Pada umumnya jamur dibagi menjadi 2 yaitu: khamir (Yeast) dan kapang (Mold) A. Khamir Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan panjangnya dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk. Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya. Jenis –Jenis Khamir: 1. Khamir Murni Khamir yang dapat berkembang biak dengan cara seksual dengan pembentukan askospora khamir ini diklasifikasikan sebagai Ascomycetes (Saccharomyces cerevisae, Saccharomyces carlbergesis, Hansenula anomala, Nadsonia sp). 2. Khamir Liar Khamir murni yang biasanya terdapat pada kulit anggur. Khamir ini mungkin digunakan dalam proses fermentasi, meskipun galur yang diperbaiki telah dikembangkan yang menghasilkan anggur dengan rasa yang lebih enak dengan bau yang lebih menyenangkan. Khamir liar yang ada dikulit anggur dimatikan dengan penambahan dioksida belerang pada buah anggur yang telah dihancurkan. Inokulum galur khamir yang dikehendaki ditambahkan kemudian untuk memfermentasi air perasan anggur. 3. Khamir Atas Khamir murni yang cenderung memproduksi gas sangat cepat sewaktu fermentasi, sehingga khamir itu dibawa kepermukaan. Khamir atas mencakup khamir yang digunakan dalam pembuatan roti, untuk kebanyakan anggur minuman dan bir inggris (Saccharomycescereviceae). 4. Khamir Dasar/Murni Khamir murni yang memproduksi gas secara lebih lamban pada bagian awal fermentasi. Jadi sel khamir cenderung untuk menetap pada dasar. Galur terpilih digunakan dalam industri bir lager (Saccharomyces carlsbergensis). 5. Khamir Palsu atau Torulae Khamir yang didalamnya tidak terdapat atau dikenal tahap pembentukan spora seksual. Banyak diantaranya yang penting dari segi medis (Cryptococcus neoformans, Pityrosporum ovale, Candida albicans). B. Kapang Tubuh atau talus terdiri dari 2 bagian miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm. Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma bersama. Ada 3 macam morfologi hifa: 1. Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum. 2. Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nucleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain. Setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel. 3. Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang. Jamur tidak memiliki klorofil, sel pada jamur ada yang uniseluler, ada pula yang multiseluler. Dinding sel pada jamur terdiri dari kitin. Jamur multiseluler terbentuk dari rangkaian sel membentuk benang seperti kapas, yang disebu benang hifa. Hifa memiliki sekat-sekat yang melintang, tiap-tiap sekat memiliki satu sel, dengan satu atau beberapa inti sel. Namun adapula hifa yang tidak memiliki sekat melintang, yang mengandung banyak inti dan disebut senositik. Ada tidaknya sekat pada hifa ini dijadikan dasar dalam penggolongan jamur. Hifa ada yang berfungsi sebagai pembentuk alat reproduksi. Misalnya, hifa yang tumbuh menjulang ke atas menjadi sporangiofor yang artinya pembawa sporangium. Sporangium artinya kotak spora. Didalam sporangium terisi spora. Ada pula hifa yang tumbuh menjadi konidiofor yang artinya pembawa konidia, yang dapat menghasilkan konidium. Reproduksi pada jamur (fungi) Jamur uniseluler berkembang biak dengan cara seksual dan dengan cara aseksual. Pada perkembangbiakannya yang secara seksual jamur membentuk tunas, sedangkan secara aseksual jamur membentuk spora askus. Jamur multiseluler berkembangbiak dengan cara aseksual, yaitu dengan cara memutuskan benang hifa (fragmentasi), membentuk spora aseksual yaitu zoospora, endospora dan konidia. Sedangkan perkembangbiakan secara seksual melalui peleburan antara inti jantan dan inti betina sehingga terbentuk spora askus atau spora basidium. Zoospora atau spora kembara adalah spora yang dapat bergerak didalam air dengan menggunakan flagella. Jadi jamur penghasil zoospore biasanya hidup dilingkungan yang lembab atau berair. Endospora adalah spora yang dihasilkan oleh sel dan spora tetap tinggal didalam sel tersebut, hingga kondisi memungkinkan untuk tumbuh. Spora askus atau askospora adalah spora yang dihasilkan melalui perkawinan jamur Ascomycota. Askospora terdapat didalam askus, biasanya berjumlah 8 spora. Spora dari perkawinan kelompok jamur Basidiomycota disebut basidiospora. Basidiospora terdapat didalam basidium, dan biasanya bejumlah empat spora. Konidia adalah spora yang dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau dengan diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Jika telah masak konidia paling ujung dapat melepskan diri. PARASIT
Infeksi parasit adalah pertumbuhan atau
serangan organisme parasit terhadap organ tubuh manusia sehingga menyebabkan penyakit. Parasit merupakan organisme yang hidup dari organisme lain. Infeksi parasit biasanya terjadi karena organisme tersebut masuk ke dalam tubuh melalui mulut atau kulit. Parasit yang masuk melalui mulut dan tertelan dapat bertahan di dalam usus, atau membuat lubang dalam dinding usus sehingga menyerang organ lain. Sedangkan infeksi parasit melalui kulit, terjadi karena gigitan vektor (penyebar penyakit), misalnya serangga yang membawa parasit. Parasit yang menimbulkan penyakit dapat berupa organisme bersel satu (protozoa), misalnya amoeba, hingga cacing yang berukuran lebih besar dan memiliki organ internal. Gejala Infeksi Parasit Tergantung dari jenis parasit yang menyerang dan berkembang di dalam tubuh : 1. Trikomoniasis yang disebarkan melalui hubungan seksual sering kali tidak menimbulkan gejala. Bila muncul gejala, dapat berupa iritasi, gatal dan kemerahan pada kulit sekitar kelamin, serta keluar cairan yang tidak biasa dari area kelamin. 2. Infeksi parasit protozoa juga dapat menimbulkan gangguan saluran pencernaan, seperti pada penyakit giardiasis, yang gejalanya berupa diare, sakit perut tinja berminyak, hingga dehidrasi. Penyebab dan Jenis Infeksi Parasit
Terdapat tiga jenis utama parasit yang sering
menimbulkan penyakit pada manusia, yaitu protozoa, cacing, dan ektoparasit. 1. Parasit Protozoa Parasit protozoa merupakan organisme bersel satu yang dapat menular dari manusia ke manusia lain melalui gigitan serangga, atau melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi feses manusia yang terinfeksi parasit. Berdasarkan pergerakannya, protozoa digolongkan menjadi: Amoeba, contohnya Entamoeba yang mengakibatkan penyakit amubiasis. Flagellata, misalnya Giardia penyebab giardiasis atau Leishmania penyebab leishmaniasis. Siliata, contohnya Balantidium yang menimbulkan balantidiasis. Sporozoa, contohnya Toxoplasma penyebab toksoplasmosis, Plasmodium penyebab malaria, atau Cryptosporidium penyebab kriptosporidiosis 2. Cacing
Cacing merupakan organisme yang dapat hidup di
dalam atau di luar tubuh manusia. Terdapat tiga jenis cacing yang menjadi parasit dalam tubuh manusia, yaitu: Platyhelminthes atau cacing pipih, termasuk cacing hisap (trematoda) dan cacing pita penyebab taeniasis. Acanthocephala atau cacing kepala duri. Nematoda, termasuk cacing gelang yang menyebabkan penyakit ascariasis, cacing kremi, dan cacing tambang. Pada saat dewasa, cacing biasanya menetap dalam saluran pencernaan, darah, sistem getah bening, atau jaringan di bawah kulit, namun tidak dapat memperbanyak diri dalam tubuh manusia. Selain bentuk cacing dewasa, bentuk larva dari cacing juga dapat menginfeksi berbagai jaringan tubuh. 3. Ektoparasit
Ektoparasit merupakan organisme yang hidup di kulit
manusia dan mendapat makanan dengan menghisap darah manusia, misalnya kutu yang hidup di kemaluan atau di kulit kepala, dan tungau penyebab penyakit kudis (skabies). Penularan dan Faktor Risiko Infeksi Parasit Penyebaran infeksi parasit dapat terjadi melalui beberapa cara, antara lain melalui air, tanah, tinja, serta makanan yang terkontaminasi parasit dan tertelan. Cara lainnya adalah penyebaran melalui vektor (pembawa penyakit). Contohnya, malaria, disebarkan melalui gigitan nyamuk yang membawa parasit Plasmodium. Meski jarang terjadi, infeksi parasit juga dapat menyebar melalui darah, seperti transfusi darah atau transplantasi organ. Semua orang dapat mengalami infeksi parasit. Namun, beberapa kelompok orang memiliki risiko lebih besar terinfeksi parasit, antara lain: Orang yang menderita gangguan sistem kekebalan tubuh. Berada di area yang kekurangan pasokan air bersih untuk minum. Bekerja di tempat penitipan anak atau di lokasi yang menyebabkan pekerja melakukan kontak dengan tanah. Berenang di sungai, danau, atau kolam yang ditempati parasit. Memiliki hewan peliharaan yang mungkin melakukan kontak dengan hewan yang terinfeksi parasit. Orang yang tinggal atau bepergian ke wilayah tropis dan subtropis. Diagnosis Infeksi Parasit
Pemeriksaan diagnostik di laboratorium melalui sampel darah, tinja, urine,
serta dahak atau lendir pasien. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengidentifikasi antibodi atau protein dalam sistem kekebalan tubuh untuk melindungi diri dari serangan parasit. Dapat juga melakukan endoskopi atau kolonoskopi. juga dapat dilakukan pengambilan jaringan yang dicurigai terinfeksi parasit (biopsi jaringan). Sampel jaringan tersebut akan diuji berulang- ulang hingga menemukan jaringan parasit. Sementara untuk mengetahui seberapa besar luka pada organ akibat parasit, dapat dilakukan foto Rontgen, CT scan atau MRI. Pengobatan Infeksi Parasit Pengobatan infeksi parasit tergantung dari penyebab dan tingkat keparahannya. Sebagian infeksi parasit dapat pulih dengan sendirinya sehingga tidak memerlukan pengobatan. Obat yang diberikan biasanya adalah obat antiparasit yang secara khusus bertujuan membunuh parasit tertentu. Namun, tidak semua parasit dapat diatasi hanya dengan obat antiparasit saja. Penambahan obat antibiotik atau antijamur juga dapat diberikan untuk mengatasi beberapa infeksi parasit yang terjadi. Misalnya, pada penderita infeksi parasit yang mengalami diare hingga terjadi dehidrasi, akan dianjurkan untuk banyak minum guna menggantikan cairan yang hilang, dan bila perlu, dilakukan pemberian cairan melalui infus. Pencegahan Infeksi Parasit Upaya pencegahan guna menurunkan risiko terinfeksi parasit, antara lain dengan: Mencuci tangan hingga bersih, terutama setelah menyentuh makanan mentah atau buang air besar. Memasak makanan sampai matang sempurna. Mengonsumsi air dalam kemasan. Berhati-hati jangan sampai tertelan air dari sungai, kolam, atau danau. Melakukan hubungan seksual yang aman.