Вы находитесь на странице: 1из 26

Journal Reading

OTITIS MEDIA EFUSI SETELAH RADIOTERAPI PADA


KEPALA DAN LEHER: SYSTEMATIC REVIEW

DISUSUN OLEH:
Lisye Elsina Kareni G99171023
Fairuz Zahidah G991902019
Bias Ayu Rentang Sukma G99172053
Fathia Sri Mulyani G991902020
Mutia Azmi Suswandari G99172119
PEMBIMBING:
dr. Putu Wijaya Kandhi, Sp.THT-KL(K).,FICS
Otitis media with effusion after radiotherapy of the head and neck: a systematic
review

J. G. Christensen, I. Wessel, A. B. Gothelf, P. Homøe

Acta Oncologica. 2018 April; 1(1):1-6

CRITICAL APPRAISAL

General Description
1. Design : A comprehensive search systematic review.
2. Subject : Eleven observational cohort studies, seven retrospectiveand four
prospective studies.
3. Title : Interesting, concise, explicit, and straightforward
4. Authors : Clearly written institution and there is a correspondence address.
5. Abstract : Clear and appropriate rules.
6. Introduction : Consist of seven paragraphs and contains the background,
theory, and objectives of the systematic review.

Level of Evidence
• Level 2A (Systematic review of cohort studies)
P-I-C-O Analysis
• Population :
A systematic review on eleven observational cohort studies, seven retros
pective and four prospective studies. The number of patients per study ra
P-I-C-O Analysis
nged from 17 to 175. The mean age varied between studies from 43 yea
rs to 56 years. Eught studies included patients with nasopharyngeal canc
er, one study included parotid cancer, and two studies included patients w
ith mixed cancer locations in the head and neck area.
• Intervention : No intervention.
• Comparison : No comparison.
• Outcome :
OME is seemingly a common adverse event after RT to the upper head a
nd neck area and can be further complicated by CSOM.
V-I-A Analysis
• Validity :
This study was using standardized guideline for systematic
reviews.
• Importance :
Systematically evaluate the incidence or RT-induced OME
of patients with head and neck cancer.
• Applicability :
The research may be valuable to give some informations t
hat OME is seemingly a common adverse event after RT t
o the upper head and neck area and can be further
complicated by CSOM.
ABSTRAK
Latar belakang
Otitis media (OM) dan gangguan pendengaran
yang berhubungan dengannya, mungkin merup
akan efek samping dari radioterapi kepala leher
dan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Kondi
si ini berhubungan dengan lokasi tumor.

Tujuan
Untuk menampilkan sistematik review
mengenai pengetahuan terbaru tentang
risiko OM setelah radioterapi kepala
leher.
ABSTRAK
Hasil
Dari 597 artikel 11 memenuhi kriteria inklusi. Tujuh adalah retrospektif dan 4
prospektif. Tidak ada randomized controll trials. Delapan studi mengenai kanker
nasofaring. Satu studi mengenai kanker kelenjar parotis dan dua studi mengenai
kanker di lokasi lain pada kepala leher. Meta-analisis tidak dapat dilakukan karena s
tudi yang heterogen. Insidensi OM bervariasi (8-29%).

Kesimpulan
Insidensi OM tinggi setelah radioterapi kanker di area kepala leher dan dosis
irradiasi tuba eustachius berhubungan dengan perkembangan OM, tetapi literaturn
ya masih sedikit. Penelitian dibutuhkan untuk pasien yang berisiko mengalami O
M setelah radioterapi. Terutama melalui analisis hubungan dosis antara tuba
eustachius dan telinga tengah, dan perkembangan dari OM. Laporan mengenai O
M seharusnya per telinga dan mengikuti protokol standar dari penilaian telinga te
ngah sebelum dan sesudah radioterapi. Selanjutnya, dibutuhkan cara yang baru u
ntuk mencegah dan mengobati OME akibat radiasi, terutama melalui
randomized controll trials.
INTRODUKSI
Radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi adalah
perawatan lini pertama pada kanker kepala leher.

02Disfungsi tuba eustachius dan otitis media adalah


efek samping radioterapi pada pasien kanker
kepala leher.

Lebih dari 40 % pasien kanker nasofaring


menderita otitis media efusi saat terdiagnosis
karena obstruksi mekanis dan pertumbuhan tumor
04pada kartilago tuba eustachius.
INTRODUKSI
Radioterapi mengurangi insidensi dari OME pada
pasien dengan OME karena oklusi tumor di tuba
eustachius.

02
Insidensi OME dan otitis media kronis dengan atau
tanpa sekret meningkat seletah radioterapi.

Perawatan OME akibat radioterapi masih kontroversial.

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi secara


04
sistematis insidensi OME akibat radioterapi pada pasien
dengan kanker kepala leher menggunakan guideline
PRISMA.
METODE
Tinjauan pustaka diidentifikasi dengan
pencarian komprehensif dari PubMed
dan Embase (1974-2017)

Strategi pencarian dengan


guideline PRISMA dan kata
Semua studi pustaka kunci ‘radioterapi’,‘neoplasma
dilakukan skrining judul kepala dan leher’,‘otitis media’
dan abstraknya. dan kombinasi sinonim dari
kata-kata tersebut.Pencarian
dibatasi hanya pada artikel.
Strategi pencarian yang sama juga
digunakan pada Embase. Pencarian
dilakukan antara 1 Oktober 2015
dan6 Februari 2017
KRITERIA EKSKLUSI

Bahasa selain bahasa inggris Usia


Your Text Here kurang dari 18 tahun
Tumor intrakranial laporan kasus Tidak tersedia teks yang lengkap
Review Kurang dari 10 pasien
Surat atau abstrak konferensi Tumor otoakustik
Operasi telinga tengah atau tuba eustachius Eksperimen binatang
Your Text Here
sebagai bagian dari terapi
HASIL
Seleksi dan Hasil Pencarian Studi Pustaka

• Pencarian literatur menghasilkan • Ada 11 studi pustaka yang merupakan


597 daftar setelah penghapusan studi kohort observasional, tujuh studi
duplikat. retrospektif, dan 4 studi prospektif.
• Rata-rata usia pada studi adalah 43
• Total dari 445 artikel dieksklusikan
tahun sampai 56 tahun.
setelah skrining judul. • Delapan studi termasuk pasien dengan
• Empat belas studi pustaka kanker nasofaring, satu studi termasuk
dieksklusikan setelah critical kanker parotis, dan dua studi termasuk
appraisal melalui guideline PICO pasien dengan kanker campuran pada
nn dari evidence based medicine, kepala dan leher.
nn mengarah ke 11 studi pustaka. • Insidensi OME akibat radioterapi yang di
laporkan antara 8 dan 29%.
Kanker Nasofaring
Hsin et al., melalui studi retrospektif
105 pasien (210 telinga) dengan kan Wakisaka, et. al., secara
ker nasofaring yang diterapi dengan retrospektif mengulas 24
IMRT (Intensity Modulated Radio pasien kanker nasofaring (48
Therapy), termasuk semua stadium telinga)
kanker
Setelah radioterapi, 29% mengalami OME pada
insidensi OME pada telinga telinga kontralateral dari t
yang normal sebelum radio umor dan 8% mengalami
terapi adalah 18 % dan 7% OMSK 1,3, dan 4 tahun s
mengalami OMSK etelah radioterapi
Insidensi penurunan
Pada total 25% mengalami pendengaran konduktif menurun
pada telinga ipsilateral dari
OM setelah radioterapi
tumor (dari 63 % ke 13 %) dan
meningkat pada telinga
kontralateral (dari 0% ke 8%).
Kanker Nasofaring
Wang et al., mengulas 150 (261 Kew et al., mengulas secara
telinga) pasien kanker nasofaring ya retrospektif 32 (64 telinga) pa
ng mendapatkan radioterapi. sien kanker nasofaring

Tidak ada penilaian otologis


Sebelum radioterapi, ada dan audiologis yang
20% pasien dengan OME dilakukan

Dua puluh sembilan dari


mereka sembuh setelah Dalam rata-rata 13,5 bulan setel
radioterapi tetapi 17/210 ah radioterapi, 27% mengalami
telinga normal sebelum OME setelah radioterapi
radioterapi mengalami
OME rata-rata 9,1 bulan
setelah terapi
Kanker Nasofaring
Low dan Fong mengulas secara
Morton, et al., mengevaluasi
retrospektif 35 (79 telinga) pasien
dengan kanker nasofaring dan secara retrospektif 61
mempelajari OME pada radioterapi (122 telinga) pasien dengan
jangka panjang kanker nasofaring

23% mengalami OME Setelah radioterapi, 26 % m


sebelum radioterapi dan 13 engalami OME
% mengalami OME
setelahnya 40% mengalami otorhae
(OMSK) setelah insersi tabung
17 %mengalami OME dan ventilasi
14 % mengalami tuli 19 % pasien dengan OME
konduksi setelah radioterapi mengalami otorhae tanpa insersi
tabung ventilasi
Pasien dengan OME dibagi menjadi 3 kelompok

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3


Insersi tuba Insersi tuba Tanpa insersi
ventilasi sebelum ventilasi setelah tuba ventilasi
radioterapi radioterapi

Ada insidensi yang lebih besar secara signifikan pada pasien dengan
otorhae dan perforasi persisten pada kelompok 1 dan 2 (53%) dibandingkan
kelompok 3 (19%) (p=0.0497)
Tang et al., mengulas secara retrospektif 175 (350 telinga) pasien dengan
kanker nasofaring

OME dikonfirmasi dengan


miringotomi, dengan atau tanpa
insersi tuba ventilasi

Setelah radioterapi, 9% pasien


mengalami OME
Kanker Kelenjar Parotis

Jereczek-Fossa et al, mempelajari secara retrospektif


17 (34 telinga) pasien post-parotidektomi yang
memperoleh 3-conformal radioterapi sebagi perawatan
post-operasi

Tiga bulan setelah radioterapi 18 % menunjukan gejala tekanan


negatif telinga tengah atau efusi yang mengalami resolusi secara
lengkap pada evaluasi 6 dan 12 bulan
Kanker Kepala Leher Campuran
Kaul et al., mempelajari secara prospektif 120 pasien dengan
keganasan kepala leher yang dirawat dengan radioterapi

OME muncul pada 23 % pasien yang memperoleh


radioterapi dengan 3.3 % pasien mengalami OME
selama fase awal terapi, sedangkan 24 pasien tambahan
(20%) mengalami OME selama pertengahan
terapi

Tidak ada pasien yang mengalami OME saat follow up


setelah 1 bulan
Kanker Kepala Leher Campuran
Upadhya, et al., mempelajari secara prospektif 58 pasien dengan
kanker kepala leher yang lokasinya berbeda

Segera setelah radioterapi, 26 % mengalami OME, turun


menjadi 16 % dan 6 %, 3 dan 6 bulan setelah radioterapi

Tetapi, 6 bulan setelah radioterapi, insidensi disfungsi tuba


eustachius masih tinggi, 31 % dan tuli konduksi ditemukan
20%
DISKUSI
Meskipun OM setelah radioterapi pada kanker kepala leher di
ketahui diantara para klinisi, tidak terdokumentasi dengan
baik

02Karena follow up yang hanya fokus secara primer


pada deteksi relaps dan bukan pada efek samping
dari terapi

Mulut kering dan masalah menelan sangat sering


setelah radioterapi kepala leher. Tetapi, efek
samping yang lebih ringan seperti masalah telinga
04tengah mungkin tidak terdeteksi saat follow up.
Diskusi

Pengaruh Dosis
Perbedaan insidensi yang
A B dilaporkan berbagai studi

Deteksi gangguan telinga C


tengah
Pengaruh dosis

Dosis iradiasi pada struktur otologis dapat


sangat bervariasi sesuai dengan kanker IMRT → Menyelamatkan organ non-target.
primer dan lokasi metastasis kelenjar getah
beningnya

Insidensi OME berkurang ketika dosis di bawah Dosis terlalu tinggi pada sebagian besar kanker
52 Gy (TE) dan 46 Gy (telinga tengah) pada kepala dan leher bagian atas,
kanker primer yang sama.
↓ insidensi OMSK secara signifikan tetapi
Insidensi 6% lebih rendah pada kanker primer
tidak memiliki pengaruh pada insidensi OME
yang berbeda.

Telinga tengah setelah RT karena dosis yang Disarankan pada tumor terletak lebih jauh dari
relatif tinggi untuk struktur otologisnya. nasofaring
Perbedaan insidensi yang dilaporkan berbagai studi

Per telinga? --> lebih rendah

Per telinga? --> lebih rendah

Waktu panjang dan interval Insidensi OME yang


pendek --> lebih tinggi diinduksi TR
Waktu pendek dan interval
bervariasi pada KNF
lama -> lebih rendah (8-29%)

Jumlah pasien yang relatif kecil


Keluhan telinga

Otoskopi /
otomikroskopi Deteksi gangguan
telinga tengah
Audiometri nada
murni • Pemeriksaan otologis lengkap akan
lebih akurat

Impendansi
• MRI → efektif mendeteksi semua
efusi telinga tengah
SEBELUM
DAN
SESUDAH
TR
Kesimpulan

“ OME tampaknya merupakan peristiwa buruk yang umum terjadi setelah TR pada daerah
kepala dan leher atas dan dapat lebih rumit daripada OMSK. OME pasca-TR paling baik
dideskripsikan pada kanker nasofaring tetapi juga diamati pada pasien dengan kanker lain di
daerah kepala atas dan leher. Tampaknya terdapat hubungan antara dosis iradiasi dengan TE
dan OME. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengungkapkan apa saja yang
berisiko berkembangnya OME setelah RT melalui analisis hubungan dosis antara dosis iradiasi
dengan TE dan telinga tengah dan berkembangnya OM. OM pasca terapi harus dilaporkan

per telinga dan mengikuti protokol standar penilaian telinga tengah termasuk pemeriksaan
otologis, impedansi dan audiometri nada murni sebelum dan pada tindak lanjut setelah
radioterapi

Selain itu, ada kebutuhan untuk menemukan cara-cara baru untuk mencegah dan mengobati OME akibat radiasi. Ini
dapat diperoleh dengan uji coba terkontrol acak yang menguji efek latihan ventilasi TE selama dan setelah perawatan
terapi iradiasi, misalnya manuver Valsava yang sering atau penggunaan harian misalnya, balon Otovent®.
Terima Kasih

Вам также может понравиться