Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
• Pada modul 5 telah dirumuskan bahwa besarnya v jika antara keluaran sumber isyarat
dihubungkan atau digandengkan dengan masukan penguat awal maka
• Terlihat bahwa nilai vi sangat tergantung dari nisbah z0/zi . Jika z0 > zi maka bilangan pembagi
menjadi besar dan vi > v0, jika z0 < zi maka bilangan pembagi mendekati satu dan vi ~ v0 dan
jika z0 = zi maka vi = (½) v0. Untuk yang terakhir ini merupakan hal yang paling ideal. Hal
tersebut dikarenakan daya yang dilesapkan dari rangkaian di depan ke rangkaian berikut
maksimal, atau dalam keadaan ini terjadi penyesuaian impedansi (matching impedance).
ANALISIS PENGUAT AWAL EMITOR BERSAMA
• Ciri dari penguat emitor bersama adalah memiliki hambatan masukan dan hambatan
keluaran yang bernilai sedang yaitu pada orde 1 kilo-ohm sampai 3 kilo-ohm, atau
tergantung dari harga hie-nya, demikian pula nilai hambatan input tergantung dari RC atau
hambatan beban RL yang biasanya juga berorde 5 kilo-ohm. Jika suatu isyarat masukan
memiliki impedansi yang cukup rendah maka penguat emitor bersama dapat digunakan
langsung dengan gandengan kapasitor saja, seperti pada gambar 6.4.
ANALISIS PENGUAT AWAL EMITOR BERSAMA
ANALISIS PENGUAT AWAL EMITOR BERSAMA
ANALISIS PENGUAT AWAL EMITOR BERSAMA
ANALISIS PENGUAT AWAL EMITOR BERSAMA
• Dari gambar 6.5 (b) terlihat bahwa besarnya impedansi atau hambatan masukan penguat
awal adalah
• Kita ingat bahwa RB = R1 // R2 dan hie dihitung dengan rumus (3). Apabila nilai zi masih
lebih besar atau sama dengan hambatan / impedansi keluaran RS maka kita dapat
menggunakan penguat tersebut sebagai penguat awal. Dari gambar ini dapat kita peroleh
bahwa hambatan atau impedansi keluaran dari penguat adalah
ANALISIS PENGUAT AWAL EMITOR BERSAMA
• Jika dihitung penguatannya maka
• Dari rumus-rumus di atas parameter yang perlu dicari terlebih dahulu adalah hie. Apabila
arus emitor IE(Q) dapat ditentukan maka rumus-rumus selanjutnya dapat dihitung. Untuk
itu analisis dc emitor bersama harus lebih dipahami.
ANALISIS PENGUAT AWAL EMITOR BERSAMA
• Apabila dalam persoalan gandengan terdapat perbedaan impedansi yang cukup besar,
misalnya sumber isyarat memiliki z0 = 25 zi , maka vi akan mengalami penurunan sampai
1/26 kali terhadap tegangan keluaran isyarat v0. Hal ini jelas tidak menguntungkan, apalagi
jika tegangan isyarat tadi sangat lemah. Untuk keperluan itu perlu alat yang digunakan
untuk menyesuaikan atau seolah-olah menaikkan impedansi dari rangkaian penguat awal
agar tidak terjadi penurunan tegangan. Untuk itu dapat digunakan "transformator
masukan" atau sering juga disebut "transformator input", untuk menyesuaikan impedansi
dari dua sistem yang akan digandengkan. Cara yang umum digunakan seperti pada gambar
6.6.
ANALISIS PENGUAT AWAL EMITOR BERSAMA
ANALISIS PENGUAT AWAL EMITOR BERSAMA
• Dari gambar 6.6 dipilih transformator pada bagian masukan impedansinya zit dan jumlah
lilitannya N1 yang sesuai dengan impedansi keluaran sumber isyarat sehingga z0 = zit dan
bagian keluaran impedansinya z0t dan jumlah lilitannya N2 sesuai dengan impedansi masukan
penguat sehingga zot = zi . Dari pengertian mengenai transformator diperoleh adanya
hubungan antara impedansi kumparan tranformator dengan jumlah lilitan dan frekuensi yang
masuk. Dalam kaitan ini misalkan frekuensi yang digunakan adalah frekuensi antara 20 sampai
dengan 20.000 Hz.
• Pada beberapa jenis mikropon dinamik transformator input ini sudah terpasang pada
mikropon. Sehingga keluaran mikropon sudah tertentu, sebagai misal mikropon dinamik yang
memiliki impedansi keluaran 600 ohm. Apabila mikropon ini dipasang pada penguat awal
emitor bersama kiranya tidak akan mengalami penurunan tegangan yang terlalu banyak.
RANGKAIAN SETARA - H
• Kita dapat menganggap bahwa suatu penguat atau transistor merupakan piranti yang
memiliki dua gerbang. Gerbang yang dimaksud adalah gerbang masukan dan gerbang
keluaran, seperti tergambar di gambar 6.1., yang melukiskan atau memberikan simbol dari
suatu piranti dengan dua gerbang.
RANGKAIAN SETARA - H
• Sesungguhnya dari kedua gerbang tersebut kita dapat meninjau untuk bagian masukannya,
misalnya hambatan, tegangan dan arus masukannya. Demikian pula untuk bagian
keluarannya. Namun kali ini kita akan menekankan pada rankaian setaranya. Sesungguhnya
ada beberapa macam rangkaian setara, yaitu setara -T, -z, -y dan rangkaian setara
parameter-h.
RANGKAIAN SETARA - H
• Rangkaian setara didasarkan pada rangkaian setara Thevenin untuk hambatan keluaran
yang tidak terlalu besar atau rangkaian setara Norton untuk hambatan keluaran yang
besar. Untuk kesempatan kali ini kita akan membahas rangkaian setara parameter-h.
Dalam rangkaian setara parameter-h untuk transistor dengan emitor bersama pada
masukan digunakan rangkaian setara Thevenin, sedangkan pada keluarannya digunakan
rangkaian setara Norton. Hal ini mengingat bahwa pada transistor dwikutub emitor
bersama hambatan masukan rendah, dan pada keluaran merupakan sumber arus tetap
yang dikendalikan oleh arus masukan. Rangkaian setara parameter-h ditunjukkan pada
gambar 6.2.
RANGKAIAN SETARA - H
TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT
• Salah satu fungsi utama transistor adalah sebagai penguat
sinyal. Dalam hal ini transistor bisa dikonfigurasikan
sebagai penguat tegangan, penguat arus maupun sebagai
penguat daya. Berdasarkan sistem pertanahan transistor
(grounding) penguat transistor dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu :
• Penguat Common Base (grounded-base)
• Penguat Common Emitor
• Penguat Common Collector
PENGUAT COMMON BASE (GROUNDED-BASE)
• Penguat Common Base adalah penguat yang kaki basis
transistor di groundkan, lalu input di masukkan ke emitor dan
output diambil pada kaki kolektor. Penguat Common Base
mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.
• Penguat Common base mempunyai karakter sebagai berikut :
• Adanya isolasi yang tinggi dari output ke input sehingga
meminimalkan efek umpan balik.
• Mempunyai impedansi input yang relatif tinggi sehingga cocok
Penguat Common Base
untuk penguat sinyal kecil (pre amplifier).
• Sering dipakai pada penguat frekuensi tinggi pada jalur VHF dan
UHF.
• Bisa juga dipakai sebagai buffer atau penyangga.
PENGUAT COMMON EMITOR
• Penguat Common Emitor adalah penguat yang kaki emitor
transistor di groundkan, lalu input di masukkan ke basis dan
output diambil pada kaki kolektor. Penguat Common Emitor
juga mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.
• Penguat Common Emitor mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
• Sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input.
• Sangat mungkin terjadi osilasi karena adanya umpan balik positif,
sehingga sering dipasang umpan balik negatif untuk mencegahnya.
• Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal
audio).
Penguat Common Emitor
• Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung
pada kestabilan suhu dan bias transistor.
PENGUAT COMMON COLLECTOR
• Penguat Common Collector adalah penguat yang kaki kolektor
transistor di groundkan, lalu input di masukkan ke basis dan
output diambil pada kaki emitor. Penguat Common Collector
juga mempunyai karakter sebagai penguat arus .
• Penguat Common Collector mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
• Sinyal outputnya sefasa dengan sinyal input (jadi tidak membalik
fasa seperti Common Emitor)
• Mempunyai penguatan tegangan sama dengan 1.
• Mempunyai penguatan arus samadengan HFE transistor.
• Cocok dipakai untuk penguat penyangga (buffer) karena
Penguat Common Collector
mempunyai impedansi input tinggi dan mempunyai impedansi
output yang rendah.
TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT
• Salah satu fungsi utama transistor adalah sebagai penguat
sinyal. Dalam hal ini transistor bisa dikonfigurasikan
sebagai penguat tegangan, penguat arus maupun sebagai
penguat daya. Berdasarkan titik kerjanya penguat
transistor ada tiga jenis, yaitu:
• Penguat kelas A
• Penguat kelas B
• Penguat kelas AB
• Penguat kelas C
PENGUAT KELAS A
• Penguat kelas A adalah penguat yang titik kerja efektifnya
setengah dari tagangan VCC penguat. Untuk bekerja penguat
kelas A memerlukan bias awal yang menyebabkan penguat dalam
kondisi siap untuk menerima sinyal. Karena hal ini maka penguat
kelas A menjadi penguat dengan efisiensi terendah namun
dengan tingkat distorsi (cacat sinyal) terkecil.
• Sistem bias penguat kelas A yang populer adalah sistem bias
pembagi tegangan dan sistem bias umpan balik kolektor. Melalui
perhitungan tegangan bias yang tepat maka kita akan
mendapatkan titik kerja transistor tepat pada setengah dari
tegangan VCC penguat. Penguat kelas A cocok dipakai pada
Penguat Kelas A
penguat awal (pre amplifier) karena mempunyai distorsi yang
kecil.
PENGUAT KELAS B
• Penguat kelas B adalah penguat yang bekerja berdasarkan
tegangan bias dari sinyal input yang masuk. Titik kerja penguat
kelas B berada dititik cut-off transistor. Dalam kondisi tidak ada
sinyal input maka penguat kelas B berada dalam kondisi OFF
dan baru bekerja jika ada sinyal input dengan level diatas 0.6Volt
(batas tegangan bias transistor)
• Penguat kelas B mempunyai efisiensi yang tinggi karena baru
bekerja jika ada sinyal input. Namun karena ada batasan
tegangan 0.6 Volt maka penguat kelas B tidak bekerja jika level
sinyal input dibawah 0.6Volt. Hal ini menyebabkan distorsi (cacat
sinyal) yang disebut distorsi cross over, yaitu cacat pada
Penguat Kelas B
persimpangan sinyal sinus bagian atas dan bagian bawah.
PENGUAT KELAS B
• Penguat kelas B cocok dipakai pada penguat akhir
sinyal audio karena bekerja pada level tegangan yang
relatif tinggi (diatas 1 Volt). Dalam aplikasinya, penguat
kelas B menggunakan sistem konfigusi push-pull yang
dibangun oleh dua transistor.