Вы находитесь на странице: 1из 58

LEARNING OBJECTIVES

PEMICU 1
IMUN

MARIO GISEPHA D
405140164
KELOMPOK 13
LO1: KOMPONEN SISTEM IMUN
Sistem barier
• Pertahan fisik
– Kulit,silia,batuk,bersin, selaput lendir
• Pertahan biokimia
– Kelenjar sebasea, asam lambung, lisosim
• Pertahan seluler
– Makrofag,neturofil,sel NK, sel mast
Komponen of innate immunity
• Epithelial barriers:
– the common portals of entry of microbes (skin, GIT, Respi)
– epithelial cell also produce peptide antibiotics (defensins and cathelicidins) which kill
bacteria.

• Neutrophils and monocytes / macrophages


– recruited to sites of infection, where they recognize and ingest microbes for
intracellular killing.
– In response to infections, the production of neutrophils from the bone marrow
increases rapidly
– production of neutrophils is stimulated by cytokines
– neutrofil are the first cell type to respond to most infections, and dominant cells of
acute inflammation
– monocytes that enter extravascular tissues differentiate into macrofag (survive in
these sites for long period)
• dendritic cells
– respond to microbes by producting numerous cytokines that
serve two main functions : initiate inflammation and stimulate
adaptive immune responses.
• Mast cells
– bone marrow – derived cells with abundant cytoplasmic
granules that are present in the skin and mucosal epithelium.
– can be activated by microbial products binding to TLRs
– mast cells granules contain vasoactive amines ; histamine,
proteollytic enzymes)
– synthesize and secrete lipid mediators and cytokines
• NK Cells
– class of limfosit that recognize infected and
stressed cells and respond by killing these cells
and by secreting the macrophage-activating
cytokine
LO2: ORGAN & JARINGAN LIMFONODUS
ORGAN LIMFATIK
ORGAN LIMFOID PRIMER
• Terdiri dari timus & sum-sum tulang
• Sum-sum tulang  tempat hematopoesis & depot lemak
• Fungsi  untuk pematangan, deferensiasi & proliferasi sel T &
sel B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen
ORGAN LIMFOID SEKUNDER
• Terdiri dari limpa & KGB
• Jaringan limfoid yang kurang terorganisasi secara kolektif 
MALT
• MALT  meliputi jaringan limfoid ekstranodul yang
berhubungan dengan mukosa di berbagai lokasi
LIMPA

• Terdiri dari zona sel T & zona sel B


• Merupakan tempat respon imun utama yang
merupakan saringan terhadap antigen asal
darah
• Merupakan tempat utama fagosit memakan
mikroba yang diikat antibodi (opsonisasi)
KELENJAR GETAH BENING

• Merupakan agregat nodular jaringan limfoid yang terletak sepanjang


jalur limfe di seluruh tubuh.
• Sel dendritik membawa antigen mikroba dari epitel ke kelenjar getah
bening yang nantinya akan di konsentrasikan oleh KGB
• KGB di temukan peningkatan limfosit berupa nodus tempat
proliferasi limfosit sebagai respon terhadap antigen.

SKIN-ASSOCIATED LYMPHOID TISSUE (SALT)

• Merupakan alat tubuh terluas yang berperan dalam sawar fisik


terhadap lingkungan.
• Kulit berperan dalam pertahanan pejamu, reaksi imun dan inflamasi
lokal.
MUCOSAL ASSOCIATED LYMPHOID TISSUE-
SISTEM IMUN SEKRETORI (MALT)
• Merupakan agregat jaringan limfoid atau limfosit dekat
permukaan mukosa, baik IgA sekretori maupun sel limfosit.
• Jaringan-jaringan limfoid berperan dalam pertahanan imun
lokal dan regional melalui kontak langsung
• MALT ditemukan di jaringan mukosa saluran napas bagian
atas, saluran cerna, saluran urogenital dan kelenjar mame
berupa jaringan limfoid tanpa kapsul, mengandung sel
limfosit.
• Epitel mukosa merupakan sawar internal dan eksternal &
merupakan tempat masuknya mikroba.
RESPON IMUN ORAL
• Ludah mengandung lisozim dan IgA sekretori yang melindungi
rongga mulut.
• PMN melindungi jaringan gusi dan periodontium
• Sel Th1 & Th2 berperan dalam respon imun terhadap bakteri
patogen juga penting pada penyakit periodontal.
• Lapisan epitel mukosa  sawar mekanis terhadap antigen
asing dan mikroorganisme.
BRONCHIAL ASSOCIATED LYMPHOID TISSUE

• Struktur berbentuk cincin banyak ditemukan di berbagai


tempat, berisikan nodul yang terletak sekitar bronkus dan
berhubungan dengan epitel seperti plak sel limfoid.
• BALT berperan dalam respon terhadap antigen kuman yang
terhirup.

GUT ASSOCIATED LYMPHOID TISSUE

• GALT tersebar di mukosa saluran cerna


• Pada dewasa luas permukaan 400 m2, selalu terpajan dengan
berbagai mikroba & makanan
• GALT terdiri atas komponen yang terorganisasi & komponen
yang difus.
MICROFOLD CELL
• Disebut sel M  sel epitel saluran cerna yang
pinositik aktif, berperan dalam menghantarkan
kuman dan bahan makromolekul dari lumen
intestinal ke plak peyer
• Memiliki permukaan relatif besar dengan lipatan-
lipatan mikro menempel pada mikroorganisme dan
permukaan makromolekular
• Morfologi sel M unik karena adanya suatu kantong
besar pada membran basolateral yang berisikan
limfosit & makrofag
TONSIL & PLAK PEYER
• Tonsil faring & folikel limfoid serta plak peyer di usus kecil
berperan dalam fase induksi respon imun.
• Tenggorok ada 3 golongan tonsil
- tonsil palatina
- tonsil lingual
- tonsil faringeal/adenoid (cincin jaringan limfoid  cincin
Waldeyer)
• Regio sentral plak peyer diisi sel B dan mengandung CD4+
• Plak peyer  agregat folikel limfoid di mukosa gastrointestinal
yang ditemukan di seluruh jejunum dan ileum.
SISTEM IMUN MUKOSA DIFUS
• Terdiri atas limfosit intraepitel & limfosit lamina propia.
• Limfosit intraepitel ditemukan dalam epitel mukosa dan
di atas lamina propia, tersebar difus, tidak memiliki
struktur, banyak sel T (>90%) yang dapat berupa CD8+
atau CD8-
• Lamina propia terletak di bawah epitel, strukturnya
longgar, fungsinya untuk sekresi antibodi terutama IgA
yang diproduksi sejumlah besar sel plasma, banyak sel
CD4+ dan CD8+. Jumlah sel B sedikit, tapi bila diperlukan
dapat meningkatkan produksi IgG dengan cepat
Pembentukan dan Pematangan
Maturation of
B lymphocytes
Maturation of
T lymphocytes
LO3: SISTEM IMUN SPESIFIK & NON SPESIFIK
Perbedaan Sistem Imun Spesifik & non spesifik

Non spesifik spesifik

Innate/alami/nonadaptif Spesifik/adaptive/didapat
Sudah ada sejak lahir/tidak perlu kontak Kontak terlebih dahulu
sebelumnya

Bermacam-bermacam antigen Satu jenis antigen

(-) Perlindungan lebih baik pada


paparan berikut

Sementara Seumur hidup


RESPON IMUN
• Respon Imun Non Spesifik
1.Peradangan Cedera jaringan, yang
berperan : fagositik, neutrofil dan makrofag
1.Interferon protein yang menjaga tubuh dari
Infeksi virus
2.Sel NKInfeksi virus dan sel kanker
3.Sistem komplemen Dapat diaktifkan oleh
benda asingdan antibodi
• Sistem imun non spesifik :
– Pertahanan fisik/mekanik:
• Merupakan : kulit,selaput lendir,silia saluran napas,batuk dan
bersin
• Keratinosit &epitel mukosa yang utuh kebanyakan tidak dapat di
tembus oleh mikroba
– Pertahanan biokoimia :
• Mikroba masuk lewat : kel sebaseus &folikel rambut
• Pencegahan (denaturasi) oleh kulit : pH asam,keringat & sekresi
sebaseus mencegah infeksi
• Lizosim melindungi tubuh dari kuman gram positif
menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri
• Laktosidase & asam neuraminik antibakterial E.coli
• Saliva laktosidase merusak dinding mikrobakebocoran sel
plasma
• Pembilasan urin menyingkirkan kuman patogen
• Mukus  melindungi epitel mukosa & dapat menangkap bakteri
• Sistem imun non spesifik :
– Pertahanan humoral :
• Komplemen :terdiri dari protein yang jika diaktifkan akan memberi
proteksi terhadap infeksi & berperan dalam proses inflamasi
• Protein fase akut :
– C-reactive protein :meningkat pada infeksi akut respons imun non
spesifik
– Lektin :molekul larut dalam plasma yang dapat mengikat manosa
dalm polisakarida,berperan sebagai opsonin yang mengaktifkan
komplemen
– Protein fase akut lain : α1 antitripsin,amiloid serum
a,haptoglobin,C9,faktor B & fibrinogen
• Mediator asal fosfolipid : metabolisme fosfolipid di perlukan untuk
produksi PG & LTR yang fungsinya meningkatkan respons seluler
melalui vasodilatasi & permeabilitas vaskuler
• Sitokin IL-1,IL-6,TNF-α : LPS mengaktifkan makrofag & sel lain u/
memproduksi & melepas sitokin
• Sistem imun non spesifik :
– Pertahanan seluler :
• Yang berperan :fagosit,sel NK,sel mast & eosinofil
• Di temukan di sirkulasi darah
• Sel2 tersebut dapat mengenal produk mikroba esensial
yang di pelukan untuk hidupnya
• Sel imun spesifik :
– Mampu mengenal benda yang di anggap asing
– Pajanan  sensitasi antigen yang sama masuk
ke tubuh untuk ke dua kali di kenali lebih cepat
dan akan di hancurkan
– Terdiri dari :
• Humoral : sel B yang berperan
• Seluler : sel T yang mengaktifkan makrofag
Imunitas Imunitas seluler
Humoral Ekstraseluler Intraseluler

Mikroba Fagositosis Mikroba interseluler


Mikroba oleh Berkembang
ekstraseluler
makrofag biak dalam
Sel yang
terinfeksi
Respons
limfosit Sel B Th CTL
Antibody
Makrofag yang CTL
mencegah
Mekanisme diaktifkan Memusnahkan
Infeksi &
efektor Memusnahkan sel
menyingkirkan
& fungsi mikroba Terinfeksi &
Mikroba
Yang di makan menyingkirkan
ekstraseluler
Sumber infeksi
LO4: FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI
SISTEM IMUN
Nutrien Untuk Sistem Imun
• MAKRONUTRIEN
– KARBOHIDRAT
– PROTEIN
– Poli Asam Lemak Tak Jenuh Rantai Panjang (Long Chain
Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA)
• MIKRONUTRIEN
– Vitamin A
– Vitamin C
– Vitamin E dan Selenium
– Besi
– Zink
– Nukleotida
Poli Asam Lemak Tak Jenuh Rantai Panjang
(Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA)

• Asam lemak essensial, seperti Asam Linoleat dan Asam α-


Linolenat tidak bisa disintesis dalam sel mamalia sehingga
harus diperoleh dari makanan.
• Asam linoleat (ω-6) terkandung dalam minyak jagung,
minyak bunga matahari, minyak sawit, margarin, dan lemak
hewani.
• Asam linolenat (ω-3) terkandung dalam kacang kedelai dan
minyak kanola.
• PUFA rantai panjang seperti asam eikosapentanoat
(eicosapentanoic acid, EPA) dan asam dokosaheksanoat
(docosahexanoic acid, DHA) dapat disintesis dalam tubuh
dengan prekursor asam α-linolenat atau dapat diperoleh dari
minyak ikan laut.
Vitamin A
Vitamin A  salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh
tubuh  meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan
kesehatan mata.

• Guna vitamin A :
 Bantu pertumbuhan dan perkembangan kerangka dan
jaringan tubuh. "Sebab vitamin A membantu sintesis protein
tubuh dan diferensiasi sel-sel tulang (memperbaiki proses
pembuatan tulang),“
 Vitamin anti-infeksi  dapat mempertahankan integritas
membran mucous (supaya sel-sel di dalam tubuh khususnya
mata tidak mudah rapuh).

Kekurangan vitamin A menyebabkan meningkatnya kerentanan


tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus.
Vitamin A
• Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan:
– Gangguan pada imunitas humoral
– Menghambat stimulasi mitogen
– Menghambat proliferasi sel T
– Menghambat produksi antibodi spesifik antigen seperti
IgA, IgG
– Menurunkan kemampuan sel CD4 untuk menginduksi
respon sel B dalam memproduksi IgG1 untuk antigen yang
spesifik
– Menurunkan kemampuan neutrofil untuk memfagosit
infektor (Pseudomonas aeruginosa)
Vitamin A
• Kelebihan asupan Vitamin A menyebabkan:
– Supresi hematopoiesis
– Supresi proliferasi Sel T yang diinduksi oleh mitogen
– Supresi produksi antibodi spesifik antigen
– Lebih rentan terhadap infeksi
– Menurunkan transkripsi dan ekspresi gen untuk beberapa
molekul sistem imun seperti sitokin.
Vitamin C
• Vitamin C berada dalam konsentrasi tinggi dalam sel leukosit.
• Selama terjadi infeksi, sel leukosit menggunakan Vit. C dalam
jumlah banyak untuk mencegah kerusakan oksidatif.
• Tubuh menyimpan dan memanfaatkan vitamin C secara
berfluktuasi tergantung berapa banyak yang diperlukan untuk
menunjang sistem imunitas, mengatur metabolisme kolesterol,
mengikat radikal bebas, menyembuhkan luka, dan lain-lain.
• Defisiensi  Sariawan, lebih rentan infeksi gigi dan gusi,
Abnormalitas mukopolisakarida sel basal
Vitamin E dan Selenium

Dalam jaringan, Vitamin E (α-tokoferol) dan elemen Selenium


(Se) fungsinya sinergis untuk mengurangi kerusakan membran
lipid dengan cara membentuk spesi oksigen reaktif (ROS)
selama infeksi.
Vitamin E dan Selenium
• Defisiensi Vit. E dan Se menyebabkan:
– Vit. E  Meningkatnya kerusakan membran sel darah
merah karena induksi radikal bebas
– Se  penurunan produksi radikal bebas, penurunan
aktivitas fagositik neutrofil, penurunan ekspresi gen untuk
IL-2 dan afinitasnya pada sel T, penurunan diferensiasi dan
proliferasi sel T, penurunan sitotoksisitas limfosit.
Besi
• Elemen besi mengatur fungsi sel T limfosit.
• Kebutuhan Fe sel limfosit akan meningkat pada saat
proliferasi dan kondisi lain
• Imunitas humoral tidak dipengaruhi oleh keberadaan besi
karena produksi antibodi dalam tubuh dapat terjadi pada
kadar besi yang rendah.
Besi
• Defisiensi besi menyebabkan:
– Menghambat perkembangan imunitas selular
– Penurunan aktivitas myeloperoksidase dan bakterisidal dari
neutrofil
– Penurunan aktivitas sel NK
– Peningkatan risiko infeksi
• Kelebihan besi menyebabkan:
– Penurunan aktivitas fagositosis yang distimulasi mitogen dan
imunitas humoral pada sel monosit dan makrofag.
– Penurunan migrasi/ mobilisasi neutrofil
– Perubahan subset sel T limfosit
– Supresi sistem komplemen
– Lebih mudah terkena infeksi
Zink
• Zink dibutuhkan dalam aktivasi > dari 100 enzim yang terlibat
dalam metabolisme energi dan karbohidrat, sintesis dan
degradasi protein, sintesis asam nukleat, biosintesis
hemoglobin dan transpor CO2.
• Keberadaan zink dapat memengaruhi sistem imun mencakup
pembentukan oksigen radikal, pembentukan limfosit dan
sitokin, serta regulasi apoptosis dan ekspresi gen.
Zink
• Defisiensi zink dapat menyebabkan :
– Terganggunya sistem pertahanan tubuh
– Respon poliferasi sel Th berkurang
– Defisiensi aktivitas hormon timus
– Merusak respon DTH (delayed type hypersensitivity),
produksi Ig G dan aktifitas litik dari NK cell yang rendah
Zink
• Kelebihan Zn dalam darah menyebabkan:
– Memblokade proses apoptosis antigen dengan mencegah
aktivasi dari endonukleus yang terlibat dalam fragmentasi
DNA
– Menghambat pembentukan ikatan steroid dengan sistein
di reseptor binding site glukokortikoid.
Nukleotida
• Nukleotida dapat diperoleh dari makanan yang kaya akan
nukleoprotein seperti ikan, daging, dan ASI.
• Konsumsi nukleotida pada kadar normal, sekitar < 5% ( 1-2 g /
hari ) dapat meningkatkan sistem imun humoral
Pertahanan non Spesifik ASI
• Di dalam ASI terdapat banyak sel, terutama pada minggu-
minggu pertama menyusui. Kolostrum dan ASI dini
mengandung 1-3 juta sel darah putih (leukosit) per ml.
• ASI juga mengandung faktor pelindung (protektif) yang
larut dalam ASI seperti enzim lisozim, laktoferin (sebagai
pengikat zat besi), sitokin (zat yang dihasilkan oleh sel
kekebalan untuk mempengaruhi fungsi sel lain), dan
protein yang dapat mengikat vitamin B12, faktor bifidus,
enzim-enzim, dan antioksidan.
• Air susu ibu juga mengandung glikoprotein, glikolipid dan
oligosakarida yang berfungsi menyerupai bakteri pada
permukaan mukosa saluran cerna bayi
Sel makrofag
• Sel makrofag ASI merupakan sel fagosit (pemusnah bakteri) aktif sehingga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada saluran cerna. Selain sifat
pemusnah, sel makrofag juga memproduksi enzim lisozim, zat komplemen
(komponen cairan tubuh yang berperan dalam perusakan bakteri), laktoferin, sitokin,
serta enzim lainnya. Makrofag pada ASI dapat mencegah infeksi saluran cerna melalui
enzim yang diproduksinya.

Sel neutrofil
• Neutrofil yang terdapat di dalam ASI mengandung sIgA yang dianggap sebagai alat
transpor IgA dari ibu ke bayi. Peran neutrofil ASI lebih ditujukan pada pertahanan
jaringan payudara ibu agar tidak terjadi infeksi pada permulaan laktasi.

Lisozim
• Lisozim dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang terdapat pada selaput lendir
saluran cerna. Kadar lisozim dalam ASI adalah 0,1 mg/ml yang bertahan sampai
tahun kedua menyusui, bahkan sampai penyapihan. Dibanding dengan susu sapi, ASI
mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per satuan volume yang sama.

Komplemen
• Komplemen adalah protein yang berfungsi sebagai penanda sehingga bakteri yang
ditempel oleh komplemen dapat dengan mudah dikenal oleh sel pemusnah.
komplomen secara langsung dapat menghancurkan bakteri.
Sitokin
• Sitokin meningkatkan jumlah antibodi IgA kelenjar ASI. Sitokin yang
berperan dalam sistim imun di dalam ASI adalah IL-l (interleukin-1)
yang berfungsi mengaktifkan sel limfosit T

Laktoferin
• Laktoferin bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan
bakteri). Efek ini dicapai dengan mengikat besi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri patogen (misalnya
Staphylococcus dan E. Coli). Kadar laktoferin dalam ASI adalah 1-6
mg/ml dan tertinggi pada kolostrum.

Peroksidase
• Peroksidase adalah enzim yang dapat menghancurkan kuman
patogen. Berbeda dengan susu sapi, ASI tidak mengandung
laktoperoksidase yang dapat menyebabkan reaksi peradangan di
dinding usus bayi, kalaupun ada kadarnya kecil.
Pertahanan Spesifik ASI
Mekanisme pertahanan spesifik oleh ASI diperantarai oleh
limfosit T dan antibodi.

Limfosit T
• Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat
dalam ASI. Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri
E. Coli dan mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi yang
disusuinya.

• Imunoglobulin (antibodi) Imunoglobulin dihasilkan oleh Sel


limfosit B. Sel limfosit B terutama memproduksi sekretori IgA
LO5: IMUNOPROFILAKSIS
IMUNISASI
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu
penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap
suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap
penyakit yang lain.
Macam Kekebalan
• Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat
digolongkan menjadi 2, yakni :
1. Kekebalan Tidak Spesifik (Non Specific Resistance), yang
dimaksud dengan faktor non khusus adalah pertahanan
tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat
melindungi badan dari suatu penyakit. Misalnya kulit, air
mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus),
adanya refleks-refleks tertentu, misalnya batuk, bersin dan
sebagainya.
• 2. Kekebalan Spesifik (Specific Resistance)
Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber, yakni :
• a. Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya
berhubungan dengan ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis,
misalnya orang kulit hitam (negro) cenderung lebih resisten terhadap
penyakit malaria jenis vivax. Contoh lain, orang yang mempunyai
hemoglobin S lebih resisten terhadap penyakit plasmodium
falciparum daripada orang yang mempunyai hemoglobin AA.
• b. Kekebalan yang Diperoleh (Acquired Immunity)
· Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang
bersangkutan. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh
dari penyakit tertentu. Ibu yang telah memperoleh kekebalan
terhadap penyakit tertentu misalnya campak, malaria dan tetanus
maka anaknya (bayi) akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit
tersebut untuk beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif juga dapat
diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau binatang.
Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek
saja).
Masa Inkubasi
• Masa inkubasi adalah jarak waktu dari mulai terjadinya
infeksi didalam diri orang sampai dengan munculnya
gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit pada orang
tersebut. Tiap-tiap penyakit infeksi mempunyai masa
inkubasi berbeda-beda, mulai dari beberapa jam sampai
beberapa tahun.
Jenis Imunisasi
Pada dasarnya ada 2 jenis imunisasi, yaitu :
1. Imunisasi Pasif (Pasive Immunization)
Imunisasi pasif ini adalah immunoglobulin. Jenis imunisasi ini dapat
mencegah penyakit campak (measles pada anak-anak).
2. Imunisasi Aktif (Active Immunization)
Imunisasi pada ibu hamil adalah imunisasi tetanus toksoid.
Imunisasi ini untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang
dilahirkan. Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum)
juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun
pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal dilakukan
lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh.
Imunisasi TT yang pertama bisa dilakukan kapan saja, misalnya
sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan
perlindungan tiga tahun). Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan
enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam tahun), TT4 diberikan
satu tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan TT5 diberikan
setahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun)
Kondisi Dimana Imunisasi Tidak Dapat Diberikan
atau Imunisasi Boleh Ditunda:
• Sakit berat dan akut
• Demam tinggi
• Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik;
• Bila anak menderita gangguan sistem imun
berat (sedang menjalani terapi steroid jangka
lama, HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup (Polio
Oral, MMR, BCG, Cacar Air)
• Alergi terhadap telur hindari imunisasi influenza

Вам также может понравиться