiwa ( kranzinningestichen).
2.RS Sementara ( Doorgangshuizen).
3.Tempat penampungan sementara bagi pend Psikotik akut.
4.Rumah Perawatan( Veerplegtehuiizen ) berfungsi sebagai
RSJ yg dikepalai oleh perawat berijazah dibawah
pengawasan dokter umum.
Sedangkan Koloni merupakan tempat penampungan
pend GGJ yg sudah tenang. Pend dapat bekerja di
bidang pertanian dan tinggal bersama masyarakat. Tuan
Rumah diberi living cost dan masih berada di bawah
pengawasan. Letaknya jauh dari kota dan masy umum.
Setelah Jepang menduduki Indonesia perkembangan
Kes-Jiwa sempat mengalami kemunduran bahkan RSJ
di Sabang hancur.
Selama tahun 1940 s/d 1990 terjadi berbagai
gerakan perubahan kes- mental di antaranya;
•Th 1946 peluncuran UU Kes Mental; perubahan
yang terjadi ; terbentuknya farmasi institut nasional
kes- mental yang mendukung penelitian tentang
inter- diag- psikiatri dan penceg- serta pengobatan
GGJ.
•Th 1961;Komisi Presiden Kes dan GGJ, dimana
dukungan legislatif untuk pendid bagi tenaga profesi
kes- jiwa termasuk perawat, pekerja sosial, psikiatri
dan psikolog.
•Th 1963 Pelucuran UU ttg pusat Kes-Jiwa masy,
terjadilah Deinstitusionalisasi klien GGJ kronik
pindah dari institusi RSJ ke pusat rehab- masy.
•Th 1970-1980 muncullah minat pada aspek biologis
dan neurologis dari GGJ dan pengobatannya.
Munculnya generasi ketiga obat psikotropik
popularitas terap biologis meningkat.

•Th 1990-an dekade otak, perubahan yang terjadi;


semakin berkembangnya neurobiologi dan
teknologi, identifikasi penelitian2 diagnostik
yang inovatif khususnya untuk skizoofrenia dan
gangguan mood.
Th 1990 awal abad ke-20 terjadinya perubahan pada
ekonomi dan sosial reformasi pelayanan
kesehatan, dinama terjadi perubahan seperti ;
..........................dinama terjadi perubahan;
•Meningkatnya jumlah tuna wisma.
•Kurangnya dukungan dana legislatif untuk
pencegahan primer, skunder dan tersier.
•Epidemik global AIDS
•Perlunya pemberian pelayayan kes yang
sistimatis.
•Berkembangnya resiko tinggi GGJ pada wanita
hamil.
•Kekerasan pada wanita, anak-anak, orang tua
dan pengguna obat-obat terlarang.
E. Aspek Etik dan Legal dalam Kep- Jiwa.
Etika kep ad/ nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
diyakini oleh profesi kep dalam melaksanakan
tugasnya yang berhub dengan pasien, masy, dengan
teman sejawat maupun dengan organisasi profesi, serta
pengaturan praktik kep, tidak terkecuali kep-jiwa
( Berger& Williams,1999).
Bagi profesi kep, etika kep merupakan suatu
acuan dalam melaksanakan praktik kep tidak
terkecuali kep-jiwa.
Jadi keputusan dan tindakan perawat psikiatri
kepada klien dibedakan oleh apa yang dinamakan
dengan ethical manner/ cara yang sesuai etik.
Bila perawat sudah mengetahui bagaimana nilai-
nilai personalnya dan mengimplementasikannya
di dalam kerangka kerjanya sesuai kode etik
maka ia akan dapat mengembangkan dua
kualitas; yakni;

kualitas as-kep yang diberikan dan


akan mendapatkan kepuasan dari pelayanan
yang diberikannya.
Menurut Curtin,1978 (Stuart Sundeen,) membuat suatu model
untuk critical ethical analysis/ pengamb keput sesuai etik :
•Meliputi pengumpulan informasi untuk mengklarifikasi latar
belakang issue.
•Mengidentifikasi komponen etik/ keadaan dilema yang
terjadi, seperti adakah faktor kebebasan dilihat dari
sudut pandang pemaksaan atau adakah faktor
ancamannya dilihat dari sudut hak untuk dapat menolak
pelayanan.
•Mengklarifikasi hak dan t- j yang ada pada seluruh pihak
seperti; klien, perawat, keluarga klien, dokter, lembaga
per- kes ulama, pekerja sosial dan mungkin juga hakim.
Yang terakhir adalan solusi yang diimplementasikan kedalam
tindakan, khususnya dalam penetapan tujuan dan
metoda implementasi
Komunikasi Dalam Keperawatan/Therapiutik
Pengertian.
1. Kom- ter ad/; kom yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan klien
2. Kom- ter ad/ :Kom professional yang mengarah
kepada tujuan penyembuhan kilen.
3. Kom-ter ad/: termasuk kom interpersonal dengan
titik tolak saling memberi pengertian antar petugas
dengan klien dan saling membutuhkan
4. Kom- ter ad/ ; Suatu proses penyampaian nasehat
kepada klien untuk mendukung upaya penyembuhan
Tujuannya.
1. Untuk menciptakan hubungan yang baik
antara petugas kes dng klien guna mendorong
klien agar mampu meredakan segala
ketegangan emosinya dan memahami dirinya
serta mendukung tindakan konstruktif terhadap
kesehatannya dalam rangka mencapai
kesembuhan.
O.k.i hubungan bathin antara petugas dengan
klien perlu dikembangkan dengan baik.
2. Kom- ter merupakan bentuk ketrampilan
dasar untuk melakukan wawancara maupun
dalam penyuluhan kes.
12 Prinsip Kom-The ( Carl Rogers)
1. Petugas mengenal jati dirinya sendiri
2. Sikap saling menerima dan saling percaya,
saling menghargai
3. Petugas memahami dan menghargai nilai
yang dianut klien
4. Petugas menyadari keb klien ( pisik &
mental)
5. Petugas menciptakan suasana yang
menyenangkan dan bebas dari rasa takut.
6. Petugas menciptakan suasana yang dapat
memotivasi klien.
7. Petugas hrs dpt menguasai emosi diri sendiri
8 Petugas dapat menentukan waktu
9. Petugas memahami dan melaksanakan arti
sympatik dan empatik
10 Petugas mampu menjadi Role model (pola
panutan)
11. Petugas harus berpegang teguh pada etika
keperawatan
12. Petugas bertanggung jawab terhadap diri
sendiri/ Tuhan dan orang lain atas tindakan
yang diberikan.
Distorsi/ Kekacauan dlm berkom; o.k
1. Klien kurang tepat dalam mempersepsikan
pesan o.k.
a. Klien cemas karena penyakit dan biaya.
b Hubungan yang kurang bersahabat.
2. Keterbatasan/ klien :
Kurang pandai mengemukakan pendapat,
kurang jelas, bahan yang kurang
dimengerti
3. Kebisingan ( Nois) dan bisa terjadi :
Rintihan, suara bising/ di kamar mandi,
lampu, suara branchar dan alat lainnya
Cara Mengatasinya :
Distorsi Dari pihak Petugas

.1. Menguasai metoda komunikasi baik , secara


verbal maupun non verbal
2. Harus tenang, penuh perhatian berikan
pernghargaan, jangan sombong, ragu-ragu.
3. Dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang
ada
4. Jangan memaksa kebudayaan sendiri
5. Bila perlu pesan dapat di-ulang-ulang
Cara mengatasi Dari pihak Pendengar

1. Upayakan klien agar dapat menangkap


seluruh pesan
2. Hilangkan sikap curiga, acuh tak acuh, tidak
senang pada klien dengan rasa serius dan
bertanggung jawab
3. Perhatikan adanya kelainan panca indra yang
ada pada klien
4. Jarak komunikasi jangan terlalu jauh (ideal
0,4 – 1,2 meter)
5. Klien diupayakan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
Komunikasi Dalam Pemeriksaan

Dalam suatu wawancara hendaknya diutamakan


aktifitas pewawancara yang bersifat bersahabat
memahami Psikologis Klien dan ciptakan
suasana santai tapi serius

Bila ada Tekanan bisa berakibat Kegagalan


dalam menggali Data/ Informasi dan hindari
Sikap Super, serta arahkan persoalan yang jelas.
o.k i. wawancara perlu dipersiapkan secara
matang.
HAM Dalam Wawancara

Hub Antara Manusia dlm wawancara perlu


diutamakan ;
 Sikap Sopan Santun, Ramah Tamah, Rasa
Hormat
 Menghormati satu sama lain dan Tegakkan
Etika Profesi.
 Kunci aktifitas HAM adalah : Motivasi
yang berdasarkan Kebutuhan.
Lanjut HAM Dalam Wawancara

 Kondisi yang harus diciptakan (Schraem);


pesan menarik, gunakan lambang,
bangkitkan keb pribadi klien, sesuaikan
pesan dengan norma yang berlaku.

 Dalam melakukan wawancara kita perlu


mengatahui type kepribadian orang yang
kita wawancarai.
Fase Sikap dan Tehnik Kom Ter

1. Sebelum berlangsungnya interaksi seorang


petugas harus memiliki data sbb;

a) .Identitas klien,
b) Riwayat Klien ( riwayat penyakit dan
pengobatan /Perawatan) dan
c) Riwayat Sosialnya.
2.Fase Pendahuluan / Perkenalan/ Orientasi

Persiapan membuka hubungan dengan klien.

 Dalam memulai wawancara dengan klien


harus berikan penjelasan mengenai maksud
dan tujuannya.

 Tunjukkan sikap rela membantu, kesabaran


yang tulus, rileks, sikap menerima secara
sungguh-sungguh..
Lanjut Persiapan membuka hubungan dengan
klien.

 Menjelaskan prosedur wawancara dan


membuat perjanjian.

 Dalam hal ini perawat perlu menjelaskan


kapan dia akan menyediakan waktu untuk
berbincang-bincang
3 .Fase Pelaksanaan / Fase Kerja

a. Menanggapi hati klien dg menunjukkan :

1. Rasa Empatik (ikut merasakan) dengan


menjadi pendengar yang baik dan pengamat
yang baik
2. Tunjukkan rasa hormat dan keinginan untuk
membantu
3. Menjelaskan secara teoritis.
b. Mengintegrasikan dan mendinamisasikan
pemahaman klien terhadap dirinya.
Dalam kegiatan ini Perawat harus dapat
membangkitkan semangat klien dan
meningkatkan pemahamannya sehingga dia
mampu mengungkapkan perasaannya yang
selama ini terpendam
c Sebagai fasilitator dan membantu
menentukan tindakan
4. Fase Pengakhiran/ Terminasi
Setelah terjadi interaksi yang baik kadang-
kadang muncul keadaan diam sejenak dari
pihak klien, dalam situasi demikian
perawat harus mampu mengakhiri
pembicaraan tersebut
Tehnik Komunikasi Terapeutik secara Verbal

1. Mendengarkan dengan aktif,


2. Mengulang pembicaraan bila kurang jelas,
3. Memantulkan Perasaan klien, yang dilakukan
bila petugas ragu, tidak jelas, tidak
mendengar
4. Membagi pengalaman klien artinya apa yang
dirasakan klien hendaknya dirasakan juga
oleh petugas
5. Persetujuan: pernyataan petugas dukungan/
dorongan kepada klien agar timbul rasa
percaya kepada diri sendiri untuk
menilbulkan rasa simpatik
6. Mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang
kurang jelas/ ada pengalaman klien
7. Memberi Saran bila diperlukan
8. Menolak, klien melakukan hal-hal yang
dapat merugikan dirinya sendiri dan or-la.
9. Menyimpulkan sesuatu yang telah disepakati
Sikap Perawat Dlm Kom Budi.A.K.1992

.1. Kontak mata.


Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien yang menyatakan keingian
untuk tetap berkomunikasi
2. Berhadapan. Artinya dari posisi ini adalah :
Saya siap untuk anda
3. Membungkuk kearah klien.
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
menyatakan atau mendengar sesuatu
Lanjut Sikap Perawat Dlm Kom Budi.A.K.1992

4.Mempertahankan sikap terbuka.


Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi

5.Tetap rileks.
Tetap dapat mengontrol keseimbangan
antara ketegangan dan rileksasi dalam
memberikan respon kepada klien.
Perilaku non verbal oleh Budi A K (1992)

1. Gerakan mata, gerakan mata dipakai untuk


memberikan perhatian.
2. Ekspresi muka. Umumnya dipakai sebagai
interaksi non verbal.
3. Sentuhan merupakan cara interaksi yang
mendasar.
Model Stres Adaptasi.
I. Konsep Dasar Stress.

1. Pengertian Stres.
Mc Nemey dalam Grenberg 1984
menyebutkan ;
stress sebagai reaksi fisik, mental dan
kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan,
membingungkan membahayakan dan
merisaukan seseorang.
Menurut Harjana 1994 ;
stres sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta
bila transaksi seseorang yang mengalami stress
dan hal yang dianggap mendatangkan stress
membuat orang yang bersangkutan melihat
ketidaksepadanan antara keadaan/ kondisi dan
sistem sumber daya biologis, psikologis dan
sosial yang ada padanya.
Hans Selye mengatakan;
stress ad/ tanggapan tubuh yang sifatnya non
spesifik terhadap tuntutan atasnya. Manakala
tuntutan terhadap tubuh berlebihan, maka hal ini
dinamakan distress.
Dadang Hawari, istilah stress dan depresi
seringkali tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya. Reaksi tubuh dinamai stress ,
sedangkan reaksi kejiwaan disebut depresi, dan
reaksi kejiwaan lainnya yang erat hubungannya
dengan stress adalah kecemasan/ ancietas.
Kecemasan dan depresi merupakan dua jenis
gangguan kejiwaan yang satu dengan lainnya
saling berkaitan.

Stress bisa juga sebagai suatu bentuk diagnosa,


dapat juga sebagai faktor pencetus, penyebab
sekaligus akibat dari suatu
gangguan/ penyakit.
Manusia mempunyai suplai yang baik dari
energi penyesuaian diri untuk dipakai dan diisi
kembali bilamana perlu, bila gagal maka bisa
menarik enerji yang tersimpan sehingga
orang bisa menjadi turun
berat badannya.
•Ada berapa macam model Stress.
a.Model stress berdasarkan Stimulus;
berdasarkan pada analogi sederhana dengan
hukum elastisitas.

Hooke menjelaskan bahwa;


Jika strain yang dihasilkan oleh stress yang
diberikan berada pada elastisitas dari material
tsb maka akan kembali keposisi semula tetapi
jika strain yang dihasilkan melampaui batas
elastisitasnya maka kerusakan akan terjadi.
Model stress berdasarkan Respon, Model ini
mengidentifikasikan stress sebagai respon
individu terhadap stresor yang diterima.

Selye 1982 menjelaskan;


bahwa stress sebagai respon non spesifik yang
timbul terhadap tuntutan lingkungan, respon
umum ini disebut sebagai General Adaptation
Syndrome (GAS) dan dibagi dalam
tiga fase yaitu;
fase sinyal, fase perlawanan dan
fase keletihan
Fase sinyal/ alarm merupakan respon siaga
( fight or flight) dimana terjadi peningkatan
cortical hormone, emosi dan ketegangan.

Fase perlawanan (resistance) terjadi bila respon


adaptif tidak mengurangi persepsi terhadap
ancaman, reaksi ini ditandai oleh hormone
cortical yang tetap tinggi.
Usaha fisiologis untuk mengatasi stress
mencapai kapasitas penuh, dan perlawanan
melalui mekanisme pertahanan diri dan strategi
mengatasi stress.
Sedangkan reaksi kelelahan yaitu;
perlawanan terhadap stress yang berkepanjangan
mulai menurun,
fungsi otak tergantung oleh perubahan
metabolisme,
sistem kekebalan tubuh menjadi kurang efisien
dan
penyakit yang serius mulai timbul pada saat
kondisi tubuh menurun
a.Model Stress berdasarkan Transaksional; pendekatan ini
mengacu pada interaksi yang timbul antara manusia dan
lingkungannya. dimana kognitif ( cognitive appraisal)
yang menjadi mediatornya.

Tiga tahap dalam mengukur potensial yang mengandung stress


yaitu;
• Pengukuran primer; menggali persepsi individu
terhadap masalah,
•Pengukuran sekunder ; menkaji kemampuan seseorang/
sumber tersedia untuk mengatasi stress/ masalah.
Pengukuran tersier; berfokus pada perkiraan keefektifan
perilaku koping dalam menangulangi/
menghadapi ancaman
1.Psikofisiologi Stress.
Menurut Selye,1982; stress merupakan tanggapan non spesifik
terhadap setiap tuntutan yang diberikan pada suatu organisme dan
digambarkan sebagai GAS .dalam tiga fase ; sinyal, perlawanan , dan
keletihan.
Tahap sinyal ad/ mobilisasi awal dimana badan menemui tantangan
yang diberikan oleh penyebab stress. Ketika penyebab stess ditemukan,
otak mengirimkan suatu pesan biokimia kepada semua sistem tubuh;
pernafasan meningkat TD naik, anak mata membesar, ketegangan otot
naik dst.
Jika penyebab stres terus aktif, GAS beralih ke tahap perlawanan dg
tanda keletihan, ketakutan dan ketegangan bisa tinggi / rendah yang jelas
seseorang memiliki sumber energi terbatas. Pada saat ini seseorang
mudah sakit.
Tahap terakhir; kelelahan/ keletihan/ exhaustion o.k
penggunaan energi yang berlebihan.
Menurut Fortuna,1984, seperti halnya dg gangguan fisik,
respon terhadap ancaman stres juga mempunyai resiko
terhadap emosi dan kognitif, sehingga orang yang mengalami
stress dapat menurunkan konsentrasi, perhatian dan
kemunduran memori, shg menyebabkan kesalahan- kesalahan
dalam perencanan, tindakan, dan ketidakmampuan menjalin
hubungan dengan orang lain, individu lebih sensitif dan cepat
marah.mereka sulit rileks, merasa tdk berdaya, depresi dan
cendrung hipokondria.
Pengaruh pada kognitif dan emosi mendorong terjadinya
perubahan perilaku seperti penurunan minat dan aktifitas,
penurunan energi, tdk masuk kerja/ terlambat kerja, pandangan
sinis pada orang lain, serta melemahnya tanggung jawab.
i.Stresor Psikososial.
Stresor psikososial ; setiap keadaan yang menyebabkan
perubahan dalam krhidupan seseorang sehingga orang
terpaksa mengadakan adaptasi, bila gagal dapat menimbulkan
keluhan kejiwaan spt depresi.
Jenis stresor psikososial ;
•Perkawinan; pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian,
ketidaksetiaan dsb.
•Problema orang tua; tdk punya anak, kebanyakan anak,
kenakalan anak, anak sakit hubungan mertua, ipar, besan dsb.
•Hubunga Interpersonal/ antarbribadi; konplik kawan dekat,
kekasih, atasan dan bawahan dsb.
•Pekerjaan; stresor no; 2 setelah perkawinan, pek terlalu
banyak, sulit,/rumit, tdk cocok, mutasi jabatan, kenaikan
pangkat, pensiun,PHK dsb.
•Lingkungan Hidup; perumahan, pindah rumah, penggusuran,
lingkungan yang rawan/ kriminalitas, dsb.
•Keuangan; pendapatan, pengeluaran tdk seimbang, terlilit
hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan, dsb.
•Hukum; tuntutan hukum, pengadilan, penjara dsb
•Perkembangan; Biopsikospiritual; masa remaja, dewasa,
menapause, usila dsb.
•Penyakit Fisik/ cedera; penyakit, kecelakaan, operasi, aborsi
ca jantung dsb.
•Faktor Keluarga; hubungan ortu- anak dingin, tegang, acuh,
ortu jarang dirumah, komunikasi tdk baik, ortu berpisah, ortu
kurang sabar, pemarah, keras, otoriter ,
•Lain-lain; bencana alam, kebakaran, kehamilan
diluar nikah dsb.
Tahapan Stres. Oleh; Robert.J.Van Amberg/ psikiater;.
Stres Tk I; semangat besar, penglihatan tajam, energi dan
gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan
lebih dari biasanya.
Stres tk II ; semangat berkurang, cadangan energi berkurang,
dg keluhan; letih bangun tidur, setelah makan siang, menjelang
sore, perut kembung, jantung berdebar.
Tk III; keletihan semakin nampak; gangguan (gg) usus, otot
lebih tegang, gg tidur, badan terasa oyong, mau pinsan.
Stres tk IV; keadaan lebih buruk dg ciri; sulit untuk bertahan
seharian, kegiatan awalnya menyenangkan kini terasa sangat
sulit,kehilangan kemampuan untuk menanggapi sesuatu,
pergaulan sosial, kegiatan rutin terasa berat. Sukar tidur,
mimpi menegangkan, sering terbangun dini hari dan sulit tidur
lagi. Perasaan negativistik, kurang konsentrasi banget dan
perasaan takut tdk jelas mengapa?.
Stress tk V. Keletihan mendalam, kurang mampu
mengerjakan pek sederhana sakit maag, mencret,
perasaan takut semakin menjadi, panik,

Stress tk VI; puncaknya; bisa ke ICCU gejala


mengerikan; debar jantung keras; oleh adrenalin, TD
naik, sesak nafas, mengap- mengap, badan gemetar
tubuh dingin, keringat bercucuran, lelah,
pinsan/ collap.
Gangguan Jiwa.
•Skizofrenia sebagai bentuk GGJ,
Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik
perhatian pada konferensi tahunan The
American Psychiatric Association/ APA di
Miami, Florida, Amerika Serikat, Mei 1995 lalu.
Sebab di AS angka pasien skizofreni cukup
tinggi mencapai 1/100 penduduk. Sebagai
perbandingan di Indonesia bila pada PJPT I
1/1000 penduduk proyeksinya pada PJPT II =
3/1000 penduduk bahkan bisa lebih besar lagi.
Berdasarkan data di AS;
•Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizopreni
mengalami episode akut.
•Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit
Alzheimer, multipel skelosis, DM yang
memakai insulin dan penyakit otot/ muscular
dystrophy.
•20-50% pasien skizofrenia melakukan
percobaan bunuh diri, dan 10 % diantaranya
berhasil mati bunuh diri.
•Angka kematian skizofrenia 8 kali lebih tinggi
dari kematian penduduk pada umumnya.
•Faktor Penyebab Skizofrenia.
Hingga sekarang belum diketemukan penyebab
yang pasti mengapa seseorang menderita
skizofrenia, pada hal orang lain tidak, Ternyata
dari penelitian yang telah dilakukan tidak
ditemukan faktor tunggal.
Penyebab skizofrenia menurut penelitian
mutahir a.l;
•Faktor Genetik
•Virus
•Auto Antibody
Malnutrisi
Sejauh mana peran genetik pada skizofrenia dari penelitian
diperoleh gambaran sbk;
•Studi keluarga menyebutkan pada ortu 5,6%, saudara
kandung 10,1%, anak2 = 12,8% dan penduduk secara
keseluruhan 0.9%.
•Orang kembar/ twin menyebutkan pada kembar identik
59.20% sedangkan kembar fraternal 15,2%.
Penelitian lain menyebutkan bahwa GGJ pada perkembangan
otak janin juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia
kelak. Gangguan ini muncul misalnya karena kekurangan gizi,
infeksi, trauma, toxin dan kelainan hormonal.
Penelitian mutahir menyebutkan bahwa meskipun ada
gen yang abnormal skizofrenia tidak akan muncul kecuali
disertai faktor2 lain yang disebut epigenetik faktor.
Kesimpulannya adalah bahwa skizofrenia muncul bila terjadi
interaksi antara abnormal gen dengan;
•Virus/ infeksi lain selama kehamilan yang dapat
mengganggu perkembangan otak janin.
•Menurunnya autoimun oleh infeksi selama
kehamilan.
•Komplikasi kandungan
•Kekurangan gizi berat terutama pad trisemester
kehamilan.
Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang
sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila
mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya,
maka resikonya lebih besar untuk menderita
skizofrenia dp orang yang tidak ada faktor epigenetik
•Penyebab Umum GGJ.
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik/ dapat dikatakan
juga secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab GGJ maka
ketiga unsur ini harus diperhatikan. Sbk;

•Faktor somatik/somatogenik/ Organobiologis; Neuroanatomi,


neurofisiologi, neurokimia, tingkat kematengan dan faktor
pre dan peri-natal.
•Faktor Psikologis/ psikogenik/ psikoedukatif ; Interaksi ibu- anak,
peranan ayah, Persaingan antara saudara kandung, intelegensi, hubungan
dalam keluarga,( pekerjaan, permainan dan masyarakat).kehilangan,
konsep diri, keterampilan/ bakat/ kreativitas, pola adaptasi dan
tingkat perkembangan emosi.
•Faktor sosio- budaya/ sosiogenik/ sosiokultural ; kestabilan keluarga,
pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan/ perkotaan/ pedesaan,
masalah kelompok minoritas, pengaruh rasial dan keagamaan
•dan nilai- nilai.
•Proses Perjalanan Penyakit.
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja/
dewasa awal sampai dengan umur pertengahan dengan
melalui beberapa fase a,l;
• Fase Prodomal; berlangsung antara 6 bulan – 1
tahun, gangguan dapat berupa sellf care,
gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial,
gangguan pikiran dan persepsi.
•Fase Aktif ; berlangsung kurang lebih 1 bulan,
gangguan gejala psikotik; halusinasi,
delusi,disorganisasi proses berpikir, gangguan bicara,
perilaku, disertai kelainan neurokimiawi.
•Fase Residual ;Klien mengalami minimal 2 gejala;
Gg efek dan gg peran, serangan biasanya berulang.
•Tahapan Halusinasi dan Delusi yang biasa menyertai
GGJ. Menurut Janice Clack, 1962, klien yang
mengalami ggj sebagian besar disertai halusinasi dan
delusi yang meliputi beberapa tahap;

•Tahap Comforting; timbul kecemasan ringan disertai


gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya
mengkompensasikan stresornya dg koping imajinasi
sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
•Tahap Condeming; timbul kecemasan moderat, cemas
makin meninggi, sampai mendengarkan sesuatu, klien
merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan
apa yang dia rasakan sehingga akhirnya dia menarik
diri / with drawl.
•Tahap Controling ; timbul kecemasan berat,
klien berusaha memerangi suara yang timbul
tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti,
sehingga menyebabkan klien susah berhubungan
dengan orang lain. Apabila suara itu hilang klien
merasa sangat kesepian/ sedih.

•Tahap Conquering; klien merasa panik, suara /


ide yang datang mengancam apabila tidak
diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak/
timbul perilaku suicide.
Perubahan yang terjadi pada susunan saraf pusat/
otak pada klien Skizo.
Penelitian mutahir menyebutkan bahwa perubahan pada
neurotranmiter dan reseptor di sel-sel saraf otak/ neuron dan
interaksi zat neurokimia dopamin dan serotonin, ternyata
mempengaruhi alam pikir, perasaan dan perilaku yang
menjelma dalam bentuk gejala positif dan negatif skizo.

Selain perubahan yang bersifat neurokimiawi di atas dalam


penelitian dengan menggunakan CT Scan otak, ternyata
ditemukan pula perubahan pada anatomi otak klien terutama
pada penderita kronis,
Perubahannya ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi
korteks bagian depan, dan atrofi otak kecil/ cerebellum
1.Hubungan Kes Mental dan Kes Fisik
N Praktek Kes Praktek Kesehatan Mental
o. Fisik
1. Sanitasi Kes Mencip iklim masy yang bermoral
2. Imunisasi Pengalamam yang dapat mengemb
3. Olah-raga perasaan memadai
4. Hygiene Penerimaan diri, penil msl secara
5. Person realitas
Diet, Secara sadar memben kebia penyes
Istirahat dan diri yang baik
Rekriasi Menemukan cara yang tepat untuk
meredakan ketegangan emosi dan
memenuhi kebutuhan
G. Ruang Lingkup Kesehatan Jiwa.
Kes jiwa merupakan fungsi kesel keprib
secara penuh dan harmonis.
Ada 3 hal yang ingin dicapai dalam kes jiwa
Full Expresien ; terexpres emosi secara
penuh/utuh (penanpilannya)
Harmonization : Harmonis/serasi antara jasmani
rochani dan sosial.
The Direction to common and of our native and
acquiren potensional atau kemamp untuk
berhub/ berkom. ke-atas, kesamping dan
kebawah.
Jadi dalam kondisi mental yang sehat terdpt
potensi baik bersifat pembawaan, maupun yang
diperoleh dapat diexpresikan/ diwujudkan
secara penuharmonis dan terarah kepada
satu tujuan tanpa ragu.
Tujuan As-kep Jiwa/Psikiatri.

Tujuan As Kep Jiwa ad/ :


untuk menolong klien agar dpt sembuh dan
dpt diterima kembali oleh keluarga, masy
sebagai individu yang dpt mandiri, berhasil
guna dan berdaya guna.
Pendekatan yang biasa digunakan dalam per
jiwa biasa dikenal dengan nama :

Tri Upaya Bina Jiwa./ tiga usaha dalam


membina jiwa a.l.

1. Promosi berupa preventif


2. Diag dini/ penentuan peny sedini mungkin
serta memberikan p/p secepatnya.
3. Rehabilitasi secara bio-psiko- social -
spiritual
H. Faham2 dasar dlm Ilmu Psikiatri ;

1. Kepribadian.
2. Kesadaran.
3. Hidup Emosi dan afektif.
4. Sikap dan tingkah laku.
5. Gangguan Orientasi.
6. Gangguan Pengamatan.
7. Gg Proses Berpikir.
8. Ingatan
9. Ekpresi dan
10 Intelegensi dan Intelek.
1. Kepribadian ad/ :
segala corak kebiasaan yang khas
mengenai cara berpikir, perasaan dan
tingkah laku yang terhimpun dalam
dirinya sendiri untuk bereaksi dalam
menyesuaikan diri terhadap rangsangan
yang datangnya dari dalam/ luar diri
sendiri.
Perkemb Kepribadian/ Perubahan Perilaku.
Perkembangan artinya perubahan kearah
yang lebih positif/ lebih baik

Kepribadian / Personality ad/ suatu totalitas


Psiko-pisik yang komplek dari individu
sehingga nampak dari tingkah lakunya
yang unik.
Struktur Kepribadian; terdiri dari 3 aspek
yaitu :
1. Das Ich (The Id) aspeknya Biologis
(tuntutan Biologis/Psikis.

2. Das Es (The Ego) aspeknya, Psikologis,


berupa cara untuk pencapaian sesuatu
kebutuhan

3. Das Uber Ich (The Super Ego) aspeknya


Sosiologis
Das Ich aspeknya biologis melakukan kepuasan
dengan cara :
1. Reflek dan reaksi otomatis seperti berkedip
dan bersin
2. Proses primer : => lapar =>bayangkan
sesuatu yang enak ( Das Ich), lalu => ,
bagaimana => mencapai makanan tsb
(Das Es) untuk pilihan terbaik oleh
(Das Uber Ich /the super ego) berdasarkan
norma-norma agama.
Type-type Kepribadian; * Yung * 2 type a.l ;

1. Type Extovert/ terbuka: @ keput pada


nilai obyektif dan realitas mengutamakan
kepentingan umum (Demokratis)

2. Type Introvert/ tertutup,/ subyektif; dimana


segala sesuatunya ditentukan oleh
dirinya sendiri/ Egois.
Menurut * Willian.H. Sheldem.*
Bentuk Fisik => Watak
1. Endomorph ( pendek gemuk) =>
Viscenotonia/ suka ma/mi dan humor
2. Mesomorph ( atletis ) => Somatotonia
senang kerja dengan otot
3. Ectomorph (kurus kering) =>
Cerebrotonia/ suka menyendiri dan
pemurung
4. Piknis/ besar/mendatar=> Cychothym mudah
bergaul, menyesuaikan diri periang, tapi cepat
sedih
d.Katagori dan Gejala Kelainan Kepribadian;

1.Kepribadian Paranoid dengan ciri; kecurigaan


yang tidak beralasan dan tidak percaya pada
orang lain.

2. Kepribadian Skizoid dengan ciri;


ketidakmampuan membentuk hubungan
pribadi yang akrab, termasuk isolasi sosial,
tidak adanya kehangatan, kelembutan terhadap
orang lain. Tidak peduli dengan pujian,
kritikan orang lain/ dingin.
3. Kepribadian Skizotipal dengan ciri; ide,
penampilan yang aneh, kurang hubungan
interpersonal, pikiran magis, isolasi sosial, ilusi,
pola bicara aneh, curiga dan anseitas sosial yang
tidak semestinya.

4. Kepribadian Narsisistik dengan ciri waham


kebesaran, mengekploitasi orang lain untuk
memenuhi hasratnya sendiri.kurang respons
terhadap kritikan, kurang empati, asyik dengan
perasaan cemburu.
5. Kepribadian Antisosial; dengan ciri; prilaku
tidak bertang jawab, hak orang lain dilanggar.

6. Kepribadian Borderline, dengan ciri; tidak


ada kestabilan dalam hub interpersonal, alam
perasaan dan citra diri. Borderline artinya
sekelompok klein nampaknya jatuh pada batas
antara neurosa dan psikosa.

7. Kepribadian Obsesif Konpulsif; dengan ciri;


kaku dan tidak fleksibel, kesulitan dalam
mengekpresikan perasaan kelembutan
2. Kesadaran ;
Ad/ daya kepampuan jiwa utk mengetahui dan
menyadari segala hal/ kejadian baik didlm/
diluar diri.

Perubahan kesadaran dpt dipeng oleh :


1. Faktor Fisiologi : lapar. keletihan,dan antara
tidur dan bangun
2. Faktor obat2an /larutan/ alkohol/ obat
penenang dll
3. Faktor Penyakit; Ayan, DM, Mal Trop.
4. Faktor Psikologi; kel jiwa/ neurosa.
Tingkat kesadaran :

1. Keadaan Apatis
2. Somnolen/ mengantuk sekali ingin tidur.
3. Delirium; keadaan kesadaran merendah
kegelisahan,ilusi dan halusinasi
4. Stupor tidur dalam tapi masih dapat
dibangunkan dengan rangsangan.
5. Agon ; hilangnya kesadaran yang dalam
6. Coma; kesadaran hilang serta tidak dapat
dibangunkan dengan rangsangan apapun
3. Keadaan Afektif/ Alam perasaan;

a. Emosi stabil; adanya ketetapan dalam


bereaksi dan tidak terbawa oleh hidup emosi
dalam dirinya.

b. Emosi Labil; mudah terbawa oleh kesan.

c. Empati/ Enfuhlung, terbawa oleh emosi


seseorang/ dapat menghayati hidup emosi
seseorang.
d. Emosi Dangkal- Dalam, adakalanya beberapa
kejadian emosi itu seolah-olah tidak membekas
(dangkal) malah sebaliknya ada yang merasakan
sangat dalam walaupun peristiwanya sangat
kecil.

e. Inappropiate afek/ Perasaan Inadekuat ; afek


yang tidak sesuai. Mis; ia dapat musibah tetapi
dia tertawa.

f. Afek yang kaku/ rigit ‘ suatu keadaan dimana


rasa hati tetap dipertahankan/ kaku.
b. Suasana Perasaan :
a). S.P adekuat adalah suasana.perasaan yang
sesuai dengan lingkungan
b).S.P Hyperthym terdiri dari :
1. Euforia ; Kegembiraan yang kurang normal
ada berita kedukaan tapi dia tertawa.
2. S.P. Maniakal; kegemb yang abnormal
disertai dengan Waham, Flay of idies dan
overaktif.
3. S.P Eklasi adalah ; yang bersangkutan se-olah2
merasakan suatu kenikmatan yang dalam
sekali dan bercampur rasa puas yang ajaib.
Lanjutan suasana perasaan

c. S.P. Hypothym; s.p. depresi dan duka.


d. S.P Dysthym : s.p. yang mudah tersinggung
dan marah.
e. S.P Apatis; masa bodo, tidak perduli, kurang
berinisiatif dan tidak bersemangat.
f. S.P Depersonalisasi : s.p dimana ybs
merasakan dirinya bukan dirinya sendiri,
dirinya seolah-olah sudah berubah.
4. Sikap dan Tingkah Laku.
Dalam wawancara Psikiatri, memperhatikan
sikap dan t.l klien ad/ suatu hal yang
penting karena sikap dan t.l mencerminkan
sikap ekpresi klien.

Ada beberapa kelainan sikap t.l.:


a. S. Acuh-tak acuh/ apatis.
b. S. Kooperatif/ kerja sama.
c. S. Negative ; sikap suka menentang
tanpa alasan yang obyektif.
d. S. Dependen / sikap ketergantungan
e. S. Infantil/ S. Kekanak-kanakan
Lanjut……… kelainan sikap.
f. S. Curiga/ S. Menuduh orang lain
g. S. Steriotypy/ mempertahankan suatu
sikap yang kadang2 tidak masuk
akal
h. S. Katatonis/ sikap seperti patung.
i. S. Rigid/ sikap kaku dan tidak
fleksibel.
j. S. Stupor/ sikap seperti orang mati
(Abulia) serta bekunya perasaan
jiwa.
Ada beberapa t.l yang perlu kita ketahui sbb :
1. T.L Hyperaktif: gerakan terus menerus tanpa
merasa lelah
2. T.L Hypoaktif; dorongan untuk bergerak
sangat kurang/diam saja.
3. T.L.Retless/ gelisah : gerakan yang
menyatakan adanya tegangan jiwa yang
menuncak
4. T.L Steriotivik : mengulangi perbuatan yang
sama secara terus menerus tanpa ada arti
5. T.L.Manarisma: gerakan yang aneh secara
terus menerus tanpa arti seperti putar2 cincin
6. Tingkah.Laku. Konpulsif : gerakan yang
dilakukan dengan kesadaran, namun tidak
bisa dihalangi.

Dengan demikian jelaslah bahwa sikap, tingkah


laku, cara bicara, nada suara, gerak-gerik,
mimik seseorang dapat menggambarkan jiwa
seseorang.
5. Ganggua Orientasi .
Orientasi adalah suatu kemampuan jiwa untuk
dapat mengingat dan menentukan keadaan,
baik keadaan pribadi, waktu dan tempat.
Contoh :
 O. Pribadi; mengenal pribadi bila ditanya lahir
dimana? ... di tempat tidur
 O. Tempat ; kamu berada dimana ? di surga.
 O. Waktu ; sekarang hari.tanggal berapa ? ,, ya
seperti kemarin.
Gg orientasi (disorientasi) sering terdapat
pada klien dengan Schizoprenia.
6, Gg Pengamatan (persepsi)
Pada dasarnya pengamatan terjadi karena
adanya rangsangan baik dari dalam/ luar diri
sendiri.
Gg Pengamatan bisa berupa Illusi dan
Halusinasi
1. Illusi adalah salah pengamatan yang
dipengaruhi oleh fungsi jiwa tapi masih ada
obyeknya.
2. Hallusinasi adalah; pengamatan /perasaan
yang salah tanpa ada obyeknya.
Ada beberapa jenis Hallusinasi sbk :
1. H. Visual/ pengelihatan/ salah
pengelihatan.
2. H. Askustik/ pendengaran ; adanya bisikan
3. H. Taktil/ singgungan kulit; adanya perasaan
digerayangi sesuatu pada kulit.
4. H. Olfaktoris/ Pembauan/ mencium bau2
5. H. Gustatoris/ cita rasa lidah, merasakan rasa
6.Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi
raba.
7. Gg Proses Berpikir.
Berpikir ad/ aktifitas jiwa yang komplek yang
bertujuan ntuk mengetahui berbagai
persoalan baik dalam maupun luar diri
sendiri.
Dalam Gg Proses berpikir ada 3 hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
Isi pikiran. Cara berlangsungnya pikiran dan
Kecepatan pikiran.
Isi Pikiran : seperti :
1. Fantasi/khayalan..
Produk pikiran : seperti :
1. Fantasi /khayalan.. Fantasai yang terlalu
terlepas dari ratio/akal disebut : Autisme
yaitu klien hidup dalam alam pikirannya
sendiri. Biasanya terdapat pada Schizoprennia.

2. Obsesi/ Pikiran yang terpaku yang timbul ber


ulang2 kali tanpa dapat dielakkan

3. Pikiran yang non-realitis; pikiran yang tidak


sesuai dengan kenyataan terdapat pada klien
skizoprenia hebefrenik
4. Pikiran Austistik; terjadi kegagalan dalam
membedakan kenyataan dengan fantasi.
Dengan pikiran begini klien dapat
memuaskan keinginannya secara khayalan.
5. Konkretisme artinya mengartikan sesuatu
yang abstrak diartikan secara nyata,
Contoh,

Ada pepatah menyatakan sedia payung sebelum


hujan. Dia artikan lo... Mengapa siap payung
kan musim kemarau !
Susunan arus /jalanya pikiran. Berbentuk :

 Pikiran Blocking ; setelah percakapan


berlangsung tiba2 berhenti/ lupa /bingung.

 Pikiran Steriotivi, mengulang satu /lebih suku


kata secara terus menerus,
misalnya : kuda daku kukuda dadaku
kukuku.

 Pikiran Inkoheren/ pikiran kacau


Lanjut jalan pikiran ;

. Circumstantiality (Pikiran berbelit-belit


tidak praktis.dan berputar-pitar.

. Flay of ideas/ pikiran yang ber-loncat2/


melompat-lompat melayang.

. Retardasi /Pikiran yang lambat/ isi pikiran


sukar muncul dan berlangsung lambat
sekali.
3. Isi Pikiran/ Gg Pendapat/ Penilaian ( Waham)
Pendapat adalah kemampuan untuk membanding2
kan dan mengerti hub antara hal tertentu dan
akhirnya menarik suatu kesimpulan.

Waham adalah pendapat yang salah dengan ciri


yang khas adalah sbk :

 Perasaan pasti atas kebenaran pendapatnya


 Pendapatnya tidak dapat diganggu gugat.
 Isi pendapatnya bertentangan dengan kenyataan
Isi waham mengungkapkan problema yang
digumuli/dirasakan klien. Seperti :

W. Sindiran, W. Curiga, W. Cemburu. W.Kejar. W.


Kebesaran.W. Kekecilan. W. Keagamaan. dan W.
Hypokondria( kehilangan sesuatu)
8. Gg Ingatan
Ingatan ad/ : daya kemampuan seseorang untuk
mereproduksi kembali suatu pengamatan
yang telah direkam dimasa lampau.

Faktor2 yang mempengaruhi ingatan seseorang


adalah :

1. Perhatian ybs
2. Konsentrasi
3. Motivasi dan
4. Waktu/ suasana.
Macam2 Gg Ingatan ad/ :

1. Amnesia yaitu hilangnya daya ingat dalam


waktu tertentu misalnya habis kecelakaan
(Retrograd amnesia) dan ECT.
2. Konfabulasi/ membohong, misalnya : ybs
berceritra baru turun dari pesawat, tapi
kenyataannya dia baru turun dari tempat tidur
di RSJ.

9. Ekpresi ; Perwujudan/ pernyataan fungsi jiwa


misalnya; Gelisah, cemas dan takut.
Tarap intelegensi dibagi menjadi 3 bagian ad/ :
1. Superior/ diatas normal dengan IQ 115 – 135.
2. Normal IQ 90 – 110
3. Subnormal/ Reterdasi mental IQ(< 90.) dibagi
lagi menjadi : 3 yaitu;
a. Debil/ Debilitas mentis IQ 60 -70 dengan ciri
 Pada umumnya tidak ada cacat jasman
 Sering tdk naik klas, tapi msh bisa lulus
SD.
 Mudah dipengaruhi oleh orang lain
 Bila di ejek, pemalu, / agresif
 Kecerdas setara dgn anak usia 7 -12 th
 Inbisil IQ 40 – 50. dengan ciri2 sbk

1. Pada umumnya terdapat cacat pisik


2. Dapat berbicara dengan jelas/ tanpa
tata bahasa
3. Dapat menulis dan berhitung tapi
kurang lancar
4. Kecerdasan setara dengan anak umur
3 – 7 tahun
5. Perlu ditampung di panti asuhan.
Ideot IQ 25. dengan ciri2 sbk

1. Ada cacat jasmani : microsepalus dan


Hemiplegia spoastika/ setengah
kelumpuhan dan keluar iler terus.
2. Bila berat tidak dapat bicara hanya
berteriak saja, tidak dapat berjalan dan
kurang mendengar.
3. Tidak dapat berbuat apa2 yang berguna
4. Kecerdasan setara dgn anak dibawah 3 th
Intelegensi dan Intelek.
Perbedaannya adalah : kalau Intelegensi ad/
tahap kecerdasan sedangkan Intelek ad/
tahap pendidikan.
Ada juga yang disebut dengan Dementia/
kemunduran kecerdasan penyebabnya
Infeksi disebut dementia Paralitika
Atropi Jaringan disebut : Dementia Sinilis
I. Mekanisme Penyesuaian Diri
Gagal dalam mekanisme penyesuai diri
(Malladjusmen) dapat berakibat rasa tidak
puas.sedangkan bila berhasil dalam
menyesuaikan diri (Adjusmen person)
dapat berakibat puas.
Bentuk2 Mekanisme Penyesuaian Diri dapat
digolongkan menjadi 3 bentuk :

1. Penyesuaian diri yang normal / Well


Adjusment
2. Penyesuaian diri yang salah/
Malladjusment
3. Pathologi/ kelainan/ Pathological
Adjusment
ad a. Bentuk Penyesuaian diri yang normal
/ Well Adjusment seperti :
1. Mengadapi masalah secara langsung
2. Eksplorasi/ penjajagan/ mempelajari
masalah
3. Trial and Error/ coba dan salah
4. Substitusi/ mencari pengganti
5. Menggali kemampuan pribadi/
6. Kontrol dan memilih mana yang bail/tidak
7. Perencanaan yang cermat.
ad b.Bentuk penyesuaian diri yang salah /
Malladjusment.
Kegagalan mencapai penyesuaian diri yang
normal dapat menunjukkan tingkah laku
seperti Emosi tidak terkontrol dan sikap
tidak nyata/ agresif /menyerang
ad c.Bentuk Reaksi Malladjusment ada 3
bentuk a.l;
1. Reaksi bertahan/ Defence Reaction
2. Reaksi menyerang / Agresif Reaktion
3. Reaksi melarikan diri/ Ascope Reaction.
Bentuk Reaksi bertahan berupa:

1.Konpensasi; mencari kepuasan dibidang


lain
2.Sublimasi; mencari pengganti
3.Rasionalisasi, bertahan dengan mencari
alasan2 untuk pembenaran.
4.Represi/menekan pengalaman- gagal
mencintai gadis a - melupakannya.
5.Sour Grapes, memutar balik fakta/
kenyataan.
6.Proyeksi; Melemparkan kesalahan pada hal
lain. Nilai jelek.. guru benci
7.Identifikasi, membanggakan prestasi
saudara
b. Reaksi Menyerang, biasanya untuk menutupi
kegagalan dengan tingkah laku seperti :
1. Selalu menganggap diri benar
2. Mau berkuasa dalam setiap situasi
3. Mau memiliki segalanya
4. Suka menggertak orang lain baik dengan
ucapan/ tindakan
5. Suka menyerang, merusak, keras kepala
6. Bersikap balas dendam, memperkosa hak
orang lain.
c. Reaksi Melarikan Diri ; melarikan
diri dari kenyataan dengan reaksi
tingkah laku seperti;
Berganti pengalaman, berpantasi
/banyak menghayal, banyak tidur,
minum2an keras, niat bunuh diri,
menjadi pecandu ganja,narkotika,
suka menyendiri, negativisme, dan
akhirnya bila tidak segera diatasi
maka akan bisa terjadi gangguan
jiwa
2. Bentuk Kelainan Penyesuaian Diri;

 Kelainan Penyesuaian (KP) dengan Alam


Perasaan dengan gejala; Tertekan, Kesedihan
dan Keputusasaan
 K P dengan Alam Perasaan Cemas dengan
gejala kegugupan, kekhawatiran dan
kegelisahan.
 K P dengan Gambaran Emosional Campuran
dengan gejala :
kelainan afektif dan ansietas
 K P dengan Gangguan Tingkah Laku dengan
gejala pelanggaran terhadap hak orang lain/
norma2 /Aturan sosial

 K P dengan Campuran Gangguan Emosi dan


Tingkah laku :
Depresi, Anseitas.

 K P dengan Hambatan Kerja/ Akademis;


prestasi kerja/ Akademik menurun.
 K P dengan Menarik Diri dengan gejala
menarik diri tanpa alam perasaan tertekan/
ansietas.

 K P dengan keluhan2 Fisik dengan gejala;


sakit kepala, punggung,
kelelahan sebagai respon Maladaptif
seseorang terhadap
situasi stres.
Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kelainan
Penyesuaian.

1. Teori Biologis :Kondisi Jasmani,


Pembawaan,Sistem Saraf, kelenjar, Retardasi
2. Perkembangan, kematengan Intelektual,
Sosial, Moral dan Emosional
3. Penentu Psikologis, Pengalaman Belajar,
Kebiasaan, Frustrasi dan Konplik
4. Kondisi Lingkungan; Rumah, Keluarga,
Sekolah dan Masyarakat
5. Penentu Kultur Budaya dan Agama.
y.. Penyakit Jiwa yang sering terjadi di
Indonesia.

a. Neurosa : meliputi : Cemas, Histeris,


Pobia, Pelaku Obsesif, Konvulsi,
Neurastenia, Depersonalisasi dan
Hipokondria.
b. Psikosa yaitu
 Psikosa dengan Sindrum Otak Organik
 Psikosa Fungsional.

c. Psikosa Afektif
1. Neurosa :
Neurosa /Psikoneurosa ad/
Suatu kelompok gangguan jiwa yang salah
sesuai yang pathologis pada batas abnormal.

Neurosa ad/ :Suatu keadaan yang ditandai


dengan kecemasan sebagai gejala utamanya,
yang dapat dirasakan oleh individu dan
diekpresikan secara langsung/ diatasi secara
tidak sadar dengan menggunakan
mekanisme Psikologis.
2. Perbedaan Neurosa dengan Psikosa.

Neurosa
1. Fungsi Ego dalam melakukan represi
Internal stimulus masih berjalan.
2. Masih mengetahui kesukarannya
3. Kepribadian tidak jauh dari realitas/
Kenyataan, masih hidup dalam alam
Kenyataan pada umumnya.
4. Kadang2 menunjukkan ide yang salah
Nilai, tapi belum menjadi waham.
Psikosa

1 Fungsi Ego dalam melakukan represi


menghilang/ sangat sedikit.
2. Tidak mengetahui kesukarannya/ tidak
mau berobat/ tidak mau mencari
pertolongan
3. Integritas, dan hidup jauh dari kenyataan
4. Ide yang salah nilai lahir dalam
bentuk waham.
3. Tanda-tanda Neurosa :

 Ketegangan batin, kawatir, kecewa,


kealpaan seksual, obsesi/tanggapan paksa,
konvulsi ,ketakutan dll.

 Tingkah lakunya tidak bisa diterima,


koordinasi motorik kurang,
selalu lekas lelah,
jasmani seperti orang normal.
4. Ciri-ciri Pribadi Neurosa

 Mudah tersinggung,
 Egosentris,
 Bersikap kaku ,
 Menyerang diri sendiri
 Emosi labil,
 Penuh konplik mental,
 Kurang kontrol,
 Tidak bertanggung jawab,
 kurang rasa humor
 Ego idial tidak realitas/nyata
Klasifikasi Psikoneurosa;

 Psychasthenia ( Lemah mental)


 Neurosthenia ( Lemah saraf)
 Anciatystatis (Kecemasan)
 Hysteris
 Epilepsi (Ayan)
 Neuroseksual (Gg seksual)
 Neurosa organik.
Ad, 1. Pembagian Psychasthenia / Lemah
mental a.l :
Phobia ad/ perasaan takut yang berlebih2
an dan secara terus menerus, misalnya;

 Bacteriophobie/ takut kuman,


 Zoophobie/takut binatang,
 Achlophobie/ takut orang banyak,
 Sexualphobie /takut sek, dan
 Neuphobie /takut hal2 baru
Penyebabnya :
Pengalaman takut yang selalu menggangu,
Perasaan malu/ berdosa yang sukar dilupakan
Peraturan yang terlalu ketat /Fanatik.
Convultion/Paksaan ad/; dorongan untuk
melakukan sesuatu tanpa ada alasan dan
tanpa disadari dan tidak dapat dihindari.

Misalnya :
*.Repetitive Convulsi/ Mengulangi pekerjaan ttt
*.Serial convulsi/ mengulangi urutan2 tertentu/
* Convulsi Orderlines/ aturan tertentu
*.Convulsi Magic/ membaca mantra2.
* Anti Sosial Convulsi :
Cleptomania/ gemar mencuri barang
Fetishism/ mengumpulkam barang milik
orang lain

* Convulsi seksual/ ingin mengetahui kelamin


orang lain/
Obsession/Obsesi ad/ ide spontan yang selalu
teringat dan disertai rasa takut/cemas..
Misalnya :
Selalu merasa akan mati bila naik mobil
/kereta/ merasa selalu mau jatuh.
Penyebab:
 Ide yang selalu mengganggu pikiran yang
bukan2 tanpa disadari
 Kegagalan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan
 Penekanan pengalaman yang tidak dapat
dilupakan.
Ad 2. Neurosthenia/ Lemah Saraf.
Gejala2 :
 Kurang nafsu makan dan tidur
 Tidak dapat memusatkan pikiran
 Banyak mengeluh tanpa ada tanda2 kelainan.
 Selalu merasa letih dan tidak bersemangat
 Rendah diri, sulit menyesuaikan diri
 Kadang2 dijumpai hambatan mental dan
motorik.
 Acuh-tak acuh dengan perbuatan/ide orang
lain dan takut
Penyebabnya;
 Salah sesuai, emosi yang lama dan mendalam
membuat saraf2 menjadi kurang peka.
 Tidak mendapatkan kepuasan pribadi
 Perasaan rendah diri yang dalam dan dapat
menimbulkan tingkah laku yang agresif
 Sering melakukan masturbasi/onani.

Perawatannya
 Mencari penyebab
 Menghilangkan penyebab dengan latihan dan
adaptasi yang benar dan baik.
Ad 3. Ancitystatis/ Kecemasan ad/ suatu
kondisi kecemasan dan ketakutan yang
terus menerus tanpa menyadari alasannya.

Gejala-Gejalanya :
 Mengeluh takut mati, takut bisa menjadi
gila
 Mudah tersinggung oleh karena cemas dan
takut
 Getaran hati takut walaupun tidak ada
rangsangan.
Penyebabnya :
Adanya pengalaman kecemasan yang diikuti
dengan kegagalan

Perawatan :
 Mencari penyebab,
 Latihan penyesuaian diri yang baik dan
benar
 Perlu motivasi dari keluarga dan ling
Ad 4 Histeris.
Histeris ad/ peny dalam kandungan
 Fugres : berupa kelainan mental, klien
mengembara tanpa tujuan/ disadari
 Sommabulism : berjalan dalam suasana tidur
tapi masih bisa mencari pintu/jalan.
 Hysteria Anorecxy : Histeris menolak makan
walaupun dia lapar (16- 23 tahun).
 Cramp Hysteria : Keadaan kejang/kaku pada
bagian tubuh o.k penekanan emosional
 Mutism : hilangnya kesanggupan berbicara
Penyebab Histeris
 Tekanan mental
 Disiplin yang tidak sempurna.
 Kelemahan saraf
 Malladjusment
 Pengaruh sugesti yang amat kuat.

Perawatan :
Adaptasi dengan latihan2/ hukuman yang
bersifat mendidik dengan menghilangkan
penyebabnya.
Ad 5 Psikosomatik kelainan jiwa/psikis dengan
menanpakkan gejala pada pisik.
misalnya
Tekanan darah tinggi/ tekanan batin
Mengeluh pusing, cemas, takut, kawatir
Adanya penyakit kulit/exim yang sulit
sembuh sesak napas Gangguan penc mak
(maag, lever) bab.bak tidak teratur.
Gangguan kehamilan, Dysmenerhoe,
impotent
Perawatan :
Gali permasalahannya, Kolaborasi ( toga/Psiko
Ad 6 Epilepsi.
Epilepsi ad/ :Gg kesadaran dlm waktu tert
dan bisa berlangsung beberapa jam/ hari.

Macam-macam Epilepsi;
Grandmal Epilepsi dan Petitmal Epilepsi.

Grandmal Epilepsi dimana terjadi serangan


secara tiba2, hilang kesadaran dengan
gejala bertahap dari :
gejalanya :
1. Aura : mata bercahaya/ berkunang-kunang,
mendengar suara aneh/mendengung,
kepala pusing.
2. Tonicstage : Klien jatuh dengan seluruh
otot kaku
3. Clonikstage : dimana terjadi pelemasan/
pengerutan otot, disusul dengan mulut
berbuih, kadang2 lidah tergigit, bibir
tergigit.
4. Coma/pinsan hingga beberapa waktu.
Petitmal Epilepsi; dimana saat kekacauan
mental/ kehilangan kesadaran klien tidak
jatuh.
Gejala lainnya sama, tingkatannya lebih kecil
dengan ciri kekacauan mental dan mudah
tersinggung.
Penyebab Epilepsi :

 Faktor Organik ;
Luka dalam otak,
Keracunan alkohol yang kronis
Penyakit Sipilis
Gg kel Endokrin.
 Faktor Heriditer
 Faktor Psikogenik :
kurang integritas kepribadian
dan kontrol emosi.
2. Psikosa.

Psikosa ad/
Suatu gg fungsi kepribadian/ mental dalam
menilai realitas hubungan, persepsi,
tanggapan perseptif dan efektif seseorang
sampai tarap tertentu sehingga tidak
memungkinkan lagi untuk
melakukan tugas
secara memuaskan.
2.1.Jenis2nya :
a. Psikosa yang berh dengan sindrum otak
organic ditandai
dengan gejala gg faal otak

seperti :
Gangguan orientasi
Daya ingat
Fungsi Intelek
Penilaian dan
afek/perasaan.
b. Psikosa Fungsional /Psikogenik ;
mengandung semua unsur gg Psikotik,
dan tidak dapat diketemukan gg
kerusakan pathologi/faal.
Pembagian Psikosa Fungsional

1. Skizofreni ; dengan gg alam pikir, alam


perasaan dan tingkah laku/ karakteristik

2. Psikosa Afektif ; Perubahan perasaan dalam


bentuk sedih dan gembira yang phatologis

3. Keadaan Paranoid ; ditandai dengan


waham, tidak ada gejala psikosis lainnya

4. Psikosa Reaktif
ad. a. Skizofreni.

Skizofreni adalah :
Suatu peny jiwa yang ditandai dengan
perubahan kepribn seseorang ireversibel
dan menuju kehancuran mental
sehingga orang menjadi Invalid
dan
tidak berguna sama sekali.
Tanda-tanda Primer Skizofreni adalah :

 Gangguan Asosiasi/ proses berpikir yang


kacau dan ada gangguan alam pikiran.

 Ganggua Afektif; Perasaan tidak sesuai


dengan kenyataan, kepribadian pecah belah
dan adanya gangguan alam perasaan
 Autisme yaitu klien hidup dalam alam
pikirannya sendiri, tidak menghiraukan
dunia luar.

 Gejala psikomotor berupa Kataton, Stupor,


Hyperaktif (banyak bicara), Steriotypi,
Negativisme dan Ekhopraxi ( meniru
perkataan or.la)

 Abivalensi yaitu mempunyai dua bentuk


perasaan yang berlawanan pada saat yang
sama.
Gejala Tambahan :
1. Inkoherensi yaitu ; tak dpt menyusun kalimat
2. Adanya waham
3. Adanya halusinasi :
H. Aditif/ auskultik/ dengar
H. Alfaktorik/ ciuman/pembauan.
H. Taktik/ kulit
H. Seksualistik.
4. Blocking/ perhatian tiba2 berhenti.
5. Miskin emosi/ murung.
6. Negativisme/ merasa tidak memiliki
sesuatu/kehilangan sesuatu.(hypochondria)
Jenis2 Skizofrenia;
a. S. Simplek yaitu yang timbul pertama kali
pd masa puber dng kedangkalan emosi dan
kemunduran kemauan, jarang ada waham,
dan halusinasi, hal ini timbul perlahan2
makin lama makin mundur dlm pek jadi
penganguran , pengemis pelacur/ penjahat.
Hampa ambisi, mekanisme pertahanan
tidak jelas
b. S. Hebefrenia ; usia 15 – 25 th dng gg proses
berpikitr, banyak bicara mekanisme
pertahanan diri mundur, gg kemauan dan
adanya depersonalisasi/double personality,
waham dan halusinasi

c. S. Katatonik : terkena pada usia 15 – 30 th


dng emosi dangkal disertai dng mekanisme
pertahanan denial (mengingkari),Furol/
menyerang dunia sekeliling/ gaduh gelisah
Stupor, menghasingkan diri dari dunia luar
d. S. Paranoid dengan tanda2 :
Waham menonjol, tidak kreatif, tidak bisa
dimengerti oleh orang lain, ada waham
kejar dan proyeksi, halusinasi, gg proses
berpikir, Gg Afek, dan emosi, mudah
tersinggung, suka menyendiri, congkak dan
kurang percaya diri.

e. S. Afektif dengan Gg perasaan yang


menonjol, perasaan depresi dan maniak
cendrung sembuh tanpa efek tapi ada
kemungkinan kambuh lagi
Penatalaksanaan :

• Psikotherapi beri dorongan dan sugesti


• Farmakotherapi dengan obat2an anti depresi (
Hidrokxi dan Triptamin) kolaborasi dokter.
• Pengobatan listrik E.C.T (Elektro Convulsi
Therapi)
• Secara umum perhatikan keadaan tubuhnya,
kebersihan diri ma/mi/ biasanya nafsu makan
kurang/hilang berpakaian asal2an dan tubuh
biasanya kotor.
• Cegah upaya untuk bunuh diri.
ad. b Keadaan Paranoid.
Merupakan kelainan Psikologis yg
berkembang per-lahan2 ditandai dengan
adanya Waham yg menetap tdk bisa
dirubah, sistimatis tanpa alasan yg masuk
akal.
Proses pikir diluar pola sentral cukup baik
struktur kepribadian tdk retak, rasa pikir
dan gerak cukup harmonis
Keadaan Afektif/ umumnya stabil, bila ada
perubahan didahului oleh perubahan
waham.
Ad c. Psikosa Afektif

1. Gg Afektif :
Berupa kegembiraan (mania) & kesedihan
(depressi) Manidepresi; perubahan dari
sedih/ gembira dan sebaliknya berjalan
3 – 6 bulan selama 2 tahun dan bisa
sembuh sendiri, timbul hilang dan tidak
menyebabkan Dimensia
Epidemologi :

 Angka kajadian diseluruh Dunia 3 -4/ 1000


Di Skandinavia, Eropa Utara kasus (-)
 Eropa Selatan, Irlandia, Yahudi kasusnya
lebih tinggi Umur ; 20 - 35 tahun (58%),
35 – 60 tahun (35%)
 Bentuk Mania pada usia muda dan
Depresi pada usia lebih tua.

Penyebab : Heriditer/Gent
2. Fx Pencetus;
Trauma fisik, Infeksi, Pembedahan kecelakaan
Trauma Psikis ;stres, kehilangan, kerja keras/
jabatan.
Gejala-Gajala ;
1. Emosi & Afek :
 Rasa hati yang sedih
 Rasa Negativisme terhadap diri sendiri
 Rasa Kepuasan menurun
 Hilangnya ikatan emosi (rasa hati)
 Mudah menangis
 Hilang rasa kegembiraan
2. Bidang Kognitif :

 Merendahkan harga dirinya


 Harapan yang kurang
 Menyalahkan diri sendiri
 Ragu-ragu
 Terganggunya Body Image
3. Motivasi :
 Lemah/ lumpuh kemauan Melarikan diri dari
tugas Ingin bunuh diri Menjadi sangat
tergantung

4. Fungsi Vegetaty/ somatik/fisik :


 Hilang nafsu makan Gg tidur Libido menurun
Cepat lelah

5. Waham :
 Waham tak berguna
 Waham berdosa
Gambaran Klinis Depresi:
. 1 Tanpak lelah dan cemas
2. Tingkah laku berubah
3. Cendrung untuk membunuh diri
4. Banyak keluhan sakit pada tubuh
5. Rasa hati sedih
6. Adanya rasa kesakitan
7. Gerakan terhambat
8. Dapat menjadi stupor
9. Depersonalisasi
10. Terdapat Waham Dosa & Hallusinasi
Gambaran Klinis Mania :
1. Merasa kesehatan sempurna
2. Terus menerus aktif
3. Berpakaian warna cerah/ norak/
4. Lari sana lari sini, bersikeras, sombong
5. Merasa penuh dg efisien dan sukses
6. Merasa tidak terkalahkan
7. Meningkatnya keinginan seksual
8. Hyperakyif & Arus pikiran cepat
9. Pembicaraan terus menerus.
10. Adanya wa- ke &Gaduh Gelisah
11. Gg tidur, BB ber < nafsu makan ber (-).
Trias Mani dan Trias Depresi.
a. Trias Mania :
1. Rasa hati yg gembira tapi tak
mantap
2. Pembicaraan yang terus menerus
3. Peningkatan aktifitas motorik.

b. Trias Depresi :
1. Rasa hati yang sedih
2. Rasa terhambat dalam alam pikiran
3. Rasa terhambat dalam bidang motorik
Psikosa mani depresi jenis sirkuler
( masa peralihan).
Gejala :
1. Mania yang depresif/ cemas
2. Depresi yang agitatif/ gelisah
3. Mania dg alam pikiran yg miskin
4. Stupor manik
5. Depresi dg loncat pikiran
6. Maniak yang tertahan
TINDAKAN KHUSUS
PADA PERAWATAN JIWA

Oleh Dosen Tim Jiwa

I. WAYAN BADRA. S.Sos.M.Kes.


1.Per Psikiatrik / Kep kes jiwa ;
Proses dimana perawat membantu indi /
kelompok dalam mengembangkan konsep diri
yang positif, meningkatkan pola bubungan antar
pribadi yang lebih harmonis serta agar berperan
lebih produktif di masyarakat
.( Dorothy, Cecelia).
Konsep diri yang terganggu seperti :
gay, banci, waria merupakan gangguan pada
self identity, yag lain bisa berupa; Body Image/
gambaran diri, self ideal/ ideal diri, role/ peran
dan self esteem/ harga diri.

Klien gangguan jiwa memiliki hubungan yang


tidak harmonis misalnya bermusuhan dengan
orang lain dan mengancam / agression, atau
curiga yang berlebihan/ paranoid .
Klien gangguan jiwa juga sering
tidak produktif di masy, bahkan sering
cendrung merugikan masy misalnya
mencuri/ cleptomany, malas/ abulia
atau perilaku deviasi sosial lain
seperti pemakaian zat adiktif.
2. Kep jiwa ad/ area khusus dalam praktek kep
yang menggunakan ilmu tingkah laku
manusia sebagai dasar dan menggunakan
diri sendiri secara therapiutik dalam
meningkatkan, mempertahankan,
memulihkan kes mental klien
dan kes mental masy
dimana klien berada.
(ANA).
Alat yang digunakan selain ketrampilan tehnik
dan alat2 klinik yang terpenting ad/
menggunakan dirinya sendiri ( Use Self
Therapeutic ) misalnya ;
gerak tubuh (posture)
mimik wajah ( face expression)
bahasa (language) ,
tatapan mata (eye),
pendengaran (listening),
sentuhan (touching),
nada suara (vocalization) dsb.
3. Kep jiwa merupakan proses interpesonal
yang berupaya untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku yang akan
mendukung integrasi.(Kaplan Sadock).

Integrasi/ kesatuan yang utuh antara berbagai


aspek dalam diri sendiri, misalnya ;
hubungan persepsi dengan emosi,
integrasi antara dirinya dengan aturan/
norma /budayanya.
Seperti; integrasi antara verbal dengan
ekspresi wajah;
Innaprophiate affect = suster saya sedih sekali
anak saya meninggal ,padahal ia tertawa
terbahak-bahak.

Pada klien Exibisionism/ memperlihatkan


alat kelamin sendiri, ini menandakan tidak
adanya integrasi antara perilaku dengan norma
budaya.yang berlaku di masy.
4. Menurut Clinton & Nelson,
Peran utama perawat kes mental ad/ untuk
menemukan keb 2 klien dan hal tersebut
dilakukan secara efektif melalui sikap empati,
kritis dalam menelaah kebijakan kes
dan per kes mental.

Keb dasar klien ; kebutuhan fisik (fisiologi


need), Rasa aman (safety need), mencintai dan
disayangi (belonging loving need), harga diri
( self esteem )dan aktualisasi diri
(actualizations need)
5. Mental Health / Kes Jiwa : ad/ suatu
kondisi/ keadaan mental yang sehat.

6. Mental Hygiene/ Ilmu Kes Mental ad/


suatu upaya/ usaha yang dilakukan untuk
mencapai kes jiwa/mental.

6. Psikiatri ad/ salah satu cabang ilmu


kedokteran yang mempelajari tentang kes
jiwa /mental seseorang baik dalam
keadaan sehat/sakit..
8. Per Psikiatri / per jiwa ad/; suatu ilmu dan
seni (kiat) yang mempelajari tentang bagaimana
caranya melakukan as- kep terhadap klien
dengan kelainan/gangguan/penyakit jiwa.

9. Psikisomatik /psikofisik ad/ ; seseorang yang


mangalami ketegangan batin/ gangguan
emosional tapi menunjukkan
kelaianan pada fisik
10. Psikodinamika adalah ; pengetahuan
sistimatis yang mempelajari motivasi/ jiwa
seseorang yang menjelma menjadi tingkah laku
B. Sejarah As –Kep Jiwa di Ind.
1. Perkemb sejarah As-Kep Psikiatri yang
semula berjalan sangat lambat sekali, hal ini
disebabkan oleh karena;
1). Pandangan Umum berupa:
Pengaruh ling, seperti adat istiadat,
kepercayaan, tahyul,setan, roh2 halus dan
tenaga2 yang mereka anggap gaib.s/d itu maka
cara penyembuhannyapun selaras
dengan penyebabnya.
Misalnya : Klien dibawa kedukun,
dipasung, dipukul, direndam, diasingkan/
2). Dari segi persyaratan masuk R.S;
Sebelum adanya UU Kes Jiwa no; 3 tahun 1966
maka diperlakukan ketentuan no 54 tahun 1897
dengan perincian sbb;

Setiap klien mau masuk R.S.Jiwa harus ada/


membawa surat sbb;

•Surat Perintah dari pengadilan


•Surat dari Pamongpraja
•Surat dari keluarga
•Surat keterangan dari dokter
C. Perkembangan As –Kep Jiwa saat sekarang

*. Pandangan Umum tentang peny jiwa.: Peny


jiwa disebabkan oleh banyak faktor,
bukan karena kutukan Tuhan / roch jahat
.
*. Persyaratan masuk R.S.J.; sangat praktis
cukup dengan membawa/ disertai dengan surat
keterangan RT /RW /Lurah /Polisi, bahkan bisa
langsung diantar oleh keluarga/ petugas
*. Letak R.S.J. : sekarang R.S J dibangun
ditengah-tengah masy agar hub klien dengan
keluarga tetap terjaga/ terjalin
sistem per yang didasari dengan
perikemanusiaan sehingga akhirnya
klien dapat dikembalikan dan
diterima kembali oleh kelga dan masy luas,
bahkan pelayanan kes jiwa telah terintegrasi
dalam setiap kegiatan puskesmas
 Tenaga Kes yang ada;
Telah banyak didirikan sekolah yang bermotif
membantu penanganan klien jiwa seperti :
Sek Per Jiwa, Sek Mahir Jiwa/ jurusan/spesialis
dokter jiwa/ahli penyakit jiwa seperti :
Psikolog, Psikiatri, dan juga banyak melibatkan
tenaga2 terampil seperti ; dari
Dep –na- Ker,
Dep- Sosial,
Koperasi,
Pertanian,
pertukangan dsb
 Simon Freud mengembangkan pola
pengobatan jiwa dengan terapi
Psikoanalisa.
*. .Ditemukannya obat Phenotiazin/Largatil
sebagai obat Psikosis.
*. Di R.S.U diadakan klinik Psikiatri
*. Konsep penceg dalam Per Kes Mental.
Pendekatan Epidemiologi dan
Kes mental merupakan sumber
dalam konsep tindakan pencegahan
dibidang Psikiatri.
D. Tiga (3) tingkat pencegahan gangguan mental
Caplan, 1964 tingkat pencegahan
gangguan mental seperti :

Primery Prevention :
pencegahan dengan cara menurunkan insiden
dari kasus baru gangguan mental di
masyarakat dengan meningkatkan kapasitas
individu di dalam menangani stress yang
dihadapinya.
 Scondary Prevention ;
suatu upaya menurunkan jumlah kasus yang
ada melalui penentuan Diagnosa Dini,
Therapi dini yang tetap, serta melakukan
rujukan dini dan meningkatan sarana
prasarana diagnostic serta membatasi cacat.

 Terteaty Prevention :
suatu upaya untuk menurunkan jumlah
kecacatan akibat gangguan mental dengan
rehabilitasi/ pemulihan, After care dan
Resosialisasi
a. Beberapa tokoh dalam Perawatan Jiwa.

A.Phillips Pinel ( 1745- 1826) dan William


dengan teorinya;

Mengadakan pendekatan terhadap klien


jiwa berdasarkan Perikemanusiaan dengan
metoda pendekatan Moral Treatmen
.
Tuke ( 1770 – 1822) di Eropa
menghapuskan sistem per bentuk belenggu
fisik dan diganti dengan bentuk per dengan
memperhatikan keb klien dan ling klien,
serta memberikan latihan2 kerja/
ketrampilan yang bermanfaat.

Sedangkan di Amerika Serikat


tahun 1802- 1887 Orang sakit jiwa menjadi
tanggungan pemerintah dengan
memdirikan RSJ lengkap dengan sarana
dan prasarananya.
Katagori dan Gejala Kelainan Kepribadian;

1.Kepribadian Paranoid dengan ciri; kecurigaan


yang tidak beralasan dan tidak percaya pada
orang lain.

2. Kepribadian Skizoid dengan ciri;


ketidakmampuan membentuk hubungan
pribadi yang akrab, termasuk isolasi sosial,
tidak adanya kehangatan, kelembutan terhadap
orang lain. Tidak peduli dengan pujian,
kritikan orang lain/ dingin.
3. Kepribadian Skizotipal dengan ciri; ide,
penampilan yang aneh, kurang hubungan
interpersonal, pikiran magis, isolasi sosial, ilusi,
pola bicara aneh, curiga dan anseitas sosial
yang tidak semestinya.

4. Kepribadian Narsisistik dengan ciri waham


kebesaran, mengekploitasi orang lain untuk
memenuhi hasratnya sendiri.kurang respons
terhadap kritikan, kurang empati,
asyik dengan perasaan cemburu.
5. Kepribadian Antisosial; dengan ciri; prilaku
tidak bertanggung jawab, hak orang lain
dilanggar
6. Kepribadian Borderline, dengan ciri; tidak
ada kestabilan dalam hubungan interpersonal,
alam perasaan dan citra diri. Borderline artinya
sekelompok klein nampaknya jatuh pada batas
antara neurosa dan psikosa.
7. Kepribadian Obsesif Konpulsif; dengan ciri;
kaku dan tidak fleksibel, kesulitan dalam
mengekpresikan perasaan kelembutan
.
Tugas Kelompok.
Diagnosa Kep; Kelainan Kepribadian.

1. Resiko tinggi terhadap Mutilasi/ kekerasan


terhadap diri sendiri/ orang lain.
s/d;
Rasa takut, alam perasaan tertekan, tidak dapat
memenuhi kebutuhan, berduka, reaksi
kemarahan, tindakan merusak diri secara fisik;
membakar, melukai, minum obat dan ada
riwayat mau bunuh diri/ membunuh
2. Ansietas ( berat – panik).Suatu perasaan yang
tidak lepas yang sumbernya sering kali tidak
spesifik/ tidak jelas.
s/d;
Ancaman terhadap konsep diri, kebutuhan tidak
terpenuhi, ketakutan yang sangat terhadap
penolakan dan konplik yang tidak disadari.
ditandai dengan;
Kebingunan, perubahan pola komunikasi,
disorientasi, kesalahan interprestasi lingkungan.
3. Berduka Disfungsional/ gejala berduka
normal menjadi ber-lebih2an.
s/d;
Kehilangan yang sangat berarti.

Ditandai;
Marah2, Kasar, alam perasaan tertekan,
afek labil ketakutan, penyalah gunaan
obat2an, perubahan pola makan,
tidur dan mimpi.
4. Kerusakan Interaksi Sosial;
s/d;
Pengekangan pada pase perkembangan,
Ketakutan yang sangat terhadap penolakan
dan kurang identitas pribadi.
Ditandai :
Perubahan perilaku yang tidak mandiri,
Ketidakmampuan membentuk hubungan
yang akrab dengan orang lain,
penggunaan disosialisasi/
pemisahan yang premitif
5. Gangguan Identitas Pribadi
Ketidakmampuan untuk membedakan antara
diri sendiri dan bukan diri sendiri
( Ketidakstabilan dalam afek, perilaku,
objek hubungan).
s/d;
Kegagalan untuk menyelasaikan tugas, Ego
yang tidak berkembang, tidak terpenuhinya
kebutuhan, model peran seks orang tua.
Ditandai;
Proyeksi berlebihan, Sistem nilai bermakna
ganda, Gambaran diri tidak jelas. Perasaan
6. Gangguan harga diri
s/d
Kurangnya umpan balik positif, tidak terpenuhi
kebutuhan, Retardasi mental, Disfungsi sistem
keluarga, pengekangan pada pase
perkembangan.
Ditandai;
Kesulitan menerima penguatan positif, perilaku
merusak diri, kurang kontak mata, suka bicara
kasar/ menghina dan kurang akrab
1. Tugas Kelompok menyelesaikan ke enam
Diagnosa kep dengan Gg Kepribadian
2. Sebagai dasar menyelasaikan/ menyusun
rencana Intervensi dan rasionalnya dapat
mempergunakan sumber baik yang ada
didiktat/ dalam buku perawatan jiwa
3. Setiap masalah harus mencantumkan rencana
intervensi n rationalnya minimal 5
intervensi.
4. Tugas harus dikumpul Tgl 15 /11 / 2010.dan
ditulis tangan yang rapi.
5. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang
Pertemuan X dan XI
161 – 189.
Psikofarmika
Psikofarmika :adalah dengan mempergunakan
obat-obatan yang memiliki khasiat
Psikotropik yang mempengaruhi fungsi/proses
mental
Secara Farmakologi obat ini dpt digol :
a. Obat yang menekan sistim syaraf pusat
b. Obat yang bersifat merangsang sistim syaraf
pusat
Jenis tranquilizers/
obat penenang berkhasiat meredahkan
keadaan gaduh, gelisah khawatir

Reserpin,Largatil. Mentalium dan Valium.


Jenis obat melawan depresi /anti depresi, obat
ini menambah energik mental/ merangsang
kegiatan psikomotor seperti:

Amphetamin
Marplan
Tofpranil
Laroxyl
Psikotherapi
• Psikotherapi ad/ sejenis pengobatan yang
digunakan oleh seseorang yang terlatih khusus
terhadap kesulitan2 yang bersifat emosional
dengan jalan :
• Meratakan hubungan yang bersifat
Profesional dengan seorang klien dengan
tujuan menghilangkan/ merubah/
memperlambat gejala yang ada serta dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian klien secara positif.
Psikotherapi meliputi

1. Bina hubungan saling percaya dengan :


#. Panggil klien dengan nama panggilan yang
akrab
#. Bicara dengan sikap tenang, rilex dan
berwibawa
#. Tanyakan apa yang diinginkan klien
#. Bersifat jujur dan menepati janji
Bantu klien mengungkapkan rasa marah

• Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan


bermusuhan dengan sikap tenang
• Beri respon atas ungkapan rasa marah dan
bermusuhan
• Anjurkan klien untuk mencoba mengendalikan
diri dan menyatakan sikap bahwa petugas siap
membantu.
Lanjutan….Psikotherapi meliputi “

3 Bersifat simpatik dan penuh perhatian


4. Bersikap hangat dan penuh pengharapan dan
berikan dukungan yang positif
5. Lindungi klien dari perilaku bunuh diri
6. Tingkatkan harga diri klien
7. Kuatkan mekanisme Koping yang konstruktif
Jenis Psikotherapi ada 3 macam
1. Psikotherapi yg bersifat Ekpresif yg bertujuan utk
membuka isi hati klien kemudian menyadarkan
kembali klien dgn cara : Bina hubungan saling
percaya, perkenalan, kesiapan mendengarkan
kesediaan menolong dan kerja sama
2. Psikotherapi Reedukatif yg bertujuan
membangkitkan pengertian klien tentang konplik
jiwa yg dikandung dalam alam sadar. >: Bantu
klien memperluas kesadaran dirinya, anjurkan
klien mengungkapkan segala yang dirasakan
Lanjutan Jenis Psikotherapi

3. Psikotherapi Supportif yang bertujuan agar


sumber stress dapat dikurangi/ ditiadakan
dengan cara :
a. Menghibur klien dan menaruh simpatik
b. Menghanjurkan sesuatu yang bersifat positif
c. Memberikan nasehat dan memperkenalkan
lingkungan sekitar.
Ada beberapa macam terapi sosial yang
biasa dilakukan seperti :

*. Sosialisasi dibangsal
*. Rekreasi therapy
*. Therapi Kerja / work therapy
*. Millieu Therapy / therapy
lingkungan.
Manfaat bermain bagi klien adalah;
a. Dng bermain dpt menolong pikiran klien
tdk ingat terthd suatu hal yang
menyebabkan dia stres
b. Bermain memberikan hub langsung dng
orang lain, dng bermain memberikan
kesenangan menolong dan membentuk
persahabatan.
c. Bermain dpt meringankan emosi klien
Rekreasi lain seperti mengajak jalan-
jalan ditengah taman /kebun disekitar RSJ atau
dapat juga dengan memutar film diruangan/
aula.
Work Therapy/ Terapi Kerja
Terapi kerja telah dipergunakan sbg pengo klien
Jiwa sejak 200 tahun SM.
Terapi kerja ad/ setiap aktifitas fisik, mental yang
telah ditentukan dan dibimbing kesesuatu tujuan ttt
utk mempercepat penyem klien.
Sebaiknya terapi kerja ini diberikan dalam suatu
ruangan besar agar klien dapat mengadakan hub
dng orang lain untuk menolong dirinya dalam
menyesuaikan diri. dengan ling
.
Tujuan Pelaksanaan Therapi Kerja adalah :

a. Untuk membangun minat, kepercayaan dan


keberanian.
b. Untuk memakai jiwa dan tubuh dlm aktifitas
yang sehat.
c. Untuk mengindarkan cacat jiwa dan
membangun kembali kapasitas kedalam
kehidupan yang bermanfaat.
Macam- Macam Pekerjaan yang diberikan :

Kerajinan tangan : merenda, menjahit,


pertukangan kayu seperti :membuat kursi
meja, tempat tidur, pembuatan batako
peternakan dan pertanian.
Milieu Therapi/ Therapi Lingkungan

Th/ ini semakin banyak dipergunakan


dalam bidang Psikiatri.
Therapi ling yang dimaksud disini ad/ ling
secara luas baik ling R.S, Masy dan
keluarga.
Therapi Ling meliputi :

1. Amankan klien lain dan ling;


* Siapkan ruangan khusus
* Anjurkan klien lain/ keluarga untuk
mengosongkan tempat yang akan
dilalui oleh klien.
* Pindahkan alat-alat yang dapat
membahayakan klien, orang lain dan
Ling.
2. Pindahkan klien ketempat yang aman :

*. Siapkan tenaga yang cukup sesuai keb


* Seorang petugas berbicara kepada klien
agar dia berusaha mengendalikan diri
dengan tetap menjaga jarak (awas dia
mengamuk)
*. Bila klien sudah dapat mengendalikan
dirinya bawalah dia ketempat yang
aman, tenang dengan didampingi oleh
perawat.
*. Berikan penjelasan kepada
klien/keluarga bila memungkinkan
*. Berikan selimut dan ukur tanda2 vital
setiap 15 menit sekali.

3.Bila perlu lakukan pengekangan .


*. Ubah posisi dan latih/gerakkan
anggota badan/anggota gerak setiap
60 menit
*. Pantau respon emosi klien
*. Catat tindakan yang dilakukan, dan
lapor dokter dan beri faraf.
4.Lepas pengekangan

*. Uji kemampuan pengendalian diri klien


*. Lepaskan ikatan secara bertahap
*. Bantu klien duduk dipinggir tempat
tidurnya.
*. Pindahkan klien keruangan lain dan
didampingi oleh petugas
*. Bicarakan perasaan klien.
*. Catat kegiatan beri faraf dan lapor
dokter
5. Sediakan tempat yang tenang untuk
mengungkapkan masalah
6. Siapkan pendampingan saat melakukan
kegiatan kelompok
7. Perhatikan klien saat berinteraksi dengan
klien yang lainnya
8. Berikan pujian bila klien mampu
berinteraksi dengan baik
9. Dampingi klien saat melakukan ibadah sesuai
dng keyakinan.
Elektro Convultion Therapy/ ECT

Pengobatan ini mempergunakan arus


listrik dengan kekuatan volt yang dipakai
antara 70 – 130 volt,

Bila kurang dari 70 volt maka tidak


mengakibatkan kejang dan bila melebihi dari
pada 130 volt maka dapat menimbulkan
kematian.
Indikasi Pemberian ECT ad/ :
1.Penderita dengan Depresi,
2. Manie Depresi,
3. Schizopreni

Kontra Indikasi Pemberian ECT ad/ :


1.Penyakit Jantung,
2. Kehamilan Muda
3. Hypertensi,
4. Fractur,
5 .TBC dan
6. Osteomilitis.
Bahaya dari ECT ad/ :

1.Bisa menimbulkan kematian,


2. Dislokasi rahang bawah ,
3 . Lidah tergigit
4. Fraktur
5 . Slikpnemonie
6. Peradangan paru/ schok paru.
Persiapan Pelaksanaan Kejang Listrik/ ECT

1. Adakan pemerik fisik secara teliti/


cermat
2. Adakan pemerik lab Rutin : darah
lengkap Urin, Feces dan bila perlu
Rongen Torax.
3. Puasa pada pagi hari sebelum di ECT
4. Berikan suntikan atropin sebanyak 0.8
mg.IV /IM /SC
5. Semua perhiasan dilepas dan pakaian
dilinggarkan bila ada gigi palsu agar
Persiapan Alat-alat

Satu buah tempat tidur lengkap


Satu set Konvulsator
Tong spatel dari karet
Air Garam, Vaselin dan Gaas
Obat-obatan seperlunya.
Cara Kerjanya

1. Klien ditidurkan lurus dan terlentang

2. Empat orang per memegang klien dng


tugas sbk :

*. dua orang memegang bahu/anggota


badan/ siku ki dan ka dan
*. dua orang lagi memegang kaki ka/ ki lutut
dan panggul untuk fiksasi
3.Pelipis klien dibersihkan dng vaselin
selanjutnya konvulsator distel
volt 70 – 130 lalu ditempelkan pd pilipis
klien dng pegangan yang kuat oleh petugas.

4. Pasang spatel diantara gigi atas dan


bawah klien
5. Perhatikan reaksi kejang yang timbul
pada klien

6. Bila klien muntah segera dibersihkan


jangan sampai tertelan

7. Perhatikan Tanda vital dan kesadaran


8. Pelipis klien dibersihkan, alat dibereskan,
klien dipindahkan ketempat tidur yang
lain pada ruangan biasa dan tunggu
klien sampai sadar betul.

9. Catan semua reaksi yang timbul dan


lapor pada dokter.

10. Perhatikan jangan sampai klien


kedinginan

Вам также может понравиться