Вы находитесь на странице: 1из 245

MANAJEMEN DAN

PENGGUNAAN OBAT
(MPO)

Drs. Syarifuddin,Apt,MARS

1
TELUSUR: PERTANYAAN UTK PERAWAT
1. Bagaimana memastikan bahwa perintah dokter untuk
memberikan obat lewat telepon diterima secara benar ?
2. Bagaimana memastikan bahwa obat diberikan pada
orang yang tepat ?
3. Bagaimana memastikan perintah dokter untuk
memberikan obat telah tepat ? (5 tepat )
4. Apa yang anda lakukan bila obat yang akan anda
berikan adalah obat High alert ? jelaskan
5. Jelaskan bagaimana implementasi aturan pengamanan
obat obat high alert
6. Bagaimana pengelolaan obat emergency ?
7. Bagaimana pengelolaan obat yang dibawa sendiri oleh
pasien
PERTANYAAN UTK DOKTER DPJP
1. Bagaimana anda yakin bahwa intruksi pemberian obat atau tindakan
secara lisan/telpon telah diterima oleh penerima instruksi dengan benar ?
2. Bagaimana dokter memastikan bahwa pasien yang anda akan beri
tindakan adalah pasien yg tepat
3. Bagaimana anda memastikan bahwa resep yang anda buat aman ?
4. Apa yang dokter lakukan bila dokter ingin menambah obat dalam
formularium?
5. Bagaimana dokter mengedukasi pasien dan keluarga tentang
penggunaan obat ?
6. Edukasi apa yang harus dokter berikan kepada pasien dan keluarga
setelah melakukan asesmen pasien ?, sebelum pasien meninggalkan RS ?
(discharge planning)
7. Dokter secara sampling dapat diminta memperagakan: penggunaan
APAR, Cuci tangan, RJP, memberi perintah pengobatan via telepon. dll
Contoh Pertanyaan Utk Panitia Farmasi dan
Terapi dan Kepala Instalasi Farmasi
1. Bagaimana pengorganisasian Panitia farmasi dan terapi di RS ini? ( MPO
1). Mengapa minimal harus ada tiga ?
2. Jelaskan bagaimana kebijakan pengelolaan obat di RS ini (seleksi,
formularium,pengadaan, penambahan dan pengurangan
obat,penggunaan antibiotik,peresepan obat,high risk dan high
alert,monitoring dan evaluasi) yang sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku ( MPO1)
3. Bagaimana saudara memastikan bahwa kebijakan tersebut telah
diketahui dan dilaksanakan oleh staf di RS ini; dr, farmasis, perawat
(MPO 1)
4. Bagaimana komite ini melakukan koordinasi dengan seluruh staf dan unit
terkait? (MPO 1)
5. Bagaimana pelaksanaan review pengelolaan obat di RS ini ? (MPO 1)
6. Bagaimana anda melakukan monitoring hasil perubahan dalam
formularium, monitoring efek samping obat ? kesalahan obat,
kepatuhan dokter terhadap formularium yang ada (MPO 1, MPO7,
MPO7.1)
Lanjutan…
7. Bagaimana menentukan dan memastikan
bahwa kualifikasi staf pengelola obat telah
memenuhi persyaratan baik training dan
pengalaman.(MPO 2)
8. Bagaimana melakukan training dan edukasi
terhadap staf tentang pelaksanaan manajemen obat
aman (MPO2)
PERTANYAAN UTK APOTEKER

1. Tolong di jelaskan bagaimana proses telaah resep/0rder yang


diterima farmasi (MPO 2.1)
2. Tolong di jelaskan bagaimana proses telaah obat
3. Bagaimana saudara melakukan stok opname dikaitkan dengan obat
kadaluarsa, dan bagaimana penanganan obat kadaluwarsa disini ?
(MPO 2.2)
4. Apa tindakan staf mengatasi bila obat tidak tersedia (MPO 2.2)
5. Bagaimana memastikan bahwa obat disimpan di tempat yang sesuai
dengan kondisi stabilisasi produk (MPO 3)
6. Bagaimana memastikan obat narkotik disimpan, digunakan dan
dilaporkan sesuai dengan peraturan yang berlaku ( MPO 3)
7. Bagaimana memastikan obat emergency tersimpan dengan baik dan
mudah di akses (MPO 3)
8. Bagaimana memastikan obat high alert dan high risk di simpan dalam
container yang berbeda (MPO 3)
9. Jelaskan cara monitoring dan pelaporan efek samping dan cara
pelaporan kesalahan pengggunaan obat ?
Lanjutan…

9. Bagaimana penyimpanan dan pengendalian obat


sample (MPO.3.3) dan bagaimana anda
memastikan bahwa semua obat disimpan sesuai
kebijakan yang ditetapkan RS (MPO.3.4)
10. Bagaimana proses verifikasi UNTUK
MEMASTIKAN apakah obat sudah benar sesuai
pesanan (MPO.6.1)
11.Bagaimana dan dimana serta siapa yang
melakukan dan bertanggung jawab terhadap
penyiapan dan penyaluran produk steril? Penyiapan
obat kemoterapi ?
CONTOH PERTANYAAN UTK BAGIAN
PENGADAAN
1. Jelaskan kebijakan pemilihan distributor farmasi
2. Bagaimana sistim pemesanan obat dikaitkan
dengan pengendalian ketersediaan obat (obat
emergency, reagensia dll).
3. Ceritakan proses verifikasi kebenaran
penerimaan obat yang dipesan
Pertanyaan utk pasien/keluarga
PERTANYAAN UNTUK PASIEN
(HARUS MEMINTA IJIN TERLEBIH DAHULU)

 Penjelasan apa yang anda dapatkan dari dokter tentang obat


yang diberikan (manfaat,cara minum, dan efek samping, dll) ?
 Penjelasan apa yang anda dapatkan dari perawat tentang obat
yang diberikan (manfaat,cara minum,waktu, dosis,efek
samping) ?
 Ceritakan apa yang dilakukan perawat sebelum memberikan
infus kepada saudara ? (identifikasi pasien dengan benar)
 Bila anda mengalami efek samping obat , perlukah anda
memberitahu petugas kesehatan ?
 Ceritakan bagaimana dokter/perawat memberikan penjelasan
tentang peggunaan obat sebelum pulang ? (bagi pasien yang
mau pulang)
MONITORING EFEK DAN KESALAHAN PEMBERIAN OBAT
Ka Instalasi Farmasi)
(MPO 7)

 Bagaimana Kebijakan Monitoring Dan Dokumentasi


Serta Laporan Efek Obat
 Bagaimana teknis pemantauan terapi obat ? Siapa yang
melakukan ?
 Bagaimana Kebijakan Monitoring Dan Laporan Kesalahan
Pemberian Obat (Medication Error)
 Bagaimana Pelaksanaan Monitoring, Dokumentasi Dan
Laporan Efek Obat
 Bagaimana Pelaksanaan Monitoring Dan Laporan
Kesalahan Pemberian Obat (Medication Error)
UU RS (PS 15) KEFARMASIAN
 (1) Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau
 (2) Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti standar
pelayanan kefarmasian
 (3) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di
Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu
 (4) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi Rumah Sakit
harus wajar dan berpatokan kepada harga patokan yang ditetapkan
Pemerintah
 (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
UNDANG UNDANG RUMAH SAKIT

Sutoto.KARS 12
Sutoto.KARS 13
PP 51/2009. TENTANG PEKERJAAN
KEFARMASIAN

Sutoto.KARS 14
PP 51/2009. TENTANG PEKERJAAN
KEFARMASIAN

PERTANYAANNNYA:
 BAGAIMANA ANDA MENJAMIN KEAMANAN, MUTU,
MANFAAT DAN KHASIAT SEDIAAN FARMASI DALAM
PELAYANAN OBAT DI RS ANDA ?.

Sutoto.KARS 15
RUANG LINGKUP
PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

1. Kegiatan yang bersifat manajerial berupa


pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
2. Kegiatan pelayanan farmasi klinik.

Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 58 Tahun 2014 Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.Hal 9

Sutoto.KARS 16
Sistem satu pintu
 adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk
pembuatan formularium, pengadaan, dan
pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk
mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi
Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian semua
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit
merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain
oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 58 Tahun 2014 Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.Hal 10
Sutoto.KARS 17
MANFAAT PELAYANAN FARMASI SATU PINTU
1. a. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
2. b. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;
3. c. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai;
4. d. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai;
5. e. pemantauan terapi Obat;
6. f. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(keselamatan pasien);
7. g. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang akurat;
8. h. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah
Sakit; dan
9. i. peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan
kesejahteraan pegawai.

Sutoto.KARS 18
JUMLAH APOTEKER RS KELAS A
 1 (satu) apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
 5 (lima) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 10
(sepuluh) tenaga teknis kefarmasian;
 5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga
teknis kefarmasian;
 1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 (dua) tenaga
teknis kefarmasian;
 1 (satu) apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) tenaga teknis
kefarmasian;
 1 (satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban
kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit; dan
 1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit.
19S
JUMLAH APOTEKER
PMK 56/TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN
PERIJNAN RS PASAL 32
(KELAS B )

2
Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
0
JUMLAH TENAGA APOTEKER
PK 56/TAHUN 2014 TENTANG
KLASIFIKASI DAN PERIJNAN RS PSL 43
(KELAS C )

Sutoto.KARS 21
JUMLAH TENAGA APOTEKER
PK 56/TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN
PERIJNAN RS PSL 54
(KELAS D )

Sutoto.KARS 22
Sutoto.KARS 23
3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan Unit Kompetensi

 3.1. Mampu Melakukan Penilaian Resep Unit


Kompetensi
 3.2. Mampu Melakukan Evaluasi Obat yang
Diresepkan Unit Kompetensi
 3.3. Mampu Melakukan Penyiapan dan
Penyerahan ObatYang Diresepkan

Sutoto.KARS 24
Medication Error
 ORDERING ERROR
 TRANSCRIBING ERROR
 DISPENSING ERROR
 ADMINISTERING ERROR

Wakefield.Douglas.,Implementing Shared Formulary and E-based Medication Order Review to Create "Closed Loop" Medication
Process in Critical Access Hospitals. September 16, 2009,. the 2009 AHRQ Annual Conference.

Sutoto.KARS 25
Suggestion for Improving Medication Processes
are Challenges for All Hospitals
1. Ensure allergy information accompanies
patients
2. Use Drug Interaction Software
3. Pharmacists review of all medication orders
4. Provide reference materials at point of care
5. Make allergy information available
6. Place pharmacists in patient care units
7. Connect medication orders to lab results

Wakefield.Douglas.,Implementing Shared Formulary and E-based Medication Order Review to Create "Closed Loop" Medication
Process in Critical Access Hospitals. September 16, 2009,. the 2009 AHRQ Annual Conference.

Sutoto.KARS 26
Karthikeyan.M,Lalitha.D.,
.A prospective observational study of medication errors in general medicine department in a tertiary care
hospital. Drug Metabolism and Drug Interactions. Volume 28, Issue 1, Pages 13–21, January 2013
Sutoto.KARS 27
ORGANISASI, SELEKSI DAN PENGADAAN , PENYIMPANAN
Pencampuran

RESEP

5 tepat

Sutoto.KARS 33
 ORGANISASI DAN MANAJEMEN

Standar MPO.1
Penggunaan obat di RS sesuai dengan UU, dan peraturan yg berlaku dan
diorganisir secara efisien untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Elemen Penilaian MPO.1


1. Ada perencanaan atau kebijakan atau dokumen lain yg mengidentifkasi
bagaimana penggunaan obat diorganisir dan dikelola di RS
2. Semua penataan yan dan petugas yg mengelola proses obat dilibatkan dalam
struktur organisasi
3. Kebijakan mengarahkan semua tahapan manajemen obat dan penggunaan obat
dalam RS
4. Sekurang-kurangnya ada satu review manajemen obat yg didokumentasikan
dalam selama 12 bulan terakhir
5. Pelayanan farmasi & penggunaan obat sesuai dgn UU & peraturan yg berlaku
6. Sumber informasi obat yg tepat tersedia bagi semua yg terlibat dalam
penggunaan obat.

Sutoto.KARS 34
ORGANISASI DAN MANAJEMEN : Standar MPO.1

Penggunaan obat di RS sesuai dengan UU, dan peraturan yg


berlaku dan diorganisir secara efisien untuk memenuhi
kebutuhan pasien

Regulasi RS :
1. Kebijakan pelayanan farmasi lengkap
2. Kebijakan Pedoman pengorganisasian farmasi,
struktur organisaasi, uraian tugas masing-masing
staf
3. Pedoman pelayanan farmasi

Dokumen Implementasi:
 Formularium RS & Sumber info obat di unit
pelayanan
 Bukti review system manajemen obat
Sutoto.KARS 35
STANDAR PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI,
ALKES DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI

Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit , pasal 3
Sutoto.KARS 36
PELAYANAN FARMASI KLINIK

Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit , pasal 3
Sutoto.KARS 37
BAGAN ORGANISASI PELAYANAN FARMASI RS

Permenkes 1197/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

Sutoto.KARS 38
Permenkes 1197/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

Sutoto.KARS 39
REVIEW TAHUNAN OBAT
 Review tahunan mengumpulkan semua informasi dan
pengalaman berhubungan dengan manajemen pengobatan

Data untuk review :


 Masalah yang terkait dengan
 Seleksi dan pengadaan obat
 Penyimpanan
 Pemesanan/peresepan dan pencatatan (transcribe)
 Persiapan (preparing) dan penyaluran (dispensing)
 Pemberian dan pemantauan
 Monitoring sebagai hasil perubahan di dalam formularium
(formulary), seperti penambahan dan pengurangan obat
 Monitoring kesalahan obat dan KNC (near misses)
 Pertimbangan untuk praktek berbasis bukti (EBM) yang baru

Sutoto.KARS 40
Standar MPO.1.1

Seorang ahli farmasi berizin, teknisi atau profesional


lain yg terlatih mensupervisi yan farmasi
Elemen Penilaian MPO.1.1

1. Seorang petugas yg mempunyai izin, sertifikat dan terlatih


mensupervisi semua aktivitas

2. Petugas tsb memberikan supervisi terhadap proses yg


diuraikan dalam MPO.2 sampai dengan MPO.5.

Sutoto.KARS 41
PERSYARATAN/KUALIFIKASI APOTEKER
Kriteria apoteker dalam melakukan pelayanan kefarmasian yang baik: :
1. Harus memenuhi persyaratan administrasi:
a. Memiliki ljazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi. Khusus untuk
lulusan
luar negeri harus melalui mekanisme adaptasi sesuai dengan ketentuanYang berlaku
b. Memiliki Surat Tanda RegistrasiApoteker
c. Memiliki Sertifikat Kompetensiyang masih berlaku
d. Memiliki Surat lzin Praktik Apoteker
2. Memiliki kesehatan fisik dan mental
3. Berpenampilan Profesional, sehat, bersih, rapih
4. Menggunakan atribut praktik (antara lain: baju praktik, tanda pengenal dan lain-lain).
5. Wajib mengikuti Continuing Professianal Development (CPD) dan mampu
memberikan pelatihan berkesinambungan tentang Cara Pelayanan Kefarmasian Yang
Baik (CPFB) untuk seluruh personil

Huda.A. Pedoman Cara Pelayanan KefarmasianYang Baik (CPFB) Good Pharmacy Practice (GPP). Kerjasama Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Dengan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker
Indonesia. 2011
Sutoto.KARS 42
Standar MPO.1.1
Seorang ahli farmasi berizin, teknisi atau
profesional lain yg terlatih mensupervisi yan
farmasi
Regulasi RS :
 Pedoman pengorganisasian farmasi (uraian
jabatan supervisor)
 SK pengangkatan Ka instalasi Farmasi (STRA
dan SIPA lengkap)

Dokumen Implementasi
 Catatan supervisi
Sutoto.KARS 43
SELEKSI DAN PENGADAAN OBAT

Maksud dan tujuan MPO2


1. Rumah sakit harus memiliki dan mengembangkan formularium
obat dan terapi

2. Penyusunan formularium obat:


1. Proses kolaboratif
2. Mempertimbangkan kebutuhan dan keselamatan pasien serta kondisi
ekonomisnya.
3. Bila terjadi kehabisan obat (karena terlambatnya pengiriman,
stok nasional kurang dll) yang tidak diantisipasi dalam
pengendalian inventaris yang normal harus ada suatu proses
untuk mengingatkan para pembuat resep tentang kekurangan
obat tersebut dan saran substitusinya

Sutoto.KARS 44
SELEKSI DAN PENGADAAN
 Standar MPO.2

 Obat dengan cara seleksi yg benar, digunakan untuk peresepan atau


pemesanan, sudah ada di stok atau sudah tersedia.
Elemen Penilaian MPO.2

1. Ada daftar obat yang dalam stok rumah sakit sakit atau siap tersedia dari
sumber luar.
2. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan daftar
tersebut (kecuali ditetapkan oleh peraturan atau otoritas di luar rumah
sakit)
3. Ada proses yang disusun untuk menghadapi bilamana obat tidak tersedia,
pemberitahuan kepada pembuat resep serta saran substitusinya.

Sutoto.KARS 45
Standar MPO.2

Obat dengan cara seleksi yg benar, digunakan untuk


peresepan atau pemesanan, sudah ada di stok atau sudah
tersedia.
Regulasi :
 Formularium RS
 Prosedur penanganan bila terjadi
ketidaktersediaan stok obat di RS

Dokumen implementasi :
 Formularium dan daftar stok obat RS
 Bukti rapat PFT dalam menyusun dan
mengembangkan Formularium
 MoU dengan pemasok obat
Sutoto.KARS 46
Standar MPO.2.1.
Ada metode untuk mengawasi daftar obat yang tersedia dan
penggunaan obat di rumah sakit
Elemen Penilaian MPO.2.1.

1. Ada metode untuk mengawasi penggunaan obat dalam RS


2. Obat dilindungi terhadap kehilangan atau pencurian di seluruh RS
3. Para praktisi pelayanan kesehatan dilibatkan dalam proses pemesanan,
penyaluran, pemberian dan monitoring proses, juga diikut-sertakan dalam
memantau dan menjaga daftar obat
4. Keputusan untuk menambah atau mengurangi obat dari daftar dipandu
dengan kriteria
5. Bila ada obat yang baru ditambahkan dalam daftar, ada proses atau
mekanisme untuk memonitor bagaimana obat digunakan dan KTD yang
tidak diantisipasi
6. Daftar ditelaah sekurang-kurangnya setahun sekali berdasarkan atas
informasi tentang safety dan efektivitas.

Sutoto.KARS 47
Standar MPO.2.1.
Ada metode untuk mengawasi daftar obat yang tersedia dan
penggunaan obat di rumah sakit

Regulasi :
 Kebijakan pengawasan penggunaan obat dan pengamanan
obat
 SK Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

Dokumen implementasi :
 Kriteria menambah dan mengurangi obat dalam
formularium
 Form usulan obat baru
 Form monitoring penggunaan obat baru dan KTD
 Proses revisi formularium (minimal setahun sekali) dan
Notulen rapat

Sutoto.KARS 48
KRITERIA PEMILIHAN OBAT UNTUK MASUK
FORMULARIUM RUMAH SAKIT:
1. mengutamakan penggunaan Obat generik;
2. memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita;
3. mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
4. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
5. praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
6. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh
7. pasien;
8. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan
9. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.

Sutoto.KARS 49
Contoh Kriteria Penghapusan Obat :

 Obat-obat yang jarang digunakan (slow moving)


akan dievaluasi.
 Obat-obat yang tidak digunakan (death stock)
setelah waktu 3 (tiga) bulan maka akan
diingatkan kepada dokter-dokter terkait yang
menggunakan obat tersebut. Apabila pada 3
(tiga) bulan berikutnya tetap tidak/kurang
digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan dari
buku formularium.
 Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh
Pemerintah/BPOM atau dari pabrikan.

Sutoto.KARS 50
Standar MPO.2.2
RS Dapat Segera Memperoleh Obat Yg Tidak Ada Dlm
Stok Atau Yg Normal Tersedia Atau Sewkt-wkt
Bilamana Farmasi Tutup

 Elemen Penilaian MPO.2.2


1. Ada proses untuk persetujuan dan pengadaan obat yg
dibutuhkan tapi tidak ada dalam stok atau yg secara normal
tersedia di RS
2. Ada proses untuk mendapatkan obat pada saat dimana
farmasi tutup atau persediaan obat terkunci
3. Staf memahami proses pd maksud & tujuan

Sutoto.KARS 51
Standar MPO.2.2
RS Dapat Segera Memperoleh Obat Yg Tidak Ada Dlm
Stok Atau Yg Normal Tersedia Atau Sewkt-wkt
Bilamana Farmasi Tutup

REGULASI
 SPO bila persediaan obat/stok kosong
 SPO bila farmasi tutup/persediaan obat terkunci

Dokumen implementasi :
 Buku catatan dan Formulir permintaan
obat/alkes bila stok kosong/tidak tersedia di RS

Sutoto.KARS 52
Unit Anestesi, radiologi, diagnostic imaging, kardiologi,
radiation oncology dan pelayanan lain yang berisiko tinggi:
RS harus memiliki perencanaan pengadaan obat dan alkes
dalam keadaan biasa dan keadaan darurat (bila persediaan
kosong)

 Staf Memahami:
 Tentang alat, perbekalan dan obat yang harus ada/disyaratkan atau
direkomendasikan, untuk memberikan pelayanan terencana
 Rekomendasi peralatan, perbekalan, dan obat dapat berasal dari :
 Lembaga pemerintah
 Organisasi profesi anestesi nasional atau internasional
 Sumber lain yang berwenang

Lihat TKP 3.2.1


53
Sutoto.KARS
PENYIMPANAN
Standar MPO.3
Obat disimpan dengan baik dan aman.

Elemen Penilaian MPO.3

1. Obat disimpan dalam kondisi yg sesuai bagi stabilitas produk.


2. Bahan yg terkontrol dilaporkan secara akurat sesuai UU dan peraturan yg
berlaku
3. Obat dan bahan kimia yg digunakan untuk menyiapkan obat diberi label
secara akurat untuk isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan
4. Seluruh tempat pernyimpanan obat diinspeksi secara berkala sesuai kebijakan
RS untuk memastikan obat disimpan secara benar
5. Kebijakan RS menjabarkan cara identifikasi dan penyimpanan obat yg dibawa
oleh pasien

Sutoto.KARS 54
PENYIMPANAN
Standar MPO.3
Obat disimpan dengan baik dan aman.
Regulasi :
 Pedoman penyimpanan obat lengkap untuk masing masing
area penyimpanan
 Kebijakan pelabelan obat obat dan bahan kimia yang
digunakan menyiapkan obat
 Kebijakan pelaporan obat dari unit

Dokumen implementasi :
 Laporan narkotik & psikotropik
 Bukti pelabelan obat dan bahan kimia yang digunakan
menyiapkan obat
 Dokumen/catatan inspeksi berkala
 Formulir rekonsiliasi obat yang dibawa dari rumah
Sutoto.KARS 55
Contoh Kebijakan Umum Penyimpanan
Perbekalan Farmasi
Kebijakan Penyimpanan Obat RS XYZ:
 Disesuaikan dengan bentuk Sediaan dan jenisnya, suhu penyimpanan dan
stabilitasnya,sifat bahan, danketahanan terhadap Cahaya (lihat petunjuk
penyimpanan masing-masing obat
 Obat disusun alphabetis
 Sistem FIFO (First in first out} atau FEFO( first expired first out)
 Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat
diberi label: isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan
 Elektrolit pekat konsentrat dilarang disimpan di unit pelayanan
 Unit tertentu yang dapat menyimpan elektrolit konsentrat harus dilengkapi
dengan SPO Khusus untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-
hati
 Obat high alert diberi stiker HIGH ALERT, obat NORUM/LASA diberi stiker
NORUM/LASA
 Obat yang dibawa pasien dari rumah harus dicatat dalam formulir
rekonsiliasi obat dan disimpan di ……………
Sutoto.KARS 56
CONTOH LEMARI OBAT
NARKOTIKA
(Narcotic cabinet):
Harus ada penanggung jawab setiap
shift
Harus ada bukti serah terima per
shift

Sutoto.KARS 57
 DRUG
REFRIGERATOR:
 HANYA UNTUK
MENYIMPAN
OBAT
 SUHU HARUS
DIMONITOR
SETIAP HARI

Sutoto.KARS 58
Sutoto.KARS 59
1. DILARANG
MENYIMPAN
DUA JENIS
OBAT ATAU
LEBIH DALAM
SATU BOX
2. DILARANG
MENYIMPAN
OBAT LASA
DALAM SATU
BOX

KARS
CONTOH
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)
TALLMAN LETTERING
 hidralazine  hidroxyzine
 cerebyx  celebrex
 vinblastine  vincristine
 chlorpropamide  chlorpromazine
 glipizide  glyburide
 Daunorubicine  doxorubicine

Sutoto.KARS 61
CONTOH
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)
TALLMAN LETTERING
 hidraALAzine  hidrOXYzine
 ceREBYx  ceLEBRex
 vinBLASTine  vinCRIStine
 chlorproPAMIDE  chlorproMAZINE
 glipiZIde  glYBURIde
 DAUNOrubicine  dOXOrubicine

Sutoto.KARS 62
Look Alike Sound Alike
LASA

Sutoto.KARS 63
Sutoto.KARS 64
Look-Alike Drugs
Aoccdrnig to a rscheearch at Cmabrigde
Uinervtisy, it deosn't mttaer in waht
oredr the ltteers in a wrod are, the olny
iprmoetnt tihng is taht the frist and lsat
ltteer be at the rghit pclae. The rset can
be a toatl mses and you can sitll raed it
wouthit porbelm. Tihs is bcuseae the
huamn mnid deos not raed ervey lteter by
istlef, but the wrod as a wlohe.
TULISAN DOKTER SUSAH DIBACA

Sutoto.KARS 68
Sutoto.KARS 69
UPAYA PENCEGAHAN KESALAHAN PENANGAN
OBAT LASA

 TallMan Lettering:
 Smart Pumps, Automated Dispensing Cabinets,
Medication Administration Record, Central
pharmacy, Storeroom, IV room and satellites
 Labelling similar products
 Example: Ephedrine and Promethazine
LASA

LASA

Sutoto.KARS 71
LASA

Sutoto.KARS 72
LASA

Sutoto.KARS 73
LASA

Sutoto.KARS 74
LASA

Sutoto.KARS 75
OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPs) HIGH
ALERT
1
2
3
4
5

6
7
8
Sutoto.KARS 76
OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPs) HIGH
ALERT

9
10
11
12
13
14
15
16

Sutoto.KARS 77
OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPs) HIGH
ALERT

17

18

19

20

21

22

23

24

Sutoto.KARS 78
DAFTAR OBAT HIGH ALERT HIGH
ALERT
OBAT SPESIFIK
1 Amiodarone IV
2 Colcichine Injection
3 Heparin, Low moluculer weigt injection
4 Heparin Unfractionated IV
5 Insulin SC dan IV
6 Lidocaine IV
7 Magnesium SUlfat Injecion
8 Methotrxate oral non oncologic use
9 Netiride
10 Nitroprusside sodium for injection
11 Potasium Cloride for injection concentrate
12 Potasium Phospate injection
13 Sodium Chloride injection hypertonic >0.9%
14 Warfarin
Sutoto.KARS 79
KARS
ISO NORM 26825
LABEL UNTUK OBAT ANESTESIK

ANTI EMETIK HYPNOTIKA


BENZODIAZEPIN/ MUSCLE RELAXAN/
BENZODIAZEPIN ANTAGONIS MUSCLE RELAXAN
ANTAGONIS
OPIAT/OPIAT VASOPRESOR/ANTI
HYPERTONIK/
ANTAGONIS VASODILATASI
LOKAL ANESTESI MEDIKA MENTOSA BERBEDA
CONTOH: KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT
 DEFINISI:
 Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya
yang bermakna bila digunakan secara salah
 KETENTUAN :
1. Setiap unit yan obat harus punya daftar obat high
alert, Obat LASA, Elektrolit Konsentrat, serta
panduan penata laksanaan obat high alert
2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penata
laksanaan obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses
terbatas, diberi label yang jelas
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam
keadaan emergensi, atau nama obat harus di eja
perhuruf
HIGH
ALERT
Sutoto.KARS 85
CONTOH:KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI
INSTALASI FARMASI
1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat
2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan
diserahkan kepada perawat
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain
4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya dan diberi
stiker high alert
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci
double, setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung
jawabnya dan dicatat
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert lakukan double check
kepada perawat lain untuk memastikan 5 benar (pasien, obat, dosis
, rute, waktu)
7. Obat hig alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan
pompa infus, tempel stiker label nama obat pada botol infus. DanHIGH
di
isi dengan catatan sesuai ketentuan ALERT
Sutoto.KARS 86
Look-Alike High Alert Drugs

HIGH ALERT
CONTOH STIKER OBAT HIGH ALERT PADA BOTOL
INFUS

Sutoto.KARS 88
Contoh Pedoman Penyimpanan Perbekalan
Farmasi
 Penyimpaan Pebekalan Farmasi Umum:
 Simpan sesuai ketentuan dalam standar yan far
 Bahan berbahaya :
 Simpan dalam tempat terpisah
 Tersedia APR/pemadam api
 Diberi label sesuaikan dengan klasifikasi B3
 Gas Medis:
 Disimpan terpisah dari tempat perbekalan farmasi
 Bebas dari sumber api
 Ventilasi harus baik
 Obat Narkotika:
 Disimpan dalam lemari khusus dengan pintu ganda dan terkunci

Sutoto.KARS 89
TATA LAKSANA B3:

1. inventarisasi bahan & limbah berbahaya  bahan kimia, bahan


kemoterapi, bahan dan limbah radioaktif, gas dan uap berbahaya serta
limbah medis dan infeksius lain sesuai ketentuan.
2. penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya;
3. pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden
lainnya;
4. pembuangan limbah berbahaya yang benar;
5. peralatan dan prosedur perlindungan yang benar pada saat penggunaan,
ada tumpahan (spill) atau paparan (exposure);
6. pendokumentasian, meliputi setiap izin dan perizinan/lisensi atau
ketentuan persyaratan lainnya;  MSDS (material safety data sheet)
7. pemasangan label yg benar pd bahan &limbah berbahaya.
Jenis limbah

Jenis limbah
 Limbah padat:
 Infeksius( kantong kuning0)
 Non infeksius (kantong
hitam)
 Daur ulang ( kantong putih)
 Limbah sitotoksik ( kantong
ungu)
 Limbah cair
 Infeksius
 Non infeksius
 Limbah benda tajam
Limbah benda tajam

 Semua Benda Yang Mempunyai Permukaan Tajam Yang Dapat


Melukai / Merobek Permukaan Tubuh
 Masukkkan Jarum Atau Benda Tajam Ke Infectious box Tanpa
Menyarungkan Kembali
IPCN-RSCMgr 96
ALUR TERTUSUK JARUM
Mulai

Pegawai Terpajan
Pertolongan Pertama

Kepala Ruangan Pelaporan sesegera


Laporan kejadian rangkap 3 Formulir Pelaporan mungkin maksimal
Lembar 1 ke Poli Pegawai / UGD Kejadian Tertusuk Jarum 2x24 jam setelah
Lembar 2 ke PPIRS Kejadian ke
Dan Terpajan Cairan
Lembar 3 ke K3RS Poliklinik Pegawai
Tubuh jam 08.00 – 15.30
Lembar 4 di Unit kerja/ruangan
wib dan ke IGD di
luar jam kerja (
malam hari dan
hari libur)
Jam
Ya Tdk
Kerja

Pegawai Terpajan Pegawai Terpajan


Ke POLI PEGAWAI
Membawa lembar 1 Ke UGD ( petugas SI) Pemeriksaan lab :
Membawa lembar 1 untuk skrining HIV
: Rapid test dan
Elisa  0 hari, 3
bulan, 6 bulan

Dokter Poli Pegawai


Dokter DPJP/Residen senior IPD
1. Anamnesis. Pemeriksaan lab :
2. Konseling dan pemberian terapi. skrining hepatitis:
3. Permintaan cek skrining ke laboratorium Anti HBS dan
HbsAG 0 hari dan 6
bulan

HBsAG ( +) HIV –AIDS(+)


SPO TERKENA TERTUSUK JARUM

 Tujuan :
 Mengurangi kontaminasi kontaminasi
mikroorganisme ke dalam tubuh.
 Ruang Lingkup :
 Adalah tindakan penanganan saat tetusuk jarum
 Prosedur/Teknis Pelaksanaan :
 Lepaskan sarung tangan atau APD yang melindungi
yang dipakai.
 Cuci dengan air mengalir, tidak perlu ditekan-tekan.
 Cuci dengan cairan desinfektan ( sabun chlorhexidin)
lakukan sampai darah berhenti
SPO : TERPAPAR CAIRAN INFEKSIUS :
Tujuan :
 Mengurangi kontaminasi mikroorganisme ke dalam tubuh.
Ruang Lingkup :
 Adalah tindakan penanganan pertama jika terpercik darah atau
cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau kulit yang tidak
utuh.
Prosedur/Teknis Pelaksanaan :
 Segera basuh area pajanan dengan sabun dan air mengalir jika
mengenai mata atau mukosa lakukan pembilasan dengan WFI
selama 15 menit
 Segera basuh dengan air dengan menggunakan chlorhexidine
2-4 jika mengenai kulit yang tidak utuh
 Segera melakukan kumur dengan air dan chlorhexidine 0,02 %
atau selama 1 menit
Contoh :
Rekonsiliasi obat dan Daftar Obat Yang Dipakai dari Rumah

Rekonsiliasi Obat – daftar obat dibawa dari rumah Label identitas pasien
Tgl Daftar obat yang menimbulkan alergi Seberapa berat alerginya? Reaksi alreginya
R=ringan
S=Sedang
B=Berat

Semua jenis obat ; obat resep, bebas, herbal atau tcm yg dibawa dari rumah

Tanggal Nama obat Dosis/frekuensi berapa lama Alasan makan Berlanjut saat
obat rawat inap ?

Ya tidak

1.
2.
3.
4.
NAMA DAN TANDA TANGAN YANG MELAKUKAN INTERVIU
Communication During transtition. JCR,JCI, 20102100
Diadaptasi dari : ImprovingSutoto.KARS p 54
What is Medication
Reconciliation?

A comparison of the patient’s current medication


regimen against the physician’s admission, transfer
and/or discharge orders to identify discrepancies. Any
discrepancies noted are discussed with the physician,
and the order is modified, if necessary.
Medication reconsiliation tool kit Nort Carlina center hospital quality and patient safety
102
SOURCES OF MEDICATION
HISTORY
The medication history can be obtained from a
variety of sources.
 The patient
 A list the patient may have
 The medications themselves, if brought in
from home
 A friend or family member
 A medical record
 The patient's pharmacy

Sutoto.KARS 103
THE MEDICATION RECONCILIATION
PROCESS IS IMPLEMENTED IN ORDER:
 1. the admission transition of care,
 2. the transfer transition of care, and
 3. the discharge transition of care.

Sutoto.KARS 104
Sutoto.KARS 105
106
107
Why Perform Medication Reconciliation?
(insert medication reconciliation literature, examples below)
• Rate of medication errors in a 6 month period decreased by
70% after implementation of a medication reconciliation
process at all phases of hospitalization
– Rozich J.D. & Resar R. JCOM. 2001; 8: 27-34

• Pharmacist participation on medical rounds and


reconciliation and verification of patient medication profiles at
interfaces of care greatly reduced medication errors
– Scarsi, K et al. Am J Health-Syst Pharm. 2002; 59: 2089-92

• One study found 94% of the patients had orders changed


after an ICU stay. By reconciling all pre-hospital, ICU and
discharge medication orders, nearly all medication errors in
discharge prescribing were avoided
– Provonost P, et al. Journal of Critical Care. 2003; 18:201-205.
Standar MPO.3.1
Kebijakan RS mendukung penyimpanan yg tepat
dari obat-obatan/medications dan produk nutrisi yg
tersedia

Elemen Penilaian MPO.3.1

1. Kebijakan RS menjabarkan cara penyimpanan yg tepat bagi


produk nutrisi
2. Kebijakan cara penyimpanan obat radioaktif, untuk keperluan
investigasi dan sejenisnya
3. Kebijakan cara obat sample disimpan dan dikendalikan
4. Semua penyimpanan sesuai dengan kebijakan RS.

Sutoto.KARS 109
Standar MPO.3.1
Kebijakan RS mendukung penyimpanan yg tepat dari
obat-obatan/medications dan produk nutrisi yg
tersedia

Regulasi :
 Pedoman pelayanan tentang penyimpanan
produk nutrisi, radioaktif dan obat sample
 SPO penyimpanan produk nutrisi,
 SPO penyimpanan radioaktif
 SPO penyimpanan obat sampel
Implementasi:
 Penyimpanan sesuai kebijakan dan SPO
Sutoto.KARS 110
Standar MPO.3.2

Obat-obatan Emergensi Tersedia, Dimonitor Dan Aman


Bilamana Disimpan Di Luar Farmasi.
 Elemen Penilaian MPO.3.2

1. Obat emergensi tersedia dlm unit dimana akan diperlukan


atau dpt terakses segera dalam RS untuk memenuhi
kebutuhan yg bersifat emergensi
2. Kebijakan RS mengarahkan bagaimana obat emergensi
disimpan, dilindungi dari kehilangan atau pencurian
3. Obat emergensi dimonitor dan diganti secara tepat setelah
digunakan, kadaluwarsa atau rusak

Sutoto.KARS 111
Standar MPO.3.2
Obat-obatan Emergensi Tersedia, Dimonitor Dan
Aman Bilamana Disimpan Di Luar Farmasi.

Regulasi
 Kebijakan penyimpanan obat emergensi,
standar obat emergensi di masing-masing unit.
 SPO penyimpanan obat emergensi di masing-
masing unit
 SPO penggantian obat emergensi yang rusak
atau kadaluarsa
Dokumen Implementasi:
 Catatan supervisi/penggantian obat emergensi

Sutoto.KARS 112
Standar MPO.3.2
Obat-obatan Emergensi Tersedia, Dimonitor Dan
Aman Bilamana Disimpan Di Luar Farmasi.

Regulasi
 Kebijakan penyimpanan obat emergensi dan
standar obat emergensi di masing-masing unit.
 SPO penyimpanan obat emergensi di masing-
masing unit
 SPO penggantian obat emergensi yang rusak atau
kadaluarsa
Dokumen Implementasi:
 Catatan supervise/penggantian obat emergensi
Sutoto.KARS 113
PENGELOLAAN OBAT EMERGENSI

1. jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar


Obat emergensi yang telah ditetapkan;
2. tidak boleh bercampur dengan persediaan
Obat untuk kebutuhan lain;
3. bila dipakai untuk keperluan emergensi
harus segera diganti;
4. dicek secara berkala apakah ada yang
kadaluwarsa;
5. dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan
lain.
Sutoto.KARS 114
TROLI EMERGENSI

Kunci Plastik
Disposable dengan nomor
register

Sutoto.KARS 115
TAS EMERGENSI

Sutoto.KARS 116
Obat dan alat yang harus dipersiapkan
menghadapi anapilaktik shock

1. Adrenalin
2. Antihistamin
3. Kortikosteroid injeksi
4. Aminofilin, inhalasi beta2 / nebulizer
5. Infus set
6. Cairan infus
7. Oksigen
8. Tensimeter
9. Alat bedah minor
SYARAT SISTEM PERSEDIAAN LENGKAP DI
RUANGAN (FLOOR STOCK)
1. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh
Instalasi Farmasi.
2. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
3. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggung jawab ruangan.
4. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
5. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan
interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 58 Tahun 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Sutoto.KARS 118
Standar MPO.3.3

RS mempunyai sistem penarikan (recall) obat

Elemen Penilaian MPO.3.3


1. Ada sistem penarikan obat
2. . Kebijakan dan prosedur mengatur setiap
penggunaan obat yang diketahui kadaluwarsa atau
ketinggalan jaman
3. Kebijakan dan prosedur mengatur pemusnahan obat
yang diketahui kadaluwarsa atau ketinggalan jaman
4. Kebijakan diimplementasikan

Sutoto.KARS 119
Standar MPO.3.3
RS mempunyai sistem penarikan
(recall) obat
Regulasi :
 Kebijakan penarikan obat
 Kebijakan pengelolaan obat kadaluarsa
 Pedoman / prosedur pelayanan tentang
penarikan obat, pengelolaan obat kadaluarsa
dan pemusnahan obat
Dokumen Implementasi
 Berita acara pemusnahan obat
Sutoto.KARS 120
PEMESANAN DAN PENCATATAN (ordering & transcribing)
Standar MPO.4
Peresepan, pemesanan, dan pencatatan diarahkan oleh kebijakan
& prosedur
 Elemen Penilaian MPO.4
1. Kebijakan & prosedur di RS mengarahkan peresepan, pemesanan dan
pencatatan obat yg aman
2. Kebijakan & prosedur menyebutkan tindakan yg terkait dengan penulisan resep
yg tak terbaca dan pemesanan yg tidak jelas
3. Adanya proses kerjasama untuk mengembangkan kebijakan & prosedur
4. Staf yg terkait terlatih secara benar dalam praktek penulisan resep, pemesanan
dan pencatatan
5. Rekam medis pasien memuat daftar obat yg sedang dipakai sebelum dirawat
inap & informasi ini tersedia di farmasi & para pemberi asuhan pasien
6. Order pertama obat dibandingkan dgn daftar obat seblm dirawat, sesuai SPO

Sutoto.KARS 121
PEMESANAN DAN PENCATATAN (ordering & transcribing)
Standar MPO.4
Peresepan, pemesanan, dan pencatatan diarahkan oleh
kebijakan & prosedur
Regulasi :
 Kebijakan tentang :
 Peresepan
 Pemesanan obat
 Pencatatan obat
 SPO bila resep tak terbaca/tak jelas
 SPO telaah rekonsiliasi obat

Dokumen implementasi :
 Rapat Panitia Farmasi dalam menyusun/mengmbangkan Kebijakan dan
SPO
 Pelatihan staf dalam penulisan resep, pemesanan obat, pencatatan obat
 Formulir rekonsiliasi obat
Sutoto.KARS 122
CONTOH: ISI KEBIJAKAN PERESEPAN
 Hanya Yang Berhak Menulis Dan Memesan Resep SajaYangdilayani
 (Tersedia Daftar Staf MedisYang Berhak Menulis Resep/ Daftar PetugasYang
Berhak Memesan Resep Di Instalasi Farmasi)
 Resep Harus Lengkap ( Tersedia Contoh Dan Keterangan ResepYang Lengkap )
 Sebelum Menulis Rerep Harus Melakukan Penyelarasan Obat (Medication
Reconciliation) . Penyelarasan Obat Adalah Membandingkan Antara Daftar Obat
Yang Sedang Digunakan Pasien Dan Obat Yang Akan Diresepkan Agar Tidak
Terjadi Duplikasi Atau Terhentinya Terapi Suatu Obat
 Penulis Resep Harus Memperhatikan Tiga Kemungkinan :
1. Kontraindikasi
2. Interaksi Obat
3. Reaksi Alergi.
 Tulisan Harus Jelas Dan Dapat Dibaca
 Menggunakan Istilah Dan SingkatanYang Ditetapkan RS Dan tidak Boleh
Menggunakan SingkatanYang Dilarang (Tersedia Daftar Singkatan Yang
Digunakan Di Rs Dan Daftar SingkatanYang Dilarang)

Sutoto.KARS 123
SEBELUM MENULIS RESEP SETIAP
DOKTER HARUS MELAKUKAN CEKING
TERHADAP

1. KONTRA INDIKASI
2. ALERGI
3. INTERAKSI OBAT

SUTOTO.KARS 124
Contoh :
Rekonsiliasi obat dan Daftar Obat Yang Dipakai dari Rumah
(Patient medication Hstory)
Daftar riwayat alergi Label identitas pasien
Tgl Daftar obat yang menimbulkan alergi Seberapa berat alerginya? Reaksi alreginya
R=ringan
S=Sedang
B=Berat

Daftar semua jenis obat yg digunakan pasien atau dibawa dari rumah; (obat
resep, bebas, herbal atau tcm)
Tanggal Nama obat Dosis/frekuensi berapa lama Alasan makan Berlanjut saat
obat rawat inap ?

Ya tidak

1.
2.
3.
4.
NAMA DAN TANDA TANGAN YANG MELAKUKAN INTERVIU
Communication During transtition. JCR,JCI, 20102125
Diadaptasi dari : ImprovingSutoto.KARS p 54
Contoh Petunjuk penulisan Resep

RUANG/INSTALASI::
TANGGAL:
ALERGI : TIDAK/ YA : …………………

IDENTITAS PASIEN: (STIKER)

BERAT BADAN :
NAMA DOKTER

Sutoto.KARS 126
 Herbs or supplements that may increase clotting
tendencies when taken with warfarin
(coumadin*):
 Vitamin K, ginseng (although ginseng alone actually
increases bleeding), coenzyme Q10, green tea (in
large amounts)
 (Adapted from Am J Health-Syst Pharm
2000;57(13):1221-1230; US Pharmacist 2000;25(8):42-
53; MayoClinic.com January 2008)

Read more at Suite101: Drugs and Herbs that
Interfere with Warfarin: Coumadin Interacts with
Hundreds of other Medicines and Supplements |
Suite101.com http://suite101.com/article/drugs-and-
herbs-that-interfere-with-warfarin-
a84045#ixzz24d85ID00
Sutoto.KARS 127
Standar MPO.4.1
RS menjabarkan secara lengkap elemen dari suatu pemesanan
atau penulisan resep serta jenis pemesanan yg dapat
digunakan

Elemen Penilaian MPO.4.1


1. Pesanan obat atau penulisan resep yg bisa diterima
dijabarkan dan sekurang-kurangnya elemen a) sampai
dengan i) disebutkan dalam kebijakan
2. Pesanan obat atau penulisan resep lengkap sesuai
kebijakan RS

Sutoto.KARS 128
Standar MPO.4.1
RS menjabarkan secara lengkap elemen dari suatu pemesanan
atau penulisan resep serta jenis pemesanan yg dapat
digunakan

Regulasi :
 Kebijakan penulisan resep memuat
9(sembilan ) elemen

Dokumen implementasi :
 Resep sesuai kebijakan

Sutoto.KARS 129
Kebijakan Elemen Pemesanan/Penulisan Resep Yang
Lengkap
1. a) Data identifikasi pasien yg akurat
2. b) Elemen-elemen dari pemesanan / penulisan resep
3. c) Bilamana nama generik atau nama dagang adalah akseptabel
atau diperlukan
4. d) Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu PRN
(pro re nata, atau “bila perlu”) atau pesanan obat yang lain.
5. e) Prosedur khusus untuk pemesanan obat LASA//’NORUM’
6. f) Tindakan yang harus diambil bila pemesanan obat tidak lengkap,
tidak terbaca atau tidak jelas
7. g) Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti pada pesanan
dan setiap elemen yang dibutuhkan dalam pesanan yang emergensi,
dalam daftar tunggu (standing), automatic stop dan seterusnya.
8. h) Pesanan obat secara verbal atau melalui telpon : tulis lengkap,
baca ulang dan konfirmasi
9. i) Jenis pesanan yang berdasarkan berat, seperti untuk kelompok
pasien anak
Sutoto.KARS 130
Contoh: Automatic Stop Order

Sutoto.KARS 131
contoh
automatic
stop order

Sutoto.KARS 132
Lanjutan>>>>>>>>>

Sutoto.KARS 133
Contoh : KEBIJAKAN AUTOMATIC STOP
ORDER
 I. TUJUAN:
 Tjuan kebijakan automatic stop order Untuk memastikan bahwa
terdapat obat yang harus dievaluasi dan ditinjau secara konsisten
dan bahwa informasi ini diberi tahu kepada dokter.
 III. KEBIJAKAN:
 Rumah Sakit akan memastikan administrasi aman obat melalui
proses stop order.
 IV. PROSEDUR:
 A. obat berikut akan otomatis dihentikan oleh Instalasi Farmasi
setelah penggunaan awal telah dimulai:
1. Ketorolac - setelah 5 hari penggunaan
2. Nesiritide - setelah 2 hari penggunaan
3. Alvimopan - setelah 15 dosis telah diberikan
4. Meperidin - setelah 2 hari penggunaan

 Proses stop order otomatis didefinisikan sebagai HARD STOP

Sutoto.KARS 134
BAD PRESCRIBING HABITS
1. Lead To Ineffective And Unsafe Treatment,
2. Exacerbation Or Prolongation Of Illness,
3. Distress And Harm To The Patient,
4. Higher Costs.
5. The Prescriber Vulnerable To Influences Which Can
Cause Irrational Prescribing, Such As Patient Pressure,
Bad Example Of Colleagues, Highpowered
Salesmanship.
6. Later On, New Graduates Will Copy Them,

WHO Acton Programe. Guide to Good Prescribing. A Practical Manual.


Sutoto.KARS 135
By the end of 2004, JCAHO expects full compliance in all
handwritten, print and electronic media documents related to these
dangerous abbreviations.

Sutoto.KARS 136
Sutoto.KARS 137
Daftar
obat
high
alert

Sutoto.KARS 138
Sutoto.KARS 139
ELEKTROLIT KONSENTRAT

1. Kalium/potasium klorida = > 2 mEq/ml


2. Kalium/potasium fosfat => 3 mmol/ml
3. Natrium/sodium klorida > 0.9%
4. Magnesium sulfat => 50% atau lebih pekat

Sutoto.KARS 140
Sutoto.KARS 141
Sutoto.KARS 142
Sutoto.KARS 143
CONTOH
KEBIJAKAN OBAT HIGH ALERT

 DEFINISI:
 Obat gerisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang
bermakna bila digunakan secara salah
 KEBIJAKAN:
 Setiap unit yan obat harus punya daftar obat high alert
dan panduan penanganan obat hig alert
 Setiap staf klinis terkait harus tahu penangannan obat
high alert
 Obat high alert harus disimpan terpisah, akses
terbatas, diberi label yang jelas
 Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam
keadaan emergensi HIGH
ALERT
Sutoto.KARS 144
CONTOH
KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI
INSTALASI FARMASI

 Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat


 Beri stiker high alert pada setiap ampul yang diserahkan
kepada perawat
 Pisahkan obat high alert dengan obat lain
 Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
 Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari
terkunci, setiap pengeluaran harus diketahui oleh
penanggung jawabnya dan dicatat
 Sebelum perawat memberikan obat hig alert cek kepada
perawat lain untuk memastikan tak ada salah pasien dan
salah dosis
 Obat hig alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan
ketepatan pompa infus, jika lebih dari satu tempel label
nama obat pada tiap selang infus HIGH
ALERT
Sutoto.KARS 145
Standar MPO.4.2
RS mengidentifikasi petugas yg kompeten yg
diijinkan untuk menuliskan resep atau memesan
obat-obatan.
 Elemen Penilaian MPO.4.2

1. Hanya orang yg diijinkan oleh RS dan badan pemberi lisensi


terkait, UU dan peraturan dapat menuliskan resep atau
memesan obat
2. Ada proses untuk menetapkan batas, bila perlu, untuk praktek
menuliskan resep atau memesan obat
3. Petugas yg diijinkan untuk menuliskan resep dan memesan
obat dikenal oleh unit yan farmasi atau orang lain yg
mengeluarkan obat
Sutoto.KARS 146
Standar MPO.4.2
RS mengidentifikasi petugas yg kompeten
yg diijinkan untuk menuliskan resep atau
memesan obat-obatan.
Regulasi :
 Kebijakan penulisan resep umum sesuai ketentuan
perundang-undangan
 Kebijakan batasan penulisan resep khusus (misal obat
kemoterapi, radioaktif, narkotika/psikotropika, dll)
 SK direktur tentang yang berhak menuliskan resep
serta daftar orangnya dan resep khusus serta daftar
orang. Daftar orang yang berhak memesan obat dan
alkes dan daftarnya tersedia di instalasi farmasi
(dikenal)

Sutoto.KARS 147
Standar MPO.4.3

Pencatatan setiap pasien yg menerima obat berisi satu daftar


obat yg diresepkan atau dipesan untuk pasien serta berapa
kali obat diberikan. Termasuk pula obat yg diberikan “bila
perlu”. Bila informasi ini dicatat pada lembaran obat yg
terpisah, maka lembaran tersebut diselipkan dalam status
pasien saat dipulangkan atau dipindahkan.

Elemen Penilaian MPO.4.3

1. Obat yg diresepkan atau dipesan dicatat untuk setiap


pasien
2. Pemberian obat dicatat untuk setiap dosis
3. Informasi obat tercatat dalam status pasien atau
diselipkan kedalam status pasien saat dipulangkan
atau dipindahkan Sutoto.KARS 148
Standar MPO.4.3
Pencatatan setiap pasien yg menerima obat berisi
satu daftar obat yg diresepkan atau dipesan untuk
pasien serta berapa kali obat diberikan. Termasuk
pula obat yg diberikan “bila perlu”. Bila informasi
ini dicatat pada lembaran obat yg terpisah, maka
lembaran tersebut diselipkan dalam status pasien saat
dipulangkan atau dipindahkan.

Regulasi:
 SPO Penyertaan formulir pencatatan obat dalam status
pasien saat pasien dipindahkan/ dipulangkan
Dokumen implementasi :
 Formulir pencatatan pemberian obat memuat nama
obat dan dosis serta mencakup Informasi obat (misal
“bila perlu”)
Sutoto.KARS 149
Contoh
Tabel Pencatatan Obat
Label identitas pasien
Tgljam Nama Obat Dosis Rute Nama Dr Diperiksa Diberikan Waktu
/Tanda Oleh Oleh Pemberian
Tangan Keterangan
(jam)

Misal : Bila
perlu

Sutoto.KARS 150
Sutoto.KARS 151
PERSIAPAN DAN PENYALURAN (dispensing)

Standar MPO.5 Obat dipersiapkan dan


dikeluarkan dalam lingkungan yg aman dan
bersih
 Elemen Penilaian MPO.5

1. Obat dipersiapkan dan disalurkan dalam area yg bersih dan


aman dengan peralatan dan supplai yg memadai
2. Persiapan dan penyaluran obat harus memenuhi UU, peraturan
dan standar praktek profesional
3. Staf yg menyiapkan produk steril dilatih dalam hal teknik
aseptik

Sutoto.KARS 152
 (4) Pelayanan farmasi klinik berupa
dispensing sediaan steril sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf j hanya dapat
dilakukan oleh Rumah Sakit yang mempunyai
sarana untuk melakukan produksi sediaan
steril.

Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 58 Tahun 2014 Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit , pasal 3

Sutoto.KARS 153
 The case of
Doc's Pharmacy
illustrates how
doctors, as well
as their patients,
are unaware of
the risks
inherent in
pharmacy
compounding.

Sutoto.KARS 154
LAMINAR AIRFLOW VERTICAL
Sutoto.KARS 157
Sutoto.KARS 158
Tabel 1. Daftar Ketercampuran Obat Suntik (sebagian)

BUKU PEDOMAN PENCAMPURAN OBAT SUNTIK DAN PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA . Dirjen Binyanfar .2009 159
PRODUKSI SEDIAAN FARMASI
 Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi
sediaan tertentu apabila:
 1) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran;
 2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi
sendiri;
 3) Sediaan Farmasi dengan formula khusus;
 4) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih
kecil/repacking;
 5) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan
 6) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam
penyimpanan/harus dibuat baru (recenter paratus).

Permenkes 58/2014 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit


Sutoto.KARS 160
NAMA-NAMA OBAT KEMOTERAPI YANG SERING DIGUNAKAN TERMASUK NAMA
KANKER YANG DIOBATINYA (ROGERS, 1987; CHABNER ET AL. 1996;
JOCHIMSEN, 1992; MCFARLAND ET AL. 2001 DALAM NIOSH 2004A, 2004B):
 Agent Ankylating (mengganggu mitosis dan pebelahan sel normal)
a. Chlombucil (Leukeran ®) kanker payudara, paru, ovarium dan testis; Penyakit Hidgkin’s
b. Cyclophosphamide (Cytoxan ®)multiple myeloma; kanker payudara, paru dan ovarium.
c. Carmustine (BiCNU ®)melanoma maligna, tumor otak.
 Antimetabolit (mengganggu sintesis asam folat, purin dan pyrimidine)
a. Methotrexate (Mexate ®)leukemia, kanker paru, dan kanker payudara
b. Fluorouracil (Adrucil ®)kanker kandung kemih, hati, pancreas, paru, dan payudara
c. Mercaptopurine (Purinethol ®)leukemia akut.
 Antibiotik (menyebabkan pemecahan rantai tunggal atau rantai ganda DNA)
a. Actinomycin D (Cosmegen ®)Sarkoma Kaposi, rhabdomyocarcoma
b. Doxorubicin (Adriamycin) leukemia akut, kanker payudara
c. Bleomycin (Bleo ®)Limfoma Hodgkins/ non Hodgkins, Kanker testis
 Produk Alami (obat antimitosis) (mencegah mitosis dan menyebabkan penghentian
metaphase).
a. Vinblastine (Velban ®)Limfoma non Hodgkin, kanker payudara dan testis.
b. Vincristine (Oncovin ®)kanker paru sel kecil, Limfoma non Hodgkins
c. Paclitaxel (Taxol ®)Kanker ovarium dan kanker payudara
 Agent miscellaneous
a. Hydroxyurea (Hydrea ®)bekerja sebagai anti metabolit dalam fase S; melanoma
Sutoto.KARS 161
DAFTAR OBAT-OBAT KEMOTERAPI YANG SERING DIGUNAKAN SEBAGAI ANTI
KANKER PADA PASIEN (VANCHIERI, 2005):
 1. Kelompok I: Karsinogenik pada manusia
a. Azathioprine
b. Busulfan
c. Cholorambucil
d. Cyclophosphamide
e. Melphalan
f. MOPP
g. Semustine
h. Tamoxifen
i. Thiotepa
j. Threosulfan
 2. Kelompok II: mungkin karsiongen (probable carcinogens)
a. Carmustine
b. CCNU
c. Cisplatin
d. Doxorubicin
e. Nitrogen Mustard
f. Procarbazine
 3. Kelompok III: diduga karsinogen (possible carcinogens)
a. Bleomycin
b. Dacarbacin Sutoto.KARS 162
TINDAKAN PENCEGAHAN UNTUK PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI YANG
AMAN (NIOSH, 2004a,b):
 a. Siapkan obat ini dalam suatu tempat khusus yang ditangani oleh petugas yang
mempunyai wewenang.
b. Siapkan obat ini dalam suatu biological Safety cabinet (BSC) terutama BCS kelas II tipe
B atau kelas III (Suatu BSC yang mengalirkan udara dari dalam BSC keluar menjauhi
ruangan).
c. Gunakan alat suntik (syring) dan set infuse dengan system Luer-Lok™ untuk persiapan
dan pemberian obat ini. Buang syring dan jarumnya pada wadah yang didesain untuk
melindungi petugas dari cidera [tertusuk].
d. Pertimbangkan untuk menggunakan alat untuk membawa obat dengan system
tertutup dan system tanpa jarum.
e. Hindari kontak kulit. Gunakan baju pelindung disposibel yang terbuat dari bahan yang
antitembuh cairan. Baju ini tertutup dibagian depannya, tangan panjang.
f. Gunakan sarung tangan berkualitas tinggi yang bebas bedak, yang menutupi lengan
baju
g. Gunakan dua pasang sarung tangan (didouble).
h. Ganti sarung tangan secara periodic
i. Pakai plastic penutup wajah atau kacamata google untuk menhindari kontak dengan
matam hidung, dan mulut dari obat tersebut, dimana obat ini dapat memercik,
menyemprot atau menjadi aerosol.
j. Buka baju pelindung secara hati-hati untuk menghindari perluasan kontaminasi.
k. Lakukan pelatihan untuk menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya keamanan 163
Sutoto.KARS
TIP PERLINDUNGAN DIRI (NIOSH, 2004a,b):

 Jangan makan atau minum [atau merokok] ditempat dimana obat


antineoplastik disiapkan atau diberikan
 Biasakan atau mampu untuk mengenali sumber paparan terhadap
antineoplasma.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan melepaskan alat
pelindung diri seperti baju pelindung disposibel dan sarung tangan
disposibel.
 Tangani sampah yang berhubungan dengan obat antineoplasma
secara terpisah dengan sampah rumah sakit lain. Tangani sampah
tersebut sebagai sampah-sampah berbahaya.
 Bersihkan tumpahan obat sesegera mungkin dengan menggunakan
metode kewasapadaan yang tepat.
 Pelajari kebjakatan tertulis rumah sakit dalam menangani obat
antineoplasma.
 Pelajari dan akses jurnal serta publikasi yang berhubungan dengan
penanganan obat kemoterapi yang aman.

Sutoto.KARS 164
PENCEGAHAN PEMAPARAN OBAT KEMOTERAPI

1. Mencegah resiko yang berasal dari petugas


1) Tidak boleh makan dan minum ditempat pencampuran obat.
2) Tidak boleh mengunyah makanan dan merokok.
3) Tidak boleh memakai kosmetik ditempat pencampuran.
4) Tidak boleh menyimpan makanan dan minuman bersama sama dengan obat
kemoterapi dalam satu kulkas.
5) Harus memakai tehnik mencuci tangan yang baik.
6) Harus menggunakan alat pelindung diri.
b. Pencegahan paparan melalui alat.
1) Harus memakai proteksi lengkap saat menangai alat alat yang habis dipakai.
2) Alat – alat direndam dengan deterjen kemudian bilas dengan air.
2. Pencegahan saat persiapan
1) Pakailah pakaian pelindung dengan lengan panjang dan bermanset elastis dengan
bahan yang bersifat menahan penetrasi partikel obat
2) Gunakan topi untuk melindungi kepala.
3) Gunakan kaca mata untuk melindungi dari percikan.
4) Gunakan masker untuk mengurangi resiko terhirupnya melalui mulut dan hidung.
5) Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontak dengan obat pada tangan.

Sutoto.KARS 165
LANJUTAN….
3. Pencegahan saat persiapan obat sitostatika
1) Cuci tangan
2) Cegah kebocoran pada sarung tangan.
3) Sediakan alat-alat yang diperlukan.
4) Tutup troli dengan pengalas dan kertas/ bahan yang menyerap.
5) Jangan tumpah dan meninggalkan aerosol.
6) Wajah jangan terlalu dekat saat membuka ampul.
7) Sebelum membuka ampul pastikan tidak ada cairan di ujung ampul.
8) Gunakan kasa pada waktu membuka ampul .
9) Cegah kevakuman yang berlebihan pada ampul
10)Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup agar tidak mengulang
dua kali.
11) Gunakan kasa steril untuk mengeluarkan kelebihan udara dari spuit
12) Buat label dengan lengkap ( nama pasien, MR, obat, dosisi,tgl
pencampuran ) tempelkan di spuit/ plabot/ botol
13) Letakkan obat pada tempat yang aman ( bak spuit, box tertutup )

166
LANJUTAN….
4. Pencegahan saat memberikan obat sitostatika
1) Pakailah proteksi secara lengkap.
2) Gunakan spuit / set injeksi yang telah disediakan.
3) Gunakan kateter kecil, jangan menggunakan wing needle karena kaku
dan merusak vena
4) Teliti dan hati-hati saat menyuntikkan obat sitostatika dan ketika
penggantian jarum
5) Alasi dibawah penyuntikan dengan pengalas untuk menghindarkan
tumpahan atau lelehan
6) Hindari obat jatuh ke alat – alat tenun diatas tempat tidur.

5. Pencegahan saat membuang sampah sitostatika


 1) Material/ bahan–bahan yang terkontaminasi harus dibungkus dengan
aman, material yang tajam dimasukkan ketempat yang tidak mudah bocor
2) Bahan dan sampah terkontaminasi dengan obat antineoplasma
dimusnahkan di incenerator dengan suhu >1000 oC

Sutoto.KARS 167
Saat-saat Petugas Kesehatan Terpapar Antineoplasma di Rumah
Sakit (NIOSH, 2004a,b)

1. Menghitung tablet dari botol obat


2. Memecah atau menghancurkan tablet menjadi sedian cair.
3. Menyiapkan cairan
4. Menangani cairan
5. Memberikan obat
6. Membuang cairan
7. Membuang perangkat infuse yang telah digunakan atau peralatan
yang digunakan untuk pemberian obat tersebut.
8. Membersihan tumpahan
9. Membuang feses, urin, linen tempat tidur pasien yang diobati
dengan obat tersebut
10. Mencuci linen yang digunakan oleh pasien yang diobati dengan
oabt tersebut.

Sutoto.KARS 168
Petugas kesehatan dirumah sakit yang berpotensi untuk
terpapar obat antineoplasma adalah sebagai berikut (NIOSH,
2004a,b)

1. Staf rumah sakit yang bekerja ditempat cairan tersebut


berada mulai dari persiapan, pemberian dan pembuangan
alat-lat yang digunakan (termasuk persiapan obat dengan
menghancurkan obat tablet).
2. Petugas farmasi yang menyiapkan cairan [obat
kemoterapi]
3. Petugas rumah sakit dibagian onkologi, yang melakukan
infuse dan memberikan cairan tersebut.
4. Petugas kesehatan yang membuang feses, urin dan lain-
lain dari pasien yang diobati dengan obat tersebut.
5. Petugas kesehatan yang menangani linen yang digunakan
oleh pasien yang diberikan obat kemoterapi

Sutoto.KARS 169
THERE ARE THREE TYPES OF BIOLOGICAL SAFETY
CABINETS
1. Class I: The Class I biological safety cabinet is an open-front negative
pressure cabinet The exhaust air from the cabinet is filtered by a high-
efficiency particulate air (HEPA) filter. The Class I biosafety cabinet will
provide personnel and environmental protection, but not product
protection.
2. Class II: The Class II vertical laminar-flow biological cabinet is an open-
front, ventilated cabinet. This cabinet provides a HEPA-filtered,
recirculated mass airflow within the work space. The exhaust air from the
cabinet is also filtered by HEPA filters. Thus, the Class II biosafety cabinet
will provide personnel, environment and product protection. While HEPA
filters are effective for trapping particulates and infectious agents, these
filters will not capture volatile chemicals or gases
3. Class III: The Class III cabinet is a totally enclosed ventilated cabinet of
gas-tight construction. Operations within the Class III cabinet are
conducted through attached rubber gloves. When in use, the Class III
cabinet is maintained through negative air pressure of at least 0.5 inches
water gauge. Supply air is drawn into the cabinet through HEPA filters.
The cabinet exhaust air is filtered by two HEPA filters, installed in series,
before discharge outside of the facility. The exhaust fan for the Class III
cabinet is generally separate from the exhaust fans of the facility's
ventilation system

Sutoto.KARS 170
Cytotoxic Safety Cabinet

Sutoto.KARS 171
PERSIAPAN DAN PENYALURAN (dispensing)

Standar MPO.5 Obat dipersiapkan dan


dikeluarkan dalam lingkungan yg aman dan
bersih
Regulasi :
 Pedoman/ prosedur pelayanan tentang
penyiapan dan penyaluran obat dan produk
steril sesuai ketentuan

Dokumen Implementasi
 Sertifikat pelatihan teknik aseptic untuk
petugas terkait
Sutoto.KARS 172
Sutoto.KARS 173
Pengelolaan Ceceran Obat Kemoterapi
1. Hanya petugas yang terlatih yang membersihkan ceceran obat
kemoterapi.
2. Secepatnya diberi tanda dan beri peringatan kepada staf yang lain
bahwa telah terjadi ceceran obat kemoterapi pada tempat yang diberi
tanda.
3. Pakai alat pelindung diri lengkat dan gunakan sarung tangan double
4. Gunakan masker dianjurkan oleh NIOSH
5. Tempatkan kasa atau handuk yang menyerap diatas ceceran
6. Ambili pecahan kaca dengan menggunakan alat atau skop kecil dan
buang pecahan kaca ke dalam tempat sampah khusus yang tahan
tusukan.
7. Bersihkan daerah ceceran obat tiga kali dengan menggunakan detergen
yang kemudian dibilas dengan air, dimulai dari area terkontaminasi
kemudian daerah sekiranya.
8. Buka alat pelindung diri dan buang ditempat sampah khusus.

Sutoto.KARS 174
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER

Sutoto.KARS 175
Standar MPO.5.1
Resep atau pesanan obat ditelaah ketepatannya

Elemen Penilaian MPO.5.1


1. RS menjabarkan informasi spesifik pasien apa yg dibutuhkan untuk proses
penelaahan yg efektif
2. Kecuali ada perkecualian yg terdapat pada maksud & tujuan, setiap resep
atau pesanan obat ditelaah ketepatannya dan meliputi elemen a) sampai
dengan g) tsb diatas. Jadi, setiap resep dan pesanan obat dievaluasi untuk
ditelaah ketepatannya.
3. Ada proses untuk menghubungi petugas yg menuliskan resep atau
memesan obat bila timbul pertanyaan.
4. Petugas yg diijinkan untuk menelaah pesanan obat atau resep dinilai
kompetensinya untuk tugas ini.
5. Penelaahan difasilitasi dengan catatan (profil) dari semua pasien yg
menerima obat.
6. Bila digunakan software komputer, untuk meng-cross-check obat, untuk
interaksi obat dan alergi, harus di-update secara berkala

Sutoto.KARS 176
Standar MPO.5.1
Resep atau pesanan obat ditelaah ketepatannya
Regulasi :
 Kebijakan yang menetapkan kriteria informasi spesifik pasien apa yang
dibutuhkan untuk penelaahan resep yang efektif dan kriteria telaah
resep/pemesanan
 SPO Penelaahan ketepatan resep sebelum pemberian (minimal 7 elemen)
 SPO menghubungi petugas bila tulisan resep/pesanan tak jelas/timbul
pertanyaan
 Panduan interaksi obat (bila blm punya soft-ware)

Dokumen implementasi :
 Uji kompetensi petugas penelaah resep
 Penetapan software komputer untk interaksi obat dan alergi serta
ketentuan untuk up-dating
 Form telaah resep/pesanan obat
 Bukti –bukti telaah resep/pesanan obat
Sutoto.KARS 177
RESEP DITELAAH TENTANG (oleh petugas prof dan
terlatih)
1. Ketepatan dari obat,Dosis , frekuensi dan route
pemberian;
2. Duplikasi terapi
3. Alergi atau reaksi sensitivitas yang
sesungguhnya maupun yang potensial
4. Interaksi yang sesungguhnya maupun potensial
antara obat dengan obat-obatan lain atau
makanan
5. Variasi dari kriteria penggunaan yang ditentukan
rumah sakit
6. Berat badan pasien dan informasi fisiologis lain
dari pasien
7. Kontra indikasi yang lain

Sutoto.KARS 178
TELAAH RESEP
Persyaratan administrasi meliputi :
 Nama, tgl lahir, jenis kelamin, BB dan TB (pasien anak)
 Nama, paraf dokter
 Tanggal resep
 Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmaseutik meliputi :
 Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan
 Dosis dan Jumlah obat
 Stabilitas
 Aturan, dan cara penggunaan
Persyaratan klinis meliputi :
 Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
 Duplikasi pengobatan
 Alergi,
 Efek samping, ROTD
 Kntraindikasi
 Iteraksi obat yang berisiko

Sutoto.KARS 179
Contoh Formulir telaah resep

NO TELAAH RESEP YA TDK KETERANGAN


/TINDAK
LANJUT
1 KEJELASAN TULISAN RESEP
2 TEPAT OBAT
3 TEPAT DOSIS
4 TEPAT RUTE
5 TEPAT WAKTU
6 DUPLIKASI
7 ALERGI
8 INTERAKSI OBAT
9 BERAT BADAN (PASIEN ANAK)
10 KONTRA INDIKASI LAINNYA

NAMA DAN TANDA TANGAN PENELAAH


Sutoto.KARS 180
Sutoto.KARS 181
INTERAKSI OBAT
DALAM PERMENKES 2406/2011

BELUM SEMUA INTERAKSI OBAT TERCAKUP

Sutoto.KARS 182
TOP TEN DANGEROUS DRUG
INTERACTION IN LONG TERM CARE

Sutoto.KARS 183
Dangerous drug interaction between
warfarin and NSAIDs

Sutoto.KARS 184
Dangerous drug interaction between
warfarin and Sulfa Drugs

Sutoto.KARS 185
Dangerous drug interaction between
warfarin and Macrolides

Sutoto.KARS 186
Dangerous drug interaction between
warfarin and Quinolones

Sutoto.KARS 187
Dangerous drug interaction between
Warfarin and Phenytoin

Sutoto.KARS 188
Dangerous drug interaction between ACE
Inhibitors and Potassium Suplements

Sutoto.KARS 189
Dangerous drug interaction between
ACE Inhibitors and Spironolactone

Sutoto.KARS 190
Dangerous drug interaction between
Digoxin and Amiodarone

Sutoto.KARS 191
Dangerous drug interaction between
Digoxin and Verapamil

Sutoto.KARS 192
Dangerous drug interaction between
Theophylline and Quinolones

Sutoto.KARS 193
Dangerous drug interaction between
Theophylline and Quinolones

Sutoto.KARS 194
Standar MPO.5.2
Digunakan suatu sistem untuk menyalurkan obat dgn
dosis yg tepat dan kepada pasien yg tepat di saat yg
tepat

Elemen yg bisa diukur dari MPO.5.2


1. Ada sistem yg seragam di RS dalam penyaluran dan
pendistribusian obat
2. Setelah disiapkan, obat diberi label secara tepat, dengan
nama obat, dosis/ konsentrasi, tanggal penyiapan, tanggal
kadaluwarsa, dan nama pasien
3. Obat dikeluarkan dengan form yg sederhana
4. Sistem mendukung penyaluran obat secara akurat
5. Sistem mendukung penyaluran obat tepat waktu

Sutoto.KARS 195
Standar MPO.5.2
Digunakan suatu sistem untuk menyalurkan
obat dgn dosis yg tepat dan kepada pasien yg
tepat di saat yg tepat
Regulasi :
 Kebijakan penyaluran dan pendistribusian obat
seragam
 Kebijakan pemberian label untuk obat yang
dikeluarkan dari wadah asli

Dokumen implementasi :
 Bukti pengecekan keakurasian penyaluran obat
dan tepat waktu
 Laporan indikator mutu dan ketepatan waktu
pelayanan
Sutoto.KARS 196
CONTOH
KEBIJAKAN ETIKET OBAT
 Identitas Pasien
 Nama Obat
 Dosis/Konsentrasi
 Cara pemberian
 Tanggal Penyiapan
 Tanggal Kadaluwarsa

Sutoto.KARS 197
CONTOH
KEBIJAKAN ETIKET OBAT RAWAT INAP

 Identitas Pasien
 Nama Obat
 Dosis/Konsentrasi
 Rute/Cara Pemberian
 Waktu Pemberian

Sutoto.KARS 198
Perawat harus memastikan kebenaran
pemberian obat antara resep/perintah dr
sampai ke pasien sebelum memberikan obat
(5 BENAR)

Obat dalam Etiket obat

1. Identitas Pasien
2. Nama Obat
RESEP/PERINTAH
3. Dosis/Konsentrasi
DOKTER
4. Rute/Cara Pemberian
5. Waktu Pemberian

KHUSUS OBAT HIGH ALERT/HIGH RISK: DOUBLE CHECK


Sutoto.KARS 200
Contoh
Tabel Pecatatan Obat
Label identitas pasien
No Nama Obat Dosis Rute Nama Dr Diperiksa Diberikan Waktu Keterangan
/Tanda Oleh Oleh Pemberian
Tangan

1 Misal : Bila
perlu

Sutoto.KARS 201
PEMBERIAN (Administration)

Standar MPO.6
RS mengidentifikasi petugas yg kompeten yg
diijinkan untuk memberikan obat

Elemen Penilaian MPO.6


1. RS mengidentifikasi petugas, melalui uraian jabatannya atau
proses pemberian kewenangan, mendapatkan otorisasi untuk
memberikan obat
2. Hanya mereka yg mempunyai ijin dari RS dan pemberi lisensi
yg terkait, UU dan peraturan bisa memberikan obat
3. Ada proses utk mnetapkan batasan, bila perlu, thd pmberian
obat oleh petugas

Sutoto.KARS 202
PEMBERIAN (Administration)
Standar MPO.6
RS mengidentifikasi petugas yg kompeten
yg diijinkan untuk memberikan obat

Regulasi :
 Kebijakan yang menetapkan staf yang
berwenang memberikan obat
 Pedoman pengorganisasian yang memuat
uraian jabatan

Dokumen implementasi :
 STR dan SIP dari orang yang diberi
kewenangan memberikan obat
Sutoto.KARS 203
Standar MPO.6.1
Pemberian obat termasuk proses untuk
memverifikasi apakah obat sudah betul
berdasarkan pesanan obat
Elemen Penilaian MPO.6.1
1. Obat diverifikasi berdasarkan resep atau pesanan
2. Jumlah dosis obat di verifikasi dengan resep atau pesanan
obat
3. Route pemberian di verifikasi dengan resep atau pesanan
obat
4. Obat diberikan secara tepat waktu
5. Obat diberikan sebagaimana diresepkan dan dicatat dalam
status pasien

Sutoto.KARS 204
Pemberian Obat yang Aman Harus Dilakukan
Verifikasi terhadap:

1. Obat dengan resep/pesanan


2. Waktu dan frekuensi pemberian dengan
resep/pesanan
3. Jumlah dosis dengan resep/pesanan
4. Route pemberian dengan resep/pesanan
5. Identitas pasien

Sutoto.KARS 205
CONTOH: FORM TELAAH OBAT
Label identitas pasien

NO TELAAH OBAT YA TDK KETERANGAN


/TINDAK
LANJUT

1 OBAT DENGAN RESEP/PESANAN

2 JUMLAH/DOSIS DENGAN
RESEP/PESANAN
3 RUTE DENGAN RESEP/PESANAN

4 WAKTU DAN FREKUENSI


PEMBERIAN DENGAN
RESEP/PESANAN

Sutoto.KARS 206
JADWAL PEMBERIAN OBAT

 1x1 Pagi 06-07


 1x1 Malam 21-22
 2x1 06-07 18-19
 3x1 06-07 12-13 19-20
 4x1 06-07 12-13 18-19 22-23
 5x1 06-07 10-11 15-16 20-21 23-24

 Jadwal ini tidak berlaku unt antibiotik injeksi dan


obat dgn program pengobatan khusus
Sutoto.KARS 207
WRONG TIME ERROR

Source: Iwan Dwi Prahasto


Sutoto.KARS 208
Source: Iwan Dwi Prahasto
Sutoto.KARS 209
Contoh
Tabel Pencatatan Obat
Label identitas pasien
No Nama Obat Dosis Rute Nama Dr Diperiksa Diberikan Oleh Waktu Pemberian Keterangan
/Tanda Oleh
(tgl/jam)
Tangan

1 Misal : Bila
perlu

Sutoto.KARS 210
Standar MPO.6.2

Kebijakan dan prosedur mengatur obat yg dibawa


ke dalam RS oleh pasien yg mengobati diri sendiri
maupun sbg contoh
Elemen Penilaian MPO.6.2
1. Kebijakan & prosedur diimplementasikan untuk mengatur
pengobatan sendiri oleh pasien
2. Kebijakan untuk mengatur pendokumentasian dan
pengelolaan setiap obat yg dibawa ke dalam rumah sakit
sakit untuk atau oleh pasien
3. Kebijakan untuk mengatur ketersediaan dan penggunaan
sampel obat

Sutoto.KARS 211
Contoh :
Rekonsiliasi obat dan Daftar Obat Yang Dipakai dari Rumah
(Patient medication Hstory)
Daftar riwayat alergi Label identitas pasien
Tgl Daftar obat yang menimbulkan alergi Seberapa berat alerginya? Reaksi alreginya
R=ringan
S=Sedang
B=Berat

Daftar semua jenis obat yg digunakan pasien atau dibawa dari rumah; (obat
resep, bebas, herbal atau tcm)
Tanggal Nama obat Dosis/frekuensi berapa lama Alasan makan Berlanjut saat
obat rawat inap ?

Ya tidak

1.
2.
3.
4.
NAMA DAN TANDA TANGAN YANG MELAKUKAN INTERVIU
Communication During transtition. JCR,JCI, 20102212
Diadaptasi dari : ImprovingSutoto.KARS p 54
Standar MPO.6.2

Kebijakan dan prosedur mengatur obat yg


dibawa ke dalam RS oleh pasien yg
mengobati diri sendiri maupun sbg contoh
Regulasi
 Kebijakan pelayanan yang memuat
pengelolaan obat yang dibawa pasien ke RS
untuk penggunaan sendiri, ketersediaan dan
penggunaan obat sampel

Dokumen Implementasi
 Form rekonsiliasi obat yang dibawa pasien pada
rekam medis
Sutoto.KARS 213
PEMANTAUAN (Monitoring)

Standar MPO.7 Efek obat terhadap pasien


dimonitor
 Elemen Penilaian MPO.7
1. Efek pengobatan terhadap pasien dimonitor,
termasuk adverse effect (efek yang tidak diharapkan)
(lih AP 2 EP1)
2. Proses monitoring dilakukan secara kolaboratif
3. RS mempunyai kebijakan yg mengidentifikasi adverse
effect yg harus dicatat dalam status pasien dan yg harus
dilaporkan ke RS (lih PMKP 6 EP3)
4. Adverse Effect didokumentasikan dalam status pasien
sebagaimana diharuskan oleh kebijakan
5. Adverse effect dilaporkan dalam kerangka waktu yg
ditetapkan oleh kebijakan Sutoto.KARS 214
TERMINOLOGI KESELAMATAN PASIEN DALAM
PELAYANAN KEFARMASIAN

1. Kejadian tidak diharapkan / KTD (Adverse


Event), pada pemberian obat  Adverse Drug
Event), contoh: Pemberian obat pada orang
yang salah 
2. Reaksi obat yang tidak diharapkan
(ROTD/Adverse Drug Reaction), contoh: syok
Anafilaksi
3. Efek obat yang tidak diharapkan (Adverse Drug
Effect) , contoh: Mengantuk pada penggunaan
CTM  meningkatkan risiko jatuh
Sutoto.KARS 215
MAKSUD DAN TUJUAN MONITORING OBAT
1. Mengevaluasi effect obat terhadap simptom pasien/penyakit
maupun hitung darah, fungsi ginjal dan liver, monitoring obat
yang terpilih
2. Mengevaluasi adverse effects dengan:
1. Mengidentifikasi Respons Terapetik yang Diantisipasi
maupun Reaksi Alergik
2. Interaksi Obat Yang Tidak Diantisipasi
3. Perubahan Dalam Keseimbangan Pasien Yang Akan
Meningkatkan Risiko Jatuh Dan Lain-lain.
4. Mengobservasi Dan Mendokumentasikan Setiap adverse
effect
5. Mengidentifikasi adverse effect mana yg harus dicatat dan
mana yg harus dilaporkan
6. Memiliki mekanisme pelaporan adverse event (KTD) bila
diminta dalam kerangka waktu tertentu
Sutoto.KARS 216
Standar MPO.7 Efek obat terhadap pasien
dimonitor
Regulasi :
 Panduan monitoring efek sampingdalam
MPO yang menetapkan :
 Monitoring efek pengobatan termasuk Efek obat
yang tidak diharapkan (adverse effect)  AP 2 EP
1. Pasien dilakukan asesmen ulang untuk
menentukan respons mereka terhadap
pengobatan
 Efek obat yang tidak diharapkan (adverse effect)
dicatat dlm rekam medik

Sutoto.KARS 217
Regulasi :
 Monitoring efek pengobatan termasuk Efek obat
yang tidak diharapkan (adverse effect)
 Pelaporan adverse effect
Dokumen implementasi :
 Rekam medis  monitor efek obat yg tdk
diharapkan (adverse effect)
 Tata cara pelaporan adverse effect

Sutoto.KARS 219
Sutoto.KARS 220
KEGIATAN PTO

1. Pengkajian Pilihan Obat


2. Dosis
3. Cara Pemberian Obat
4. Respons Terapi
5. Reaksi ObatYang Tidak Dikehendaki
(ROTD)
6. Rekomendasi Perubahan Atau Alternatif
Terapi.
Sutoto.KARS 221
PEMANTAUAN TERAPI OBAT
 Adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan
terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
 Kegiatan PTO mencakup: pengkajian pilihan obat, dosis, cara
pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD),)dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi.
 Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara berkesinambungan
dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar
keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui.
 Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko mengalami
masalah terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat,
serta respons pasien yang sangat individual meningkatkan
munculnya masalah terkait obat.
 Hal tersebut menyebabkan perlunya dilakukan PTO dalam praktek
profesi untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek
yang tidak dikehendaki.

Sutoto.KARS 222
METODE PTO (SOAP)
S : Subjective
 Data subyektif adalah gejala yang dikeluhkan oleh pasien.
 Contoh : pusing, mual, nyeri, sesak nafas.
O : Objective
 Data obyektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga
kesehatan. Tanda-tanda obyektif mencakup tanda vital
(tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, kecepatan
pernafasan), hasil pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik.
A : Assessment
 Berdasarkan data subyektif dan obyektif dilakukan analisis
terkait obat.
P : Plans
 Setelah dilakukan SOA maka langkah berikutnya adalah
menyusun rencana yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah.

Sutoto.KARS 223
PASIEN/JENIS OBAT YANG DI PTO
1.. Pasien yang menerima obat dengan risiko tinggi seperti :
 obat dengan indeks terapi sempit (contoh: Digoksin,fenitoin),
 Obat yang bersifat nefrotoksik (contoh: gentamisin) dan hepatotoksik
(contoh: OAT),
 Sitostatika (contoh: metotreksat),
 Antikoagulan (contoh: warfarin, heparin),
 Obat yang sering menimbulkan ROTD (contoh: metoklopramid,
AINS),
 Obat kardiovaskular (contoh: nitrogliserin).

2.Pasien yang menerima regimen yang kompleks


 Polifarmasi
 Variasi rute pemberian
 Variasi aturan pakai
 Cara pemberian khusus (contoh: inhalasi)
Sutoto.KARS 224
KONDISI PASIEN YG DILAKUKAN PTO

1. Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi


penyakit sehingga menerima polifarmasi.
2. Pasien kanker yang menerima terapi
sitostatika.
3. Pasien dengan gangguan fungsi organ
terutama hati dan ginjal.
4. Pasien geriatri dan pediatri.
5. Pasien hamil dan menyusui.
6. Pasien dengan perawatan intensif.
Sutoto.KARS 225
IDENTIFIKASI MASALAH TERKAIT OBAT
Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis untuk identifikasi
adanya masalah terkait obat. (Hepler dan Strand)
1. Ada indikasi tetapi tidak di terapi :Pasien yang diagnosisnya telah
ditegakkan dan membutuhkan terapi obat tetapi tidak diresepkan.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua keluhan/gejala klinik harus
diterapi dengan obat.
2. Pemberian obat tanpa indikasi ,pasien mendapatkan obat yang
tidak diperlukan.
3. Pemilihan obat yang tidak tepat. Pasien mendapatkan obat yang
bukan pilihan terbaik untuk kondisinya (bukan merupakan pilihan
pertama, obat yang tidak cost effective, kontra indikasi
4. Dosis terlalu tinggi
5. Dosis terlalu rendah
6. Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
7. Interaksi obat
Sutoto.KARS 226
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER
 2. Mampu menyelesaiakan masalah terkait
dengan penggunaan farmasi

Sutoto.KARS 227
EFEK SAMPING OBAT
 Adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau
membahayakan pasien (adverse reactions) dari suatu pengobatan.
 Efek samping tidak mungkin dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi
dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari
faktor-faktor risiko yang sebagian besar sudah diketahui.
 Beberapa contoh efek samping misalnya:
 Reaksi alergi akut karena penisilin (reaksi imunologik),
 Hipoglikemia berat karena pemberian insulin (efek farmakologik yang
berlebihan),
 Osteoporosis karena pengobatan kortikosteroid jangka lama (efek samping
karena penggunaan jangka lama),
 Hipertensi karena penghentian pemberian klonidin (gejala penghentian obat -
withdrawal syndrome),
 Fokomelia pada anak karena ibunya menggunakan talidomid pada masa awal
kehamilan (efek teratogenik)
 Dan sebagainya.

Sutoto.KARS 228
EFEK SAMPING
Efek samping yang dapat diperkirakan:
 Aksi farmakologik yang berlebihan
 Respons karena penghentian obat
 Efek samping yang tidak berupa efek
farmakologik utama

Efek samping yang tidk dapat diperkirakan:


 Reaksi alergi
 Reaksi karena faktor genetik
 Reaksi idiosinkratik

Sutoto.KARS 229
DAMPAK NEGATIF EFEK SAMPING
OBAT
 Kegagalan pengobatan
 Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru
karena obat (drug-induced disease atau iatrogenic
disease), yang semula tidak diderita oleh pasien
 Pembiayaan yang harus ditanggung sehubungan
dengan kegagalan terapi, memberatnya penyakit
atau timbulnya penyakit yang baru tadi (dampak
ekonomik)
 Efek psikologik terhadap penderita yang akan
mempengaruhi keberhasilan terapi lebih lanjut
misalnya menurunnya kepatuhan berobat.
 Dll.

Sutoto.KARS 230
MENEKAN KEJADIAN EFEK
SAMPING
1. Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien
pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh
melalui resep dokter maupun dari pengobatan sendiri.
2. Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada alternatif
non-farmakoterapi.
3. Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus.
4. Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respons pengobatan pada:
anak dan bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita
gangguan ginjal, hepar dan jantung. Pada bayi dan anak, gejala dini efek
samping seringkali sulit dideteksi karena kurangnya kemampuan
komunikasi, misalnya untuk gangguan pendengaran.
5. Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus diteruskan, dan segera
hentikan obat bila dirasa tidak perlu lagi.
6. Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau gejala penyakit baru, atau
penyakitnya memberat, selalu ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan
tersebut karena perjalanan penyakit, komplikasi, kondisi pasien
memburuk, atau justru karena efek samping obat.

Sutoto.KARS 231
FAKTOR YG MENDORONG EFEK SAMPING OBAT

Faktor bukan obat


 a) Intrinsik dari pasien, yakni umur, jenis kelamin, genetik,
kecenderungan untuk alergi, penyakit, sikap dan kebiasaan
hidup.
 b) Ekstrinsik di luar pasien, yakni dokter (pemberi obat) dan
lingkungan, misalnya pencemaran oleh antibiotika.

Faktor obat
 a) Intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk
menimbulkan efek samping
 b) Pemilihan obat.
 c) Cara penggunaan obat.
 d) Interaksi antar obat.

Sutoto.KARS 232
MESO

 Dilakukan secara kolaboratif


 Tujuannya adalah mengevaluasi effect obat
terhadap simptom pasien/penyakit maupun
hitung darah,fungsi ginjal dan liver,
monitoring obat yang terpilih
 Mengevaluasi adverse effects

Sutoto.KARS 233
Sutoto.KARS 234
ROTD (REAKSI OBAT yg
TIDAK DIHARAPKAN):
• PASTI: > 9
• LEBIH MUNGKIN: 5-8,
• MUNGKIN: 1-4,
• MERAGUKAN: < 0.

Sutoto.KARS 235
Standar MPO.7.1
Kesalahan yg terkait dengan manajemen obat
(medication errors) dilaporkan melalui proses dan
kerangka waktu yg ditetapkan oleh RS

Elemen Penilaian MPO.7.1


1. Kesalahan obat dan KNC ditetapkan melalui proses bersama
2. Kesalahan obat dan KNC dilaporkan dalam kerangka waktu
sesuai prosedur
3. Mereka yg bertanggungjawab untuk melaksanakan prosedur,
diidentifikasi
4. RS menggunakan informasi pelaporan kesalahan yg terkait
dgn manajemen obat dan KNC untuk memperbaiki proses
penggunaan obat

Sutoto.KARS 236
Standar MPO.7.1
Kesalahan yg terkait dengan manajemen obat
(medication errors) dilaporkan melalui proses
dan kerangka waktu yg ditetapkan oleh RS
Regulasi :
 Pedoman pengorganisasian panitia keselamatan pasien RS
 SK panitia keselamatan pasien  siapa yang bertanggung
jawab melaporkan IKP/medication error

Dokumen implementasi :
 Laporan Medication Error dan KNC (tepat waktu,sesuai
prosedur, siapa yg bertanggung jawab)
 Laporan IKP
 Analisis (Root Cause Analisis) terhadap medication error dan
KNC sampai dipakai untuk perbaikan proses

Sutoto.KARS 237
Analisis Reaksi Obat Yang Tidak
Diharapkan (RCA)
 PMKP 7. Semua reaksi obat tidak diharapkan yang serius
(sesuai definisi yang ditetapkan rumah sakit) dianalisis
(RCA):
Analisis dilakukan terhadap hal-hal berikut :
 a) Semua reaksi transfusi yang terjadi di rumah sakit
 b) Semua kejadian kesalahan obat, jika terjadi sesuai
definisi yang ditetapkan rumah sakit
 c) Semua kesalahan medis (medical error) yang signifikan
jika terjadi sesuai dengan definisi rumah sakit
 d) Kejadian tidak diharapkan (KTD) atau pola kejadian yang
tidak diharapkan dalam keadaan sedasi atau selama
dilakukan anestesi
 e) Kejadian lain, seperti ledakan infeksi mendadak
(infection outbreak)
Sutoto.KARS 238
Sutoto.KARS 239
DO KEJADIAN LAP RCA RTL

Kematian tdk sesuai dng +/- +/- +/- +/-


perjlan peny
Kehilangan f.utama

Salah lokasi, prosedur, pasien

Bayi hilang

Lain-1

Sesuai ketentuan lap IKP tidak boleh di copy, karena itu di unit
pelayanan yg ada hanya form laporan, untuk laporan & hasil analisa
RCA atau risk grading, asesor internal menelusuri di Tim KPRS
Kejadian KEJADIAN LAP Risk RTL
Grading
Peningkatan KTD +/- +/- +/- +/-

Reaksi transfusi darah

Reaksi obat

Kesalahan obat

Ketidakcocokan Dx pra dan


paska operasi
KTD sedasi & anestesi

Outbreak infeksi
DO KEJADIAN LAP RCA RTL

KNC obat +/- +/- +/- +/-


SENTINEL RCA

MERAH &
KTD KUNING

RISK
GRADING BIRU &
KNC HIJAU

INVESTIGASI
SEDERHANA
o Medication error, KNC (MPO 7.1)

o Kejadian tidak diharapkan (KTD) obat/KTD reaksi


obat (MPO 7)

o Penggunaan obat risiko tinggi atau obat dengan


kewaspadaan tinggi (SKP III)

o Semua indikator yg di sarankan di PMKP.3.1 (seperti


penggunaan antibiotik/IAK 5 dan kesalahan
medikasi & KNC/IAK 6)
SEKIAN
TERIMA KASIH
 sutotocokro@gmail.com

Sutoto.KARS 246
 Obat high alert/LASA: Label, Cara penyimpanan
 Botol: isi tanpa label, isi berlainan label
 APAR : cara pakai
 Telaah resep, Telaah obat
 Bila obat kosong, bila tulisan resep tak jelas
 Rekam Medis: Tabel rekonsiliasi Obat, Tabel Obatdalam satu daftar
 Daftar: daftar dr dan no telpon, pemesan resep
 Sertifikat: pencampuran obat aseptic, handling cytotoxic
 Kulkas: cek temperatur, makan campur obat
 Obat Emergency : standar, kunci, Sutoto.KARS 247
PERUBAHAN ASUHAN
Perawat Bisa Memperagakan
KEPERAWATAN menjalankan :
 RJP
 APAR/evakuasi
 Hand Wash
 Terima perintah
lisan/telepon
 Identifikasi pasien,
 Askep

Sutoto.KARS 248
PERUBAHAN PELAYANAN KEPERAWATAN

1. Kebutuhan keperawatan pasien


2. Asesmen keperawatan selama 24 jam
3. Asesmen terdokumentasi dalam 24 jam 13. Kriteria sadar kembali
setelah masuk dirawat 14. Asesmen pra anestesi dan pra-induksi
4. Asesmen gizi dan status fungsional 15. Daftar obat yang diminum sebelum dirawat
5. Asesmen nyeri saat masuk 16. Jenis obat yang diresepkan dicatat di rekam
6. Asesmen dan asesmen ulang pasien yang
medis
akan meninggal 17. Mencatat dan melaporkan Efek obat yang
tidak diharapkan (adverse effect)
7. Asesmen untuk kebutuhan khusus (misal:
gigi, pendengaran, mata, dll) 18. Asesmen meliputi hal-hal sebagai berikut :
• a. Budaya pasien dan keluarganya
8. Asesmen awal untuk rencana
• b. Tingkat pendidikan, bahasa
keluar/pemulangan pasien dari rumah sakit
• c. Kendala emosional
9. Ukuran keberhasilan dari rencana asuhan • d. Kendala fisik dan kognitif
10. Asesmen kebutuhan pendidikan pasien dan • e. Kesediaan pasien menerima
keluarga informasi
11. Asesmen pra sedasi (moderat dan dalam) 19. Pencatatan, tanggal, waktu dari setiap entri
12. Monitoring selama sedasi data
20. Pencatatan setiap keterlambatan tindakan
Sutoto.KARS 249
Sutoto.KARS 250
Sutoto.KARS 251
Sutoto.KARS 252
 sutotocokro@gmail.com

Sutoto.KARS 253

Вам также может понравиться