Вы находитесь на странице: 1из 99

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA

SISTEM PERADANGAN RESPIRASI

Presented By :
Luluk Fauziyah J, S.Kep., Ns., M.Kep
DEFINISI
• Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
merupakan penyakit yang sering dijumpai
dengan manifestasi ringan sampai berat.
• ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi
saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA
merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akut.
• ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas
dan saluran pernapasan bagian bawah
• ISPA yang mengenai jaringan paru-paru atau
ISPA berat, dapat menjadi pneumonia.
SISTEM RESPIRASI
ANATOMI TENGGOROKAN
(THROAT ANATOMY)
PARU-PARU
Types of Respiratory Infections
• Influenzae (Flu)
• Pharyngitis • Bronchitis
• Otitis Externa • Bronchiliolitis
• Otitis Media • Pneumonia (infection
in alveoli)
• Sinusitis
• Laryngitis

Laryngotracheobronchitis (croup disease)


EPIDEMIOLOGI
• ISPA merupakan penyebab kematian terbesar
baik pada bayi maupun pada anak balita 
survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di
10 provinsi, diketahui bahwa pneumonia
merupakan penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia, yaitu sebesar 22,30% dari seluruh
kematian bayi.
• Survei yang sama juga menunjukkan bahwa
pneumonia merupakan penyebab kematian
terbesar pada anak balita yaitu sebesar 23,60%.
EPIDEMIOLOGI
• Studi mortalitas pada Riskesdas 2007
menunjukkan bahwa proporsi kematian
pada bayi (post neonatal) karena
pneumonia sebesar 23,8% dan pada anak
balita sebesar 15,5%.
EPIDEMIOLOGI
• Program Pengendalian Penyakit ISPA
membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu Pneumonia dan bukan Pneumonia.
• Pneumonia dibagi atas derajat beratnya
penyakit yaitu Pneumonia berat dan
Pneumonia tidak berat.
• Penyakit batuk pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan
napas bagian atas lainnya digolongkan
sebagai bukan Pneumonia.
EPIDEMIOLOGI
• Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan
napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik.
• Pneumonia = ISPA, sehingga angka
penemuan kasus pneumonia
menggambarkan penatalaksanaan kasus
ISPA.
EPIDEMIOLOGI
• Rata‐rata cakupan penemuan pneumonia pada balita
tahun 2017 sebesar 23%, yang berarti masih jauh dari
target tahun 2017 yang sebesar 60%. Provinsi dengan
cakupan tertinggi adalah NTB (64,49%), Kalimantan
Selatan (49,60%) dan Jawa Barat (48,65%
• Kasus ISPA pada umumnya terdeteksi berdasarkan
gejala penyakit, kecuali di Sumatera Selatan lebih
banyak didiagnosis oleh tenaga kesehatan.
• Prevalensi pneumonia tahun 2010 di Indonesia adalah
2,1% (rentang: 0,8% - 5,6%).
EPIDEMIOLOGI
• Cakupan penemuan penderita pneumonia tetap rendah
sejak tahun 2005 hingga 2010. Hambatan yang ditemui
dalam meningkatkan cakupan penemuan Pneumonia
balita di puskesmas yaitu:
a. Sebagian besar pengelola program dan petugas ISPA di poliklinik
belum terlatih karena keterbatasan dana dan mutasi petugas yang
tinggi.
b. Manajemen data:
Under reported karena kerancuan antara diagnosa kerja dan
klasifikasi ISPA (Pneumonia, Pneumonia Berat, Batuk Bukan
Pneumonia/ISPA biasa), sehingga banyak kasus pneumonia
dimasukkan ke dalam ISPA biasa. Keterlambatan pelaporan secara
berjenjang
EPIDEMIOLOGI
• c. Pengendalian pneumonia balita masih
berbasis Puskesmas. Data kasus
pneumonia belum mencakup RS
pemerintah dan swasta, klinik, praktek,
dan sarana kesehatan lain.
• d. Di beberapa Kabupaten dan Provinsi
masih terjadi kesalahan perhitungan target
cakupan.
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan
terendah pada kelompok umur 15 - 24 tahun.
• Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan
meningkatnya umur.
• Prevalensi antara laki-laki dan perempuan relatif
sama, dan sedikit lebih tinggi di pedesaan.
Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok
dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran RT per
kapita lebih rendah.
Gejala & Tanda Umum
• Demam
• Sakit kepala
• Nyeri tenggorokan
• Hidung buntu, pilek
• Batuk • Suhu tubuh
• Nafas cepat & dalam meningkat
• Retraksi intercostal
• Gambaran paru
abnormal
• Pemeriksaan darah
abnormal
Patogenesis
• ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin,
udara pernapasan yang mengandung kuman yang
terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya
• ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi
pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang
dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak
hygienis.
• Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena
meningkatnya
• kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya
terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan
cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya
pemakaian antibiotik
KLASIFIKASI ISPA
Di atas 5 th :
• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh
adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh
batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong
bukan pneumonia
KLASIFIKASI ISPA
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu :
•Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas
(pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis
atau meronta).
• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk
usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4
tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
PNEUMONIA
DEFINISI PNEUMONIA
• Pneumonia adalah inflamasi yang
mengenai parenkim paru

• Sebagian besar disebabkan oleh


mikroorganisme (virus/bakteri) dan
sebagian kecil disebabkan oleh faktor lain
PNEUMONIA
ETIOLOGI :
ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
richetsia.

• Bakteri penyebab ISPA : dari genus


Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium.

• Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan


Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
• Jamur: candida albicans
Klasifikasi berdasarkan Tempat
Terjadinya
• Pneumonia-masyarakat (community-
acquired pneumonia), bila infeksinya
terjadi di masyarakat

• Pneumonia-RS atau pneumonia


nosokomial (hospital-acquired
pneumonia).
Patofisiologi
Kuman masuk ke Mekanisme pertahanan
saluran napas atas terganggu

Terbentuk sekret
virulen

Sekret berlebih turun


Inflamasi ke alveoli
MANIFESTASI KLINIS
• Stafilokokus menyebabkan gejala-gejala pneumonia yang khas, yaitu demam dan
menggigil lebih lama daripada pneumonia pneumokok.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:


- batuk berdahak (dahaknya bisa menyerupai lendir, berwarna kehijauan atau
menyerupai nanah)
- lelah
- nyeri dada (sifatnya tajam dan semakin memburuk jika penderita menarik nafas
dalam atau batuk)
- sakit kepala
- nafsu makan berkurang
- mual dan muntah
- merasa tidak enak badan
- sesak nafas
- berkeringat banyak.

Stapfilokokus bisa menyebabkan abses (pengumpulan nanah) di paru-paru dan


kista paru yang mengandung udara (pneumatokel), terutama pada anak-anak.

Bakteri bisa terbawa oleh aliran darah dan membentuk abses di tempat lain.
Yang sering terjadi adalah pengumpulan nanah di ruang pleura (empiema).
Pneumonia Pada Neonatus dan
Bayi Kecil
• Sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-
anak yang berhubungan dengan proses
persalinan

• Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan


sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui
aspirasi mekonium, cairan amnion, atau
dari serviks ibu.
Pneumonia Pada Neonatus dan
Bayi Kecil
 Serangan apnea
 Sianosis
 Merintih
 Napas cuping hidung
 Takipnea
 Letargi, muntah
 Tidak mau minum
 Takikardi atau bradikardi
 Retraksi subkosta
 Demam
Pneumonia Pada Neonatus dan
Bayi Kecil

• Angka mortalitas sangat tinggi di negara


maju, yaitu dilaporkan 20-50%
• Angka kematian di Indonesia dan di
negara berkembang lainnya diduga lebih
tinggi
Diagnosis
 Predikator paling kuat pneumonia adalah
demam, sianosis, dan lebih dari satu
gejala respiratori sebagai berikut :
o Takipnea
o Batuk
o Napas cuping hidung
o Retraksi
o Ronki
o Suara napas melemah
Klasifikasi Takipnea

Usia Frekuensi
< 2 bulan ≥ 60 x/mnt
2 – 12 bulan ≥ 50 x/mnt
1 – 5 tahun ≥ 40 x/mnt
5-12 tahun ≥ 30 x/mnt
Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana
Untuk Pelayanan Kesehatan Primer
Bayi berusia dibawah 2 bulan
 Pneumonia
o Bila ada napas cepat atau sesak napas
o Harus dirawat dan diberikan antibiotik

 Bukan pneumonia
o Tidak ada napas cepat atau sesak napas
o Tidak perlu dirawat, cukup diberikan
pengobatan simptomatis
FAKTOR RESIKO :
Cara penularan sampai saat ini belum
diketahui pasti, namun ada beberapa hal
yang memungkinkan seseorang beresiko
tinggi terserang penyakit Pneumonia. Hal
ini diantaranya adalah :
1. Orang yang memiliki daya tahan tubuh
lemah, seperti penderita HIV/AIDS dan
para penderita penyakit kronik seperti
sakit jantung, diabetes mellitus.
2. Perokok aktif/pasif
3. Pasien yang berada di ruang perawatan intensive (ICU/ICCU). Pasien
yang dilakukan tindakan ventilator (alat bantu nafas) 'endotracheal tube‘
DIAGNOSA
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
dan hasil pemeriksaan fisik (pada
pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop akan terdengar bunyi pernafasan
yang abnormal).
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
• Pemeriksaan darah
• Pemeriksaan sputum
• Analisa gas darah
• Kultur darah
• Sampel darah, sputum, dan urin
• Pemeriksaan Radiologi
• Rontgenogram Thoraks
• Laringoskopi/ bronkoskopi
KOMPLIKASI
• Efusi pleura
• Hipoksemia
• Pneumonia kronik
• Bronkiektasis
• Atelektasis (pengembangan paru
yang tidak sempurna/bagian paru-
paru yang diserang tidak
mengandung udara dan kolaps).
• Komplikasi sistemik (meningitis)
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan prorangan dan
lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan
penderita ISPA.
• Agar terhindar dari pneumonia perlu
beberapa langkah strategis seperti:

* Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.


* Mengusahakan sirkulasi udara yang baik.
* Hindari rokok dan penderita batuk.
* Makanlah dengan gizi seimbang,
* Lakukan imunisasi, terutama untuk anak. Vaksin Hb
sudah banyak dipakai untuk menangkal pneumonia,
selain meningitis. Vaksin ini untuk menangkal
serangan bakteri Haemophyllus influenzae tipe B
yang bisa menyebabkan kedua jenis penyakit itu.
Penanganan dan Pengobatan
Penyakit Pneumonia
Penanganan dan pengobatan pada penderita Pneumonia
tergantung dari tingkat keparahan gejala yang timbul dan type
dari penyebab Pneumonia itu sendiri.
• Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan diberikan
pengobatan antibiotik. Pengobatan haruslah benar-benar
komplit sampai benar-benar tidak lagi adanya gejala atau
hasil pemeriksaan X-ray dan sputum tidak lagi menampakkan
adanya bakteri Pneumonia, jika tidak maka suatu saat
Pneumonia akan kembali diderita.
• Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan
diberikan pengobatan yang hampir sama dengan
penderita flu, namun lebih ditekankan dengan istirahat
yang cukup dan pemberian intake cairan yang cukup
banyak serta gizi yang baik untuk membantu
pemulihan daya tahan tubuh.
• Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan
mendapatkan pengobatan dengan pemberian
antijamur.
• Disamping itu pemberian obat lain untuk membantu
mengurangi nyeri, demam dan sakit kepala. Pemberian
obat anti (penekan) batuk di anjurkan dengan dosis
rendah hanya cukup membuat penderita bisa
beristirahat tidur, Karena batuk juga akan membantu
proses pembersihan secresi mucossa (riak/dahak)
diparu-paru.
• Jika terjadi empiema, maka nanahnya bisa dikeluarkan
dengan bantuan sebuah jarum atau selang
• Menganjurkan untuk
tirah baring sampai
infeksi menunjukkan
tanda-tanda
perbaikan
• Pemberian oksigen
jika terjadi
hipoksemia
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien:
• Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
• Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
• Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat
diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia
(malnutrisi)
• Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
• Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk),
imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan)
• Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISP kronis, takipnea (sesak nafas),
dispnea.
Tanda : - sputum: merah muda, berkarat
- perkusi: pekak datar area yang konsolidasi
- taktil fremitus dan vocal bertahap meningkat dengan
konsolidasi
- Bunyi nafas menurun
- Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
• Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem
imun misal: AIDS, penggunaan
steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil
berulang, gemetar
• Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami
pembedahan, penggunaan alkohol
kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata
lama dirawat 6 – 8 hari
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi
trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi
sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
kapasitas pembawa oksigen darah.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan
imun), penyakit kronis, malnutrisi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk
menetap.
6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses infeksi.
7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral.
TBC
TUBERKULOSIS PARU
• Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat
infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik
sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh,
dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer. (Donna L.Wong, dkk:
2009)
• Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis
yang biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui
nukley droplet melalui udara (Sandra, 2002)
Incidence
Permasalahan kesehatan masyarakat dari TB

• Peningkatan jumlah kasus


TB yang berhubungan
dengan organisme resisten
beberapa obat (MDR-TB)
dan organisme yang reisten
terhadap obat yang
ekstensif (XDR-TB).
• Klien dengan inveksi HIV
sangat rentan terinfeksi TB.
(Black & Hawks, 2009).
Mycobacterium Tuberculosa

• kuman batang aerobik


• tahan asam
• organisme patogen maupun saprofit
• dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu
dalam keadaan kering
• dalam cairan mati pada suhu 60 ° C dalam 15
– 20 menit atau dengan cairan aseptik
• Di paru  TB Paru; Di luar paru  TB ekstra
paru
Faktor resiko

• Kontak dengan penderita TBC


• Daya tahan tubuh lemah / Imunosupresi (Kanker,
HIV/AIDS, Konsumsi kortikosteroid dalam waktu
lama, stres)
• Alkoholik
• Pernah menderita TBC (putus pengobatan)
• Kurang gizi
• Tidak imunisasi BCG
Cara penularan
• Saluran nafas atau
Udara
• Dahak yang
dibuang
sembarangan
• Berbicara, batuk
tidak ditutup, bersin,
tertawa atau
bernyanyi
Gejala TBC
• Batuk > 3 minggu
• Batuk disertai bercak darah
• Batuk berdahak (warna hijau kekuning
kuningan)
• Sesak nafas dan nyeri dada
• Panas badan
• Berkeringat dingin terutama malam hari
• Badan lemas, BB berkurang
• Nafsu makan menurun
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Kultur sputum  Ziehl – Neelsen
• Tes kulit (mantoux test)
• Foto thorak (Rontgen)
• Histologi atau kultur jaringan
• Pemeriksan fungsi paru
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang

• Bayangan berawan/nodular
di segmen apikal dan
posterior lobus atas dan
segmen superior lobus
bawah paru.
• Kaviti terutama lebih dari
satu, dikelilingi bayangan
opak berawan atau nodular.
• Bayangan bercak milier.
• Efusi Pleura
Pemeriksaan
Penunjang

• Pemeriksaan laboratorium
(sputum klien, urine, cairan
kumbah lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura,
jaringan tubuh, feses dan
swab tenggorok).
Manajemen Medis
Manajemen Medis

• TB aktif biasanya dimulai degan setidaknya 4 obat: Isoniazid, rifampin,


pirazinamid dan etambutol.
Pengkajian Keperawatan

• Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan
TB paru meminta pertolongan dari tim kesehatan
dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
• Keluhan respiratoris, meliputi:
– Batuk
– Batuk darah
– Sesak nafas
– Nyeri dada
• Keluhan sistemis
– Demam
– Keluhan sistemis lain seperti, keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan dan malaise.
• Riwayat Penyakit Saat Ini
– Awal mula keluhan utama.
– Dapat menggunakan format pqrst.
– Keluhan apa yang menyertai keluhan utama?
– Karakteristik sputum?
– Kemampuan mengeluarkan sekret?
Penanganan TBC
• Obat Anti TBC (6-9 bln,
tdk boleh terputus,
terputus dimulai awal)
• Perbaikan nutrisi
• Pola hidup sehat dan
kebersihan diri dan
lingkungan
• Konsultasi ke dokter
secara teratur
Penatalaksanaan
• Pengobatan individu (tuberkulosis aktif) memerlukan
waktu lama
Terapi : kombinasi empat obat
• uji kulit tuberkulin positif  antibiotik selama 6-9 bulan
• Pengobatan terdiri atas 2 tahap :
 tahap intensif : 2 bln
 tahap lanjutan :4-6 bln
Obatnya:
Rifampisin
INH (Isoniazid)
Streptomisin
PAS (Pyrazinamid)
Etambutol
TERAPI
Dasar terapi TB :
a. kombinasi
b. kontinyu
c. lamanya
d. bila obat pertama sdh diganti, dianggap
telah resisten thd obat tsb
e. semua obat sebaiknya diberikan dlm dosis
tunggal, kec pirazinamid
• FIRST LINE DRUGS
INH, RIFAMPISIN, ETHAMBUTOL,
STREPTOMISIN, PZN
• SECOND LINE DRUGS
KAPREOMISIN, SIKLOSERIN,
ETHIONAMIDE, VIOMISIN, KANAMISIN
DOSIS OAT

PEMBERIAN TIAP HARI/mg PEMBERIAN 3 KALI


JENIS OBAT
/Mg/mg
BB < 50 Kg BB > 50 Kg
Rifampisin 450 600 600
INH 300 400 600
Pyrazinamid 1500 2000 2000
Etambutol 1000 1500 1500
Streptomisin 750 1000 -
Thiacetazon - - 100
PENCEGAHAN TBC BAGI
YANG SEHAT
• Imunisasi BCG untuk bayi
• Makan makanan yang bergizi
• Lingkungan rumah harus bersih dan sehat
• Segera berobat bila batuk /pilek tdk
sembuh-sembuh
• Waspada bila kontak atau serumah dgn
Px TBC
PENCEGAHAN TBC BAGI
PENDERITA
• Menutup mulut bila batuk/bersin
• Jangan meludah disembarang tempat, sediakan tempat
penampungan dahak tertutup
• Minum obat secara teratur, tidak putus obat
• Menkonsumsi makanan bergizi dan sehat
• Penggunaan alat makan dan minum secara terpisah
• Jaga kebersihan kamar dan rumah scr keseluruhan
• Ventilasi kamar cukup dan kurangi kontak dengan anak
• Kontrol rutin
Pengkajian Keperawatan

• Riwayat Penyakit Dahulu


– Sebelumnya pernah menderita TB?
– Batuk lama?
– Penyakit lain yang memperberat seperti
DM?
• Riwayat Pengkajian Keluarga
– Pernah dialami anggota keluarga?
• Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
– Status emosi, kognitif dan perilaku klien.
– Pada kondisi klinis, klien dengan TB paru
sering mengalami kecemasan bertingkat
sesuai dengan keluhan yang dialaminya.
– Kondisi pemukiman?
– Status ekonomi?
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tak efektif b.d.
Bronkospasme

2. Kerusakan pertukaran gas b.d.


Kurangnya suplai oksigen

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh b.d. Dispnea, fatigue
ASMA BRONCHIAL
Pengertian
• Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas
obstruktif intermitten, reversibel dimana
trakheobronkhial berespon secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu.
• Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trachea dan bronkhus terhadap
berbagai rangsangandengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan
Definisi
Asma adalah suatu
gangguan pada saluran
bronkial yang mempunyai ciri
bronkospasme periodik (
kontraksi spasme pada
saluran napas) terutama pada
percabangan trakeobronkhial
yang dapat diakibatkan oleh
berbagai stimulus seperti oleh
faktor biokemikal, endokrin,
infeksi, otonomik dan
psikologi (Somantri, 2009).
Etiologi
1. Faktor Predisposisi
- Genetik
• Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya.
2. Faktor Presipitasi
• - Alergen
• Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
• a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
• b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan
• c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam,
dan jam tangan.
• d)Perubahan cuaca
• Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma.Kadang- kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan,
musim kemarau, musim bunga.Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk
bunga, dan debu.
• e) Stress
Klasifikasi
Klasifikasi asma bisa dilihat berdasarkan
penyebabnya :

1.Ektrinsik/Asma Alergi
2.Intrinsik/idiopatik atau non alergik asma
3.Asma Campuran
Manifestasi Klinis
• Saat serangan  bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan

menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja

dengan keras.

• Gejala klasik  sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan sebagian

merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai

bersamaan.

• Serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin

banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,

hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan

asma seringkali terjadi pada malam hari.


Pengkajian untuk Menentukan Beratnya Asma
Manifestasi Klinis Skor 0 Skor 1
1. Penurunan toleransi beraktifitas Ya Tidak
2. Penggunaan otot napas Tidak Ada Ada
tambahan, adanya retraksi
interkostal
3. Wheezing Tidak Ada Ada
4. RR per menit <25 >25
5. Nadi (Pulse Rate) per menit <120 >120
6. Teraba pulsus paradoksus Tidak Ada Ada
7. Puncak Expiratory Flow Rate >100 <100
(L/mnt)

Total

Keterangan: Skor ≥ 4 dicurigai sebagai asma berat, klien harus diobservasi


untuk menentukan adakah respons dari terapi atau segera dikirim ke rumah
sakit (Somantri, 2009).
Berdasarkan Keparahan
Penyakit
Tingkat Munculnya Eksaserbasi Malam hari PEF & FEV1
Keparahan gejala
Asma < 1x dalam Ringan dlm < 2x/bulan > 80 %
Intermitten 1minggu bbrp jam atau
hari
Asma Ringan > 1x dalam Mengganggu > 2x/bulan > 80%
1minggu tapi aktifitas atau
< 1x/hari tidur
Asma Sedang Tiap hari Mengganggu > 1x/minggu > 60% dan <
(moderate) aktifitas atau 80%
tidur
Asma parah Terus Sering terjadi Sering terjadi < 60%
(severe) menerus
terjadi
Sumber : Necel, 2009
PATOFISIOLOGI
Benda-benda asing di
udara maupun faktor
alergen Antibodi Ig E
yang melekat
pada sel mast
meningkat

Timbulnya zat
anafilkasis, histamin,
Hipersensitivitas leukotrien, eosinofilik
bronchiolus dan bradikinin

Kontraksi spastic dari


otot polos bronkhiolus
Cont... Sekresi mukus
Edema lokal dinding
bronkhiolus meningkat

Spasme otot polos Batuk


bronkhiolus inefektif
Mukus
tertelan,
masuk ke
Tahanan saluran
lambung
napas meningkat

dispnea Mual,
muntah

Ekspirasi
inadekuat Anoreksia

Barrel chest hiperinflasi


Sumber : Tanjung, 2003
Pemeriksaan
1.
Laboratorium
Pemeriksaan Sputum, untuk melihat adanya:
a. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan
degranulasi dari kristal eosinopil
b. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast
cell (sel cetakan) dari cabang bronkus
c. Creole yang merupakan fragmen dari epitel
bronkus
d. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada
sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi dan kadang terdapat
mucus plug.
Cont...
2. Pemeriksaan Darah
a. AGD umumnya menunjukkan normal akan
tetapi dapat timbul hipoksemia, hiperkapnia
atau asidosis
b. Terkadang terdapat peningkatan SGOT
dan LDH
c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang di
atas 15.000/mm3 dimana menunjukkan
suatu infeksi.
d. Pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi
peningkatan dari Ig E pada waktu serangan
dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.
Cont...
3. Pemeriksaan Radiologi, akan terlihat normal
kecuali jika terdapat komplikasi
4. Pemeriksaan tes kulit, untuk menunjukkan adanya
anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh
5. Elektrokardiografi
6. Scanning Paru, melalui inhalasi dapat dipelajari
bahwa redistribusi udara selama serangan asma
tidak menyeluruh pada paru-paru.
7. Spirometri, Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan
adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asma (Tanjung, 2003).
Penatalaksanaan
Menurut Somantri (2009), prinsip penatalaksanaan
adalah:
a. Diagnosis status asmatikus, perhatikan:
1. Saat serangan
2. Obat-obat yang telah diberikan (macam dan dosis)
b. Pemberian obat bronkodilator
c. Penilaian terhadap perbaikan serangan
d. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
e. Penatalaksanaan setelah serangan mereda
1. Cari faktor penyebab
2. Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tak efektif b.d.
Bronkospasme

2. Kerusakan pertukaran gas b.d.


Kurangnya suplai oksigen

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh b.d. Dispnea, fatigue
Pengkajian Keperawatan

• Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital


– Kesadaran?
– Biasanya ditemukan peningkatan SB, peningkatan frekuensi nadi dan frekuensi
pernapasan

• Pemeriksaan Fisik (fokus: sistem pernapasan)


– Inspeksi
Bentuk dada, gerakan dada saat
pernapasan, penggunaan otot bantu
pernapasan, sputum.
– Palpasi
Palpasi trakea, taktil fremitus
– Perkusi
Pada TB tanpa komplikasi biasanya
resonan atau sonor. Jika ada efusi pleura
 redup
– Auskultasi
Suara napas tambahan (ronki, wheeze)
pada sisi yang sakit.
Diagnosa dan Intervensi

1. Dx: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. produksi mucus dalam jumlah berlebihan, d.d. :
– Perubahan frekuensi, ritme dan kedalaman pernapasan
– Suara napas abnormal (ronkhi, whezee)
– Dispnea
Hasil yang diharapkan:
– Mendemonstrasikan batuk efektif
– Suara napas bersih
– Tidak ada dispnea
Intervensi

1) Kaji fungsi respirasi: suara napas, frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan
otot bantu pernapasan
2) Perhatikan kemampuan untuk mengeluarkan dahak dan kemampuan batuk efektif .
Dokumentasikan karakteristik sputum.
3) Beri pasien posisi semi fowler. Ajarkan batuk efektif dan teknik napas dalam
4) Lakukan suction jika perlu
5) Pertahankan intake cairan adekuat
6) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator
Diagnosa dan Intervensi
2. Dx: ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anorksia, d.d. :
– Penurunan berat badan 20% atau lebih
– Gangguan sensasi rasa
– Tonus otot menurun
Hasil yang diharapkan:
– Nafsu makan meningkat
– Berat badan meningkat/ideal
– Nilai lab normal. Bebas dari tanda2 malnutrisi

Intervens
i

1) Kaji status nutrisi pasien dari penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan
derajat kekurangannya berat badan dan pilihan intervensi yang tepat
2) Pastikan pada diet biasa pasien yang disukai atau tidak disukai.
3) Berikan perawatan rnulut
4) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein.
5) Kolaborasi, rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.
TERIMA KASIH

Semoga Bermanfaat

Вам также может понравиться