Вы находитесь на странице: 1из 34

KEGAWATDARURATA

N GENITOURINARY
Sandra Pebrianti
THE URINARY SYSTEM
 Balances the levels of electrolytes, water, acids,
and bases in the blood
 Removes metabolic wastes, drug metabolites, and
excess fluids from the blood
WHAT IS A URINARY TRACT
INFECTION?
 Urinary tract infections (UTIs) are a group of
infections of the urinary tract. The most
common UTI is cystitis, which is an infection
of the bladder (where urine is stored). Other
UTIs involve the urethra (urethritis) or
kidneys (pyelonephritis)
 Terdapatnya mikro organisme patogen dlm
saluran Kemih, dg CFU (Colony Forming Unit)
> 105/cc urin, atau lekosituri > 10 /LPB,
Bakteriuria + reaksi radang dr host, dg atau
tanpa gejala klinis
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
URINARY TRACT INFECTION (UTI)
ISK berdasarkan level anatomis
 Uretra: Uretritis
 Kandung kencing : Sistitis
 Ginjal : Pyelonefritis
 Darah/sistemik: Sepsis
ISK sederhana (uncomplicated UTI)
 ISK tanpa kelainan anatomi & fgs ginjal
(sistitis akut dan pielonefritis akut)

ISK tdk sederhana (complicated UTI)


- ISK dg kel. Anatomi & fgs sal. kemih
WHAT CAUSES A URINARY
TRACT INFECTION?
 The most common cause of infection is a
type of bacteria that normally lives in the
bowel (called Escherichia coli or E.coli). The
bacteria travel up the urethra (a tube from
the bladder that urine passes through) to the
bladder. Once inside the bladder, these
bacteria quickly grow and cause an infection.
Penyebab lain bisa karena:
 obstruksi (penyumbatan) dalam aliran urin
(seperti batu ginjal besar atau kelenjar
prostat membesar pada pria)
 kateter urin
 hubungan seksualterutama pada wanita.
TANDA GEJALA
 Disuria – Nyeri – Panas – tdk enak waktu
kencing
 Polakisuria – dg volume urin sedikit
 Urgency - rasa terdesak kencing
 Nokturia
 Supra pubic pain
 Feeling of fullnes of the rectum (men)
 Nyeri perut bag bawah
 Hematuria
Gejala berat/ ISK tdk sederhana
 Nyeri
 Nyeri perut yg hebat
 Demam, keringat, gigil
 Mual, muntah, diare
 Anoreksia
 Uroseprsis
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Darah : lekositosis
 Urin : proteinuria
piuria (penting)
lekosituria > 10 / mm3 urin 24 jam
lekosituria > 5
PENGKAJIAN
 Keadaan Umum:
 Keluhan utama/masuk RS:
 Pengkajian Primer:

Airway: patency
Breathing: resp rate, accessory muscle use,
air entry, SpO2.
Circulation: perfusion, BP, heart rate,
temperature
Disability: GCS, pupils, limb strength
Eksposure
Pengkajian sekunder
 Anamnesa
 Riwayat penyakit sekarang: disfungsi blader, lama
waktu pasien mengalami ISK, inkontinensia
 Riwayat kesehatan dulu: riwayat retensi ISK
sebelumnya, riwayat lower urinanry tract syndrome
seperti urgensi, nokturia, nokturnal euneresis,
disuria dan hesitensi.
 Riwayat kesehatan keluarga
 Anamnesa singkat ( AMPLE: Alregi, Medikasi
(atropin), Nyeri, Terahir kali makan, Event of injury)
 Pemeriksaan Head to Toe
 Pemeriksaan penunjang: urin, darah, radiologi
MANAJEMEN
 Mainly supportive care of ABCs
 Transport in a position of comfort
 Be prepared for nausea or vomiting.
 Analgesics in severe cases only
 Establish an IV line.
PENGOBATAN
ISK SEDERHANA
 Sistitis Akut

Menurut IDSA (infectious disease society of


America)
- First line treatment :
- 3 hari dg trimetofrin – sulfa metoxazole atau
amok, as klavulanat, fluorokuinolon, fosmisin
 Pielonefritis Akut

- IDSA : 7 – 14 hr, anti biotika S. D. A


PENGOBATAN
ISK TIDAK SEDERHANA
 Sebaiknya berdasar hasil biakan & uji
kepekaan
 Antibiotik dg spektrum luas : 14 hari
 ISK berulang : Antibiotika : 6 minggu
 Pada gagal ginjal : dosis antibiotika
disesuaikan
PENGKAJIAN
Frekwensi buang berkemih (miksi):
 Poliuri (sering miksi)
 Oliguri (jumlah urine yang keluar kurang dari normal, minimal
urine keluar kurang lebih 400 cc)
 Stranguri (miksi sering tetapi sedikit-sedikit, lambat dan sakit).
 Urgensi (pasien berkeinginan untuk miksi, tetapi tidak
terkontrol untuk keluar).
 Nokturi (pasien terbangun tengah malam untuk miksi).
 Pasien mengalami keraguan/kesukaran saat memulai untuk
miksi. Intermiten (pasien mengalami tempo berhenti arcs
urinenya selama miksi).
 Urine keluar secara menetes atau tidak memancar).
 lnkontinen urine (urine keluar dengan sendirinya tanpa
disadari).
Kelainan miksi:
 Disuri (adanya rasa sakit sewaktu miksi)
 Adanya rasa papas sewaktu miksi
 Hematuri (adanya darah yang keluar
bercampur dengan urine).
 Piuri (adanya nanah dalam urine, keadaan ini
diketahui melalui pemeriksaan mikroskopis,
disebabkan tidak semua urine menjadi keruh
karena mengandung nanah.
 Lituri (urine keluar bersama bate kecil
sewaktu miksi)
RETENSI URIN
 Retensi urin adalah ketidakmampuan
seseorang untuk mengeluarkan urin yang
terkumpul didalam vesica urinaria sehingga
melampaui batas maksimal kapasitas
maksimal dari vesica.
 Kapasitas maksimal dewasa 400-500 cc,
sedangkan anak-anak (umur + 2) x 30 ml.
RETENSI URIN
 Tertahannya urine di dalam kandung kemih,
dapat terjadi secara akut maupun kronik.
 Pada keadaan akutberkemih berhenti
secara mendadak , pasien tiba-tiba tidak bisa
berkemih.
 Pada keadaan kronik terjadi akibat adanya
obstruksi yang terus¬menerus pada uretra.
PENYEBAB
 Kelemahan detrusor
 Gangguan koordinasi detrusor-sfingter (dis-
sinergi)
 Hambatan/obstruksi uretra : kelainan
kelenjar prostat (BPH, Ca), striktura uretra,
batu uretra, kerusakan uretra (trauma),
fimosis, parafimosis, gumpalan darah di
dalam buli-buli (clot retention)
TANDA GEJALA
 Rasa tidak nyaman hingga rasa nyeri yang
hebat pada perut bagian bawah hingga
daerah genital.
 Urin keluar sedikit, sering, tanpa disadari,
tanpa bisa ditahan (inkontinensi paradoksa)
 Distensi Bladder dan merasa kurang tuntas
dalam berkemih
TANDA GEJALA
 Keluhan tidak dapat berkemih
 Disuria
 Terkadang disertai hematuria
 Mual muntah dan perasaan tidak nyaman
 Karakteristik retensi urin adalah bila PVR
(Post Void Residual) berkisar antara 75 – 100
ml
PENGKAJIAN
 Keadaan Umum:
 Keluhan utama/masuk RS:
 Pengkajian Primer:

Airway: patency
Breathing: resp rate, accessory muscle use,
air entry, SpO2.
Circulation: perfusion, BP, heart rate,
temperature
Disability: GCS, pupils, limb strength
Eksposure
Pengkajian sekunder
Anamnesa
 Riwayat penyakit sekarang: disfungsi blader, lama
waktu pasien mengalami retensi urin, isk, inkontinensia
 Riwayat kesehatan dulu: riwayat retensi urin
sebelumnya, riwayat lower urinanry tract syndrome
seperti urgensi, nokturia, nokturnal euneresis, disuria
dan hesitensi.
 Riwayat kesehatan keluarga
 Anamnesa singkat ( AMPLE: Alregi, Medikasi (atropin),
Nyeri, Terahir kali makan, Event of injury)
 Pemeriksaan Head to Toe
 Pemeriksaan penunjang: urin, darah, radiologi
 General
Kaji status dehidrasi mulut kering, kelemahan dan
kelelahan, penurunan urin output, sakit kepala
penurunan berat badan dan penurunan kesadaran.
Hal lain yang harus dikaji adalah gejala gagal jantung
kongestive yang mengindikasikan ada masalah pada
pendistribusian cairan yang menyebabkan terjadinya
nokturia dan nokturnal enuresis.
 Pemeriksaan Abdomen
Kaji massa, pembesaran abdomen, kembung atau
tidak nyaman
 Palpasi dan perkusi pada area suprapubic untuk
menemukan PVR volume.
 Suara dullnes pada area umbilikus menunjukkan
perkiraan terdapat sisa residual urin sebesar 500
cc dan akan meningkat menjadi 1000 cc bila suara
dullnes ditemukan saat perkusi setinggi umbilikus.
 Palpasi dalam pada bladder tidak dianjurkan
karena akan semakin menambah perasaan tidak
nyaman pada perut dan merangsang reflek vagal.
Sebagai pemeriksaan tambahan dapat dilakukan
USG Abdomen
 Pemeriksaan genitalia eksternal
Kaji refleks bulbocavernosis pada pria
Meatus perlu diperiksa untuk melihat adanya stenosis
dan penis
Pada wanita, juga perlu dilakukan pemeriksaan pelvis
 Pemeriksaan rektal
 Perlu dilakukan digital rectal untuk
memeriksa sfingter
 Pada pria, pemeriksaan ini untuk memeriksa
pembesaran prostat dan striktur uretra yang
mungkin dapat di palpasi melalui temuan
kulit skrotal atau kulit perineal yang
menegang sebagai tanda terjadinya
penebalan uretra.
PENATALAKSANAAN
 Urin yang tertahan harus dikelurakan dengan
segera karena akan menimbulkan beberapa
masalah diantaranya, infeksi saluran kemih,
kontraksi otot buli-buli menjadi lemah, dan
timbul hidroureter dan hidronefrosis yang
selanjutnya dapat menimbulkan gagal ginja
Penatalaksanaan akut
 Kateterisasi
 Sistotomi
 Pugsi suprapubik
CATETER URIN
SISTOSTOMI
FUNGSI SUPRAPUBIK
Terapi definitif
 FarmakoterapiAlfa bloker yang sering
digunakan adalah selektif (Tamsulozin dan
alfuzosin ) dan non selektif (terazosin,
doxazosin).
 Pembedahan  turp

Вам также может понравиться