Вы находитесь на странице: 1из 62

Pemicu 3 Imunologi

Aldi Firdaus ( 405140098 )


Learning Objectives
• 1. Definisi,Struktur, dan Klasifikasi Virus
• 2. Patfis Infeksi Virus
• 3. Respon Imun thd Infeksi Virus
• 4. Faktor yg Mempengaruhi Infeksi Virus
• 5. Prosedur Diagnostik Infeksi Virus
• 6. Tata Laksana ( Farmako )
• 7. Pencegahan
• 8. Penjelasan ttg Dengue Fever & Dengue
Hemorraghic Fever
• 9. DD
LO 1
Kriteria Definisi Virus
• Terdiri dari satu tipe asam nukleat DNA/RNA
• Mempunyai protein (glycoprotein,
hemaglutinin, Enzyme)
• Parasitisme intrasel obligat
• Mempunyai struktur tertentu : nacked capsid,
envelope
Klasifikasi Virus
VIRUS DNA

Poxviridae Iridoviridae Herpesviridae

Adenoviridae Papovaviridae Parvoviridae


VIRUS RNA

Paramyxoviridae Orthomyxoviridae Coronaviridae

Arenaviridae Retroviridae

Reoviridae Picornaviridae

Rhabdoviridae Togaviridae Orbivirus Bunyaviridae

Arboviruses
Klasifikasi Virus
Family Members
1. Poxviridae Smallpox virus, vaccinia virus, monkeypox,
molluscum contagiosum
2. Herpesviridae Herpes simplex virus types 1 and 2,
varicella-zoster virus, Epstein-Barr virus,
cytomegalovirus, human herpesviruses, 6,
7, 8.
3. Adenoviridae Adenovirus
4. Hepadnaviridae Hepatitis B virus
5. Polyoma viridae JC virus, BK virus, SV40
6. Papilloma viridae Papilloma virus
7. Parvoviridae Parvovirus B19, adeno-associated virus
Family Members
1. Paramyxoviridae Parainfluenza virus, measles virus, mumps
2. Orthomyxoviridae Influenza virus types 1,2,3
3. Coronaviridae Coronavirus, SARS (severe acute
respiratory syndrome)
4. Arenaviridae Lassa Fever virus, Junin and Machupo
virus
5. Rhabdoviridae Rabies virus, vesicular stomatitis virus
6. Filoviridae Ebola virus, Marburg virus
7. Bunyaviridae California Encephalitis virus, Lacrosse
virus
8. Retroviridae HIV, animal oncoviruses
9. Reoviridae Rotavirus, Colorado tick fever virus
10. Picomaviridae Rhinoviruses, polio virus, echoviruses
11. Togaviridae Rubella virus
12. Flaviridae Yellow Fever virus, dengue virus, hep.C
virus
13. Noroviridae Norwalk virus, calicivirus
14. Delta Delta agent
Virus RNA Klasifikasi
Famili RNA Virion Replikasi Spektrum
hospes
Picornaviridae Rantai Tidak berselubung, Sitoplasma Sempit
tunggal diameter = 28-30 nm
Caliciviridae Rantai Tidak berselubung, Sitoplasma Sempit
tunggal diameter = 35-45 nm
Togaviridae Rantai Berselubung, diameter = Sitoplasma Luas
tunggal 60-70 nm
Flaviviridae Rantai Berselubung, diameter = Sitoplasma Luas
tunggal 40-50 nm
Bunyaviridae Rantai Berselubung, diameter = Sitoplasma Luas
tunggal 90-120 nm
Arenaviridae Rantai Berselubung, diameter = Sitoplasma
tunggal 50-300 nm (rata-rata
110-130 nm)
Famili RNA Virion Replikasi Spektrum
hospes
Coronaviridae Rantai Berselubung, Sitoplasma
tunggal diameter = 80-160
nm
Rhabdoviridae Rantai Berselubung, Sitoplasma
tunggal diameter = 70-85 nm
Paramyxoviridae Rantai Berselubung, Sitoplasma Sempit
tunggal diameter = 150-300
nm
Orthomyxoviridae Rantai Berselubung, Inti dan
tunggal diameter = 90-120 Sitoplasma
nm
Reoviridae Rantai Tidak berselubung, Sitoplasma
ganda diameter = 60-80 nm
Retroviridae Rantai Berselubung, Sitoplasma
tunggal diameter = 80-130
nm
Virus DNA
Famili RNA Virion Replikasi Spektrum
hospes
Adenoviridae Rantai ganda Tidak berselubung, Inti sel Sempit
diameter = 70-90 nm
Herpesviridae Rantai ganda Berselubung,
diameter = 15-200
nm
Hepadnaviridae Rantai ganda Berselubung, Hepatosit
diameter = 60-70 nm terjadi di inti sel
Papoviridae Rantai ganda Berselubung, Inti sel Sempit
diameter = 40-50 nm
Parvoviridae Rantai ganda Tidak berselubung, Inti sel Sempit
diameter = 70-90 nm
Poxviridae Rantai ganda Berselubung,
diameter = 15-200
nm
Struktur Virus
• Virion : Partikel virus lengkap atau badan
elementer yang merupakan sistem partikel
virus yang infektif
• Genom : Bahan genetik (inti) yang terdiri dari
asam nukleat sebagai DNA/RNA
• Capsid : Lapisan protein yang terdiri dari
bahan genetik
• Envelop : selubung yang membungkus kapsid
• Nukleokapsid : kapsid bersama dengan genom
• Komponen Dasar Virion
DNA/RNA + Protein Struktural + Enzim dan
binding protein as.nukleat = Nukleokapsid =
Naked Capsid Virus.

Nukleokapsid + Glikoprotein & membran =


Enveloped Virus
 Klasifikasi tertua mengenai virus didasarkan
pada penyakit yang ditimbulkan, dan sistem ini
menawarkan kemudahan tertentu untuk
pengobatan klinik.
A. Penyakit yang merata
B. Penyakit primer yang mempengaruhi organ khusus
A. Penyakit yang merata
• Penyakit yang disebabkan oleh penyebaran virus ke
seluruh tubuh melalui aliran darah dan
mempengaruhi banyak organ
• Ruam kulit dapat terjadi
• Mencakup vaksinia, campak, rubela, cacar air,
demam kuning, dengue, enterovirus, dan lain- lain
B. Penyakit primer yang mempengaruhi
organ khusus  virus dapat mencapai
organ melalui aliran darah, saraf perifer,
atau melalui jalur-jalur lain
1. Penyakit susunan saraf
• Poliomielitis, meningitis aseptik (polio-,
coksaki-, dan ekovirus), rabies, ensefalitis
yang ditularkan melalui artropoda,
koriomeningitis limfosit, herpes simpleks,
meningoensefalitis, gondong, campak,
vaksinia, dan infeksi virus “lambat”
2. Penyakit saluran pernapasan
• Influenza, parainfluenza, pneumonia virus
sinsitial pernapasan dan bronkiolitis, faringitis
adenovirus, dan selesma (common cold,
disebabkan oleh banyak virus)
3. Penyakit lokal pada kulit atau selaput lendir
• Herpes simpleks tipe 1 (biasanya oral) dan tipe 2
(biasanya genital), moluskum kontagiosum, kutil,
herpangina, herpes zoster, dan lainnya
4. Penyakit mata
• Konjungtivitis adenovirus, keratokonjungtivitis
herpes, dan konjungtivitis hemoragik epidemik
(enterovirus 70)
5. Penyakit hati
• Hepatitis tipe A (hepatitis infeksiosa). Tipe B (hepatitis
serum), dan tipe C; demam kuning; dan pada bayi
yang baru lahir, enterovirus, herpesvirus, dan virus
rubela
6. Penyakit kelenjar liur
• Gondong dan sitomegalovirus
7. Penyakit saluran pencernaan
• Rotavirus, virus Norwalk, adenovirus enterik
8. Penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
• Virus herpes simpleks, virus hepatitis B, virus
papiloma, virus moluskum kontagiosum, retrovirus
yang berhubungan denganbsindroma imunodefisiensi
didapat (AIDS), dan mungkin sitomegalovirus
merupakan patogen yang ditularkan melalui
hubungan seksual
LO 2
Replikasi Virus

ATTACHMENT
• Berlandaskan:
– Mekanisme elektrostatik
– Dipermuda oleh ion logam (ex: Mg)
– Stetelah adanya tumbukan antar sel dan virion pada reseptor spesifik

PENETRASI
 virion atau asam nukleat virus masuk ke sitoplasma sel dgn berbagai cara

Virus telanjang Virus envelop


Translokasi virus menenmbus Fusi membran  isi genom
membran sel yang utuh virus dimasukkan ke dlm
sitoplasma sel
Insersi genom  virus yang Endositosis yang diatur oleh
menempel menginjeksikan klatrin, kadang menimbulkan
material genetik direk ke dlm fusi ke dalam endosom
sitoplasma intraseluler
Replikasi Virus
UNCOATING

• Pelepasan asam nukleat infektif dari


pembungkus luar
• Pada enterovirus terjadi di membran
• Pada poxvirus terjadi di dlm sel
• Pada reovirus terjadi uncoating yang tdk
sempurna
Replikasi Virus
TRANSKRIPSI
• Terutama pada gen yang berhubungan dgn pembentukan anzim dan
protein awal

TRANSLASI
• RNA ditranslasikan menjadi protein pada poliribosom
sitoplasma
• Protein yang merupakan produk proses ini:
– Polipeptida struktural virion
– Enzim virion
– Enzim yang tdk bersifat struktural dan berhubungan dgn transkripsi
atau sintesis DNA
– Protein yang mengatur supresi transkripsi atau tyranslasi sel
– Protein yang mengatur supresi ekspresi gen awal virus
Replikasi Virus

REPLIKASI

• Jika konsentrasi enzim yang diperlukan telah


mencukupi, DNA mulai mengadakan replikasi

PERAKITAN VIRION

• Terjadi setelah protein struktural yang dibentuk di


sitoplasma bergabung dgn DNA yang bereplikasi di
inti sel
Replikasi Virus

PELEPASAN PARTIKEL

• Virion yang telah lengkap bergerak menuju


membran sel kemudian terjadi pelepasan
partikel dari sel
• Virus yang berselubung mendapatkan
selubungnya di mambran sel
LO 3
LO 4
PERAN DALAM SISTEM IMUN
Vit B6 Intake adekuat mempertahankan respon Th1
Folat Mempertahankan imunitas nonspesifik(akivitas sel NK)
Vit B12 Sebagai imunomodulator pd imunitas selular(NK, CD8+ & limfosit T)
Vit C Peran dalam antimikrobial dan aktivitas sel NK,proliferasi
limfosit,kemotaksis dan respon DTH( delayed type hypersensitivitas )
Vit A Peran dalam respons antibodi dan seluler,respons anti inflamasi TH2
Vit D Peran dalam proliferasi dan diferensiasi sel.
Semua sel sistem imun kecuali sel B mengekspresikan reseptor Vit D
Meningkatkan imunitas non-spesifik
Vit E Antioksidan terpenting.
Produksi faktor supresif imun yang menurun
Mengoptimalkan dan meningkatkan respon imun(Th1)
LO 5
Pemeriksaan
Metode Diagnosa Infeksi Virus
1. Menentukan / menemukan virus & konstituentnya
– Menemukan antigen virus
– Intrasel (RSV)
– Ekstrasel / darah (HBV, HIV)
– Genom Virus
– Partikel Virus Komplit
Cara: PCR, ELISA, Kultur Sel
2. Menemukan Respons Antibodi Spesifik
– ELISA
– FC (fiksasi komplemen)
– Aglutinasi
– HI (hambatan hemaglutinasi)
– IF (imunofluoressen)
– Neutralisasi
– Imuno Blot
Pemeriksaan
• Menemukan Genom Virus
– Teknik DOT-BLOT
– Southern Blot hibridasi
– Polymerase Chain Reaction (PCR)

• Diagnosa cepat infeksi virus dengan:


– Mikroskop Elektron
– Teknik Fluorescent Antibodi
– Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
– Deteksi IgM spesifik
– Nicleic acid hybridization
– PCR
Teknik Immunofluoresens
– Prinsip dari cara ini adalah mengenal antigen virus
yang terdapat dalam hapusan atau irisan jaringan
yang bereaksi dengan antibodi yang mengandung zat
warna fluoresens sehingga akan bersinar di bawah
pengamatan mikroskop fluoresens.

ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)


– Dengan metode yang baru ini, maka baik antigen
maupun antibodi dapat dideteksi dengan lebih
mudah. Sesuai dengan prosedur dari Voller yang
sudah dimodifikasi
ELISA : pemeriksaan yang digunakan untuk menemukan
antibodi.
• antigen diikat benda padat  ditambah antibodi yang akan
dicari
• Ditambahkan lagi antigen yang bertanda enzim, seperti
peroksidase dan fosfatase
• Ditambahkan substrat kromogenik yang bila bereaksi dengan
enzim dapat menimbulkan perubahan warna.perubahan warna
yg terjadi sesuai dengan jumlah enzim yang diikat dan seusi
pula dengan kadar antibodi yang dicari
IMUNOBLOTTING : digunakan untuk memeriksa
molekul dalam campuran biokimiawi yang kompleks.
• Analisa western blot digunakan utk menentukan kuantitas relatif
& berat molekul protein dalam campuran protein / molekul lain.
• Campuran pertama kali dipisahkan secara analitikal, biasanya
dengan SDS-PAGE, agar posisi akhir berbagai protein dalam gel
merupakan fungsi dari besar molekulnya ditransfer ke matriks lain
dan molekul yang diinginkan ditemukan dgn cara ELISA / RIA.
• Pada esai ini digunakan untuk menentukan adanya antibodi
terhadap bahan yang terinfeksi dan menganalisa susunan DNA
• Diagnosis laboratorium
– Mendeteksi komponen dari virus
– Mendeteksi respon imun thdp virus
• Specimen collection, treatmeny of speciment
• Virus isolation
• Direct examination
• Electron microscopy
• Antigen detection
Pemeriksaan Penunjang

Menemukan Menemukan Menemukan Menemukan


Virus Antigen Antibody As. Nukleat

- Kultur -Direct ELISA -Indirect ELISA


Virus -Direct -Indirect FIA -PCR
Fluorescene -Titer Antibody
Immuno -Hemmaglunation
Assay assay
Specimen collection
treatment of specimens
• Spesimen yg terbaik  diambil pada saat
awal sakit  ketika virus belum terikat dg
antibodi
• Suhu tmpt penyimpanan spesimen 40C
• Transport disimpan – 700C
• Spesimen jaringan  segar & beku, tanpa
formalin & fiksasi lain
• Medium virus harus mempunyai stabilitas dg
sumber protein essential, bebas dari antibodi
Virus isolation
Keuntungan:
• Mempunyai spesifisitas
• Sensitivitas meningkat tanpa kehilangan spesifisitas
• Single infection virion  Kultur (+)
• Identifikasi penyebab sehingga mempermudah
penyembuhan

Kerugian:
• Prosesnya lama
• Intensive, mahal, butuh tenaga profesional &
berpengalaman
• Butuh kultur sistem
Antigen detection
• Immunofluorescence
• Solid phase immunoassay, RIA, EIA
• Nucleic acid hybridization
• Antibody measurement
• Standart serologic procedures  CF, HI, PHA
• Metode terbaru:
– Solid phase indirect EIA  ELISA
– Latex agglutination tests
Pemeriksaan Lab Virus
• Serologi:
menemukan Ab spesifik:
– ELISA
– Fiksasi komplemen
– Hambatan hemaglutinasi
– Imunofluoressen
– Netralisasi
– Imunoblot
menemukan Ag virus dalam lesi dengan menggunakan
Ab: ELISA, IF, PCR.
menemukan genom virus: PCR, Hibridasi.

• Partikel virus komplit: dgn mikroskop elektron atau imun


mikroskop elektron.

• Pemeriksaan histologik jaringan


Diagnosis Lab
• Identifikasi dalam Kultur Sel
- Keberadaan virus dalam spesimen pasien dapat dideteksi
dengan adanya CPE (Cytophatic Effect) dalam kultur sel
- CPE  perubahan wujud dari sel yang terinfeksi virus, baik
ukuran, bentuk & fusi dari sel untuk membentuk sel raksasa
multinuklear (syncytia)  manifestasi dari sel yang terinfeksi
virus yang sekarat / mati
- Jika virus tidak memproduksi CPE, keberadaannya dapat
dideteksi dengan :
• Hemadsorption  menggabungkan eritrosit pada
permukaan sel yang terinfeksi virus. Teknik ini terbatas
pada virus dengan dengan protein hemaglutinin pada
envelopnya (seperti pada gondong, prainfluenza, &
influenza
• Mencampur dengan formasi CPE dan virus ke2
cth : virus Rubella  tidak menyebabkan CPE  dapat
dideteksi dengan mencampur dengan formasi CPE dari
enterovirus tertentu
Diagnosis Lab
• Penurunan produksi asam oleh sel terinfeksi yang
sekarat  dideteksi secara visual dengan perubahan
warna dalam phenol red (indikator pH) dalam media
kultur. Indikator menjadi merah jika ada sel yang
terinfeksi dan kuning apabila tidak (untuk deteksi
enterovirus)
– Identifikasi spesifik virus dapat dibuat dengan
menggunakan Antibodi yang sudah diketahui dalam 1
atau beberapa tes :
• Fiksasi Komplemen
Jika Ag (virus yang tidak diketahui dalam cairan kultur)
& Ab yang diketahui homolog, C akan diikat pada
kompleks Ag-Ab  hal ini membuat ketidakmampuan
untuk melisiskan indikator sistem, yang dikomposisikan
dengan sel darah merah yang sudah disensitisasi.
Diagnosis Lab
• Hemaglutination Inhibition
Jika virus & Ab homolog  virus akan diblok dari
serangan kepada eritrosit  tidak hemaglutinasi.
(Hanya virus yang mengaglutinasi sel darah
merah yang dapat diidentifikasi dengan metode
ini)
• Netralisasi
Jika virus & Ab homolog  Ab terikat pada
permukaan virus  memblok masuknya virus ke
dalam sel.
• Fluorescent Ab assay
Jika sel yang terinfeksi virus & Ab yang sudah
difluororesensi homolog  akan terlihat
warna hijau apel dari flourescent dalam sel
(menggunakan mikroskop UV)
Diagnosis Lab
• Radioimmunoassay
Jika virus & Ab homolog  lebih sedikit Ab
yang terikat pada virus yang diketahui dan
diradioaktif
• ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay)
Dalam ELISA  Ab yang diketahui diikat
pada permukaan. Jika virus ada dalam
spesimen pasien  akan terikat pada Ab.
• Imunoelectron Microscopy
Jika Ab dan virus homolog  agregat dari
kompleks virus-Ab terlihat dalam mikroskop
elektron
Diagnosis Lab
• Identifikasi mikroskopik
– Virus bisa dideteksi dan diidentifikasi dengan
pemeriksaan mikroskopik langsung dari spesimen
klinik seperti materi biopsi atau lesi kulit
– Prosedur:
• Mikroskop cahaya
mengungkap badan inklusi atau sel raksasa multinuklear
contoh: pewarnaan Tzanck  menunjukan virus herpes,
menginduksi sel raksasa multinuklear dalam lesi kulit
vesikular
• Mikroskop UV
pewarnaan fluorescent Antibodi dari sel yang terinfeksi virus
• Mikroskop elektron
deteksi partikel virus yang bisa diketahui dari ukuran dan
morfologinya
Diagnosis Lab
• Serologis procedures
– Peningkatan titer Ab untuk virus bisa digunakan untuk
mendiagnosis infeksi tertentu
– Sampel diambil segera setelah penyebab virus
diduga (fase akut) dan sampel kedua diambil 10-14
hari kemudian (fase convalescent). Jika titer pada
fase convalescent min 4x titer sampel fase akut 
pasien dipertimbangkan terinfeksi
– Titer Ab pada sampel tunggal tidak bisa membedakan
infeksi sebelumnya dan infeksi sekarang
– Pada beberapa penyakit virus, keberadaan Ab IgM
digunakan untuk diagnosis infeksi saat ini
Diagnosis Lab
• Detection of viral Ag
– Ag virus bisa dideteksi dalam darah pasien atau
cairan tubuh dengan beberapa test, tapi yang
tersering ELISA (contoh: Ag p24  HIV)
• Detection of viral nucleid acids
– Asam nukleat virus, gen virus, atau mRNA virus bisa
dideteksi dalam darah pasien atau jaringan dengan
complementary DNA atau RNA (cDNA atau cRNA)
– Jika hanya sejumlah kecil asam nukleat virus yang
ada dalam pasien  PCR bisa digunakan untuk
memperbesar asam nukleat virus
– Pemeriksaan untuk RNA dari darah pasien HIV (viral
load) biasa digunakan untuk memonitor penyebab
penyakit dan mengevaluasi prognosis pasien
PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION )
• Merupakan tes DNA cepat dan sensitif yang
dilakukan pada DNA yang mengandung
virus,bakteri,dan parasit apapun.
• Setelah dilakukan eksploitasi
DNA,pemeriksaandilanjutkan dengan
pemberian senyawa spesifik tertentu sehingga
terbentuk fluoresensi dan dicocokkan dengan
variabel kontrol yang ada.
Ada 4 jenis PCR:
1.DNA binding flourophores
2.Duel Labelled probes
3.Molecular beacons
4.Self fluorescing amplicons
LO 6
Penggolongan Obat Anti Virus
Penatalaksanaan Beberapa contoh antivirus
Senyawa Mekanisme kerja Spektrum antivirusnya

Yang disetujui1 kemungkinan2


Asiklovir Dimetabolisme menjadi Herpes simplex Epstein-barr
asiklovir trifosfat, yang varicella-zoster Herpes B (herpes
menghambat DNA sitomegalovirus simiac)
polimerase virus
Valasiklovir Sama dengan asiklovir Herpes simplex
varicella-zoster
sitomegalovirus
Gansiklovir Dimetabolisme menjadi Sitomegalovirus Herpes simplex
gansiklovir varicella-zoster
Epstein-Barr,
human herpesvirus
8, herpes B
Senyawa Mekanisme kerja Spektrum antivirusnya

Yang disetujui1 kemungkinan2

Pensiklovir Dimetabolisme menjadi Herpes simplex


pensiklovir trifosfat yang
menghambat DNA
polimerase virus
Famsiklovir Sama dengan pensiklovir Herpes simplex Hepatitis B
varicella-zoster
Foskarnet Mengahambat DNA Sitomegalovirus Herpes simplex
polimerase virus dan varicella-zoster
reverse transcriptase Epstein-Barr,
pada tempat ikatan human herpesvirus
pirofosfat 8, herpes B
Senyawa Mekanisme kerja Spektrum antivirusnya
Yang disetujui1 kemungkinan2
Ribavirin Mengganggu mRNA virus Demam Lassa, Parainfluenza,
hantavirus, influenza A dan
Respiratory B, cacar air,
Synctytial Virus hantavirus
(RSV), hepatitis C
(pada kasus kronik
dalam kombinasi
dengan interferon
alfa)
Lamivudin Hambat DNA polimerase Hepatitis B
dan reverse transcriptase (kronik), HIV-1
virus
Amantadin Hambatan ion protein M2 Influenza A
dan modulasi pH intrasel
c Mekanisme kerja Spektrum antivirusnya
Yang disetujui1 kemungkinan2
Rimantadin Hambatan kanal ion Influenza A
protein M2 dan modulasi
pH intrasel

Interferon Induksi enzim seluler Hepatitis B Hepatitis D


alfa yang mengganggu Dan C, human
sintesis protein virus herpesvirus B,
papilomavirus
NRTI Menghentikan HIV (dan retro
perpanjangan rantai DNA virus lain)
virus, dengan cara
bergabung pada ujung 3’
rantai DNA virus
NNRTI Menghambat HIV-1 Hiv-1
Reverse transriptase
melalui interaksi dengan
allosteric poket site.

Вам также может понравиться