Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
September 2013 1
DWELLING TIME PELABUHAN
TANJUNG PRIOK
Permasalahan dwelling time yang terus mendera
pelabuhan Tanjung Priok sepertinya tidak kunjung
usai. Berbagai pihak sudah mencoba memberi
masukan maupun melakukan aksi untuk
menurunkan angka dwelling time di Pelabuhan
Tanjung Priok. Masukan BPP GINSI yang nota bene
merupakan pengguna jasa kepelabuhanan ini
diambil dari kaca mata importir yang mungkin
dapat bermanfaat bagi penurunan angka dwelling
time.
2
Pemeriksaan Fisik Barang Untuk Jalur Merah
3
Perilaku Importir
•Importir Produsen Otomotif
Importir Produsen Otomotif secara umum menggunakan pelabuhan sebagai gudang logistik mereka, karena sistem rantai produksi mereka yang
menggunakan metode Just In Time. Jadi gudang yang mereka miliki hanya digunakan untuk menyimpan barang jadi hasil produksi (end product),
1. bukan untuk menyimpan bahan baku (raw material).
4
•Importir Vendor Proyek Konstruksi
Vendor proyek konstruksi biasanya akan segera mengimpor barang pada saat nilai tukar rupiah sedang bagus. Selain itu
mereka juga menghindari penalti yang akan dikenakan apabila mereka terlambat mengirim barang. Akan tetapi biasanya
6. mereka menyimpan barang di pelabuhan dan baru akan mengeluarkan apabila sudah akan dipakai di lokasi proyek.
•Importir Spekulan
Tidak sedikit importir yang berdagang dengan metode spekulasi, dimana mereka menyimpan barang di pelabuhan dengan
tujuan untuk mengatur harga di pasaran. Alasan mereka menyimpan barang di pelabuhan karena pelabuhan dinilai aman dari
8. pengawasan instansi selain CIQ.
5
Valuta Asing
6
Jam Operasional Kantor Pelayaran dan Depo
Petikemas Kosong
Jam operasional kantor pelayaran yang masih terbatas pada saat
penebusan Delivery Order (DO), dimana dibatasi sampai dengan jam
15.00, menyebabkan penundaan delivery barang apabila DO belum
ditebus karena perusahaan pelayaran sudah tutup.
7
Laporan Surveyor
8
Kemacetan Jalan
9
YOR Terminal Petikemas
Hal ini diperparah dengan tidak adanya area tunggu truk/waiting bay
untuk mendapat giliran bongkar muat, sehingga mereka menunggu di
sembarang tempat termasuk di sepanjang jalan sekitar pelabuhan
10
Perilaku Angkutan Truk
Perilaku angkutan truk yang seringkali mengangkut petikemas sekaligus 2 x 20’ (combo)
mengakibatkan penambahan antrian di dalam blok CY Terminal Petikemas. Apalagi
apabila 2 petikemas tersebut berbeda blok. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Kendaraan Pengangkut Petikemas
Di Jalan
11
Harapan Importir
Permasalahan dwelling time yang diakibatkan oleh perilaku importir harus
disikapi dengan menyediakan fasilitas sesuai dengan apa yang dibutuhkan
oleh mereka. Penyediaan fasilitas ini tidak harus disiapkan oleh pemerintah
tetapi bisa melalui pihak swasta dengan sistem B to B. Khususnya bagi para
importir yang pada prinsipnya tidak mempunyai permasalahan Kepabeanan
dan barangnya dapat segera mendapatkan SPPB tetapi belum berniat untuk
mengambil barangnya dari pelabuhan, dapat ditawarkan solusi sbb :
Alat
Otomotif Pakan Ternak Vendor Proyek
Pertambangan
Disediakan lapangan penimbunan ex SPPB yang berada tidak jauh dari pelabuhan yang
dapat dijadikan sebagai gudang logistik mereka sambil menunggu kebutuhan akan
produksi maupun bagi yang akan dilanjutkan menggunakan angkutan antar pulau
12
Permasalahan belum adanya kantor perwakilan instansi penerbit LS dan perwakilan perusahaan
pelayaran di area sekitar Pelabuhan, dapat disiasati dengan penerbitan peraturan dari regulator
terkait yang mengharuskan instansi-instansi tersebut membuka perwakilan di pelabuhan. Hal ini
sangat mungkin untuk direalisasikan di era Teknologi Informasi seperti saat ini, apalagi pihak
Perbankan pun sudah siap dengan Teknologi Informasi yang mereka miliki seperti misalnya On
Line Banking, Internet Banking, dll.
13
• Kendala pengurusan perijinan dari instansi terkait
khususnya untuk barang-barang yang terkena lartas, dapat
dieliminir dengan penerbitan Service Level Agreement dari
masing-masing instansi penerbit perijinan yang kurang
lebih berjumlah 18 instansi. Selain itu agar INSW dapat
benar-benar secara penuh diaplikasikan penggunaannya.
• Kepadatan yang sering kali terjadi di dalam area terminal,
seyogyanya disiasati dengan merevisi peraturan mengenai
batasan YOR untuk PLP, sehingga tempat untuk melakukan
manuver baik alat maupun truk dapat lebih leluasa. Selain
itu, solusi yang seharusnya sudah dilakukan adalah
penyediaan tempat tunggu truk/waiting bay sehingga tidak
menimbulkan kemacetan baik di jalan maupun di dalam
terminal petikemas itu sendiri.
14
15