Вы находитесь на странице: 1из 153

TAMBANG TERBUKA

TKP-291114 - 2019

BAB IV PERENCANAAN TAMBANG


A. PERENCANAAN TAMBANG
KULIAH KE 04 B. PARAMETER PERENCANAAN TAMBANG
&
C. PERTIMBANGAN EKONOMIS
KULIAH KE 05
D. PERTIMBANGAN TEKNIS
A. PERENCANAAN TAMBANG
 Perencanaan
Adalah,  Penentuan persyaratan teknis & ekonomis pencapaian sasaran
kegiatan serta urutan teknis pelaksanaan dalam berbagai
macam anak kegiatan yang harus dilaksananakan untuk
mencapai tujuan dan sasaran kegiatan tersebut.
 Salah satu tahapan kegiatan dalam proses manajemen (gambar).

 Perencanaan Tambang
Adalah,  Suatu pekerjaan penerapan pengetahuan kerekayasaan dan
keekonomiaan ke dalam suatu penentuan (perancangan) dan
pentahapan (perencanaan) serta evaluasi (pentahapan) suatu
tambang yang modern.
 Bagaimana cara membuat rancangan tambang (mencapai
ultimate pit limit) dalam jangka waktu tertentu secara aman dan
menguntungkan,
 Bagaimana menentukan tahapan penambangan.
Definisi Perencanaan

 Keluaran Perencanaan Tambang


Adalah, Diharapkan berupa pedoman pelaksanaan teknis dan ekonomis
untuk pelaksanaan pembukaan tambang secara menguntungan dan
aman.

 Parameter perencanaan tambang Vs waktu,


 Parameter perancangan tambang yang berhubungan dengan waktu,
 Merupakan aspek perencanaan tambang yang berkaitan dengan
masalah-masalah geometri (pertimbangan teknis),
 Masalah-masalah geometri adalah,
1. Perancangan batas akhir penambangan,
2. Tahapan (pushback),
3. Urutan penambangan tahunan (bulanan),
4. Penjadwalan produksi,
5. Target produksi,
6. Waste dump.
 Bagaimana menentukan ultimate pit limit.
 Parameter perancangan tambang yang tidak berhubungan dengan
waktu.
 Merupakan aspek perencanaan tambang yang tidak berkaitan dengan
masalah geometri atau non-geometri (pertimbangan ekonomis)
 Masalah-masalah non geometri adalah,
1. Perhitungan kebutuhan alat,
2. Jumlah tenaga kerja,
3. Perkiraan biaya modal,
4. Perkiraan biaya operasi.
Tahapan Kegiatan pada Industri Pertambangan

INPUT (MASUKAN) PROSES (TAHAPAN) OUT PUT (KELUARAN)

 Peta Topografi,
 Geologi,
 Peta temuan,
 Mineralogi, PROSPEKSI  Percontoh batuan.
 Geofisika,
 Geokimia.

 Jumlah dan sifat cadangan,


 Pemboran inti,
 Kadar endapan,
 Sumur Uji (test pit), EKSPLORASI  Sifat fisik, kimia, mekanik,
 Terowongan (adit).
 Stratigrafi & litologi,

 Penentuan sasaran (target)


 Layak atau tidak layak di
produksi,
tambang ?
 Pemilihan metode
STUDI  Kerusakan lingkungan
penambangan,
KELAYAKAN dapat ditangani,
 Pemilihan Peralatan (Jenis &
 Dokumen Amdal, RKL,
ukuran),
RPL.
 Evaluasi teknis dan ekonomis.
LAYAK TAMBANG (Mineable) TIDAK LAYAK TAMBANG
dilanjutkan ke tahap Mencari Dana & (Unmineable)
Rekacipta Tambang diarsipkan
 Jual saham,
 Adanya agunan,
MENCARI DANA  Pinjaman bank,
 Jaminan Kepercayaan.
 Modal sendiri.

 Penentuan sasaran produksi,


 Pemilihan metode
penambangan,  Peta rancangan kemajuan
 Penentuan batas REKACIPTA tambang,
penambangan, TAMBANG  Tata letek sarana dan
 Penentuan jenis dan ukuran prasarana tambang.
alat,
 analisis kemantapan lereng.

 Pengupasan tanah penutup,  Medan kerja awal,


PERSIAPAN
 Pembangunan sarana  Sumuran dalam,
prasarana tambang. PENAMBANGAN  Terowongan bantu.
 Geologi & pemercontohan,
 Pemetaan kemajuan tambang,
 Pemberaian, pemuatan &
pengangkutan,  Produksi bijih,
 Energi, bahan kerja, suku
PENAMBANGAN  Re-vegetasi.
cadang,
 Pengolahan & Pemantauan
Lingkungan.
 Pengecilan ukuran &
klassifikasi,
PENGOLAHAN
 Pencucian & Konsentrasi, Konsentrat.
 Pengolahan & Pemantauan BAHAN GALIAN
Lingkungan.

 Proses ekstraktif metallurgi,


 Pemurniaan logam,  Paduan logam,
 Pengolahan & pemantauan
METALLURGI  Logam murni.
lingkungan.

 Pengangkutan,
 Promosi,
 Penelitian & Pengembangan
PEMASARAN
produksi.
Arti Perencanaan

Arti Perencanaan tambang adalah sebagai rangkaian dari serangkaian


kegiatan berikut,
 Penentuan tujuan dan sasaran kegiatan yang ingin dicapai,
 Proses persiapan secara sistematik mengenai kegiatan yang akan dilakukan,
 Cara mencapai tujuan dan sasaran dengan menggunakan sumber dan
kemampuan yang tersedia secara berdaya guna dan berdaya hasil,
 Pembahasan dari persoalan, kemungkinan dan kesempatan yang dapat
terjadi yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan,
 Penentuan dari tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan
berdasarkan analisa tujuan dan kesempatan.

GOAL
Fungsi Perencanaan

Fungsi Perencanaan Tambang tergantung pada jenis perencanaan yang


digunakan dan sasaran yang akan dituju, tetapi secara umum fungsi perencanaan
dapat dikatakan yaitu,
 Pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dalam
pencapaian tujuan,
 Perkiraan terhadap masalah pelaksanaan, kemampuan, harapan, hambatan
dan kegagalannya mungkin terjadi,
 Usaha untuk mengurangi ketidakpastian,
 Kesempatan untuk memilih kemungkinan terbaik,
 Penyusunan urutan kepentingan tujuan,
 Alat pengukur atau dasar ukuran dalam pengawasan dan penilaian,
 Cara penggunaan dan penempatan sumber secara berdaya guna dan
berdaya hasil.
Tujuan Perencanaan

Tujuan Perencanaan Tambang adalah membuat suatu rencana produksi tambang


untuk sebuah cebakan bijih yang akan menghasilkan, yaitu,
 Tonase bijih pada tingkat produksi yang telah ditentukan dengan biaya yang
semurah mungkin.
 Aliran kas (cash flow) yang akan memaksimalkan beberapa kriteria penilaian
ekonomi seperti,
 Rate of return,
 Net present value,
 Payback period dan
 Kajian keekonomian lainnya.
Masalah Perencanaan

 Perencanaan tambang merupakan suatu permasalahan yang sangat komplek


karena merupakan problem geometri tiga dimensi yang selalu berubah seiring
dengan berjalannya waktu, geometri hasil suatu perencanaan tambang bukan
satu-satunya parameter yang selalu berubah seiring berjalannya waktu,
parameter ekonomi penting lainnya pun sering merupakan fungsi waktu.
 Parameter-parameter yang digunakan didalam perancangan tambang terbuka
dapat digambarkan, Open Pit Design Parameter (D.J. Charbonneau, 1991)
sebagai berikut,
Model Perencanaan Tambang
Kesimpulan,
 Di dalam perencanaan tambang terdapat dua aspek pertimbangan yang perlu
diperhatikan agar perencanaan yang dilakukan dapat berhasil dan sesuai
dengan yang diharapkan, yaitu,
 Pertimbangan Ekonomis,
 Pertimbangan Teknis yang merupakan fungsi dari waktu.
 Pertimbangan Lingkungan.

 Perencanaan Tambang merupakan,


 Penentuan persyaratan dalan mencapai sasaran kegiatan,
 Urutan teknis pelaksanaan berbagai macam kegiatan untuk mencapai
suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan oleh perusahaan.
 Pada dasarnya perencanaan tambang dibagi atas 2 bagian utama, yaitu,
 Perencanaan strategis (tujuan jangka panjang) yang mengacu kepada
sasaran secara menyeluruh, strategi pencapaiannya serta penentuan
cara, waktu, dan biaya.
 Perencanaan operasional (tujuan jangka pendek), menyangkut teknik
pengerjaan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai sasaran.

 Untuk merealisasikan perencanaan tersebut dibutuhkan suatu program


kegiatan yang sistematis berupa rancangan kegiatan yang dalam perencanaan
penambangan disebut rancangan teknis penambangan. Rancangan teknis ini
sangat dibutuhkan karena merupakan landasan dasar atau konsep dasar
dalam pembukaan suatu tambang.

 Perencanaan (planning)
Adalah, Penentuan persyaratan teknis untuk mencapai tujuan dan sasaran
kegiatan yang sangat penting serta urutan teknis pelaksanaannya.
Oleh sebab itu perencanaan merupakan gagasan pada saat awal
kegiatan untuk menetapkan apa dan mengapa harus dikerjakan, oleh
siapa, kapan, di mana dan bagaimana melaksanakannya.
Konsep Perencanaan

Perencanaan tambang (mine planning design) dapat mencakup


kegiatan-kegiatan, yaitu,
 Prospeksi,
 Eksplorasi,
 Studi kelayakan (feasibility study) yang dilengkapi dengan analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL),
 Persiapan penambangan, konstruksi prasarana (infrastructure) dan
sarana (facilities) penambangan,
 Kesehatan dan keselamatan kerja (K3), pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup,
 Bila industri pertambangan yang bersangkutan melakukan kegiatan
terpadu, maka akan mencakup pula pengolahan (mineral dressing atau
mineral benefication), peleburan (smelting), pemurnian (refining) dan
pemasaran (marketing).
 Berdasarkan periode waktu Perencanaan, maka terdapat berbagai macam
perencanaan antara lain,
 Perencanaan jangka panjang,
Yaitu, Suatu perencanaan kegiatan yang jangka waktunya lebih dari 5
tahun secara berkesinambungan.
 Perencanaan jangka menengah,
Yaitu, Suatu perencanaan kerja untuk jangka waktu antara 1 – 5 tahun.
 Perencanaan jangka pendek,
Yaitu, Suatu perencanaan aktivitas untuk jangka waktu kurang dari
setahun (< 1 tahun) demi kelancaran perencanaan jangka
menengah dan panjang.
 Perencanaan penyangga atau alternative,
Bagaimanapun baiknya suatu perencanaan telah disusun, kadang-kadang
karena kemudian terjadi hal-hal tak terduga atau ada perubahan data dan
informasi atau timbul hambatan (kendala) yang sulit untuk diatasi,
sehingga dapat menyebabkan kegagalan, maka harus diadakan
perubahan dalam perencanaannya.
 Rancangan (design)
Adalah, Penentuan persyaratan, spesifikasi dan kriteria teknik yang rinci
dan pasti untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan serta urutan
teknis pelaksanaannya.
Di industri pertambangan juga dikenal Rancangan Tambang (mine design)
yang mencakup pula kegiatan-kegiatan seperti yang ada pada perencanaan
tambang, tetapi semua data dan informasinya sudah rinci.
 Umumnya dalam melakukan Rancangan (design) ada dua tingkat, yaitu,
 Rancanqan Konsep (conceptual design),
Adalah, Suatu rancangan awal atau titik tolak rancangan yang dibuat
atas dasar analisis dan perhitungan secara garis besar dan baru
dipandang dan beberapa segi yang terpenting, kemudian akan
dikembangkan agar sesuai dengan keadaan (condition) nyata di
lapangan.
 Rancanqan Rekayasa atau Rekacipta (engineering design),
Adalah, Suatu rancangan lanjutan dari rancangan konsep yang disusun
dengan rinci dan lengkap berdasarkan data dan informasi hasil
penelitian laboratorium serta literatur yang dilengkapi dengan
hasil-hasil pemeriksaan keadaan lapangan.
 Penggunaan Rancangan,
 Rancangan konsep digunakan untuk perhitungan teknis dan penentuan
urutan kegiatan sampai tahap studi kelayakan (feasibility study),
 Rancangan rekayasa (rekacipta) dipakai sebagai dasar acuan atau
pegangan dan pelaksanaan kegiatan sebenarnya di lapangan yang
meliputi, yaitu,
 Rancangan batas akhir tambang,
 Tahapan penambangan (mining stages, mining phases pushback),
 Penjadwalan produksi dan material buangan (waste).
Rancangan rekayasa tersebut biasanya juga diperjelas menjadi rancangan
bulanan, mingguan dan harian.
 Metode dan prinsip penambangan selalu melibatkan masalah-masalah
geomekanika dan operasional, seperti,
 Pengelola industri harus bisa memilih metode panambangan yang paling
tepat untuk cebakan bijih tertentu.
 Pahan karakteristik badan bijih yang mempengaruhi pemilihan metode
panambangan,
 Pahan karakteristik operasional khusus untuk setiap metode
penambangan secara langsung juga ikut mempengaruhi pemilihan metode
penambangan.
 Keputusan terakhir dalam pemilihan metode penambangan akan
merefleksikan sifat-sifat mekanik dari badan bijih dan lingkungannya serta hal-
hal teknik praktis lain.
Prosedur pemilihan metode penambangan
 Karekteristik operasional yang mempengaruhi perencanaan tambang adalah,
1. Skala penambangan,
2. Laju produksi,
3. Selektivitas,
4. Persyaratan pekerja,
5. Keluwesan ekstraksi.

 Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa perencanaan


tambang (mine planning) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
membuat langkah–langkah atau tahapan–tahapan yang akan dikerjakan
dalam kegiatan penambangan.
Dimulai dari tahapan pra penambangan hingga tahap pasca tambang.
Tahapan umum yang dilakukan dalam perencanaan tambang adalah,
1. Tahap Pra penambangan (persiapan penambangan),
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan penambangan ini adalah,
 Penaksiran cadangan bahan tambang,
 Pemilihan metode dan penetapan batas–batas penambangan
(final/ultimate pit limit, jika dgn metode tamka),
 Pentahapan tambang (mine sequence),
 Penjadwalan produksi,
 Perancangan tempat penimbunan material limbah (waste dump),
pembuatan stockpile dan penyaliran tambang,
 Perancangan dan pemeliharaan jalan angkut,
 Perhitungan kebutuhan alat dan tenaga kerja,
 Perhitungan biaya modal dan biaya operasi,
 Evaluasi finansial,
 Analisa dampak lingkungan.
2. Tahap operasi penambangan,
Kegiatan yang dilakukan pada tahap operasi penambangan meliputi,
 Kegiatan pembersihan lahan / front penambangan (land clearing),
 Kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil removal) dan overburden
removal,
 Kegiatan penambangan bahan galian,
 Kegiatan pemuatan dan pengangkutan bahan galian,
 Kegiatan pengolahan lebih lanjut terhadap bahan galian,
 Kegiatan penyaliran tambang.
3. Tahap pasca operasi penambangan
 Apabila kegiatan penambangan hampir selesai atau telah selesai
dilakukan pada suatu lokasi penambangan, maka kegiatan yang harus
dilakukan adalah kegiatan penutupan tambang.
 Kegiatan penutupan tambang meliputi antara lain,
 Reklamasi tambang,
Adalah, Kegiatan yang bertujuan memperbaiki daya guna lahan
yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna
sesuai peruntukannya.
 Rehabilitasi lokasi penambangan dilakukan sebagai bagian dari
program pengakhiran tambang yang mengacu pada penataan
lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Catatan,
 Reklamasi tidak berarti akan mengembalikan seratus persen sama dengan
kondisi rona awal.
 Sebuah lahan atau bukit yang dikupas untuk diambil isinya hingga
kedalaman ratusan meter walaupun sistem gali timbun (back filling)
diterapkan tetap akan meninggalkan lubang besar.
 Pada prinsipnya kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh
kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang aman dan
produktif melalui rehabilitasi.
 Kondisi akhir rehabilitasi dapat diarahkan untuk mencapai kondisi seperti
sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah disepakati.
 Kegiatan rehabilitasi dilakukan merupakan kegiatan yang terus menerus
dan berlanjut sepanjang umur pertambangan sampai pasca tambang.
Biaya Perencanaan

 Biaya perencanaan (Lee, 1984) bervariasi bergantung kepada ukuran dan


faktor alamiah proyek, tipe dari studi yang dilakukan, jumlah alternatif yang
harus diteliti dan sejumlah faktor lain.
Dinyatakan dalam persamaan berikut,
Biaya = f (ukuran & sifat dari proyek, jenis studi, jumlah alternatif
yang diinvestigasi, dll).

 Dalam rangka menghitung biaya atau bagian teknik dari studi tidak termasuk
seperti ongkos pemilikan seperti ongkos pengeboran eksplorasi, uji metalurgi,
lingkungan dan studi hukum atau studi pendukung lainnya, biasanya
dinyatakan sebagai persentase dari biaya modal dari proyek, yaitu,
 Studi konseptual = 0,1 – 0,3 % dari biaya total
 Studi pra kelayakan = 0,2 – 0,8 % dari biaya total
 Studi kelayakan = 0,5 – 1,5 % dari biaya total
 Tahapan perencanaan kegiatan tambang yang berhubungan dengan
Pengaruh biaya yang harus dikeluarkan (gambar, Lee, 1984).
 Tahapan dalam perencanaan menurut LEE (1984) dan Taylor (1977), yaitu,
1. Studi Konseptual.
 Merepresentasikan suatu transformasi dari suatu ide proyek
kedalam usulan investasi,
 Gunakan berbagai metoda-metoda usulan investasi yang sesuai
dengan definisi dan ruang lingkup yang sesuai.
 Gunakan teknik-teknik estimasi biaya untuk mengidentifikasikan
suatu kesempatan investasi yang potensial.
 Biaya modal dan biaya operasi biasanya didekati dengan
perkiraan nisbah yang menggunakan data historik.
 Menekankan aspek investasi yang utama dari usulan penambangan
yang memungkinkan.
 Studi konseptual pada umumnya adalah pekerjaan dari satu atau dua
orang ahli dan hasil dari studi ini dilaporkan sebagai evaluasi awal.
 Studi Konseptual disebut order of magnitudes studies atau scoping
studies.
 Umumnya studi konseptual berdasarkan data sementara (tak lengkap)
dan yang keabsahannya masih diragukan.
 Keluaran studi konseptual biasanya merupakan suatu dokumen intern
dan tidak disebarluaskan di luar perusahaan yang bersangkutan.
 Kesimpulan studi konseptual menghasilkan kemungkinan
diteruskannya proyek ini dan menentukan topik yang harus dievaluasi
secara mendalam pada studi yang lebih rinci di masa yang akan
datang.
2. Pra Studi Kelayakan
 Merupakan suatu pekerjaan pada tingkat menengah (intermedia) dan
secara normal tidak untuk mengambil keputusan.
Studi ini mempunyai obyektif didalam penentuan apakah konsep
proyek tersebut menjustifikasi suatu analisis detail oleh suatu studi
kelayakan (apakah studi kelayakan diperlukan) dan apakah setiap
aspek dari proyek adalah kritis dan memerlukan suatu investigasi
yang mendalam melalui suatu studi pendukung.
 Merupakan suatu tahap menengah antara studi konseptual yang tidak
mahal dan suatu studi kelayakan yang relatif mahal, beberapa dari
studi ini dibuat oleh suatu tim (terdiri 2 & 3 orang). Kedua atau ketiga
orang ini mempunyai akses ke konsultan dalam berbagai bidang,
selain dapat berupa usaha dari multi group.
 Data yang digunakan lebih lengkap dan kualitasnya lebih baik.
Beberapa pekerjaan paling tidak telah dilakukan untuk semua aspek
penting dari proyek seperti pengujian metalurgi bijih, geoteknik,
lingkungan, dsb.
 Bagi perusahaan tambang besar, studi pra-kelayakan ini cenderung
masih dianggap sebagai dokumen intern. Perusahaan yang lebih kecil
sering menggunakan dokumen ini untuk mencari dana di pasar modal
untuk membiayai studi-studi selanjutnya.
3. Studi Kelayakan
 Sering pula disebut sebagai bankable feasibility study.
Hasilnya merupakan suatu bankble document yang hampir selalu
ditujukan untuk mencari modal untuk membiayai proyek tersebut.
Karena itu, dokumen yang dihasilkan ini biasanya disebarluaskan pula
di luar perusahaan.
 Semua aspek utama harus dibahas dalam tahap ini. Hampir semua
aspek tambahan harus dibahas pula.
Akurasi Perencanaan

Beberapa faktor yang harus diperhatian dalam perencaan tambang, keluaran


yang dihasilkan harus dapat menjamin keakurasiannya dalam melakukan
estimasi,
1. Tonase dan kadar
 Pada tahap studi kelayakan, karena pengambilan sampel yang banyak
dan pemeriksaan yang berulang, kadar rata-rata dari penambangan dari
beberapa tonase yang diumumkan, disukai karena diketahui memiliki limit
yang dapat diterima, katakanlah 5%, dan diturunkan dari metoda statistik
yang standar.
Walaupun tonase yang pasti dari bijih mungkin untuk tambang terbuka
diketahui jika pemboran eksplorasi dari permukaan, dalam kenyataannya
tonase ultimat dari banyak endapan bervariasi karena ia tergantung pada
biaya harga dihubungkan dengan panjang waktu proyek.
 Dua standar yang penting yang dapat didefinisikan untuk sebagian besar
tambang terbuka adalah,
 Cadangan minimum bijih harus sebanding untuk keperluan yang
dibutuhkan untuk seluruh tahun Cash Flow yang diproyeksikan dalam
laporan studi kelayakan haruslah diketahui dengan akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
 Tonase yang potensial, diproyeksikan berlanjut dan optimistik,
seharusnya dikalkulasikan dengan baik untuk mendefinisikan area
tambahan yang berpengaruh untuk penambangan, dan dimana
dumping area serta bangunan pabrik musti diletakkan.

2. Unjuk kerja
 Unit-unit dari penambangan open pit sudah memiliki rate unjuk kerja yang
stabil dan biasanya dicapai jika bekerja dalam organisasi yang baik dan
pengorganisasian alat (misal Shovel dan Truck) secara tepat.
 Unjuk kerja akan terganggu jika pekerjaan tambahan (pengupasan tanah
penutup dalam sebuah pit) tidak mencukupi.
 Pemeliharaan harus dilakukan dan pekerjaan ini harus dijadwalkan secara
baik dan disediakan dalam laporan studi kelayakan.
3. Biaya
 Beberapa mata biaya, terutama ongkos operasi di lapangan, hanya
berbeda sedikit dari tiap tambang dan dapat diketahui secara detail.
Beberapa mungkin unik atau sukar untuk diperkirakan. Umumnya akurasi
dalam modal atau estimasi biaya operasi kembali kepada akurasi dalam
kuantitas, kuota yang ada atau unit harga, kecukupan ketentuan untuk
ongkos tidak langsung dan overhead. Tendensi terakhir menunjukkan
adanya batas yang meningkat.
 Akurasi dari modal dan estimasi dari biaya operasi meningkat ketika
proyek meningkat dari studi konseptual ke pra kelayakan dan tahap studi
kelayakan.
Normalnya range yang bisa diterima untuk akurasi diberikan sebagai
berikut,
 Faktor kesalahan dari studi konseptual + 30% dari biaya total
 Faktor kesalahan dari pra studi kelayakan + 20% dari biaya total
 Faktor kesalahan dari studi kelayakan + 10% dari biaya total.
4. Harga dan perolehan
 Pendapatan selama umur tambang adalah kategori utama dari uang. Itu
harus membayar seluruhnya, termasuk pembayaran kembali dari investasi
awal dari uang, karena pendapatan adalah dasar yang terbesar dalam
mengukur faktor ekonomi tambang sehingga lebih sensitif mengubah
penerimaan daripada mengubah faktor-faktor lain dari jenis-jenis
pengeluaran.
 Penerimaan ditentukan oleh kadar, recovery, dan harga dari produk
metal. Oleh karenanya, harga adalah,
 Sejaun ini sangat sulit untuk estimasi,
 Suatu jumlah yang besar diluar dari kontrol estimator.
Walaupun mengabaikan inflasi, harga pembelian secara lebar bervariasi
terhadap waktu, kecuali komoditi yang bisa dikontrol dengan tepat, mereka
mengarah untuk mengikuti bentuk siklus.
 Departemen pemasaran harus menginformasikan hubungan suplai dan
permintaan dan pergerakan harga metal. Mereka dapat juga menyediakan
harga rata-rata metal di luar negeri dalam harga dolar sekarang, baik
kemungkinan maupun konservatif. Harga terakhir berkisar 80% dari
kemungkinan atau lebih. Idealnya, walaupun pada harga konservatif,
harus tetap menguntungkan.
Check List Data Yang Harus Dikumpulkan
Tahap awal perencanaan untuk setiap proyek (tambang) yang baru, terdapat
banyak faktor dari yang harus dipertimbangkan.
Beberapa faktor dapat dengan mudah diperoleh, sedangkan beberapa faktor lain
diperoleh dengan suatu keharusan melakukan studi yang mendalam (geometri pit).
Kelengkapan data merupakan suatu keharusan, maka sebaiknya dibuat suatu
checklist (Rebel, 1975, “Field Work Program Checklist for New Properties”),
Data yang harus dikumpulkan antara lain,
1. Topografi (Peta skala 1 : 500 & 1 : 1000),
 USGS maps → 1 : 500, 1 : 1000
 Special Aerial or land survey establish control stations
2. Kondisi iklim (Climate condition),
 Ketinggian lokasi tambang,
 Temperatur rata-rata setiap bulan,
 Presipitasi atau curah hujan (untuk penirisan),
 rata-rata presipitasi tahunan,
 rata-rata curah hujan bulanan,
 rata-rata run-off (keadaan normal dan flood/banjir),
 Angin maksimum tercatat dalam arah,
 Kelembaban,
 Delay,
 Awan, fog.
3. Air,
 Sumber, mata air, sungai, danau, bor,
 Ketersediaan, hukum, kepemilikan, biaya,
 Kuantitas, ketersediaan perbulan, kesempatan aliran, kemungkinan lokasi
bendungan,
 Kualitas, sampel, perubahan-perubahan kualitas, efek kontaminasi,
 Sewage Disposal Methode.

4. Struktur Geologi,
 Dalam daerah tambang,
 Disekeliling daerah tambang,
 Kemungkinan gempa bumi,
 Akibat pada slope (maks. slope),
 Estimasi dan kondisi fondasi.
5. Air tambang,
 Kedalaman,
 Konduktivitas,
 Metode Penirisan.

6. Permukaan,
 Vegetasi, tipe, metode pembabatan, biaya,
 Kondisi yang tidak biasa, danau, endapan deposit, pohon-pohon besar.

7. Tipe/Jenis Batuan (Bijih, overburden),


 Sample untuk uji kemampuan dibor,
 Fragmentasi, Hardness, derajat pelapukan, bidang-bidang diskontinu,
kecocokan untuk jalan.
8. Lokasi untuk Konsentrator,
 Lokasi tambang, Haul up hill, down hill,
 Preparasi lokasi (cut, fill),
 Proses air, gravitasi, pompa.,
 Tailing Disposal,
 Fasilitas pemeliharaan.

9. Tailing Pond (daerah),


 Lokasi pipa,
 Alamiah, bendungan, danau,
 Pond overflow.
10. Jalan,
 Peta jalan
 Informasi jalan-jalan yang ada,
 Lebar, permukaan, batas maksimum beban,
 Batas maksimum load sesuai musim,
 Pemeliharaan.
 Jalan yang dibuat (harus) oleh perusahaan,
 Panjang,
 Profile,
 Cut and file,
 Jembatan,
 Pengkondisian tanah.
11. Power,
 Ketersediaan (PLN), kilovolt, jarak (terdekat), biaya,
 Kabel ke SIB,
 Lokasi sub station,
 Kemungkinan untuk power station sendiri.

12. Smelting,
 Ketersediaan pabrik,
 Metode pengapalan, jarak, alat angkut, awak, reet,
 Biaya,
 Aspek terhadap lingkungan,
 Rel KA, galangan kapal.

13. Kepemilikan lahan,


 Kepemilikan, begara, pribadi,
 Tata guna lahan,
 Harga tanah,
 Jenis oplians, sewa, beli.
14. Pemerintah,
 Suasana politik,
 Hukum, UU pertambangan,
 Keadaan lokal.

15. Kondisi ekonomi,


 Industri utama yang ada, berpengaruh ke infrastruktur,
 Kesediaan tenaga kerja,
 Skala penggalian,
 Struktur pajak,
 Ketersediaan sarana, toko, rumah sakit, sekolah, rumah,
 Ketersediaan material, termasuk bensin, semen, gravel,
 Pembelian.
16. Lokasi Pembuangan (waste) tambang, rumah sakit, perumahan,
 Jarak,
 Profil jalan,
 Kemungkinan proses lebih lanjut.

17. Aksessibilitas dari kota utama ke luar,


 Metode transportasi,
 Realibilitas dan transportasi yang tersedia,
 Komunikasi.
18. Metode mendapatkan informasi,
 Past records (pemerintah),
 Memelihara alat-alat komunikasi,
 Mengunpulkan contoh,
 Pengukuran dan pengamatan lokasi lapangan,
 Survey lapangan,
 Layout pabrik,
 Check untuk load informasi,
 Check hukum lokal,
 Personal inquiry dan observasi suasana politik dan ekonomi,
 Peta-peta,
 Cost inquiries,
 Material,
 Membuat utility, avaliability, inquiries.
B. PARAMETER PERENCANAAN TAMBANG

Di dalam merencanakan suatu Tambang Terbuka, terdapat enam parameter


penting yang harus diperhatikan, yaitu,
1. Keuntungan atau laba,
 Berapa besar Keuntungan yang diinginkan oleh Perusahaan, karena
masing-masing perusahaan akan berbeda keinginan untuk memperoleh
keuntungannya.
 PT. Aneka Tambang menghendaki keuntungan minimum 10 % biasanya
tambang-tambang rakyat atau perusahaan-perusahaan kecil keuntungan
yang dikehendaki > 2 % (mendapatkan keuntungan yang layak).
 Besarnya keuntungan dapat diprediksi dengan cara menghitung besarnya
biaya operasi dan kapital yang didasarkan atas,
 Dengan menggunakan tingkat produksi untuk peralatan yang dipilih,
dapat dihitung jumlah gilir kerja (operating shift) yang diperlukan untuk
mencapai sasaran produksi.
 Jumlah dan jadwal kerja dari personil yang dibutuhkan untuk operasi,
perawatan dan pengawasan dapat ditentukan,
Akhirnya, ongkos operasi, kapital dan penggantian alat dapat dihitung.
2. Jumlah cadangan dan umur tambang,
 Production Rate,
Yaitu, Perbandingan antara jumlah cadangan dengan umur tambang.
Contoh,
 Jumlah cadangan 100 ton,
 Umur tambang diperkirakan 10 tahun,
 Production Rate adalah 10 ton/tahun.
 Untuk umur tambang yang relatif singkat tentu saja kebutuhan dan tipe
alat-alat yang dipakai jauh berbeda dengan umur tambang yang relatif
lama.
 Rumus Production Rate (Pr),
𝑸
Pr = 𝒕

Dimana,
Q = Jumlah cadangan,
T = Umur Tambang.
3. Ukuran dan batas maksimum kedalaman tambang pada akhir operasi
penambangan.
 Penentuan batas dari pit,
 Menentukan batas akhir dari kegiatan penambangan (ultimate pit
limit) untuk suatu cebakan bijih.
Ini berarti menentukan berapa besar cadangan bijih yang akan
ditambang (tonase dan kadarnya) yang akan memaksimalkan
nilai bersih total dari cebakan bijih tersebut (gambarkan petanya).
 Dalam penentuan batas akhir dari pit, nilai waktu dari uang belum
diperhitungkan.
 Perancangan tahapan penambangan
 Merancang bentuk-bentuk penambangan (minable geometries) untuk
menambang habis cadangan bijih tersebut mulai dari titik masuk awal
hingga ke batas akhir dari pit.
 Perancangan tahapan penambangan ini membagi ultimate pit menjadi
unit-unit perencanaan yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Hal
ini akan membuat masalah perancangan tambang tiga dimensi yang
kompleks menjadi lebih sederhana.
 Pada tahap ini elemen waktu sudah mulai dimasukkan ke dalam
rancangan penambangan karena urut-urutan penambangan
(pushback) telah mulai dipertimbangkan (gambarkan petanya).
 Penjadwalan produksi
 Menambang bijih dan lapisan penutupnya (waste) di atas kertas,
jenjang demi jenjang mengikuti urutan pushback, dengan
menggunakan tabulasi tonase dan kadar untuk tiap pushback yang
diperoleh dari tahap sebelumnya.
 Pengaruh dari berbagai kadar batas (cut off grade) dan berbagai
tingkat produksi bijih dan waste dievaluasi dengan menggunakan
kriteria nilai waktu dari uang, misalnya net present value.
 Hasilnya akan dipakai untuk menentukan sasaran jadwal produksi
yang akan memberikan tingkat produksi dan strategi kadar batas yang
terbaik.
 Perencanaan tambang berdasarkan urutan waktu
 Dengan menggunakan sasaran jadwal produksi yang dihasilkan pada
tahap sebelumnya, gambar atau peta-peta rencana penambangan
dibuat untuk setiap periode waktu (biasanya per tahun).
Peta-peta ini menunjukkan dari bagian mana di dalam tambang
datangnya bijih dan waste untuk tahun tersebut.
 Rencana penambangan tahunan ini sudah cukup rinci, di dalamnya
sudah termasuk pula jalan angkut dan ruang kerja alat, sedemikian
rupa sehingga merupakan bentuk yang dapat ditambang.
 Peta rencana pembuangan lapisan penutup (waste dump) dibuat pula
untuk periode waktu yang sama sehingga gambaran keseluruhan dari
kegiatan penambangan dapat terlihat (gambarkan petanya).
 Pemilihan alat
 Berdasarkan peta-peta rencana penambangan dan penimbunan
lapisan penutup dari tahap sebelumnya dapat dibuat profil jalan
angkut untuk setiap periode waktu.
 Dengan mengukur profil jalan angkut ini, kebutuhan armada alat
angkut dan alat muatnya dapat dihitung untuk setiap periode (setiap
tahun). Jumlah alat bor untuk peledakan serta alat-alat bantu lainnya
(dozer, grader, dll.) dihitung pula.
4. Kemiringan Jenjang (Bench),
 Dengan bantuan data tentang ukuran dan batas maksimum dari
kedalaman pada akhir operasi, maka kemiringan bench dapat
diperhitungkan secara iterasi berdasarkan data fisik batuan.
 Semakin curam atau miring semakin menguntungkan, karena apabila
tebing landai mungkin ukuran tambang akan besar dan volume
“overburden” yang dibuangkan akan lebih besar pula.
5. Stripping Ratio,
 Di dalam perencanaan perlu ditentukan beberapa luas daerah kuasa
pertambangan yang diminta, maka seberapa banyak “overburden” yang
perlu dibuang, kemana pembuangannya,
Apakah seluas daerah yang diminta dapat menampung “overburden” nya.
 “Stripping Ratio” sama dengan tiga atau lebih besar lagi belum tentu
menguntungkan, karena untung atau tidaknya perusahaan dipengaruhi
oleh nilai bahan galian itu sendiri.
 Misalnya,
 Emas bila “Stripping Ratio” nya = 3 baru dikatakan menguntungkan,
 Batubara dengan stripping ratio = 3 tidaklah dapat dikatakan
menguntungkan.
6. Cut Off Grade
 Ada 2 (dua) pengertian daripada “cut off grade”, yaitu,
 Kadar terendah yang masih memberikan keuntungan apabila bijih
tersebut ditambang
 Kadar terendah rata-rata yang masih menguntungkan apabila bijih
tersebut ditambang
 Pengaruh dari pada “cut off grade” ini pada penentuan batas cadangan
dan mixing.
 “Cut off Grade” bertambah besar, maka nilai cadangan akan turun,
demikian pula sebaliknya.
Besaran numerik parameter No 1 sampai dengan No 6 dapat diketahui secara
akurat harus didukung oleh data eksplorasi tentang, yaitu,
1. Keadaan endapan bijih, yaitu,
 Ukuran, bentuk dan posisinya,
 Sifat-sifat fisik seperti kekerasan batuan, berat jenis, struktur
mineral/batuan,
 Kadarnya, termasuk penyebaran kadarnya,
 Type endapan (vein, massive dan sebagainya)

2. Keadaan “Overburden” dan “Country Rock”, yaitu,


 Sifat-sifat fisiknya seperti kekerasannya, kelunakan, moisture content,
besar jenis, Swell factor dan jumlahnya.
 Sifat fisik “Country Rock” antara lain permeabilitasnya, kekompakannya,
berat jenisnya dan strukturnya.
3. Keadaan pasaran, yaitu,
 Harga produk yang akan dihasilkan baik masih berbentuk bijih ataupun
konsentrate.
 Keadaan pasaran tidak hanya harganya saja, tetapi prospektifnya, apakah
cenderung untuk stabil atau tidak.
 Bila harganya akan naik peningkatan produksinya berangsur-angsur saja
atau lambat-lambat saja.
 Keadaan pasaran ini mempengaruhi “cut off grade”.
 Nilai-nilai “cut off grade” ini ditentukan oleh pimpinan (manager).

Bila data ini sudah lengkap, maka barulah diadakan perencanaan (design).
Semua data yang telah diuraikan di atas, pada pokoknya dapat dibagi
kedalam dua golongan, yaitu,
 Data untuk pertimbangan ekonomis (economical considerations),
 Data untuk pertimbangan teknis (technical consideration).
C. PERTIMBANGAN EKONOMIS
 Pertimbangan ekonomis ini menyangkut anggaran,

 Data untuk pertimbangan ekonomis dalam melakukan perencanaan suatu


tambang tergantung pada,
 Setuasi politik,
 Kondisi ekonomi glabal,
 Perkembangan teknologi.
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Faktor-faktor yang berhubungan dengan analisis keekonomian untuk


pertimbangan ekonomis dalam melakukan perencanaan pada Tambang Terbuka
yang terpenting antara lain:
1. Nilai (Value) Endapan (P),
 Nilai endapan bijih per unit berat (P) biasanya dinyatakan dalam ($/ton)
atau (Rp/ton),
 Contoh 1,
 Kadar endapan emas 10 gram/ton,
 Harga emas 1 gram Rp 750,-
 Hitung Nilai (P) endapan emas tersebut ?
 maka nilai endapan bijih ini = P
P = Kadar x Harga
= 10 gram/ton x Rp 750 /gram
= Rp 7.500,-/ton
 Contoh 2,
 Kadar 60 % Fe2O3/ton,
 Harga Fe = Rp 100,- /kg = Rp 100.000 /ton
 maka nilainya endapan Fe = P
P = Kadar x Harga
= 60 % x Rp 100.000 /ton
60
= x Rp 100.000 kg
100
= Rp 60.000,- / ton bijih
2. Ongkos produksi (C),
 Merupakan ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan produknya (ore
atau metal) diluar ongkos stripping,
Dinyatakan dalam Rp atau $ per ton bijih.
 Contoh,
Ongkos untuk menambang, mengolah sampai menjadi metal, atau
Ongkos penambangannya saja, jika kegiatan penambangan tersebut tidak
dilanjutkan dengan pengolahannya pada perusahaan itu sendiri.
3. Ongkos “Stripping of overburden” nya (Cob),
 Stripping ratio (nisbah kupas) = SR,
Menunjukkan jumlah overburden yang harus dipindahkan untuk
memperoleh sejumlah endapan bijih yang diinginkan.
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑶𝒗𝒆𝒓𝒃𝒖𝒓𝒅𝒆𝒏 (𝑩𝑪𝑴)
SR = 𝑻𝒐𝒏𝒂𝒔𝒆 𝑩𝒂𝒕𝒖𝒃𝒂𝒓𝒂 (𝒕𝒐𝒏)

 Satuan Nisbah Kupas, yaitu,


 Endapan bijih dinyatakan dalam BCM waste per ton bijih atau ton
waste per ton bijih,
 Endapan batubara dinyatakan dalam BCM waste per ton batubara.
 Contoh,
Stripping Ratio = SR = 8 : 1.
 Hasil suatu perancangan tambang akan menentukan jumlah volume
overburden dan tonase batubara yang mengisi pit.
Perbandingan antara overburden dan batubara tersebut akan memberikan
nisbah pengupasan total suatu tambang.
 Contoh,
 Jika dilakukan pembuangan overburden 1.000 ton, maka akan
didapatkan bijih 500 ton.
 Sedangkan ongkos untuk “stripping of overburden” nya Rp. 100,-/ton
overburden,
 maka dapat dihitung harga per ton bijih sebagai berikut,
Ongkos “stripping of overburden” per ton ore (Cob)
𝒕𝒐𝒏 "𝒐𝒗𝒆𝒓𝒃𝒖𝒓𝒅𝒆𝒏"
(Cob) = x ongkos penggalian / ton
𝒕𝒐𝒏 "𝒐𝒓𝒆"

𝟏𝟎𝟎𝟎
= x Rp 100,-/ton
𝟓𝟎𝟎

= Rp 200,-/ton bijih
4. Keuntungan (π),
 Keuntungan yang diharapkan akan didapatkan dari hasil penambangan
dapat diketahui dengan cara mengetahui Economic Stripping Ratio,
 Besarnya keuntungan tergantung pada Kondisi pasar, dimana harga
hasil tambang selalu berflutuaksi mengikuti perkembangan pasar.
5. Cut off Grade (CoG),
 Ada dua pengertian Cut Off Grade yaitu,
 Kadar endapan bahan galian terendah yang masih memberikan
keuntungan apabila ditambang ((tidak diperlukan pencampuran
endapan bahan galian) berdasarkan kondisi ekonomi dan teknologi
saat itu.
 Kadar rata–rata terendah dari endapan bahan galian yang masih
memberikan keuntungan apabila endapan tersebut ditambang
berdasarkan kondisi ekonomi dan teknologi saat itu.
 Berdasarkan pengertian Cut Off Grade berarti bahwa nilai COG dapat
digunakan untuk menentukan, yaitu,
 Batas–batas dan bentuk akhir penambangan,
 Jumlah cadangan endapan yang dapat di tambang (memenuhi syarat
ore),
 Apakah diperlukan atau tidaknya aktivitas mixing atau banding antara
yang berkadar tinggi dengan yang rendah,
 Umur Tambang
 Contoh Perhitungan Cut off Grade,
Pada penambangan dan pengolahan tembaga memiliki data,
 Kadar 0,60 % per ton,
 Harga jual 74 ¢/lb = $ 0,74 /lb = $ 1.480 /ton = $ 1,63 /kg
 Overall unit cost sebesar $ 6,80 /ton,
 Overall Recovery adalah 92 %.
Perkirakan Profit per ton dan besarnya Cut off Grade (CoG)
Jawab,
Nilai = Kadar x Recovery x Harga jual
= (0,0060) (0,92) ($ 1.480 /ton)
= $ 8,17 /ton
Profit = Nilai – Biaya
= $ 8,17 /ton – $ 6,80 /ton
= $ 1,37 /ton
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚
CoG =
𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐉𝐮𝐚𝐥 𝐱 𝐑𝐞𝐜𝐨𝐯𝐞𝐫𝐲
$ 𝟔,𝟖𝟎 /𝐭𝐨𝐧
= x 100 %
($ 𝟏.𝟒𝟖𝟎 /𝐭𝐨𝐧) 𝐱 (𝟎,𝟗𝟐)
= 0,0050 x 100 %
= 0.50 %
6. Break Event Stripping Ratio (BESR)
 Faktor-faktor diatas (terutama P, C dan Cob, keuntungan dan COG) yang
menyangkut dengan analisis keekonomian bila dihubungkan maka akan
didapatkan sesuatu yang sangat penting untuk perencanaan suatu
tambang, yaitu, “Break Event Stripping Ratio” yang disingkat “BESR”,
 Untuk menganalisis kemungkinan Sistem Penambangan yang akan
digunakan, yaitu,
Apakah tambang terbuka ataukah tambang bawah tanah, maka
dipelajari Break Even Stripping Ratio (BESR),
 Break Event Stripping Ratio (BESR),
Adalah, Perbandingan antara biaya penggalian endapan bijih (ore)
dengan biaya pengupasan tanah penutup (overburden) sama
dengan nol.
 Pengertian BESR lainnya adalah,
 Over All Stripping Ratio = BESR1
Yaitu, Perbandingan selisih biaya penambangan bawah tanah (per
ton endapan bijih) dan penambangan tambang terbuka (per ton
endapan bijih) dengan biaya pengupasan secara tambang
terbuka (per ton tanah penutup).
 Economis Stripping Ratio = BESR2
Yaitu, Perbandingan antara biaya penggalian endapan bijih (ore)
dengan biaya pengupasan tanah penutup (overburden/OB),
 Break Even Stripping Ratio = BESR3
Yaitu, Perbandingan antara keuntungan kotor (marginal profit)
dengan ongkos pembuangan overburden.

 Rumusan masing-masing tipe stripping ratio adalah,


 Over All Stripping Ratio = BESR1
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐭𝐚𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐰𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡−𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐭𝐚𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚
BESR1 = 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐭𝐮𝐩
Contoh,
 Biaya penambangan secara,
 Tambang bawah tanah = Rp 18.000 /ton bijih,
 Tambang terbuka = Rp. 2.000 /ton bijih,
 Ongkos pengupasan tanah penutup = Rp 3.500 /ton overburden.
 Maka untuk memilih salah satu sistem penambangan digunakan
persamaan,
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐭𝐚𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐰𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡−𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐭𝐚𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚
BESR1 = 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐭𝐮𝐩

𝐑𝐩 𝟏𝟖.𝟎𝟎𝟎 /𝐭𝐨𝐧 − 𝐑𝐩 𝟐.𝟎𝟎𝟎 /𝐭𝐨𝐧


BESR1 = 𝐑𝐩 𝟑.𝟓𝟎𝟎 /𝐭𝐨𝐦

BESR1 = 4,57
Artinya bahwa,
BESR1 < 4,57 → Tambang Terbuka
Hanya bagian endapan yang mempunyai BESR1 yang lebih rendah
dari 4,57 yang dapat ditambang secara tambang terbuka dengan
menguntungkan.
BESR1 = 4,57
Merupakan angka yang tertinggi yang masih dibolehkan untuk operasi
tambang terbuka.
 Economic Stripping Ratio = BESR2
 Setelah ditentukan berdasarkan BESR1 bahwa akan digunakan
sistem tambang terbuka, maka dalam rangka pengembangan
rencana penambangan digunakan persamaan BESR2 yang
disebut Economic Stripping Ratio,
 Rumus,
(𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 − 𝐎𝐧𝐠𝐤𝐨𝐬 𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢) 𝐩𝐞𝐫 𝐭𝐨𝐧 𝐛𝐢𝐣𝐢𝐡
BESR2 = (𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐩𝐚𝐬𝐚) 𝐩𝐞𝐫 𝐭𝐨𝐧 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐭𝐮𝐩

 Nilai BESR2 menyatakan bahwa seberapa besar keuntungan


yang dapat diperoleh bila endapan bijih itu ditambang secara
tambang terbuka.
Rumus yang digunakan,
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 − 𝐎𝐧𝐠𝐤𝐨𝐬 𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢
BESR2 = 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐭𝐮𝐩

𝐏− 𝐂
BESR2 = 𝐂𝐨𝐛

Dimana,
BESR2 = Econimis Stripping Ratio,
P = Nilai endapan per ton bijih (harga jual, penghasilan),
C = Ongkos produksi per ton bijih,
Cob = Ongkos pengupasan tanah penutup per ton tanah.
Perhitungan,
 Endapan bijih dengan kadar = 0,8 % Cu,
 Recavery logam Cu dalam 1 ton sebesar Rec,
 Rec = Kadar x Smelter Recovery x Faktor konversi (ton → lb)
= 0,80 % x 81,80 % x 2.000
= 13,09 lb
Contoh,
Hitung nilai BESR2 dan buat Grafik BESR2 VS Harga Jual per ton untuk
endapan bijih (ore) tembaga dengan data, yaitu,
 Kadar 0,80 %, 0,70 % dan 0,60 % Cu,
 Harga logam Cu = Rp 2.500 /lb, Rp 3.000 /lb dan Rp 3.500 /lb
 Nilai Smelter Recovery untuk endapan bijih (ore) dengan,
 Kadar 0,80 % Cu sebesar 81,80 %,
 Kadar 0,70 % Cu sebesar 83,02 %,
 Kadar 0,60 % Cu sebesar 85,80 %,
 Data lainnya seperti pada tabel berikut.
Perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR2)
Endapan Bijih
 Kadar bijih, % Cu 0,80 0,70 0,60
 Smelter recovery, % 81,80 83,02 85,80
 Recovery Cu /ton ore, ton 13,09 11,62 10,30
Ongkos Produksi Tiap Bijih Ton (C)
 Penambangan, Rp 4.500,- 4.500,- 4.500,-
 Milling, Dpr. & Gen. Cost, Rp 12.500,- 12.500,- 12.500,-
 Treatment etc. Rp 8.500,- 7.600,- 6.500,-
 Onglos produksi total, Rp 25.500,- 24.600,- 23.500,-
Ongkos Pengupasan (Cob)
 Ongkos stripping /ton OB Rp 4.000,- 4.000,- 4.000,-
Nilai yang diperoleh untuk setiap Harga jual per ton endapan bijih (P)
 Harga Rp 2.500,-/lb Cu Rp 32.720,- 29.057,- 25.740,-
BESR 1,8:1 1,1:1 0,6:1
 Harga Rp 3.000,-/lb Cu Rp 39.264,- 34.868,40,- 0.888,-
BESR 3,4:1 2,6:1 1,8:1
 Harga Rp 3.500,-/lb Cu Rp 45.808,- 40.679.80,- 36.036,-
BESR 5,1:1 4,0:1 3,1:1
Grafik BESR Vs Harga Jual

Kurva Hubungan BESR dan Harga Jual-Kadar Cu


 Break Even Stripping Ratio = BESR3
Dihitung berdasarkan keuntungan maksimum yang direncakan akan
diperoleh,
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐩𝐞𝐫 𝐭𝐨𝐧 −(𝐎𝐧𝐠𝐤𝐨𝐬 𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐫 𝐭𝐨𝐧+𝐤𝐞𝐮𝐧𝐭𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫 𝐭𝐨𝐧
BESR3 = 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐩𝐚𝐬𝐚 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐭𝐮𝐩 𝐩𝐞𝐫 𝐭𝐨𝐧
Contoh,
Gambarkan grafik “BESR” sebagai fungsi dari Kadar (% Cu)
untuk harga metal Cu berturut-turut 25 ¢/lb; 30 ¢/lb; 35 ¢/lb.
Bila diketahui pula bahwa,
a. Mining and milling costs $ 0,50 ,- /ton ore
b. General costs & depreciation $ 1,35 ,-/ton ore
c. Treatment cost $ 1,77 ,-/ton ore 1,4 % Cu
$ 1,46 ,-/ton ore 1,2 % Cu
$ 1,17 ,-/ton ore 1,0 % Cu
$ 0,90 ,-/ton ore 0,8 % Cu
$ 0,65 ,-/ton ore 0,6 % Cu
d. Stripping cost (Cob) $ 0,40 ,-/ton ore (C)
e. Smelter recovery 90 %
Nilai = Rec x Harga jual
= (13,09) (Rp 2.500 /lb)
= Rp 32.720,-
𝐑𝐩 𝟑𝟐.𝟕𝟐𝟎,− − 𝐑𝐩 𝟐𝟓.𝟓𝟎𝟎,−
BESR2 = 𝐑𝐩 𝟒.𝟎𝟎𝟎,−
= Rp 1,8
BESR = 1,8 : 1
Dengan cara yang sama dihitung untuk harga-harga logam
lainnya.
Penyelesaian,
Harga metal Cu 25 C/lb,
 Untuk endapan bijih dengan kadar Cu = 1,4 %, maka,
 Jumlah logam Cu dalam 1 ton endapan bijih adalah,
= Kadar x Smelter Recovery x Faktor konversi (ton → lb)
= 1,4 % x 90 % x 2.000
= 25,2 lb Cu per ton ore,
Value (P) = 25,2 lb/ton ore x 25 ¢/lb Cu
= 630 ¢/ton
= $ 6,30,- /ton ore,
𝐏− 𝐂
BESR3 = 𝐂𝐨𝐛
$ 𝟔,𝟑𝟎 − $ 𝟑,𝟔𝟐
= $ 𝟎,𝟒𝟎
$ 𝟐,𝟔𝟖
= $ 𝟎,𝟒𝟎
= Rp 6,7
Perhitungan Ongkos
% Cu 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6
Mine & Mill Cost ($) 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Gen Cost & Depr ($) 1,35 1,35 1,35 1,35 1,35
Total Cost I ($) 1,85 1,85 1,85 1,85 1,85
Treatment Cost ($) 1,77 1,46 1,17 0,99 0,65
Total Cost II, C ($) 3,62 3,31 3,02 2,75 2,50
Price (25 ¢/lb), P ($) 6,30 5,40 4,50 3,60 2,70
Profit (Net Value) ($) 2,68 2,09 1,48 0,85 0,20
BESR3 6,7 5,2 3,7 2,1 0,5

 Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk metal yang berharga 30
¢/lb dan 35 ¢/lb.
Sedangkan grafik BESR untuk metal yang berharga 25 ¢/lb, dapat
dilihat pada gambar berikut,
 GRAFIK “BESR” Lihat gambar berikut,
 BESR setiap tahun akan berubah-ubah.
Pada saat menambang BESR tidak ada, pada saat berproduksi BESR
dari kecil lalu membesar.
Grafik BESR akan naik pada saat produksi dan pembuangan
“overburden” seimbang.
KESIMPULAN,
 Faktor- faktor yang akan mempengaruhi tinggi rendahnya nilai BESR,
adalah,
 Kadar logam dari bijih yang akan ditambang,
 Harga logam di pasaran,
 Jenis produknya,
Akan lebih jelas jika dibuat grafiknya, disebut dengan Grafik BESR, yang
merupakan hubungan antara Kadar Vs BESR.
 Hubungan antara Harga Logam dengan Kadar,
adalah,
 Jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran, dapat mengakibatkan
perluasan tambang karena cadangan bertambah,
 Jika harga logam turun, maka jumlah cadangan akan berkurang.
 Tiga Faktor penting pertimbangan ekonomis,
yaitu,
 Nilai (value) endapan bijih (berapa harga dari produk yang dihasilkan)
dinyatakan dalam Rp/ton bijih.
 Ongkos produksi sampai dengan barang tambang siap dijual (Rp/ton
bijih).
 Ongkos pengupasan over burden (stripping cost), dinyatakan dalam
Rp/ton bijih.
 Hubungan BESR dengan SR
Besaran BESR dapat dipakai untuk mrngevaluasi dan mengetahui apakah
rancangan tambang tersebut menguntungkan atau tidak.
 Stripping ratio berbanding terbalik dengan keuntungan, dimana apabila,
1. SR = BESR,
artinya, Menambang dengan batasan BESR
maka, akan mencapai titik pulang pokok, artinya tidak diperoleh
keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian.
2. SR < BESR,
artinya, Menambang dengan ketentuan stripping ratio lebih kecil dari
BESR,
maka, Keuntungan yang diperoleh semakin besar.
3. SR > BESR,
artinya, Menambang dengan ketentuan stripping ratio lebih besar
dari BESR
maka, akan mengalami kerugian.
 Besarnya stripping ratio yang diterapkan oleh perusahaan berbeda-
beda tergantung dari beberapa hal diantaranya,
1. Harga pada saat itu,
2. Biaya penambangan,
3. Biaya stripping overburden,
4. Besarnya keuntungan yang ingin dicapai oleh perusahaan.
 Pemilihan metode Tambang Terbuka Vs Tambang Bawah Tanah,
Untuk menganalisis kemungkinan sistem penambangan yang akan digunakan,
apakag tambang terbuka ataukah tambang bawah tanah, maka harus dipelajari
dan ditentukan dulu BESR nya, dimana jika,
 BESR > 1,
Maka akan menguntungkan di tambang dengan metode Tambang
Terbuka.
 BESR < 1,
Maka akan menguntungan di tambang dengan metode Tambang Bawah
Tanah.
 BESR = 1,
Maka kerja tersebut tidak mendatangkan keuntungan.
 Alternatif lain jika, BESR < 0 (Nol),
maka akan menguntungkan bila ditambang dengan sistem Tambang
Bawah Tanah.
 Menurut textbook, bahwa,
 Stripping Ratio sama dengan atau lebih dari 3 (tiga) akan
menguntungkan, tetapi sesungguhnya ini belum tentu menguntungkan.
 Dalam hal ini yang penting adalah ongkos strippingnya dan nilai bahan
galian itu sendiri.
2. Perhitungan Kadar Batas (Cut off Grade = COG)

Di dalam industri pertambangan, analisis pulang pokok (break even point) selalu
berhubungan dengan kadar dari endapan yang akan di tambang.
 Dalam teori ekonomi,
Analisis pulang pokok merupakan penentuan nilai parameter yang
diinginkan (misalnya, berapa jumlah produk yang harus dijual) sedemikian
rupa sehinga pendapatan tepat sama dengan ongkos atau biaya yang
dikeluarkan (keuntungan = nol).
 Dalam industri pertambangan,
Analisis pulang pokok merupakan penentuan berapa kadar bijih yang
menghasilkan angka yang sama antara pendapatan yang diperoleh dari
penjualan bijih tadi dengan biaya yang dikeluarkan untuk menambang serta
memprosesnya.
Diketahui bahwa,
(𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 − 𝐎𝐧𝐠𝐤𝐨𝐬 𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢)𝐩𝐞𝐫 𝐭𝐨𝐧 𝐛𝐢𝐣𝐢𝐡
BESR2 = (𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐩𝐚𝐬𝐚) 𝐩𝐞𝐫 𝐭𝐨𝐧 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐭𝐮𝐩

 Nilai BESR2 menyatakan bahwa seberapa besar keuntungan yang dapat


diperoleh bila endapan bijih itu ditambang secara tambang terbuka.
Dimana,
Bila Nilai BESR = 0 → tercapai titik BECOG (titik pulang pokok)
Penerimaan (revenue) tidak dapat mendukung ongkos stripping.
Artinya, berapa Kadar Bijih yang menghasilkan angka yang sama
antara pendapatan dengan biaya produksi (penambangan dan
pengolahan)
Beberapa istilah kadar batas (Cut-Off Grade),
1. Kadar batas pulang pokok (Break Even Cut-Off Grade = BECOG),
Merupakan besaran kadar endapan bijih yang akan menghasilkan
pendapatan sama dengan pengeluaran (titik pulang pokok).
Artinya,
Pendapatan = Biaya → Kadar Batas Pulang Pokok
(BECOG)
Rumus,
Ongkos (Mine + Mill + G & A)
BECOG = (Harga Jual − SRF) x Mill Rec x Smelter Rec x Faktor
CATATAN,
 Biasanya hanya biaya atau ongkos operasi langsung yang
diperhitungkan dalam penentuan cut-off grade.
 Ongkos-ongkos kapital dan biaya tak langsung seperti penyusutan
(depresiasi) pada umumnya tidak dimasukkan.
 Untuk keperluan perancangan batas akhir penambangan (pit design)
asumsi yang diambil adalah bahwa umur tambang cukup panjang
sehingga depresiasi tidak lagi merupakan faktor yang penting.
 Mengapa ...?
Karena pada tahap terakhir dari penambangan dimana batas lereng akhir
dari tambang telah dicapai, kapital dan peralatan telah terdepresiasi
secara penuh.
2. Kadar Batas Internal (Internal Cut-Off Grade = ICOG)
Merupakan BECOG tetapi ongkos penambangannya dikeluarkan atau onkos
penambangan sama dengan nol (ongkos penambangan = 0),
Rumus,
Ongkos (Mill + G & A)
BECOG = (Harga Jual − SRF) x Mill Rec x Smelter Rec x Faktor

 Jika diasumsikan bahwa satu ton material pasti akan ditambang,


Berapa kadar minimum yang akan menghasilkan kerugian lebih kecil dari
dua alternatif berikut,
 Mengirimkan material hasil penambangan ke,
 Pabrik pemrosesan,
 Mengirimkan material ini ke tempat pembuangan ?
 Perhatikan bahwa ongkos penambangan walau bagaimanapun tetap
harus dikeluarkan).
 Gunakan persamaan yang sama (seperti untuk BECOG), hanya
dalam hal ini ongkos penambangan tidak dimasukkan.
3. Kadar Batas Proses (process cut-off)
 Tingkat produksi dari pabrik pemrosesan bijih telah ditentukan, misalnya
untuk pabrik flotasi bijih fluida,
Maka, perhitungan cut-off grade harus memasukkan ongkos G & A.
 Tingkat produksi tidak tertentu seperti pada kasus pelindian bijih oksida,
Maka, Kadar batas dapat dihitung tanpa memasukan ongkos-ongkos G&A.
Selama jangka waktu satu tahun pasti akan ada bijih yang berkadar lebih
tinggi yang dapat menutupi biaya-biaya ini.
 Kadar batas akan disebut kadar batas pengolahan (process cut-off),
yakni kadar terendah yang dapat menutupi biaya pengolahan langsung.
 Dalam operasi penambangan, jika anda mempunyai pabrik pengolahan
(mill) dan tambang mengalami kekurangan endapan bijih, maka process
cut-off ini biasanya merupakan kadar terendah yang masih dapat
dipertimbangkan untuk dapat dikirimkan ke pabrik
 Namun demikian, tujuan dari perencanaan tambang jangka panjang
adalah menghindari keadaan tadi di atas.
3. Stripping Overburden

 Stripping overburden (Nisbah pengupasan) didefinisikan sebagai nisbah dari


jumlah material penutup (waste) terhadap jumlah material bijih (ore). Pada
tambang bijih, nisbah ini biasanya dinyatakan dalam ton waste/ton ore, di
tambang batubara sering dipakai m3 waste/ ton batubara.
Waste (ton)
SR = Tambang bijih
Ore (ton)

Waste (m3)
SR = Tambang batubara
Ore (ton)

 Untuk geometri penambangan yang telah ditetapkan, nisbah pengupasan


merupakan fungsi dari kadar batas.

 Jika kadar bijih diketahui dan semua keuntungan bersih dari menambang bijih
tersebut dipakai untuk mengupas tanah penutup (waste stripping), berapa
jumlah tanah penutup yang dapat dikupas Inilah konsep BESR.
𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 − 𝐎𝐧𝐠𝐤𝐨𝐬 𝐩𝐞𝐧𝐚𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 & 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐨𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫 𝐭𝐨𝐧 𝐎𝐫𝐞
BESR =
𝐎𝐧𝐠𝐤𝐨𝐬 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐮𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐨𝐯𝐞𝐫𝐛𝐮𝐫𝐝𝐞𝐧
Catatan,
 Nilai BESR adalah 0 pada titik BECOG (tidak dapat mendukung stripping),
 Untuk harga komoditas, perolehan, ukuran pabrik, tingkat produksi dan ongkos
tertentu, BESR merupakan fungsi linier dari kadar bijih.
 BESR merupakan masukan dalam metoda perancangan tambang secara
manual.
 Dalam melakukan operasi penambangan terdapat 2 (dua) pilihan untuk
stripping of overburden, yaitu,
 Melakukan “Stripping of overburden” terlebih dahulu, kemudian baru
menggali “ore”,
 Menggali overburden (Stripping of overburden) dalam batas-batas
tertentu, kemudian diikuti pula dengan penggalian “ore”.
 Keuntungan kalau melakukan “Stripping of overburden” secara keseluruhan
baru dilanjutkan dengan mengambil ore, adalah,
 Begitu “overburden” terkupas, maka akan didapatkan “ore” secara terus-
menerus,
 Pengontrolan akan lebih mudah,
 Kerugian kalau melakukan “Stripping of overburden” secara keseluruhan baru
dilanjutkan dengan mengambil ore,
Adalah, selama menggali overburden tidak berproduksi, jadi BESR-nya kecil
sekali.
 Melakukan “Stripping of overburden” dalam batas tertentu, kemudian diadakan
penggalian ore (dimana kegiatan “stripping of overburden” terus berlangsung),
Keuntungan,
Adalah, sekaligus dengan mengerjakan “stripping of overburden” dapat
berproduksi. Sehingga ongkos stripping dapat ditutupi dengan
penjualan “ore”, oleh karena itu tidak memerlukan penanam modal
yang besar (dibandingkan dengan cara pertama).
Kerugian,
Adalah, disamping mengurusi “stripping of overburden” harus memikirkan
pengangkutan “ore” dari dalam pit (padahal masih sangat curam), lihat
gambar diatas, hubungan kerja antara “stripping of overburden”
dengan penggalian “ore”
 Suatu ketika design dapat berhenti (merupakan limit), yaitu bila Cost menjadi
sangat besar. Pada saat ini, sistem open pit atau Tambang Terbuka dapat
diubah menjadi Tambang Bawah Tanah. Misalnya Kiruna Mine di Swedia
 Untuk endapan yang luas/lebar, maka harus diambil pada zone-zone tertentu
(pengambilan “ore”nya) sebagai “sample”, untuk menentukan kadar rata-
ratanya. Jangan kadar rata-rata dari keseluruhannya.
 Untuk daerah-daerah yang miskin dan batuannya kompak dibuat bench-nya
yang agak curam. Dan kalau “overburden”nya tidak sama pada bagian-bagian
tertentu, maka perlu dibagi dalam zone-zone (lihat gambar beriktu) disebut pula
“zoning”.
 Mengenai naik turunnya harga mineral dapat diketahui sejak tahun 1930 di
dalam literature yang disusun oleh para “Mineral Economist” (orang yang
mempelajari tentang ekonomi suatu mineral).
 Dari pertimbangan ekonomis yang terakhir daripada “grade” suatu “ore”,
ditentukan oleh manager.
Dimana dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi atau pemasarannya. Kalau
harga logam naik, maka “cut off grade” diperluas.
Contoh,
Suatu endapan besi sekunder menurut penyelidikan geologi dan eksplorasi memiliki
“bed rock” yang mengandung kadar Fe yang kecil sekali. Cadangan adalah sebagai
berikut,
 Kadar 60 % Fe2O3, berjumlah 1 juta ton
 Kadar 55 % - 60 % Fe2O3, berjumlah 5 juta ton
 Kadar 50 % - 55 % Fe2O3, berjumlah 5 juta ton
 Material yang menutupi endapan dengan kadar yang berkadar 60 % Fe2O3
berjumlah 25 juta ton.
 Berapakah “stripping ratio” bila “cut off grade” berturut-turut 59,5 %; 54,5 %;
dan 49,5 %.
Penyelesaian,
 Untuk dapat menghitung “stripping ratio” perlu dicari jumlah “ore” dan jumlah
“overburden” nya (lihat gambar berikut).
Perhitungannya adalah sebagai berikut,
 Cut off grade 59,5 %, Jumlah Ore = 1 juta ton
Jumlah Overburden = 25 juta ton
Stripping of overburden = 25 : 1
 Cut off grade 54,5 %, Jumlah Ore = 6 juta ton
Jumlah Overburden = 20 juta ton
Stripping of overburden = 10 : 3 = 3,3
 Cut off grade 49,5 %, Jumlah Ore = 11 juta ton
Jumlah overburden = 15 juta ton
Stripping of overburden = 15 : 11 = 1,4
 Dengan menurunkan “cut off grade”, maka design pun akan berubah. Ada
kemungkinan dengan menurunkan “cut off grade”, keuntungan pun tidak
bertambah, karena dipengaruhi kemajuan teknologi, “Cut off grade” yang
rendah banyak memerlukan ongkos-ongkos pengolahan (untuk reagent, filter-
flotasi dan sebagainya).
 Pada umumnya, menurunkan “Cut off grade” maka keuntungan akan
bertambah. Bila “cut off grade” diturunkan, maka persen recovery akan naik,
namun belum tentu mendatangkan keuntungan. Ini perlu adanya kompromi
antara designer dengan pihak pengelola terlebih dahulu.
 Hasil pada suatu penambangan hendaknya mempunyai kadar-kadar rata-
ratanya yang konstan. Karena kalau kadar rata-ratanya tidak konstan, maka
pengolahan setiap hari harus berubah, misalnya jumlah reagent yang
diperlukan, alat-alatnya dan sebagainya. Jadi dapat dikatakan tidak praktis.
 Bagaimana caranya agar kadar rata-rata tersebut konstan? Yaitu dengan cara
“mixing” atau “blending”, agar bijih homogen. Alat-alat harus disebarkan pada
tempat-tempat tertentu untuk memudahkan “mixing” adalah sebagai berikut:

Contoh,
Pada 3 buah tempat yaitu A, B dan C (lihat gambar) endapan dengan kadaryang
berbeda-beda, dimana,
 Bijih pada daerah A dengan kadar a %, jumlah b ton,
 Bijih pada daerah B dengan kadar c %, jumlah d ton,
 Bijih pada daerah C dengan kadar e %, jumlah f ton.
 Maka kadar rata-rata adalah,
axb  cxd  cxf
x100%
bd  f
 “Mixing” ini biasanya dilakukan pada “bin” ataupun di “storage” (gudang).
 Contoh “mixing” di dalam operasi penambangan (gambar).

DAERAH KADAR (%) JUMLAH (TON)


A a b
B b d
C c f
D. PERTIMBANGAN TEKNIS

Faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk melakukan pertimbangan teknis


dalam perencanaan Tambang Terbuka yang terpenting ada empat macam,
yaitu,
1. Pengaruh struktur geologi & geografi,
2. Penentuan ultimate pit limit,
3. Pertimbangan geometri (Bench Dimension),
4. Petimbangan hidrologi dan hidrogeologi.
1. Pengaruh Struktur Geologi & Geografi

Kestabilan suatu lereng (slope stability) dalam perencanaan tambang dipengaruhi


oleh keadaan geologi setempat yang paling dominan, faktor-faktor yang
berhubungan dengan keadaan geologi yang mempengaruhi kestabilan lereng
antara lain,
 Struktur Geologi,
 Struktur geologi yang dimaksud terdiri atas,
yaitu,
 Perlipatan (sinklin dan antiklin),
 Patahan (sesar atau foult),
 Kekar (joint),
 Rekahan (fracture),
 Perlapisan (bedding),
 Gerakan-gerakan Tektonis yang pengaruhnya mudah dilihat pada
daerah-daerah yang stratifikasi (perlapisan) terdiri dari bahan-bahan
sedimen (lihat gambar cara membuat bench berikut).
 Kalau struktur geologinya miring (perlapisannya miring), maka bench
dibuat menurut kemiringan struktur, lihat gambar cara membuat bench
pada daerah perlapisannya miring dibawah ini,
 Pada daerah yang materialnya kompak, maka bench dibuat seperti
tampak pada gambar (a), sedangkan bila materialnya tidak kompak, maka
bench dibuat seperti gambar (b).
 Pada gambar berikut, andaikata cara pembuatan benchnya seperti pada
gambar, maka mengakibatkan bench tidak stabil, bila datang banjir,
mungkin akan runtuh karena terdapat bidang yang lemah, ini adalah cara
membuat bench yang tidak benar
 Keadaan Geografi,
Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem penambangan
yang akan digunakan, yang tujuannya untuk menentukan cara penggalian,
tempat penimbunan overburden, penentuan jenis alat, jalur-jalur jalan yang
dipergunakan dan sistem penirisan tambang.
 Kondisi Air Tanah,
Pemilihan sistem penirisan tambang tergantung pada kondisi air tanah dan
curah hujan daerah penambangan, kondisi air tanah terutama bila disertai oleh
stratifikasi dan rekahan, adanya air dalam massa ini akan menimbulkan
tegangan air pori.
 Kondisi geometrik jalan,
Kondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter, yaitu lebar jalan,
kemiringan jalan, jumlah lajur, jari-jari belokan, super elevasi, cross slope dan
jarak terdekat yang dapat dilalui oleh alat angkut, hal ini akan mempengaruhi
pemilihan peralatan mekanis yang direncanakan, seperti jumlah, type dan
koordinasi kerja alat-alat yang akan digunakan.
2. Penentuan Ultimate Pit Slope

 Ultimate Pit Slope adalah batas kemiringan umum pada akhir atau paling luar
dari suatu tambang terbuka yang berdasarkan pertimbangan geoteknik masih
diperbolehkan dengan kemiringan dan sudut lereng tertentu atau tidak
menyebabkan terjadinya kelongsoran pada jenjang dan pada kemiringan ini
jenjang masih tetap mantap (stabil).
 Dalam menentukan kemiringan lereng suatu tambang terbuka harus ditinjau
dari dua segi, yaitu,
 Dari segi ekonomis masih menguntungkan,
 Dari segi teknis keamanannya bisa dijamin.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiringan lereng (ultimate pit slope) suatu
tambang adalah,
 BESR yang masih diperbolehkan,
 Sifat fisik dan mekanik batuan atau Kekuatan batuan pembentuk lereng
yang meliputi sifat fisik & mekanik serta keberadaan struktur geologi,
Struktur geologi yang meliputi “joint”, bidang-bidang geser, patahan dan
lain-lain,
 Adanya air, yaitu kandungan air tanah di dalam lapisan-lapisan batuan,
Jumlah air di dalam batuan,
 Unsur waktu.
 Hubungan antara “ultimate pit slope” dengan BESR dapat berubah-ubah
tergantung dari harga metal di pasaran (gambar).
 Pit Limit Design merupakan ukuran dan batas maksimum dari kedalaman
tambang pada akhir operasi penambangan.
 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan Pit Limit (Pit Limit
Design) antara lain,
a. Konsep Dasar,
 Data yang ada,
 Model blok cebakan bijih,
 Data tekno-ekonomik (termasuk sudut lereng),
 Pertanyaannya,
Bagaimana menentukan batas akhir penambangan
(bentuk/geometri dari final pit)
 Kadar Batas Pulang Pokok (Break Even Cut-off Grade) dan
Nisbah Pengupasan Pulang Pokok (Break Even Stripping Ratio),
Berdasarkan data ekonomis dan perolehan (recovery) dapat dihitung
BECOG dan membuat suatu tabel yang menunjukkan BESR untuk
berbagai kadar batas.
 Beberapa algoritma perancangan (penentuan pit limit)
 Metoda penampang (Manual Cross Section / 2-D)
 Pemrograman dinamik 2 Dimensi (2-D Dynamic Programming
atau Metoda Lerchs-Grossmann)
 Metoda Kerucut mengambang (Floating cone) 3-D
 Metoda tiga dimensi lainnya :
 Teori grafik (Graph theory)
 3-D Dynamic programming
 Aliran Jaringan (Network Flow)
b. Penentuan Batas Penambangan (Final Pit Limit)
 Tujuan yang ingin dicapai adalah menentukan batas-batas
penambangan pada suatu cebakan bijih (yakni jumlah cadangan dan
kadarnya) yang akan memaksimalkan nilai bersih total dari cebakan
bijih tersebut sebelum memasukkan faktor nilai waktu dari uang.
 Tidak diperhitungkannya nilai waktu dari uang akan menghasilkan
bentuk pit yang paling besar untuk suatu set parameter ekonomik
tertentu.
 Dengan menambahkan faktor bunga (interest), besar pit akan
berkurang
 Mengapa faktor nilai waktu dari uang tidak dimasukkan?.
Beberapa alasan
 Untuk proyek dengan jangka waktu panjang (misal, lebih dari 15
tahun), tahap-tahap penambangan terakhir akan memiliki dampak
yang minimal terhadap tingkat pengembalian modal atau rate of
return.
 Selain itu, untuk proyek yang berjangka waktu panjang seperti ini,
cukup masuk akal bahwa faktor teknologi yang semakin canggih
akan mengimbangi faktor nilai waktu dari uang.
 Beberapa kasus terutama pada cebakan bijih dengan nisbah
pengupasan yang tinggi, dimana nilai waktu dari uang perlu
dipertimbangkan pada tahap awal dari evaluasi.
c. Berapa banyak energi yang harus dicurahkan untuk menentukan batas
penambangan ?.
3. Pertimbangan Geometri (Bench Dimension)

 Cadangan bijih yang akan ditambang dengan metode tambang terbuka sangat
dipengaruhi oleh beberapa aspek meliputi,
 Ukuran jenjang,
 Bentuk, orientasi dan faktor kedalaman letak cadangan bijih terdebut dari
permukaan,
 Keadaan topografi mencakup daerah pegunungan sampai daerah dasar
lembah,
oleh karena itu terdapat beberapa pertimbangan geometri yang harus
diperhatikan dalam perencanaan jenjang.
 Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan geometri jenjang
adalah,
a. Geometri Jenjang,
b. Dimensi Jalan Angkut,
c. Stripping Ratio.
a. Geometri Jenjang
 Komponen utama dalam suatu tambang terbuka adalah jenjang (bench),
pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan dalam menentukan
geometri jenjang adalah,
 Sasaran produksi harian yang akan mempengaruhi dan mengacu
pada sasaran produksi tahunan.
 Lereng harus mampu menahan alat-alat atau peralatan yang dipakai
untuk bekerja pada jenjang kerja (working bench).
 Lereng masih sesuai dengan ultimate pit slope
 Aktivitas penambangan, yaitu pembongkaran atau penggalian, pemuatan
dan pengangkutan akan mempengaruhi ukuran jenjang, dimensi jenjang
juga sangat tergantung pada produksi yang diinginkan dan alat-alat yang
digunakan. Dimensi jenjang harus mampu menjamin kelancaran aktivitas
alat mekanis dan faktor keamanan.
 Dalam menentukan dimensi jenjang, maka hal yang perlu diperhatikan
adalah keamanan dan kemantapan dari lereng tersebut. Faktor
kemantapan suatu lereng menentukan apakah lokasi tersebut layak atau
tidak dilakukan operasi penggalian atau penimbunan karena menyangkut
persoalan keselamatan pekerja, keamanan peralatan dan harta benda
serta kelancaran produksi.
 Dimensi bench tergantung kepada produksi yang diinginkan dan alat-alat
yang digunakan, dimensi di sini adalah,
 Lebar (W),
 Tinggi (L),
 Panjang (l).
Contoh,
Suatu bench memiliki dimensi, W = 1,
L = 3,
l = 5,
Maka produksinya P = 1 x 3 x 5 m3 = 15 m3.
Dimensi harus mampu menghasilkan produksi yang diinginkan, maka kita
membuat beberapa bench yang memenuhi terhadap produksi yang diminta.

Contoh,
Produksi yang diinginkan 100 m3,
Maka dimensi bench seperti di atas harus dibuat,
Yaitu,
Jumlah bench n = 7 buah bench
Volume V = 7 x 15 m3
= 105 m3).
 Hal yang perlu diperhatikan bahwa bench tersebut pun harus mampu
menampung alat-alat mekanis seperti power-shovel, truck dan alat-alat
berat lainnya.
Jadi dimensi bench dapat bermacam-macam untuk mendapatkan suatu
produksi yang diinginkan (lihat gambar berikut dimensi bench berdasarkan
alat-alat yang dipakai),
 Berdasarkan alat-alat yang dipakai, maka ukuran alat seperti power-
shovel mempengaruhi dimensi bench,
Dimana,
 Diperlukan ruang gerak yang cukup untuk power-shovel maupun truck
(sebagai alat angkutnya).
 Harus disediakan ruangan untuk melakukan pemboran.
 Lebar Jenjang (W)
Cara–cara pembongkaran dan penggalian akan mempengaruhi ukuran
jenjang, terutama Panjang dan Lebar jenjang,
Ada beberapa pendapat tentang ukuran jenjang itu, antara lain,
1. Dimensi bench menurut “Head Quarter Departement of the Army
(USA)”, di dalam buku yang berjudul “Pits and Quarries”, technical
bulletine No. 5 – 332, terbitan Washington DC, tahun 1967, hal 32,
Lebar bench adalah Wmin
Wmin = y + Wt + Ls + G + Wb

Dimana,
Wmin = Lebar bench minimum (ft),
Y = Lebar bench yang di bor untuk peledakan (ft),
Wt = Lebar dari alat angkut (ft),
Ls = Panjang power-shovel (tanpa boom) (ft),
G = Floor cutting radius (radius gali) dari power-shovel (ft),
1
Wb = Lebar tumpukan material hasil peledakan = 2 y (ft)
1. Power Shovel,
2. Alat Angkut,
3. Alat Bor,
4. Material hasil Peledakan
2. Menurut L. Sheyyakov (mining of mineral deposits)
Lebar jenjang tergantung pada metoda penggalian dan kekerasan mateial
yang ditambang.
 Untuk material lunak,
B = (1,00 sampai 1,50) Ro + L + L1 + L2

Dimana,
B = Lebar jenjang, m
Ro = Digging radius dari alat muat, m
L = Jarak antara sisi jenjang dengan rel, 3-4 m
L1 = Lebar lori, 1,75–3,00 m
L2 = Jarak untuk menjaga agar tidak longsor, m
 Untuk material keras,
B = N + L + L1 + L2

Dimana,
B = Lebar jenjang, m
N = Lebar yang dibutuhkan untuk broken material, m
L = Jarak antara sisi jenjang dengan rel, 3-4 m
L1 = Lebar lori, 1,75–3,00 m
L2 = Jarak untuk menjaga agar tidak longsor, m
Disini tidak disediakan lebar untuk alat-muat gali karena dianggap alat
muat bekerja disamping broken material.
3. Menurut Popov (the working of mineral deposit)
Lebar jenjang antara 40 – 60 m,
Biasanya juga dibuat antara 80 – 100 m,
Jika memakai multi row bore hole, maka Lebar minimum jenjang untuk
batuan keras,
Vr = A + C + C1 + L + B

Dimana,
Vr = Lebar jenjang minimum, m
A = Lebar broken material, m
C = Jarak sisi timbunan ke sisi tengah rel, m
C1 = 0,50 lebar lori = 2–3 m
B = Lebar endapan yang diledakkan = 6–12 m
L = Lebar yang disediakan untuk menjamin extraction dari
endapan pada jenjang di bawahnya.
4. Menurut Melinkov dan Chevnokoy (safety in open cast mining)
 Untuk lapisan yang lunak (soft strata)
B = 2R + C + C1 + L

Dimana,
B = Lebar jenjang, m
R = Digging radius dari alat muat, m
C = Jarak sisi jenjang broken material ke garis tengah rel, m
L = Lebar yang disediakan untuk pengaman (safety),
biasanya selebar dump truck, m
 Untuk lapisan yang keras (hard strata)
B = a + C + C1 + L + A

Dimana,
B = Lebar jenjang, m
a = Lebar untuk broken material, m
A = Lebar pemotongan pertama (awal), m
5. Menurut Thesis RK Gandhy
Thesis RK Gandhy, yaitu “Estimating Bench Design Parameters for Open
Cut Excavation”, Rolls. Mo, 1969, memberi formulasi terhadap dimensi
bench untuk lebar bench minimum menurut formulasi RK Gandhy (1969)
adalah sebagai berikut,
Wmin = Rs + G + 5 Wt + Z

Dimana,
Wmin = Lebar minimum bench (ft)
Rs = Dumping radius dari power-shovel
G = Floor cutting radius power-shovel
Wt = Lebar daripada alat angkut
Z = Lebar bench untuk menampung hasil peledakan (ft).
5 Wt disediakan untuk tempat alat angkut (truck), dengan perincian 3 ft
untuk tempat truck memuat dan 2 ft untuk aliran atau jalan truck tersebut.
 Pada tambang besar semua bench digali, maka pekerjaan harus
diatur sedemikian rupa, sehingga alat-alat tidak sampai menganggur,
penggalian dan penyebaran diatur sedemikian rupa urut-urutan
kerjanya.
6. Menurut Hustruild (Open Pit Mine Planning and Design)
 Pada tambang terbuka, masing–masing jenjang memiliki permukaan
bagian atas dan bagian bawah yang dipisahkan oleh jarak H yang
disebut dengan tinggi jenjang.
 Kemudian permukaan sup vertikal yang tersingkap dan disebut
dengan muka jenjang. Semuanya digambarkan dengan kaki lereng
(toe), puncak (crest), dan sudut jenjang (face angle).
 Pembentukan dimensi dan bentuk lereng dipengaruhi oleh
karakteristik batuan, orientasi jenjang, pola peledakan dan ukuran
areal tambang. Pada umumnya untuk batuan keras sudut lereng akan
bervariasi antara 55° – 80° sedangkan untuk batuan sedimen
bervariasi antara 50° – 60° dengan tinggi jenjang antara 12 – 15
meter.
 Permukaan jenjang yang tersingkap paling bawah disebut jenjang
dasar (bench floor). Lebar jenjang ini adalah jarak antara crest dan toe
yang diukur sepanjang permukaan jenjang bagian atas. Lebar banch
adalah proyeksi horizontal dari muka jenjang (gambar bagian–bagian
Jenjang Menurut Hustrilid).
 Bagian-bagian dari suatu jenjang dapat digambarkan pada gambar
berikut
 Terdapat dua tipe jenjang yaitu,
 Jenjang kerja (WB) adalah suatu jenjang dimana kegiatan
penambangan dilakukan, lebar yang digali pada jenjang kerja ini
disebut cut.
Lebar jenjang kerja didefinisikan sebagai jarak dari crest pada
jenjang dasar ke posisi toe yang baru setelah digali (gambar).
 Jenjang Penangkap atau jenjang pengaman (catch bench =
SB) merupakan bagian yang tersisa setelah jenjang kerja di gali
(cut) dan dipindahkan materialnya.
Tujuan pembuatan jenjang pengaman adalah,
 Untuk mengumpulkan material yang meluncur dari jenjang
yang ada dia atasnya.
 Untuk menghentikan pergerakan boulder yang bergerak ke
bawah.
 Secara umum lebar jenjang penangkap adalah 2/3 dari tinggi jenjang
sedangkan pada akhir umur tambang lebar jenjang penangkap
kadang-kadang dikurangi sampai kira–kira 1/3 tinggi jenjang. Kadang–
kadang jenjang ganda (double bench) ditinggalkan sepanjang final pit
(gambar).
 Sebagai tambahan pada jenjang penangkap, tumpukan material
bongkahan (berm) biasanya sering terdapat di sepanjang crest,
dengan terdapatnya tumpukan tersebut maka akan terbentuk satu
saluran antara tumpukan dan kaki lereng (toe) untuk menangkap
batuan yang jatuh (falling rock)
 Menurut Call (1986) bahwa,
 Gambar geometri jenjang penangkap yang direkomendasikan
untuk di desain tambang terbuka (gambar).
 Tabel dimensi jenjang penangkap yang direkomendasikan untuk di
desain tambang terbuka (gambar).

Minimum
Bench Height Impact Zone Berm Height Berm Width
Berm Width
(m) (m) (m) (m)
(m)
15 3,5 1,5 4,0 7,5

30 4,5 2,0 5,5 10,0

45 5,0 3,0 8,0 13,0


Contoh,
Suatu lereng yang terdiri dari 5 jenjang (gambar) dimana sudut lerengnya dibuat
dari garis yang menghubungkan kaki lereng yang paling rendah sampai ke puncak
lereng yang paling tinggi, diketahui bahwa,
 Tinggi bench = Wb = 50
 Lebar bench = H = 35
 Jumlah bench = n = 5
 Sudut bench = Φ = 750
Hitung kemiringan lereng keseluruhannya (overall pit slope).
Perhitungan,
Rumus,

Overall Pit Slope = Φ


n x Wb
Φ = tan-1 (n−1)x H +
n x Wb
tan 75
5 x 50
= tan-1 5 x 50
(5 − 1)x 35 +
tan 75
= 50,40
 Tinggi Jenjang
Tinggi Jenjang merupakan salah satu bench dimension yang terpenting yang
besarnya tergantung pada kemampuan alat gali yang digunakan, menurut
pendapat beberapa ahli dapat dihitung berdasarkan beberapa percobaan,
diantaranya,
1. Menurut Singh, 1997, dalam buku Principles and Practices of Modern
Coal Mining, mengatakan bahwa,
 Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi jenjang adalah,
 Alat muat yang dipakai,
 Keadaan tanah (material),
 Kondisi kerja.
 Tinggi bench sangat berhubungan dengan tinggi jangkauan dari
excavator, biasanya alat muat yang digunakan harus mampu
mencapai pucuk atau bagian atas jenjang.
 Jika tingkat produksi atau faktor lain mengharuskan ketinggian jenjang
tertentu, alat muat yang akan digunakan harus disesuaikan pula
ukurannya.
 Pada batuan yang terberai, tinggi dari batuan yang hancur akibat
peledakan tidak akan lebih dari 1,5 kali tinggi jangkauan gali dari alat
muat.
 Pada pelaksanaannya pada tambang batubara tinggi bench antara
10-20 m.
2. Menurut Lewis (Element Mining),
Lewis mengatakan bahwa Tinggi jenjang untuk berbagai aktivitas adalah,
 Hydraulicking yang baik adalah 200 ft (maksimum 600 ft),
 Dredging kedalaman ideal antara 50 ft – 80 ft, tetapi ada yang bisa
mencapai 130 m.
 Open cut antara 12 ft – 14 ft yang baik adalah 30 ft.
 Tambang bijih dapat sampai 225 ft, sedangakan Lebar jenjang
disesuikan dengan loading track,
 Daerah operasi Power shovel serta untuk peledakan, lebarnya 20 ft –
76 ft, umumnya 50 ft dan ideal 30 ft.
3. Menurut Popov (the working of mineral deposit)
Tinggi jenjang dan kemiringannya
 Kemiringan jenjang tergantung dari kandungan air pada material,
 Material yang relatif kering biasanya memungkinkan kemiringan
jenjang yang lebih besar.
 Umumnya tinggi jenjang berkisar antara 12–15 m,
Dengan kemiringan bervariasi tergantung pada,
 Batuan beku : 70o - 80o
 Batuan sedimen : 50o - 60o
 Pasir kering : 40o - 50o
 Batuan yang argilaceous : 35o - 45o
4. Menurut Young (elements of mining)
 Tinggi jenjang
 Untuk tambang bijih besi antara 20 – 40 ft
 Untuk tambang bijih tembaga 30 – 70 ft
 Untuk limestone dapat sampai 200 ft
 Lebar jenjang Antara 50–250 ft
 Kemiringan jenjang Antara 45o–65o
5. Menurut E.P. Pfleider (Surface Mining)
Pfleider mengatakan bahwa,
Tinggi jenjang,
L = Lm x Sf

Dimana,
L = Tinggi jenjang, m
Lm = Maksimum cutting height dan alat muat,
Sf = Sweel factor,
= 1/3 untuk cara corner cut dan 0,50 untuk cara box cut
6. Menurut HQDA,
Tinggi bench dapat diperkirakan dengan persamaan,
Lo = 1,5 Cd + 18

Lm = 1,2 Cd + 30

Dimana,
L0 = Tinggi optimum bench (ft),
Cd = Dipper capacity alat gali atau kapasitas mangkok (ft),
Lm = Tinggi bench maksimum bench (ft), merupakan angka
tertinggi yang ideal.
Lo = Tinggi Optimum bench
Lm = Tinggi maksimum bench

Keterangan,
 L maximum (Lm) belum tentu memberikan kapasitas yang besar (lihat
gambar pengertian tinggi optimum dan tinggi maksimum bench).
 Panjang daripada bench tergantung kepada produksi yang diminta,
karena dimensi yang lainnya telah diketahui dengan menggunakan
rumus-rumus di atas.
7. Menurut Gandhy,
Tinggi bench optimum dapat diperkirakan dengan persamaan berikut,
Lo = 1,8 Cd + 18

Dimana,
Lo = Tinggi optimum bench (ft), merupakan angka tertinggi sesuai
dengan medan kerja.
Cd = Dipper capacity alat gali
Disamping itu Gandhy membagi formulasi lain tentang dimensi bench,
yaitu,
Lmin = 2 (Rs + 2 Wt)   ft

Dimana,
Lmin = Lebar minimum bench,
 = Lebar untuk menampung pengembangan material yang
bergerak kearah memanjang (ft)
Untuk menghitung lebar pengembangan material (),
Rumus,

 =

Dimana,
Sf = Swell factor,
y
B = Konstanta factor =
L
Y = Lebar bagian yang dibor,
 = Natural angle of refuse (Untuk limestone = 300 – 450)
Dan untuk mencari lebar bench untuk menampung hasil peledakan (Z),
digunakan rumus
1 
 L
Z =  2 2b  cos   - bL
 13 
 Sf 
 
Menurut Gandhy, Rs dapat dicari dengan rumus :
Rs = 4,3 Cd + 23 (ft)
Untuk mencari G,
G = 2,7 Cd + 15 (ft)
Untuk mencari Lo, dapat juga digunakan rumus
Lo = Ps/1.500 Sfdr + 15 (ft)
Kestabilan Lereng
Prinsipnya ada dua gaya yang mempengaruhi kestabilan suatu lereng, yaitu
gaya penahan dan gaya penggerak

Gaya.Penahan
FK 
Gaya.Penggerak
Bila, Gaya Penggerak lebih besar dari Gaya Penahan,
maka, Lereng tersebut akan longsor.
Maka, Untuk menyatakan kestabilan suatu lereng dikenal istilah faktor
keamanan (FK),
Yaitu, Perbandingan antara gaya penahan dengan gaya penggerak.
Menurut (bowles, 1974), bahwa harga FK mencerminkan kondisi antara lain,
 FK < 1,07 Keruntuhan bisa terjadi,
 1,07 < FK < 1,25 Keruntuhan pernah terjadi,
 FK > 1,25 Kelongsoran jarang terjadi.
 Jalan Tambang
 Salah satu pertimbangan geometri adalah pembuatan jalan tambang baik
jalan masuk ke dalam tambang untuk pengangkutan bijih atau endapan
bahan galian yang ditambang maupun jalan yang digunakan untuk
penimbunan lapisan penutup.
 Geometri dari jalan akan mempengaruhi bentuk geometri daerah
penambangan secara umum. Geometri dari jalan tersebut meliputi lebar
dan kemiringan jalan (biasanya dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan
dalam operasi penambangan).
 Beberapa Faktor yang perlu diperhatikan dalam perancangan jalan
tambang adalah,
 Iklim,
 Daerah penambangan dipengaruhi oleh keadaan iklim. Untuk
iklim tropis, terdapat 2 musim yang berpengaruh yaitu musim
hujan dan musim kemarau yang akan mempengaruhi produksi.
 Penurunan produksi dapat terjadi pada musim hujan dan
kemarau. Pada musim hujan keadaan jalan angkut akan licin atau
lengket dan berbahaya untuk dilalui. Sedangkan pada musim
kemarau, jalan menjadi berdebu yang akan mempengaruhi
pandangan pengemudi.
 Tanah dasar,
 Tanah dasar dari daerah tambang harus diteliti jenis dan
kondisinya, meliputi batas Atterberg (batas cair, batas plastis) dan
golongannya (misalnya menurut Unified Soil Classification
System),
 Kegunaannya untuk menentukan kekuatan daya dukung tanah.
 Bahan pengerasan lokal,
 Dianjurkan untuk mempergunakan batu yang diperoleh dari
sekitar lokasi penambangan.
 Batu untuk bahan perkerasan jalan boleh langsung dipergunakan
tanpa melalui preparasi.
 Batu hendaknya dipecahkan sebagai fraksi berukuran 5-7,5 cm.
 Kemiringan (grade),
 Kemiringan jalan mempengaruhi produksi. Sebaiknya diambil
kemiringan optimum,
 Faktor gravitasi hendaknya dimanfaatkan seoptimal mungkin.
 Lebar jalan,
 Lebar jalan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan, dapat
satu jalur, dua jalur atau lebih,
 Lebar jalan minimum adalah 3,5 kali lebar dumptruck terbesar.

Вам также может понравиться