Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Anestesi Anestesi
Inhalasi Intravena
Analgesia
Opiat
Anestesi Inhalasi
Halothane : 0,5-3 v%
N2O
Anestesi Intravena
• Lambat bangun (tidak sadar setelah 60-90 menit setelah anastesi umum.)
nalokson (0,2 mg) terhadap efek opiat, flumazenil (0,5 mg) terhadap efek benzodiazepine, dan phisostigmin (1-2
mg)
• Masalah jalan napas
• Obstruksi jalan napas
• Hipoventilasi
• Masalah kardiovaskular
• Hipotensi
• Hipertensi
• Emboli udara
cegah udara masuk ke dalam sirkulasi, kepala penderita ke bawah agar udara keluar dari sirkulasi serebral, dan
beri kompresi dalam ruang hiperbarik.
Perawatan Pasca Operasi di Ruang Pemulihan
Komplikasi post operasi pasca anastesi umum sebagai berikut:
• Disritmia
• Akibat posisi penderita
• Vomitus dan regurgitasi
• Kegagalan urologi
• Kegagalan hati
• Neurologis
• Hiperpireksia maligna
• Reaksi anafilaksis
CHAPTER IV
PROYEKSI KASUS
PRE OPERATIF
Tekanan
Pasien Belum Darah: Pemeriksaan
Nyeri Perut Pernah 110/80 Fisik Dan
Kanan Bawah Dioperasi Mmhg, Pemeriksaan
Pasien, Nn sejak 10 hari Maupun Penunjang
Pasien sudah Nadi : 115
X, 18 Tahun hilang timbul pernah Mendapatkan Disimpulkan
mendapatkan X/Menit,
disertai mual penanganan di
Pengelolaan Bahwa Pasien
Muntah klinik dan dirawat Anestesi S : 36,3˚C, Masuk Dalam
inap sebanyak 2 Sebelumnya RR: 20 ASA I.
kali tetapi tidak
mengalami X/Menit.
perubahan kondisi
PRE OPERATIF
Sebelum dilakukan operasi pasien dipuasakan selama 8 jam sehingga pasien diberikan terapi cairan pengganti
puasa yaitu lama jam puasa x kebutuhan cairan basal = 8 jam x 120 cc = 960 cc. Tujuan puasa untuk mencegah
terjadinya aspirasi isi lambung karena regurgitasi atau muntah pada saat dilakukannya tindakan anestesi akibat
efek samping dari obat- obat anastesi yang diberikan sehingga refleks laring mengalami penurunan selama
anestesia.
DURANTE
OPERASI
Induksi anestesi pada pasien ini dimulai dengan pemberian Fentanyl 1-2 mg/kgBB
IV. Pada pasien ini BB: 50 kg, sehingga dosisnya (1-2 mg) x 50 kg yaitu 50 – 100 mg, v.
Pada pasien dengan BB: 50 kg, sehingga dosisnya (0,5–0,6 mg) x 50 kg yaitu 25-30
mg,
Pasien juga mengalami nyeri dengan skala nyeri VAS 4 yaitu termasuk dalam skala nyeri sedang
sehingga pasien diberikan Ketorolac 30 mg sebagai analgesik non opioid.
Pasien juga diberikan obat Tramadol 100 mg IV sebagai analgetik golongan opioid lemah. Dosis umum
adalah 50 mg atau 100 mg 4 hingga 6 setiap jam baik melalui rute intramuskular atau intravena.
Untuk mengganti kehilangan cairan tubuh diberikan cairan kristaloid ringer lactat. Pemberian
maintenance cairan sesuai dengan berat badan pasien yaitu kebutuhan cairan operasi (operasi
sedang) 5cc/kgBB/jam, sehingga 5cc x 50 kg = 250 cc/jam. Selama operasi pasien kehilangan darah
sebanyak 50 ml. Estimsi Blood Volume pasien tersebut yaitu 65 cc/kgBB = 65 cc x 50 = 3250 cc.
Nilai 20% dai EBV yaitu 20/100 x 3250 = 650 cc. Jumlah cairan pengganti sesuai jumlah perdarahan
yaitu Kebutuhan cairan x 3 = 250 cc x 3 = 750 cc.
PASCA OPERASI
Setelah operasi selesai kemudian mesin anestesi diubah ke manual supaya pasien dapat melakukan nafas
spontan. Gas isoflurane dihentikan karena pasien sudah nafas spontan dan adekuat.
Kemudian dilakukan suction dan ekstubasi endotrakeal secara cepat untuk menghindari penurunan saturasi
lebih lanjut. Setelah pembedahan selesai dilakukan, dilakukan pemantauan akhir TD, Nadi, dan SpO2.
Pasien kemudian dibawa ke ruang pemulihan (Recovery Room). Selama di ruang pemulihan, jalan nafas dalam
keadaan baik, pernafasan spontan dan adekuat serta kesadaran somnolen.
Pasien juga mengalami nyeri pasca operasi dengan skala nyeri VAS 6 yaitu termasuk dalam skala nyeri
berat sehingga dalam pengelolaan nyerinya menurut “Three Step Analgesic Ladder WHO” sehingga
pasien diberikan kombinasi opioid kuat ditambah NSAID disambah analgesik adjuvan. Injeksi Fentanyl
untuk post operasi 0.5-2 mcg/kgBB yaitu (0.5-2) mcg x 60 kg = 30-120 mcg sebagai analgetik opioid
kuat untuk mengatasi nyeri berat dan diperkuat dengan injeksi Ketorolac 0,5 mg/kgBB yaitu 0.5 x 60 =
30 mg IV.
• Pasien diperbolehkan makan apabila pasien sudah sadar penuh. Hal ini bertujuan supaya
makanan yang masuk melalui oral tidak masuk ke saluran napas yang bisa menyebabkan
aspirasi. Pasien juga diperbolehkan makanan apabila tidak mual dan muntah. Hal ini
bertujuan supaya makanan yang sudah masuk tidak dikeluarkan kembali.
• Pengelolaan nyeri pada pasien ini pada 24 jam pertama yaitu diberikan Inj. Ketorolac 30
mg sebanyak 3x pemberian dan juga diberikan Infus RL+ Fentanyl 100mcg + Metamizole
Sodium 1gr drip infus 20tpm. Hal ini bertujuan untuk mengurangi nyeri pasca operasi
pada 24 jam pertama sampai dengan kurang dari 3 hari atau sebagai pengelolaan nyeri
akut pasca operasi
CHAPTER V
KESIMPULAN
Pada kasus ini, pasien terdiagnosa Apendicitis Kronis Eksaserbasi Akut. Dilakukan operasi Appendiktomi
KESIMPULAN menggunakan anestesi umum (General Anestesi) dengan intubasi endotracheal tube ukuran 7.0 dengan obat-
obatan anestesi intravena maupun inhalasi yang sesuai. Dalam operasi ini menggunakan general anestesi
dikarenakan general anestesi menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh secara sentral dan juga memblock nervus
vagus (saraf simpatis).
General Anestesi pada pasien ini diinduksi dengan Fentanyl 100 mg, Atracurium besylate 25 mg IV sebagai
pelumpuh otot, Propofol 100 mg IV yang merupakan obat derivat fenol bersifat sedatif dengan onset yang
cukup cepat. Kemudian diberi rumatan anestesi dengan N2O, O2, dan Isofluran. Obat-obat yang diberikan
selama anestesi berlangsung adalah Ondancetron 4 mg IV sebagai antiemetik, Ketorolac 30 mg IV, Metamizole
sodium 1 gr IV, Tramadol 100 mg IV.
Setelah operasi pasien langsung dibawa ke ruang recovery. Pasien mendapat antiemetik injeksi Ondancetron 4
mg IV karena mengalami mual dan muntah serta mendapat injeksi Ketorolac mg IV dan injeksi Fentanyl 30mcg
IV karena mengalami nyeri dengan skala nyeri VAS 6. Pasien diperbolehkan makan dan minum setelah operasi
jika sudah tidak mual dan dipantau tensi, nadi, dan nadi tiap 15 menit selama 1 jam dan dimonitoring
kondisinya.
Pengelolaan nyeri pada pasien ini pada 24 jam pertama yaitu diberikan Inj. Ketorolac 30 mg sebanyak 3x
pemberian dan juga Infus RL+ Fentanyl 100mcg + Metamizole Sodium1gr drip infus 20tpm. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi nyeri pasca operasi pada 24 jam pertama sampai dengan kurang dari 3 hari atau sebagai
pengelolaan nyeri akut pasca operasi.
Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan anestesi berlangsung dengan baik meskipun ada hal-hal
yang perlu mendapat perhatian.