Oleh Rido Destantoro (20171660056) Surya puji kusuma (20171660116) MajalahKartini.co.id – World Health Organization (WHO) menyebutkan Indonesia menempati urutan ke-5 sebagai negara dengan jumlah bayi prematur terbanyak di dunia dan kelahiran prematur diidentifikasi sebagai penyumbang terbesar angka kematian bayi. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik 2016, angka kematian bayi (AKB) mencapai 25 kematian setiap 1.000 bayi yang lahir. PREMATURITAS • Bayi premature lahir dengan umur kehamilan 37 minggu atau kurang saat kelahiran disebut dengan bayi premature. Walaupun kecil, bayi premature ukurannya sesuai dengan masa kehamilan tetapi perkembangan intrauterine yang belum sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat post natal. Bayi baru lahir yang mempunyai berat 2500 gram atau kurang dengan umur kehamilan lebih dari 37 minggu disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda dengan preatur. Walaupun 75% dari neonates yang mempunyai berat dibawah 2500 gram lahir premature. • Problem klinis terjadi lebih sering pada bayi premature dibandingkan dengan pada bayi lahir normal. Prematuritas menimbulkan imaturitas perkembangan dan funsi sistem, membatasi kemampuan bayi untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit. • Masalah yang umu terjadi diantaranya respiratori disstres syndrome (RDS). Entercololitis nekrotik, hiperbilirubinemia, hypoglikemia, thermoregulation. Stressor tambahan lain pada infant dan orang tua meliputi hospitalisasi untuk penyakit pada bayi. Respon orang tua dan mekanisme kping mereka dapat menimbulkan gangguan padahubungan antar mereka. Diperlukan perencanaan dan tindakan yang adekuat untuk permasalhan tersebut. • Bayi premtaur dapat bertahan hidup tergantun pada berat badannya, Umur kehamilan, dan penyakit atau abnormalitas. Premtur menyambungkan 75%-80% angka kesakitan dan kematian neonates. ETIOLOGI • Faktor Maternal • Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark dari plasenta • Faktor Fetal • Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi ganda, cidera radiasi (Sacharin. 1996) • Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature : • Kehamilan • Malformasi Uterus • Kehamilan ganda • TI. Servik Inkompeten • KPD • Pre eklamsia • Riwayat kelahiran premature • Kelainan Rh • Kondisi medis • 1) Kondisi yang menimbulkan partus preterm a.Hipertensi • Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri kehamilan, hal ini menimbulkan prevalensi persalinan preterm meningkat. b.Perkembangan janin terhambat • Perkembangan janin terhambat (Intrauterine growth retardation) merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini. c Solusio plasenta • Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan preterm, meskipun sebagian besar (65%) terjadi aterm. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan terulang akan menjadi lebih besar yaitu 11%. d.Plasenta previa • Plasenta previa sering kali berhubungan dengan persalinan preterm akibat harus dilakukan tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila telah terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi janin kurang baik karena hipoksia. e.Kelainan rhesus • Sebelum ditemukan anti D imunoglobulin maka kejadian induksi menjadi berkurang, meskipun demikian hal ini masih dapat terjadi. F Diabetes • Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insulin dan diet yang terprogram, umumnya gula darah dapat dikendalikan. • 2)Kondisi yang menimbulkan kontraksi a. Kelainan bawaan uterus Meskipun jarang tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan kelainan uterus yang ada. b. Ketuban pecah dini Ketuban pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti : serviks inkompeten, hidramnion, kahamilan ganda, infeksi vagina dan serviks, dan lain-lain. c. Serviks inkompeten Riwayat tindakan terhadap serviks dapat dihubungkan dengan terjadinya inkompeten. Chamberlain dan Gibbings menemukan 60% dari pasien serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49% mengalami pengakhiran kehamilan pervaginam. d. Kehamilan ganda Sebanyak 10% pasien dengan dengan partus preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kahamilan ganda mempunyai panjang usia gestasi yang lebih pendek. • Sosial Ekonomi • Tidak melakukan perawatan prenatal • Status sosial ekonomi rendah • Mal nutrisi • Kehamilan remaja • Faktor gaya hidup • Kebiasaan merokok • Kenaikan berat badan selama hamil yang kurang • Penyalahgunaan obat (kokain) • Alcohol PATOFISIOLOGI • Menurut Surasmi, dkk (2003), neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal itu disebabkan karena respon menggigil pada bayi tidak ada atau kurang, sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan rendah adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respon terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme lemak dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan. Stres dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai respon terhadap stres dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang (hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lama pada kondisi tekanan oksigen yang kurang. • Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan keefektifan ventilasi paru sehingga kadar oksigen darah berkurang. Keadaaan ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang menyebabkan peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaan dengan metabolisme lemak coklat yang menghasilkan asam sehingga meningkatkan kontribusi terjadinya asidosis. Kegiatan metabolisme anaerob meghilangkan glikogen lebih banyak dari pada metabolisme aerob sehingga mempercepat terjadinya hipoglikemia. Kondisi ini terjadi terutama bila cadangan glikogen saat lahir sedikit, sesudah kelahiran pemasukan kalori rendah atau tidak adekuat (Surasmi, dkk, 2003). MANIFESTASI KLINIS a. Sistem Pernapasan • Otot-otot pernapasan susah berkembang • Dinding dada tidak stabil • Produksi surfaktan penurunan • Pernafasan tidak teratur dengan periode apnea dan ajanosis • Gag reflek dan batuk b. Sistem Pencernaan • Ukuran Lambung Kecil • Enzim penurunan • Garam Empedu Kurang • Keterbatasan mengubah glukosa menjadi glikogen • Keterbatasan melepas insulin • Kurang koordinasi reflek menghisap dan menelan • c. Kestabilan Suhu • Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipid sedikit • Kemampuan menggigil menurunan • Aktivitas kurang • Postur flaccid, permukaan terexpose meningkat e. Sistem Syaraf • Respon untuk stimulasi lambat • Reflek gag, menghisap & menelan kurang • Reflek batuk lemah • Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum berkabung f. Infeksi • Pembentukan antibodi kurang • Tidak ada munoglobulin M • Kemotaksis terbatas • Opsonization penurunan • Hypo fungsi kel. Axrenal g. Fungsi Liver • Kemampuan mengkonyugasi bill • Penurunan Hb setelah lahir PEMERIKSAAN DIAGNOSA • Jumlah darah lengkap : Hb/Ht • Kalsium serum • Elektrolit (Na , K , U) : gol darah (ABO) • Gas Darah Arteri (GDA) PENATALAKSANAAN • 1. Perawatan di Rumah Sakit Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi. • 2. Perawatan di rumah a. Minum susu Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan berat anak. • b. Jaga suhu tubuhnya Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin. • c. Pastikan semuanya bersih Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar. • D. BAB dan BAK BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter. • E. Berikan stimulus yang sesuai Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak bermain, menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar – gambar dan mainan berwarna cerah PENGKAJIAN TEORI • Riwayat kehamilan • Status bayi baru lahir • Pemeriksaan fisik secara head to toe meliputi : • Kardiovaskular • Gastrointestinal • Integumen • Muskuloskeletal • Neurologik • Pulmonary • Renal • Data penunjang • X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya abnormalitas • Ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan organ • Stick glukosa untuk menentukan penurunan kadar glukosa • Kadar kalsium serum, penurunan kadar berarti terjadi hipokalsemia • Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan (karena pada prematur lebih peka terhadap hiperbilirubinemia) • Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah, urinalisis, analisis feses dan lain sebagainya. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL • a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi • b. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan • c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas produksi enzim. • d. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur, ketidak mampuan merasakan dingin berkeringat • e. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi RENCANA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan produksi surfaktan. RENCANA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL Setelah diberikan 1. Observasi 1. Mengetahui Setelah diberikan 1. Observasi 1. Mengetahui . asuhan keperawatan pernapasan klien: status asuhan keperawatan pernafasan seperti frekuensi, selama 3 x 24 jam suara napas, pernapasan selama 1x24 jam cuping hidung, pola,suara napas diharapkan saluran frekuensi napas klien diharapkan pertukaran dispnea, dan pasien napas klien bersih, 2. Lakukan fisioterapi 2. Membantu gas pasien kembali ronkhi 2. Mengkompensasi dengan kriteria hasil: dada dengan pengeluaran normal dengan kriteria 2. Observasi status penurunan 1. Tidak terdengar menepuk-nepuk sekret hasil: jantung kontraktilitas suara napas dada atau 3. Membantu 1. Tidak terdapat (frekuensi,pola,sua ventrikuler tambahan ronchi punggung pasien mengeluarka dispnea ra jantung) 3. Meningkatkan 2. Tidak terdapat dengan 2 jari n sekret dan 2. Nilai AGD dalam 3. Observasi volume sekuncup, sekret perawat melancarkan rentang normal pemberian memperbaiki 3. Pasien dapat 3. Kolaborasi suction jalan napas 3. Pasien tidak sesak oksigen dan catat kontraktilitas dan bernapas dengan untuk pasien lagi setiap jam ubah penurunan lega mengeluarkan 4. Tidak terjadi sisi alat setiap 3-4 kongesti sekret pada pasien sianosis jam 4. Mencegah pasien 4. Pantau warna kulit menjadi sianosis dan mukosa bibir dan tetap mempertahankan suhu tubuh pasien dalam keadaan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas produksi enzim.
RENCANA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
setelah diberikan askep selama 5x24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi 1. Pantau dan dokumentasikan 1. Mengidentifikasi Gangguan perfusi jaringan berhubungan haluaran tiap jam secara indikasi/perkembangan dari dengan kriteria hasil : adekuat hasil yang diharapkan dengan penurunan kadar Hb dalam darah Pasien menghabiskan 50-100cc asi 2. Membantu menentukan berat atau susu formula 1. Timbang BB klien badan yang ideal RENCANA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL Tidak mengalami anoreksia, mual, 2. Berikan susu sedikit tapi sering 3. Mengurangi anoreksia, mual muntah 3. Catat status nutrisi paasien: dan muntah Setelah diberikan asuhan 1. Monitor tanda-tanda 1. Data dasar Menunjukkan peningkatan berat turgor kulit, timbang berat 4. Berguna dalam mendefinisikan keperawatan selama 3 x vital, bunyi jantung, mengetahui badan badan, integritas mukosa derajat masalah dan intervensi mulut, kemampuan menelan, yang tepat dalam 24 jam diharapkan resiko denyut jantung, irama perkembangan klien adanya bising usus, riwayat pengawasan kefektifan obat, perubahan perfusi klien jantung dan mengetahui ada mual/rnuntah atau diare. kemajuan penyembuhan 4. Monitor intake dan output 5. Mengukur keefektifan nutrisi tidak terjadi, dengan 2. Observasi pengisian tidaknya kelainan secara periodik. dan cairan kriteria hasil: kapiler klien jantung 5. Catat adanya anoreksia, mual, 6. Menentukan jenis diet dan muntah, dan tetapkan jika ada mengidentifikasi pemecahan 1. TTV dalam batas 3. Anjurkan penggunaan 2. Mengetahui pengisian hubungannya dengan masalah untuk meningkatkan normal (Nadi: 120- kaos kaki dan minyak kapiler klien dalam medikasi. nutrisi. 160x/mnt, Suhu: 36- hangat pada telapak batas normal 37,4 derajat celcius, tangan dan kaki 3. Menjaga agar akral Respirasi: 30- tetap hangat 60x/mnt) 2. Akral klien hangat 3. Pengisian kapiler < 3 detik Gangguan Motilitas gastrointestinal KONSEP TUMBUH KEMBANG Masalah tumbuh kembang merupkan masalah yang masih perlu diperhatikan tidak hanya pada bayi lahir normal melainkan juga pada bayi lahir prematur. Dikarenakan tingkat perkembangan bayi dengan prematur pada tahun pertama umumnya lebih rendah ketimbang bayi aterm yang dilahirkan pada hari yang bersamaan. Defisit dalam tingkat tumbuh kembang ini cenderung bersesuaian dengan tingkat prematuritas. Perbedaan ini biasanya akan hilang pada tahun kedua asalkan saja tidak ada komplikasi. Cacat perkembangan lebih sering terjadi pada bayi prematur ketimbang pada bayi aterm dan sering meliputi gangguan fungsi intelektual atau motorik (Nelson, 2000). Terjadi keterlambatan perkembangan prematur meliputi perkembangan motorik, adaptasi sosial maupun bahasa. Selain itu bayi perlu menyesuaikan berat badannya untuk mengejar ketertinggalan dengan menyesuai kebutuhan maupun asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya (Eisenberg, 2002). Masalah tumbuh kembang bayi prematur seperti masalah pertumbuhan serta penyimpangan persepsi, intelektual mulai terlihat pada usia koreksi 6 sampai 12 bulan. Salah satu tugas orang tua dalam mengasuh bayi prematur adalah mempelajari perbedaan khusus bayi prematur dan pola pertumbuhannya. Tugas orang tua tersebut adalah belajar, memahami, dan menerima kebutuhan perawatan bayi sehingga memperoleh pengetahuaan dalam merawat bayi tersebut yang 3 penting terhadap tumbuh kembang bayi prematur ke depannya (Sammons cit Bobak, 2004). TERIMAKASIH