Вы находитесь на странице: 1из 34

Analisis Gas

Darah
Text Book Reading
Andi Aisya Z.H
Definisi
Analisis gas darah adalah pemeriksaan laboratorium
darah arteri untuk menilai fungsi respirasi dan
mengetahui gangguan asam basa. Analisis gas darah
biasanya mengukur PH , base excess (BE), tekanan
parsial CO2 (PCO2), tekanan parsial Oksigen (PO2),
HCO3, Saturasi Oksigen (SaO2). Tujuan utama dari
pengambilan AGD ialah menilai status oksigenasi dan
gangguan asam basa
Nilai normal
Prosedur pengambilan
Memastikan pengambilan sampel berasal dari darah arteri
(bukan darah vena). Cara terbaik adalah dengan mengamati
bagaimana saat darah masuk ke dalam spuit. Darah arteri saat
masuk ke dalam spuit akan berdenyut dan lebih cepat mengisi
spuit bila dibandingkan dengan darah vena. Warna darah tidak
dapat dipakai patokan untuk membedakan apakah ini darah
vena atau arteri, karena darah arteri pasien yang mengalami
hipoksemia juga akan berwarna gelap mirip dengan darah
vena. Sampel darah yang sudah terlanjur diambil tanpa kita
tahu saat pengambilan maka kita dapat menggunakan PO,
untuk menentukan apakah sampel tersebut berasal dari darah
arteri atau darah vena.
Memastikan tidak ada kesalahan pengukuran dengan
mengecek konsistensi hasil AGD Cara sederhana dengan
menggunakan persamaan H-H untuk menghitung H
yang diinginkan berdasar nilai pengukuran PCO, dan
HCO,-, kemudian pH tersebut dibandingkan dengan pH
pengukuran dan jika hasilnya sama maka sampel vang
diambil merupakan sampel darah arteri. Persamaan
Handerson-Hasselbach tersebut adalah
Langkah kedua menginterpretasikan AGD adalah
mendapatkan riwayat klinis vang sesuai. Saat kita akan
menginterpretasikan hasil analisis gas darah arteri maka
tidaklah tepat menginterpretasikan hasil analisis gas
darah arteri tanpa mengetahui riwavat klinis penyakit
pasien, karena hal ini akan memberikan petunjuk yang
tepat mengenai etiologi gangguan keseimbangan asam
dan basa darah.
Interpretasi
Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik adalah kondisi dimana pH rendah
dengan kadar PCO, tinggi. Peningkatan PCO, terjadi pada
kondisi retensi CO, maupun kondisi produksi CO, yang
meningkat. Retensi CO, terjadi pada obstruksi saluran napas,
kegagalan otot napas, gangguan pusat napas atau intoksikasi
obat. Produksi CO, yang meningkat teriadi pada keadaan
hiperkatabolisme. Ginjal melakukan kompensasi dengan
meningkatkan ekskresi H° dan retensi HCO,- (kadar HCO,-
meningkat) yang tercapai sekitar 2-5 hari. Setelah terjadi
kompensasi, PCO, akan kembali ke tingkat yang normal.
Alkalosis Respiratorik
Perubahan primer yang terjadi adalah menurunnya PCO,
sehingga pH me- ningkat. Kondisi ini sering terjadi pada
keadaan hiperventilasi sehingga banyak CO, yang dilepaskan
melalui ekspirasi. Penting bagi dokter untuk menentukan
penyebab hiperventilasi tersebut apakah akibat hipoksia arteri
atau kelainan paru dengan me- meriksa PO,. Kompensasi
ginjal adalah dengan meningkatkan ekskresi bikarbonat dan
K+ jika proses sudah kronik.
Pada gangguan asam basa respiratorik baik asidosis maupun
alkalosis maka tentukan apakah kelainan bersifat akut, kronis atau
kondisi akut dalam keadaan kronis (acute on chronic) dengan
menghitung nilai rata-rata perbandingan perubahan [H+ dengan
perubahan PCO, (A[H+]:APCO2). Nilai >0,8 berarti akut, 0,3-0,8
berarti acute on chronic dan nilai <0,3 berarti kronik. Cara lain
penentuan akut atau kronik adalah dengan menilai respons
peningkatan dan penurunan HCO-. Kondisi asidosis respiratorik
menyebabkan respons peningkatan HCO,- 1 mmol/L setiap
peningkatan PCO, 10mmHg di atas 40mmHg disebut akut, respons
peningkatan HCO,- 4-5 mmol/L setiap peningkatan PCO, 10
mmHg di atas 40 mmHg disebut kronik.
Demikian pula sebaliknya, pada alkalosis respiratorik
menyebabkan respons penurunan HCO, 2mmol/L setiap
penurunan PCO, 10 mmHg dibawah 40 mmHg disebut akut,
respons penurunan HCO, - 4-5 mmol / L setiap penurunan
PCO, 10 mmHg di bawah 40 mmHg disebut kronilk.
Penentuan apakah mengandung asam basa respiratorik yang
berasal dari iainan primer pulmonal atau ekstra-pulmonal
dapat dilakukan dengan melihat nilai PO, dan AaDO, seperti
yang disajikan Tabel 4.
Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan menurunnya kadar
HCO- sehingga pH menurun. Lebih tinggi kelainan
metaboliknya seperti melepaskan kadar asam organik dalam
darah atau ekskresi HCO- berlebihan. Pada kondisi ini paru
akan memberikan respons cepat dengan melakukan
hiperventilasi membuat kadar PCO2 turun. Terlihat sebagai
pernapasan kussmaul. Pemberian ventilasi untuk memperbaiki
pola pernapasan justru akan berbahaya karena akan
menghambat kompensasi tubuh terhadap kondisi asidosis.
Untuk mengetahui penyebab asidosis metabolik dapat
dilakukan penghitungan anion gap (AG) melalui rumus:
Batas normal AG adalah 10-12 mmol/L. rentang
normal ini harus disesuaikan pada pasien
hipoalbuminemia atau AG yang lebih. Koreksi tersebut
dihitung dengan memodifikasi rumus di atas
hipofosfatemia untuk mencegah asidosis dengan menjadi
Asidosis dengan peningkatan AG disebabkan oleh keadaan
yang disingkat de- ngan mnemonic GOLD MARRK (glycols
[etilen, propilen], 5-oxoproline [pyroglutamic acidl. L-lactate,
D-lactate, methanol, aspirin, renal failure, rhabdomiolysis,
ketoaci- dosis). Asidosis dengan peningkatan AG akibat kadar
asam-asam organik lain seperti laktat. keton, salisilat atau
etanol. Asidosis laktat biasanya akibat berkurangnya suplai
oksigen atau berkurangnya perfusi sehingga terjadilah
metabolisme anaerob dengan hasil sampingan berupa laktat.
Pada keadaan gagal ginjal, ginjal tidak mampu mengeluarkan
asam-asam organik sedangkan pada rabdomiolisis terjadi lisis
sel yang berlebihan.
Asidosis dengan AG yang normal disebabkan oleh
hiperkloremia dan penurunan bikarbonat atau retensi H.
Contohnya pada asidosis tubulus ginjal, gangguan saluran
pencernaan, terapi asistrik, terapi asetazolamid dan yang
paling sering digunakan.
Asidosis dengan AG yang normal disebabkan oleh
hiperkloremia dan kehilangan bikarbonat atau retensi H.
Contohnya pada renal tubular asidosis, gangguan
gastrointestinal (diare berat), fistula ureter, terapi asetazolamid
dan yang paling sering akibat pemberian infus yang
berlebihan.
Alkalosis Metabolik
Alkalosis metabolik adalah keadaan pH yang meningkat
dengan HCO,- yang meningkat pula. Adanya peningkatan
PCO, menunjukkan adanya kompensasi dari paru. Penyebab
yang paling sering adalah akibat pemberian diuretik (terutama
furosemid), hipokalemia, hipovolemia kronik dimana ginjal
mereabsorpsi Na'dan mengekskresi H', kehilangan asam
melalui gastrointestinal atas (muntah), dan pemberian HCO
yang berlebihan. Persisten alkalosis metabolik biasanya
berkaitan dengan gangguan ginjal karena biasanya ginjal
mampu mengkompensasi kondisi alkalosis metabolik.
Kesimpulan
Algoritme Analisis Gangguan Asam Basa Kombinasi
analisis gangguan asam basa ketiga pendekatan di atas
dalam sembilan langkah analisis gangguan asam basa
sebagai berikut:
1. Perhatikan gambaran klinis pasien yang dilakukan analisis
gangguan asam basa, memastikan sampel darah AGD dari
arteri dan menilai layak baca atau dijabarkan tidak. Gambaran
klinis pasien penting untuk memperkirakan penyakit yang
men- dasari, menyusun hipotesis mekanisme gangguan asam
basa dan penatalak- sanaan yang tepat. Nilai-nilai analisis gas
darah seperti pH, BE, PCO,, PO, HCO,- dan SaO2
didapatkan dari sampel darah arterial sedangkan nilai-nilai
kadar albumin, Na, K', Cl dan elektrolit lainnya dapat
disampel dari darah vena.
2. Lihat pH, apakah asidosis, alkalosis atau normal? Nilai
rujukan pH normal antara 7,35-7,45 (beberapa referensi
menyebutkan 7.38-7,42). Nilai tengah pH 7,4 menjadi
patokan, jika nilai pH kurang dari 7,4 gangguan asam
basa mengarah ke asidosis dan jika nilai pH lebih dari 7,4
gangguan asam basa mengarah ke alkalosis.
3. Lihat gangguan primernya, apakah respiratorik atau
metabolik? Komponen respiratorik ditentukan oleh nilai
PCO, normal bernilai 35-45 mmHg. Kelainan primer
respiratorik berdasarkan persamaan Henderson- Hasselbalch
terjadi jika perubahan PCO, berbanding terbalik dengan
perubahan nilai pH. Asidosis respiratorik terjadi jika nilai pH
kurang dari normal (< 7,35) dan nila nilai PCO, meningkat (>
45 mmHg) dan jika nilai pH meningkat (> 7,4) sedangkan
nilai PCO2 turun (<35 mmHg) maka disebut alkalosis
respiratorik.
4. Bila terdapat gangguan respiratorik primer, apakah akut atau kronik dan
apakah penyebab kelainan dari pulmoner atau ekstrapulmoner? Respons
kompensasi peningkatan HCO,-sebesar 1 mmol setiap peningkatan
PCO,10 mmHg berarti asidosis respiratorik akut dan peningkatan
HCO,- sebesar 4 mmol setiap peningkatan PCO,10 mmHg berarti
asidosis respiratorik kronik. Demikian pula sebaliknya pada kondisi
alkalosis respiratorik, respons kompensasi penurunan HCO,- sebesar 2
mmol setiap penurunan PCO,10 mmHg berarti alkalosis respiratorik
akut dan penurunan HCO- sebesar 5 mmol setiap penurunan PCO,10
mmHg berarti alkalosis respiratorik kronik Perkiraan penyakit atau
kelainan berasal dari pulmonal jika AaDO2 >10 (>20 pada lansia)
sedangkan ekstrapulmonal jika AaDO2<10 (<20 pada lansia), seperti
terlihat pada gambar satu.
5. Bila gangguan metabolik, asidosis ataukah alkalosis? Kelainan
metabolik ditentukan oleh nilai HCO- normal bernilai 22-26
mmHg dan nilai BE.Kelainan primer metabolik terjadi jika
perubahan HCO,- searah dengan nilai perubahan pH. Base
excess menunjukkan perubahan penyangga basa yang terdiri
dari jumlah HCO,-dan penyangga lain dalam darah. Nilai BE
normal 0 ±2-3. Nilai BE akan berubah hanya terjadi
gangguan metabolik Asidosis metabolik terjadi jika nilai pH
turun (< 7,35), nilai HCO- turun (<22 mmol/L) dan nilai BE
(< -2) sedangkan alkalosis metabolik terjadi jika pH
meningkat (> 7,45), nilai HCO,- meningkat (>26 mmol/L)
dan nilai BE meningkat (> +2).
6. Bila gangguan metabolik, apakah sistem respiratorik
mengkompensasi dan apakah ada gangguan asam basa
campuran (mix atau superimposed)? Gangguan asidosis
metabolic dinilai respons kompensasi dari sistem respi- ratorik
menggunakan formula Winter yaitu PCO, = (1,54 x HCO,-
)+8 2 Gangguan asidosis metabolik dengan nilai PCO, di atas
nilai formula Winter menandakan adanya asidosis metabolik
mix/superimposed asidosis respira torik sedangkan jika di
bawah nilai formula Winter menandakan asidosis metabolik
mix/superimposed alkalosis respiratorik.
Gangguan alkalosis meta- bolik perlu dinilai respons respiratorik dengan
rumus PCO,=0,7 x (HCO,-24) +40 ± 2, jika nilai PCO, di atas nilai tersebut
menandakan alkalosis metabolik mix/superimposed asidosis respiratorik
sedangkan jika dibawah nilai formula tersebut menandakan adanya alkalosis
metabolik mix/superimposed alkalosis respiratorik. Jika dari gambaran
klinis mengarah alkalosis metabolik misalnya pasien muntah namun
gambaran gangguan asam basa campuran maka perlu dihitung delta rasio
yaitu delta AG/delta HCO,- berarti ada alkalosis metabolik dan pasien
tersebut terdapat gangguan asidosis metabolik mix/superimposed alkalosis
metabolik. gambaran gangguan asam basa terkesan normal atau (AG-12) :
(24-HCO). Nilai ratio delta >2 berarti ada alkalosis metabolik dan pasien
tersebut terdapat gangguan asidosis metabolik mix/superimposed alkalosis
metabolik.
7. Bila terdapat asidosis metabolik akut, apakah benar-benar asidosis metabolik Pada
pasien-pasien dengan kondisi penyakit/kelainan yang kompleks, kritis perlu
diukur nilai BE sesungguhnya (true BE) atau disebut juga BE gap (BEG) atau
base deficite gap (BDG) untuk menilai apakah ada asidosis metabolik akut atau
untuk menilai adanya gangguan asidosis yang tersembunyi. Penilaian BEG atau
BDG menggunakan rumus berikut:
BEG = BDG = SBE-SBEcor = BE-BDcale
Namun sebelumnya hitunglah lebih dulu nilai-nilai berikut
SBE = BE- = (Na - CH)-38
SBE = BE = 0,25 x (42-kadar Alb darah g/L)
SBEcor = BDcale = SBE nacl + SBE alb = BE nacl + BE Alb
Standard base excess (SBE) atau BE didapatkan dari hasil
analisis gas darah sedangkan SBE correction (SBEcor) atau
disebut juga base deficite calculication (BDcalc) didapatkan
dari SBE nacl (efek SID pada BE) ditambah SBE alb(efek A
tot yang diwakili nilai albumin pada BE). SBE nacl disebut
juga BE nacl dan SBE alb disebut juga BE albumin (BE alb).
Nilai BEG mencerminkan pengaruh SID dan A tot pada BE
sehingga pemeriksaan ini dapat mengungkap adamya asidosis
atau alkalosis yang tersembunyi akibat anion yang tidak
terukur (unmeasureable anion). Gambar dua menjabarkan
lebih detail langkah 5-9.
8. Bila asidosis metabolik akut nilai anion gap. SID dan A_ untuk menentukan
penyebabnya.
Anion gap digunakan untuk mengetahui peningkatan atau penurunan ion-ion yang
tidak diperiksa, seringkali digunakan untuk mengetahui penyebab asidosis
metabolik. Rumus AG= (Na + K)-(Cl + HCO-) dengan nilai normal 10- 12
mmol/L sedangkan SID = (Na+K*+Mg+Ca2) -(C laktat) atau untuk praktik
klinis praktis disetarakan dengan (Na") - (CI), yang nilai normalnya adalah 42
mmol/L (38-44 mmol/L). Dalam praktik klinik, peningkatan AG sering
ditemukan pada gangguan asidosis laktat, ketoasidosis dan renal asidosis yang
memerlukan penanganan yang berbeda. Penatalaksanaan asidosis laktat dengan
cara resusitasi cairan yang adekuat dan kontrol penyakit yang mendasari. Asidosis
metabolik pada ketoasidosis diperlukan resusitasi cairan yang adekuat disertai
pemberian insulin untuk mengontrol kadar gula darah sedangkan pada asidosis
karena gangguan ginjal (renal acidosis) dilakukan dialisis segera.
Nilai anion gap yang normal selanjutnya dianalisis adanya SID
yang menurun atau A meningkat. Strong ion difference menurun
dijum pai pada kadar natrium yang rendah atau kelebihan air yang
disebut dilutional asidosis. Strong on difference yang menurun juga
dapat disebabkan hiperkloremia (asidosis hiperkloremia) misalnya
akibat pemberian infus NaCI yang berlebihan. Peningkatan A
(seperti hiperfosfatemia pada gagal ginjal kronik) menyebabkan
asidosis. Penentuan penyebab asidosis metabolik mengungkap
bahwa tidak semos perlu diberikan natrium bikarbonat (bicnat),
Analisis asam bus pendekatan Stewar mengungkap bahwa
mekanisme peningkatan pH bukan karena pemberian HCO,
melainkan karena pemberian Na tanpa anion kuat yang tidak
dimetabolisme seperti Cl sehingga SID meningkat.
9. Bila alkalosis metabolik, nilai SID dan A_ untuk menilai
penyebabnya. Kecenderungan peningkatan atau penurunan
SID dapat dilihat pada kadar Na dan Cl. Kekurangan air dan
hiponatremia akan menaikkan SID, pH naik vang disebut
dengan concentrational alkalosis dan perlu dilakukan koreksi
terhadap free water deficite menggunakan rumus 0,6 x bb x
(Na'/140-I) dalam liter. Kekurangan C akan menaikan SID,
menaikan pH yang discbut dengan hipokloremia asidosis.
Penurunan Atot misalnya pada pasien-pasien
hipoalbuminemia akan menaikkan pH darah yang disebut
hipoalbumin alkalosis
TERIMA KASIH

Вам также может понравиться