Вы находитесь на странице: 1из 35

TABLE 2.

9 INTERNATIONAL CLASSIFICATION OF HARD COALS BY TYPE


G R O U P S SUB-GROUPS
(D e t e r m i n e d b y c a k i n g CODE NUMBER (Determined by caking
p r o p e r t i e s ) properties)

Alternative Sub-
Alternative Group Group Parameters
Parameters
The first of the code number indicates the class of the coal, determined by volatile
matter concent up to 33 % VM and by calorofic parameter above 33% VM. Sub-
Group
Group Gray -
Number The second figure indicates the group of coal, determined by caking properties. Dilatome
Free Number King
Roga ter Test
Swellin The third figure indicates the sub-group, determined by coking properties. Assay
Index (%
g Index (coke
dilat.)
type)

435 535 635 5 > 140 > G8

334 434 534 634 4 50 – 140 G5 – G8


3 >4 333 433 533 633 733 3 0 – 50 G1 – G4
>5
332
432 532 632 732 832 2 <0 E–G
(a/b)

323 423 523 623 723 823 3 0 – 50 G1 – G4

2,1 – 322 422 522 622 722 822 2 <0 E–G


2 20 -45
4 Constract
321 421 521 621 721 821 1 ion only
B–D

212 312 412 512 612 712 812 2 <0 E–G


1 1-2 5-20 Constract
211 311 411 511 611 711 811 1 ion only
B–D

100 Non
0 0 – 0,5 0-5 200 300 400 300 600 700 800 900 0 softening
A
A B

Class Number 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

> 14-30 >14 –20 As an indication, the following


Volatile Matter > 20 >28 -
0-3 > > 33 > 33 > 33 > 33 classes have an approximate
(d..a.f.) > 14- > 14 > 16 -28 33
Class 16
6.5 > 10 -14
- 16 - 29 volatile matter centent of :
-10
Parame 6 : 33 – 44%
ter Gross calorific 7 : 33 – 44%
> 6100
value (m.a.f.) > >6100
- - - - - - 7200- and 8 : 35 – 50%
kcal/kg (30 0 C, 7750 -7200
7750 less 9 : 42 – 50%
96% humidity)
CLASSES (Dtermained by volatile matter up to 33% VM and calorific parameter above 33% VM)
TABLE 2. 8 CLASSES OF THE INTERNATIONAL SYSTEM COMPARED WITH
THE CLASES OF THE NATIONAL SYSTEM
Classes of the international system
Classes of national system
Parameters

Class Volatile Calorific value


matter United
No. (calculated to Nether- United
Belgium Germany France Italy Poland Kingdom
content standard moisture land State
content)

Antraciti Meta- Meta


0 0- 3
speciali antracyt anttracite
Antrachite
1A 3 – 6,5 Maigre Antrazite Antraciti Antraciet Antracite
Antracyt Antracite
communi
1B 6.5 – 10
Polantracyt Semi
Maigre Carboni
¼ grass Mager Chudy Dry steam antracite
2 10 – 14 magri Mager
kohle
Polkoksowy
½ grass Coking Low volatie
Demigrass Carboni Metapolkoks
3 14 – 20 ¾ grass Esskohle Esskool steam Bituminous
semi grassi owy
Carboni
Gras a Ortokok Medium
4 20 – 28 Fettkohle grassi corta Medium
courte flamma sowy volatile
flamme volatule bituminous
Carboni Vetkool coking
grassi media High vol.
5 28 – 33 Grass
corta flamma
Gazowo bituminous
Gaskohle Gras A
koksowy
propre -
> 33 mendit Carboni da High vol.
6 84450 - 7750 Gaskool
(32-40) gas bituminous
B
Carboni
33 Gas vlam High
7 7750 – 7200 grassi da Gazowy Volatile High volatile
(32– 44) Flambant vapore kool
Gas bituminous
gras C
> 33 Flamm Gazowo
8 7200 – 6100
(34-46) kohle Carboni plomienny
Flambant Vlamkool
secehi
> 33 Sub-
9 < 6100 see Plomienny
(36-48) bituminous
Analisis Batubara
Analisis Batubara dilakukan untuk mengetahui
jumlah komponen-komponen batubara
Analisis Batubara yang biasanya dilakukan
meliputi :
1. Analisis Proksimat
2. Analisis Ultimat
Analisis Proksimat adalah analisis umum yang
dilakukan pada batubara, baik oleh perusahaan
pertambangan atau oleh pembeli. Analisis Proksimat
terdiri dari empat nilai analisis yang jika dijumlahkan
akan bernilai 100%, yaitu :
 Kadar Lengas (moisture)
 Kadar Abu (Ash)
 Kadar Zat Terbang (Volatile Matter)
 Karbon Tertambat (Fixed Carbon)

Keempat komponen ini tidak dapat memberikan


gambaran data mengenai struktur batubara, tetapi
sangat bermanfaat untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan batubara di dalam industri pengguna batubara.
Kadar air batubara dapat diperkirakan dan dijelaskan berdasarkan kondisi
batubara tersebut. Kandungan total moisture merunjuk pada batubara
dalam kondisi as received dan biasanya merupakan parameter yang penting
dalam masalah pengangkutan. Total moisture merupakan penjumlahan dari
:

 Kandungan free moisture (lengas bebas), yang didefinisikan sebagai


prosentase berat yang hilang bilamana batubara pada kondisi as received
dikeringkan sampai mencapai kesetimbangan dengan udara luar di bawah
kondisi temperatur dan kelembaban standar. Batubara tersebut kemudian
berada pada kondisi air dried.

Kandungan inherent moisture (lengas inherent), yang didefinisikan sebagai


prosentase berat yang hilang bilamana batubara pada kondisi air dried
dikeringkan sampai mencapai kesetimbangan oleh nitrogen kering dibawah
kondisi temperatur standar. Batubara tersebut kemudian berada pada
kondisi dry.
Free Moisture terdapat dalam batubara secara
mekanik pada permukaan dan di dalam cracks serta
pada lubang-lubang kapiler yang cukup besar, dan
free moisture mempunyai tekanan uap normal.
Kadar free moisture pada prinsipnya tergantung pada
kondisi basah atau kering selama batubara terekspos
pada saat penambangan, transportasi, handling dan
storage serta distribusi ukuran batubara.
Inherent Moisture (IM) secara fisik terdapat dalam
struktur pori internal batubara dan mempunyai
tekanan uap lebih rendah dari tekanan uap normal.
Kadar IM di anggap sebagai karakteristik dasar dari
batubara dan air dried basis seringkali digunakan
untuk pengukuran parameter-parameter kualitas
yang lain.
Inherent Moisture sering dipakai untuk menentukan
rank batubara. Kandungan IM semakin tinggi dengan
semakin rendahnya peringkat batubara.

30 – 45 % = Lignit
18 – 30 % = Sub-Bituminus
 6 - 18 % = Bituminus
 3 - 6% = Semi Antrasit
 1 - 3% = Antrasit
Moisture dapat dihilangkan dari batubara baik secara mekanik
maupun secara thermal.

Dewatering secara mekanik dapat mengurangi kadar free


moisture dari batubara basah sekitar 12 – 18 % dengan
centrifuge dan 18 – 24 % dengan filtrasi, tergantung pada
distribusi ukuran dan yield yang diinginkan.

Proses pengeringan secara termal, walaupun lebih mahal tetapi


dapat menghilangkan semua free moisture dan sebagian
inherent moisture tergantung pada temperatur pemanasan
dan berapa lama batubara tersebut berada dalam media
pemanasan. Karena prosesnya yang mahal, proses pemanasan
batubara ini jarang dilakukan.
Batubara yang mengandung air cukup tinggi dapat menyebabkan masalah
selama handling dan grinding. Free moisture dan inherent moisture dapat
dianggap sebagai berat mati yang harus ditangani. Oleh karenanya
ongkos transportasi (seperti lewat kapal dan kereta), handling (grabs,
stackers, reclaimers, conveyors) menjadi semakin tinggi jika kadar air
semakin tinggi.

Masalah pada proses penggerusan (grinding) yaitu kapasitas penggerusan


menjadi semakin berkurang dengan semakin besarnya kadar free
moisture batubara.

 Kaitan Kadar Air dengan Pembakaran


Adalah bahwa sebagian panas yang diperoleh akan terbuang sebagai panas
latent dan panas sensibel, dalam penguapan air, yang terjadi dalam tanur.
Kadar abu suatu batubara didefinisikan sebagi residu inorganik yang terjadi
setelah batubara dibakar. Abu berasal dari bahan mineral yang
bercampur dengan batubara dan dari campuran material pembentuk
atap lapisan batubara dan lantai lapisan batubara.

Kadar abu seringkali dikaburkan dengan istilah mineral matter. Kedua istilah
ini mempunyai perbedaan yang sangat kecil, umumnya kurang dari 10 %.
Tidak ada metode sederhana yang secara langsung bisa menentukan
kadar mineral matter. Melalui analisis abu dan pengetahuan
kompleksitas mineral-mineral dalam batubara, dimungkinkan untuk
memperkirakan kadar mineral matter dari kadar abu.

 Terjadinya Mineral Matter


Mineral matter yang terdapat dalam batubara, terdiri dari dua macam :
 Inherent mineral matter
 Extraneous mineral matter
Inherent mineral matter terbentuk bersamaan dengan pembentukan batubara
itu sendiri selama proses pembatubaraan dan merupakan bagian terintegral
dari substansi batubara. Jumlahnya sekitar 0.5 – 1.0 % dari batubara dan
karena pembentukannya tersebut, inherent mineral matter sulit dipisahkan
dalam proses pencucian batubara.

Extraneous mineral matter berasal dari material asing yang tercampur ke


dalam batubara melalui cracks atau clevage selama pembentukan batubara.
Biasanya extraneous mineral matter ini berupa slate, shale, sandstone, clay
atau limestone dan jumlahnya bisa dalam ukuran mikroskopik sampai
berupa lapisan tebal. Batubara ROM dapat mengandung extraneous mineral
matter yang berasal dari kotoran-kotoran ketika menambang batubara di
bagian atas (roof) atau bagian bawah (floor).
Tergantung pada pembentukannya, extraneous mineral
matter dapat dihilangkan dengan proses pencucian
batubara.
Dengan proses screening, extraneous mineral matter
yang berukuran halus seperti pasir dan clay dapat
dihilangkan.
Pemisahan dengan media berat dapat memisahkan
batubara dari extraneous mineral matter kasar dengan
prinsip perbedaan berat jenis.
Proses flotasi dapat juga digunakan untuk memisahkan
batubara dari extraneous mineral matter berdasarkan
perbedaan sifat permukaan.
Karena penentuan mineral matter sulit dilakukan, maka kadar mineral matter
biasanya dilakukan dengan perhitungan menurut salah satu dari formula-
formula berikut (dengan mempertimbangkan komposisi batubara yg lain) :

 1. Parr Formula
 MM = 1,08A + 0,55 Stot
 2. Modifikasi Parr Formula
 MM = 1,13A + 0,47S + Cl
 3. King-Maris-Crossley Formula (Revisi NCB)
 MM = 1,13A + 0,5 S + 0,8 CO2 – 2,8 S + 2,8 S + 0,31 Cl
 4. British Coal Utilization Research Association (BCURA) Formula
 MM = 1,10 A + 0,53 Stot + 0,74 CO2 – 0,36
 5. Standard Association of Australia Formula
 MM = 1,1 A
 6. National Institute for coal Research (South Africa) Formula
 MM = 1,1 A + 0,55 CO2
Formula-formula di atas didasarkan pada basis air dried,
dimana :
MM = mineral matter
A = abu
Stot = sulfur total
Spyr = sulfur pirit
Sabu = sulfur yang tertinggal di abu
Ssul = sulfur sulfat
 Pengaruh Abu pada Pabrik Semen
Pada industri semen, jumlah abu bukan merupakan masalah karena abu terabsorpsi
menjadi produk klinker. Akan tetapi jumlah dan jenis komponen abu harus
konsisten sehingga bisa dibuat dengan porposi tertentu sebagai komponen umpan.
Komposisi abu juga harus kompatibel dengan produk klinker, tidak mengandung
komponen-komponen tertentu yang berlebihan, seperti posfor yang dapat
mempengaruhi kualitas semen.

 Pengaruh Abu pada pabrik Kokas


Kadar abu untuk kokas metalurgi lebih disukai yang rendah untuk mengurangi jumlah
terak yang akan terbentuk dan menambah efisiensi dalam tanur. Umumnya kadar
abu untuk kokas metalurgi lebih rendah yaitu 8 – 11 %.
Selama proses karbonisasi, komponen-komponen mineral matter tertentu seperti sulfur
dari pirit, beberapa alkali dan air akan dikeluarkan bersama-sama zat terbang. Kadar
abu kokas akan meningkat 30 – 50 % dibandingkan kadar abu awal, hal ini
disebabkan kehilangan zat terbang. Untuk menghasilkan kokas dengan kadar abu 8 –
11 %, maka kadar abu batubara awal 6 – 8 %.
Kadar zat terbang (VM) ditentukan berdasarkan pengukuran berat yang hilang
bilamana batubara dipanaskan pada kondisi spesifik dan dalam keadaan
tanpa udara serta dikoreksi dengan jumlah kadar air dari percontoh yang
diuji. Pengujian ini biasanya dilakukan dalam kondisi air dried, pada
temperatur sekitar 950 derajat Celsius.

VM pada dasarnya terdiri dari gas-gas yang dapat terbakar (seperti hidrogen,
karbon monoksida, dan metan) dan uap-uap yang dapat terkondensasi.
Kandungan zat terbang yang tinggi menyebabkan kemudahan untuk dibakar
dan akan menimbulkan asap yang banyak dalam pembakaran batubara.

Kadar VM batubara sangat berkaitan erat dengan peringkat batubara dan


merupakan parameter penting dalam pengklasifikasian batubara.
Kelas Volatile Matter Deskripsi
(dmmf)
0 0–3% Kokas
1 3 – 10 % Antrasit
2 10 – 14 % Semi antrasit
3 14 – 20 % Semi bituminous
4 20 – 28 % Bit. Low Volatile
5 28 – 33 % Bit. Med. Volatile
6,7,8,9 > 33 % Bit. High Volatile
» Pengaruh Zat Terbang dalam Pembakaran

Kadar VM sangat mempengaruhi pembakaran batubara, yaitu :


Batubara dengan kadar VM yang tinggi akan mengeluarkan sejumlah gas-gas
dan uap pembakaran yang lebih besar, lebih mudah menyala, temperatur
setempat yang lebih tinggi serta lebih cepat membakar residu karbon.

Batubara dengan kadar VM yang lebih rendah akan mengeluarkan sejumlah gas
dan uap pembakaran yang lebih sedikit, lebih sulit menyala dan lebih lama
dalam membakar residu karbon.

 Pengaruh dalam Pabrik Kokas

- Semakin tinggi kadar VM, maka kuantitas kokas yang dihasilkan semakin
rendah
- Semakin tinggi kadar VM, maka pengaruh pengotor dalam batubara seperti
abu dan sulfur akan semakin besar. Sebagai perbandingan, batubara
dengan kadar VM 16 % dan abu 8 % akan menghasilkan kokas dengan kadar
abu sekitar 9,5 %, sedangkan batubara dengan kadar VM 35 % dan abu 5 %,
maka kokas yang dihasilkan dengan kadar abu 12,3 %.
Nilai karbon tertambat menyatakan besarnya residu
yang tertinggal dan dapat dibakar setelah air dan
volatile matternya dihilangkan. Residu ini sebagian
besar terdiri dari karbon serta sebagian kecil hidrogen,
sulfur dan nitrogen.

Perbandingan jumlah karbon tertambat (fixed carbon)


terhadap jumlah volatile matter disebut Fuel Ratio.
Fuel ratio seringkali digunakan untuk menentukan
peringkat batubara.
3.2 Data Analisis dan Pengujian Batubara
Komponen Penyusun Batubara & Basis Pelaporannya

SURFACE MOISTURE
TOTAL
MOISTURE INHERENT MOISTURE

ASH
MINERAL
MATTER VOLATILE

As received (a.r.)
MINERAL

Air dried (a.d.b.)


MATTER VOLATILE
MATTER

Dry, ash free (d.a.f.)


VOLATILE
ORGANIC

Dry, mineral matter


free (d.m.m.f.)

Dry (d.b.)
PURE COAL
FIXED CARBON
Pengujian (test) yang penting & diperlukan untuk batubara adalah :
1. Analisis proksimat (kadar air /H2O, kadar abu, VM, fixed carbon / FC)

2. Analisis ultimat (C, H, O, N dan S)

3. Nilai kalor (calorific value atau heating value)

4. Caking & Coking, Swelling Index, Grey King Coke Type, Roga Index)

5. Grindability test (Hard Groove Index/ HGI)

6. Analisis petrographic

Pengujian ini harus dilakukan sesuai standar yang berlaku, misalnya


pengujian batubara untuk bahan bakar sangat tergantung pada teknik
sampling yang telah distandarkan.

1.Analisis proksimat
1.1 Kandungan air (lengas/ moisture), ada tiga macam :
 Air bebas (lengas bebas free moisture), adalah air yang akan menguap apabila

batubara diangin-anginkan (temp. kamar ± 25 0 C) sampai beratnya konstan


 Air lembab (lengas bawaan/ inherent misture), yaitu air yang akan hilang apabila

conto dipanaskan pada temperatur 110 0 C sampai beratnya konstan, dari conto
yang telah diangin-anginkan.
 Air total (lengas total/ total moiture) = lengas bebas + lengas bawaan
Prosedur & Contoh Perhitungan Analisis Lengas Bawaan
Siapkan 1 gram (a.d.b.) conto batubara berukuran 211 µm, panaskan pada
suhu 110 0 C dalam ruangan (oven) selama 1 jam tanpa oksigen (bisa
memakai N2 & udara vakum & penimbangan langsung) sampai beratnya
konstan.
Berat conto – berat conto setelah dipanaskan

= 100% Berat conto

Free moisture
Batubara + lengas (lengas bebas) Batubara + lengas
total + abu bawaan + abu
Diangin-anginkan

Masuk Lab. Masuk Lab.

As received Air dried base


(a.r.) (a.d.b.)

Nilai kalor Nilai kalor (6000


6000 kcal/kg kcal/kg + A kcal/kg)
Inherent moisture
Batubara + lengas (lengas bawaan) Batubara kering
bawaan + abu + abu
Dipanaskan 110 0 C

Masuk Lab.

Dry base (d.b.)

Nilai kalor (6000 kcal/kg


+ A kcal/kg + B kcal/kg)

Batubara kering Batubara saja


+ abu (tanpa abu)
Seolah-olah abu
dihilangkan
Masuk Lab.

Nilai kalor (6000 kcal/kg Dry ash free


+ A + B + C kcal/kg) (d.a.f.)
Contoh Perhitungan Analisis Air Lembab
» Berat conto asal = X
» Berat conto setelah “air dried” = Y
» Berat conto setelah “oven dried” = Z
» Berat air hilang “air dried” = X – Y
» Berat air hilang “oven dried” = Y – Z
Maka :
» Air bebas = =
» Air lembab =(X –Y)/X. 100% = 100.(X –Y)/X. % (as recieved, a.r.)
» Air total = (Y - Z)/Y. 100% + 100.(Y-Z)/Y. % (air=dried basis, a.d.b.)
100.(X –Y)/X 100.(Y-Z)/Y 100.(X –Y)(X-Y)/XY, (%)

1.2 Kadar Abu (Ash = A)


Siapkan 1 gram conto batubara berukuran -211 µm dalam crucible dimasukkan
dalam muffle furnace, panaskan s/d suhu 800 0 C, kemudian diamkan 15 menit.
Semua material organik terbakar habis dalam kondisi oksidasi sempurna.
Sisanya ditimbang sebagai kandungan abu.

Berat abu
x 100%
Berat conto
1.3 Zat terbang : ditentukan dengan cara memanaskan batubara dalam kondisi
mengandung air bawaan selama 7 menit pada temperatur 925 0 C dalam
crusibel (platina,ASTM/keramik,BS), memakai tungku vertikal.
Berat hasil pemnasan
- air bawaan
Berat conto

1.4 Karbon padat (fixed carbon) aalah residu karbon padat dikurangi abu, yaitu
karbon padat = 100 –(IM+Ash+VM)

Analisa ini berdasarkan berat conto batubara setelah diangin-anginkan = air


dried (a.d.) yang harus dicantumkan pada setiap penyajian data.
Untuk menyatakan analisis pada batubara asal (as sampled = as received, a.r.)
harus dikonversikan berdasarkan kandungan air total.
Misal, bila : MA = kandungan air dalam batubara “air dried” (110 0 C)
MT = kandungan air total dari batubara asal
VM = kandungan zat terbang dalam batubara “air dried”
A = kandungan abu dalam batubara “air dried”
Maka VM dalam batubara asal = VM (100 – MT)/(100 – MA)
TABEL FAKTOR KONVERSI DASAR PELAPORAN HASIL
ANALISIS BATUBARA
DIMINTA AS RECEIVED AIR DRIED DRY (D.B.) DRY ASH FREE DRY MINERAL
MATTER FREE
(A.R.) (A.D.B.) (D.A.F.) (D.M.M.F.)
DIBERI
AS RECEIVED (100– M1) 100 (100– M) (100-M1-B) 100 (100-M1)
(A.R.) - (100 – M) (100 – M) (100-M) (100 – M1-A) (100-M) (100 – M1-B)
AIR DRIED 100 100 100
(100– M)
(A.D.B.) -
(100 – M1) (100 – M1) (100 – M1 - A) (100 – M1 – B *)

(100– M) (100– M1) (100– M 1) (100– M 1)


DRY (D.B.) 100 100 - (100 – M1 - A) (100 – M1 – B*)
DRY ASH FREE (100– M) (100-M1-A) (100– M1 - A) (100-M1 - A) (100– M - A)
1
(D.A.F.) -
100 (100 – M1) 100 (100 – M1) (100 – M1 – B*)

DRY MINERAL
(100– M) (100-M1-B) (100– M1 - B) (100-M1 - B) (100-M1 - B)
MATTER FREE 100 (100 – M1)
100 (100 – M1) (100 – M1 - A)
-
(D.M.M.F.)

 M = Lengas total (total moisture) – as received


 M1 = Lengas bawaan (inherent moisture) – air dried
 A = Kandungan abu (ash) – air dried
 B = Zat mineral (mineral matter) – air dried
 * = Harga B (air dried) diperoleh dengan rumus Parr, yg banyak digunakan di Amerika Serikat
 B = 1.08 A + 0,55 S dimana S = harga kandungan belerang total
» Analisis ultimat :
Jenis analisis batubara berikutnya yang bermanfaat terutama untuk
menentukan kelas batubara adalah analisis ultimat.
Analisis ini adalah cara yang paling sederhana untuk menunjukkan
unsur pembentuk batubara.

Senyawa organik pembentuk batubara terdiri 5 unsur utama, :


C, H, S, N, O dan P, memerlukan keterampilan dan peralatan khusus.
Analisis ini dinyatakan dalam a.d, a.s., d.a.f. atau d.m.m.f

Dari unsur-unsur pembentuk batubara, data kadar Sulfur sangat


diperlukan oleh para ahli pencucian batubara, karena kadar sulfur
pada jumlah tertentu dapat dikontrol di dalam suatru operasi
pencucian batubar

Hasil dari analisis ultimat biasanya dipakai untuk menentukan kualitas


dan jenis lapisan batubara selama penyelidikan cadangan batubara,
sehingga batubara dapat dikelompokkan atas kelasnya.
Nilai kalor (calorific value / CV atau heating value)
» Ditentukan dengan memakai metoda Bomb Calorific Meter. Hasilnya
dinyatakan dalam kcal/kg atau dalam kJ (kilo Joule), 1 kcal/kg =
4,1868 k Joule/ kg, (1 MJ/kg = 429,9 BTU/lb), pada batubara a.d.,
a.s., d.a.f. atau d.m.m.f. Pada analisis ini didinginkan s/d T kamar,
padahal pada prakteknya tidak demikian, produk pembakaran langsung
dibuang, sehingga CV ini merupakan nilai kalor kotor (gross calorific
value)
» Dalam hal ini panas sensible dan panas laten drpd uap juga turut
terbuang, sehingga panas bersih (nett calorific value) adalah nilai kalor
kotor dikurangi panas laten kondensasi semua air yang ikut.
Maka : Nett CV = gross calorific value – 2456
= (water as moisture – water from H2), kJ/kg

» Q Net (AR) = QGross (ADB) x - (49,5 H + 5,5 W)


» M = lengas total
» M1 = lengas bawaan
» W = kandungan abu setara ( 1% abu ≈ 0,1% lengas)
PROSES PEMBENTUKAN LAPISAN BATUBARA

PENGOTOR BAWAAN
(IMHENRENT IMPURITIES)
(FeS2, SiO2, CaSO4, CaCO3, Al2O3 dll)
Tulang-tulang binatang (air)
(Unik untuk setiap cekungan)

LAPISAN BATUBARA

SAAT PENAMBANGAN
(Dari lapisan atap atau lanatai) &
SAAT PENGANGKUTAN
LISTRIK (PLN)

PENGOTOR LUAR (EXTRANEOUS IMPURITIES)


(Lempung, Pasir, Tanah, Gamping dll)

UAP PEMBAKARAN BATUBARA

ABU BATUBARA ABU TERBANG (FLY ASH)


TURBIN

ABU DASAR (BOTTOM ASH) PEMANFAATAN ABU


» HGI atau Hardgrove Index adalah angka yang menyatakan
kemampuan sifat gerus dari batubara. Harga Hardgrove index
bervariasi dari 20 sampai lebih besar dari 110, dimana semakin
tinggi harga Hardgrove index ini maka batubara semakin mudah
digerus. Nilai ketergerusan ini dapat dikelompokkan menjadi :
a. Sangat keras ( < 40)
b. Keras ( 40 – 50 )
c. Sedang ( >50)
Nilai ketergerusan batubara dipengaruhi oleh peringkat batubara itu
sendiri. Secara umum, diketahui bahwa Caking coal merupakan
batubara yang paling mudah digerus, sedangkan brown coal atau
lignit merupakan batubara yang paling susah digerus. Selain itu,
struktur batubara maupun kandungan abu akan mempengaruhi
kekerasan batubara, karena abu yang mengandung silica akan
mempengaruhi tingkat kekerasan batubara.
 Pengukuran nilai HGI mengacu pada ISO 5074/1980 . Uji HGI dilakukan
dengan cara menempatkan percontoh seberat 50 gram ke dalam
penggerus (ball-ring type mill), kemudian diputar sebanyak 60 putaran.
Setelah itu dilakukan pengayakan dengan pengayak 200 mesh. Kemudian
hasilnya dikonversi pada kurva kalibrasi dari contoh standar.
 Pengujian untuk setiap laboratorium harus dilakukan sebanyak 4 kali,
kemudian dibuat grafiknya. Nilai HGI percontoh lainnya diperoleh dari
jumlah berat material lolos yang kemudian dikalibrasi ke grafik standar
yang telah dibuat.
 Makin besar Nilai HGI, maka Batubara mudah digerus.
Apabila batubara akan dipakai sebagai bahan pembentuk kokas
metalurgi, maka selain analisis proksimat dan ultimat, diperlukan
juga data analisis yang khusus untuk pembuatan kokas, yaitu salah
satunya Free swelling Index (FSI)
Free Swelling Index, menunjukkan sifat pengkokasan batubara, yaitu
kecenderungan melelehnya batubara menjadi material yang
mencair dan kemudian mengeras membentuk kokas, jika batubara
dipanaskan. Nilai FSI digunakan untuk menguji batubara yang akan
dipakai sebagai kokas metalurgi.

Nilai CSN (Crucible Swelling Number) batubara ditentukan dengan


cara memanaskan satu gram contoh batubara di dalam crucible
khusus yang menggunakan nyala api gas sampai suhu 820 derajat
Celsius dengan kecepatan kenaikan suhu diatur sedemikian rupa
sehingga waktu pemanasannya 2,5 menit.
» Dalam keadaan tsb. batubara akan melunak dan menyisakan residu
kokas yang disebut “coke button”, yang bentuk dan besarnya dapat
dilihat Gambar 5.
Bentuk dan besarnya “cake button” menunjukkan kekuatan caking (caking
power) daripada batubara yang diuji, sehingga untuk membedakannya
dapat diberi angka sbb. :
• 2,5 : sifat caking yang lemah sekali, batubara ini cocok untuk
“steaming coal” tidak cocok untuk karbonisasi (kokas).
• 3-3,5 : lemah s/d cukup, cocok untuk semua bahan bakar, jelek
untuk tujuan metalurgi (kokas)
• 4–6,5 : sifat caking cukup baik, baik untuk pembakaran dan kokas
• 7 – 9 : sifat caking sangat kuat, tidak baik untuk pembakaran dan
sangat baik untuk kokas.
Batubara yang dapat dipakai sebagai kokas metalurgi biasanya
mempunyai nilai CSN antara 4 samapai 9 dan lebih disukai jika tidak
kurang dari 5. Selain untuk pembuatan kokas nilai CSN penting juga
apabila batubara dipakai sebagai bahan bakar di mana pembakarannya
dilakukan di atas kisi-kisi (grate).
Nilai CSN di bawah 3 dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan
batubara di atas tungku, sehingga mengurangi kemampuan
pengalirannya.

Вам также может понравиться